Anda di halaman 1dari 9

WTO

AFTA
World Trade Organization (WTO)
Sejarah
World Trade Organization mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1995, yaitu dengan disepakatinya Agreement
the World Trade Organization yaitu persetujuan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia yang
ditandatangani para menteri perdagangan negara-negara anggota WTO pada tanggal 15 April 1994 di
Marrakesh, Maroko. Saat ini anggota World Trade Organization mencapai 164 negara. Persetujuan yang
mengatur perdagangan internasional sebelum adanya World Trade Organization ( WTO) selama kurang lebih
48 tahun adalah General Agreement on Tariffs and Trade (GATT 1947) yang berlaku secara “ad interim
agreement” (bersifat sementara), terdiri dari 38 pasal dan hanya mengatur perundingan dibidang tarif.
Pokok-pokok isi GATT 1994 :
GATT 1994 merupakan ketentuan umum perjanjian multilateral yang mengatur dasar hubungan antar negara
dalam melakukan perdagangan internasional serta bagaimana suatu negara mengatur kebijakan perdagangan
dalam negeri yang tidak bertentangan dengan kesepakatan dalam GATT 1994 tersebut.
Fungsi dan Tujuan WTO
Ada pun tujuan serta fungsi World Trade Organization diantara lainnya adalah:
 Mendukung pelaksanaan, pengaturan dan penyelenggaraan dalam persetujuan yang telah
dicapai demi mewujudkan sasaran dalam perjanjian tersebut.
 Sebagai forum perundingan.
 Mengatur pelaksanaannya ketentuan perihal penyelesaian sengketa perdagangan.
 Mengatur mekanisme peninjauan dalam kebijakan yang ada di bidang perdagangan.
 Membentuk kerangka yang berguna untuk menentukan kebijakan ekonomi global yang bekerja
sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) serta Bank Dunia.
Terlihat dari fungsi dan tujuan tersebut merupakan hal yang berguna untuk menafsirkan serta
menjabarkan menuju ke hal yang lebih penting perihal Multilarelal Trade Agreements (MTAs) dan
Plurilateral Trade Agreements (PTAs) yang diantara lainnya termasuk dalam mengawai pelaksanaan,
penyelesaian sengketa dan perbedaan pendapat mengenai perjanjian pada setiap negara anggota.
WTO melakukan seperti adanya peninjauan atas implementasi perjanjian oleh setiap negara dan
dapat menjatuhkan sanksi apa bila jika sebuah negara melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
tentang perjanjian yang sudah disepakati.
Tugas dan Prinsip WTO
Tugas WTO
1. Meminimalisir hingga menghapuskan hambatan yang mengganggu proses dagang barang dan jasa global
2. Membantu kelancaran kegiatan transaksi ekonomi internasional
3. Mengatur adanya perjanjian jual beli resmi antar negara
4. Memfasilitasi forum negosiasi untuk keperluan perundingan kesepakatan
5. Mengawasi kebijakan perdagangan setiap anggota
6. Memberikan bantuan pada negara berkembang
7. Menjalin kerjasama dengan organisasi dunia seperti Bank Dunia (World Bank) dan International Monetary Fund
(IMF)
Prinsip WTO
8. Perlakuan yang sama untuk semua anggota (Most Favoured Nations Treatment-MFN), Prinsip ini mengharuskan
seluruh negara anggota memberikan perlakuan yang sama kepada negara anggota WTO lainnya tanpa syarat,
termasuk dalam hal tingkat tarif impor yang dikenakan pada produk impor dari mitra dagang negara anggota lainnya.
9. Pengikatan Tarif, prinsip ini mengharuskan setiap negara anggota GATT atau WTO untuk memiliki daftar produk yang
tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat secara hukum.
10. Perlakuan nasional, prinsip ini mengharuskan suatu negara tidak melakukan diskriminasi terhadap produk impor
dengan produk dalam negeri (produk yang sama).
11. Perlindungan hanya melalui tarif, prinsip ini mensyaratkan bahwa perlindungan atas industri dalam negeri hanya
dapat dilakukan melalui tarif.
12. Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang
ASEAN Free Trade Area (AFTA)
Sejarah
AFTA dibentuk pada tanggal 28 Januari 1992 waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura
melalui persetujuan Kerangka kerja tentang kerja sama ekonomi di ASEAN. Kesepakatan ini merupakan payung dari
segala bentuk kerjasama ekonomi ASEAN.
Awal mulanya pembentukan AFTA adalah karena perkembangan perdagangan antara anggoota ASEAN tidak
mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan karena masing-masing negara ASEAN masih mempertahankan kebijakan
ekonomi negara masing-masing dan sulit untuk mengambil suatu kebijakan bersama atau membentuk suatu
peraturan dan hukum yang mengatur kegiatan ekonomi negara-negara ASEAN.
Adapun faktor eksternal yang juga turut mendorong ASEAN untuk maju pada langkah pembentukan AFTA
adalah ancaman dari pembentukan kerjasama ekonomi regional pada berbagai wilayah di dunia. Dalam
perkembangannya, pelaksanaan AFTA telah mengalami beberapa kali percepatan. Setelah pada tahun 1995
disepakati Agenda of Greater Economic Integration yang antara lain berisi komitmen untuk mempercepat
pemberlakuan AFTA dari 15 tahun menjadi 10 tahun, sehingga AFTA akan berlaku pada tahun 2003. Kemudian pada
KTT ke-6 ASEAN di Hanoi, para pemimpin ASEAN menetapkan Statement of Bold Measures yang berisi komitmen
mereka dalam AFTA, sekaligus menyepakati bahwa AFTA akan berlaku mulai tahun 2002 bagi enam penandatangan
CEPT, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand (ASEAN Selayang Pandang
2007, 47). Kerjasama ASEAN memasuki tahap kristalisasi pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003 dengan
pendeklarasian Bali Concord II yang bertujuan untuk mencapai integrasi penuh ASEAN pada tahun 2020 dalam
wadah ASEAN Community yang terdiri dari tiga pilar utama, yaitu kerjasama politik dan keamanan, kerjasama
ekonomi, dan kerjasama sosial budaya.
Tujuan dan Sasaran AFTA
Tujuan
1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk
ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
2. Meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan
bea dengan jumlah 0 hingga 5% dan halangan non-bea dalam ASEAN.
3. Menarik investasi asing langsung ke ASEAN.
4. Mengadakan pasar regional yang sebanyak 500 juta jiwa.

Sasaran
Meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai basis prouksi yang dipersiapkan bagi pasar dunia.
Dengan menghilangkan nambatan tarif Internasional dan nontarif. Sektor-sektor manufakur negara-
negara dalam kawasan ini akan menjadi lebh efisien dan kompetitif.

FAKTA MENGENAI KTT


KTT ASEAN sudah dilakukan sebanyak 42 kali, yang terakhir dilaksanakan di Indonesia tepatnya di
Labuan Bajo
ASEAN China Free Trade Area (ACFTA)

Sejarah
ACFTA merupakan salah satu bentuk kerjasama multilateral yang dibuat oleh ASEAN sebagai organisasi regional
Asia Tenggara dan Cina. Peresmian kerjasama ini dilakukan bertepatan dengan pertemuan Comprehensive Economic Co-
Operation between ASEAN and the People’s of Republic of China, di Kamboja, tepatnya di kota Pnom Penh. Akan tetapi,
perjanjian kerangka kerja ACFTA sendiri baru dibuat secara resmi pada tanggal 1 Juli 2003. Perjanjian ini berisi umbrella
agreement, yakni sebuah provisi umum mengenai pembentukan ACFTA yang akan berjalan selama sepuluh tahun
kedepan. Setelah pembentukannya ini ia menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah
penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah KawasarPerekonomian Eropa dan NAFTA.
Pelaksanaan ACFTA ini dilakukan secara bertahap, dengan pembentukan dan pelaksanaan program-program
yang akan penulis jelaskan sebagai berikut. Pertama adalah Early Harvest Program (EHP) yang merupakan program
pertama yang dijalankan di dalam framework kerjasama perdagangan ACFTA. Kedua adalah normal Track (jalur
normal) sebagai program kedua dalam ACFTA. Normal track ini diterapkan mulai tanggal 1 Juli 2005. Produk yang
termasuk pada normal track ini meliputi semua produk selain yang telah ditetapkan di dalam EHP. Negara yang dapat
mengikuti program normal track hanya Cina dan ASEAN. Program ketiga adalah sensitive track (jalur sensitif) ini
diterapkan mulai tahun 2012. Penurunan tarif yang terdapat pada jalur ini sekitar 10 persen dari total impor atau
ekspor. Program sensitive track ini terbagi menjadi beberapa kategori, antara lain sensitive list, highly sensitive list, dan
general exclusion list.
Tujuan ACFTA
Tujuan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) adalah
memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan,
dan investasi antara negara-negara anggota. Dalam pelaksanaan
perdagangan bebas dalam konsep ACFTA ini, terkandung prinsip
hukum ekonomi internasional. Prinsip pertama adalah Most Favoured
Nation (MFN) yang berarti suatu negara harus memberikan perlakuan
yang sama dalam pelaksanaan kebijakan impor serta ekspor tanpa
syarat (non diskriminasi).
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai