Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ronal Dhino

Nim : (4132101086)
Kelas :

1. Silahkanpelajarijurnal :
- https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPS/article/view/30381
- https://jepi.fe.ui.ac.id/index.php/JEPI/article/view/623
- https://journal.unpar.ac.id/index.php/projustitia/article/view/1138
Pertanyaan :
a. Bagaimanalatarbelakangterbentuknya World Trade Organization (WTO)?
Jawaban: Pada waktu berlangsungnya Perang Dunia ke 2, Negara sekutu
khususnya Amerika Serikat dan Inggris memprakarsai pembentukannya organisasi
ekonomi internasional untuk mengisi kebijakan-kebijakan ekonomi internasional.
Tujuan awalnya adalah telah mengeluarkan kebijakan yaitu The Reciprocal
Trade Agreement yang yakni undang-undang yang mensyaratkan kewajiban
timbal balik untuk pengurangan tarif dalam perdagangan. The Reciprocal
Trade Agreement act sendiri memberikan kebijakan kepada Presiden untuk
melakukan negosiasi dalam penurunan tarif. Terbentuknya World Trade
Organization ini sendiri merupakan lembaga penerus dari GATT (General
Agreement on Tariffs and Trade).
b. Bagaimana fungsi, tujuan, sasaran World Trade Organization (WTO)?
Jawaban :
Ada pun tujuan serta fungsi dari organisasi dibidang ekonomi ini yang yaitu
dikenal sebagai World Trade Organization diantara lainnya adalah :
-Mendukung pelaksanaan, pengaturan dan penyelenggaraan dalam persetujuan yang
telah dicapai demi mewujudkan sasaran dalam perjanjian tersebut.
-Sebagai forum perundingan.
-Mengatur pelaksanaannya ketentuan perihal penyelesaian sengketa perdagangan.
-Mengatur mekanisme peninjauan dalam kebijakan yang ada di bidang
perdagangan.
-Membentuk kerangka yang berguna untuk menentukan kebijakan ekonomi
global yang bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) serta
Bank Dunia.

Ada juga sasaran yang ingin dicapai oleh WTO dalam bekerja, diantara lainnya
adalah :
1.Non-diskriminasi Sebuah negara tidak diperbolehkan dalam membedakan hal
dagang pada satu wilayah dengan wilayah yang lainnya.
2.Lebih terbuka
3.Diprediksi dan Transparan
4.Lebih Kompetitif
5.Lebih bermanfaat,Diharapkan lebih bermanfaat bagi negara-negara yang kurang
berkembang.
6.Lindungi Lingkungkan, Perjanjian yang mengizinkan anggota untuk
mengambil langkah dalam halnya melindungi perihal seperti lingkungan,
kesehatan, masyarakat, hewan dan lainnya.
c. Deskripsikan prinsip-prinsip dasar yang digunakan World Trade Organization
(WTO)?
Jawaban :
1.Perlakuan yang adil untuk semua anggota (Most Favoured Nations
Treatment-MFN).
Prinsip ini di atur dalam pasal I GATT 1994 yang menyatakan bahwa
persyaratan komitmen yang telah dibuat atau ditandatangani harus diperlakukan
secara sama menyeluruh kepada semua negara anggota WTO (azas non
diskriminasi) secara tanpa bersyarat.
2.Pengikatan Tarif(Tarif binding)
Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994, yang menyatakan bahwa
setiap negara anggota GATT atau WTO harus memiliki daftar produk yang
tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat (legally bound).

3.Perlakuan nasional (National treatment)


Prinsip yang diatur dalam pasal III GATT 1994 yang menyatakan bahwa
persyaratan suatu negara tidak diperkenankan untuk memberlakukan
diskriminasi antara produk impor dengan produk dalam negeri. Jenis-jenis
tindakan yang dilarang berdasarkan ketentuan ini antara lain adalah seperti
pungutan dalam negeri, undang-undang, peraturan dan lainnya.
4.Perlindungan hanya melalui tarif
.Prinsip ini diatur dalam pasal 11 yang mensyaratkan agar bahwa
perlindungan atas industri dalam negeri hanya diperkenankan melalui tarif.
Menurut John J. Carter yang dimaksud dengan tarif adalah pajak yang
dikenakan atas barang yang diangkat dari sebuah kekuasaan politik ke suatu
wilayah lain.
5.Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special dan
Differential Treatment for developing countries –S&D).
Semua persetujuan WTO memiliki ketentuan yang mengatur perlakuan
khusus dan berbeda bagi negara berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan bagi negara-negara berkembang anggota WTO untuk
melaksanakan persetujuan WTO
d. Jelaskan bagaimana peran World Trade Organization (WTO) dalam pembentukan
peraturan perdagangan internasional?
Jawaban: Peran WTO adalah sebagai fasilitator, berperan untuk memajukan
kesejahteraan dunia ini dengan melakukan aktivitas yang pada hakekatnya berperan
sebagai fasilitator yakni antara lain
-Administering trade agreement
-Acting as a forum for trade negotiations
-Settling trade disputes
-Reviewing national trade policies
-Assisting developing countries in trade policy issues,through technical assistance and
raining program.

2. Jelaskanmengenai
a. Prinsip-PrinsipEksistensi General Agreement On Tariffs And Trade (Gatt) Dan World
Trade Organization (WTO) Dalam Era PasarBebas?

b. BagaimanaHarmonisasiPrinsipPerdaganganInternasionalpada GATT
dalamUndangUndangNomor 7 Tahun 2014 tentangPerdagangan

Jawaban

A. Prinsip-Prinsip Eksistensi General Agreement On Tariffs And Trade (GATT) dan


WorldTrade Organization (WTO) dalam Era Pasar Bebas!

Untuk mengatur agar perdagangan internasional berjalan secara baik, lancar, dan
saling menguntungkan maka masyarakat internasional telah membentuk instrumen hukum
internasional di bidang perdagangan internasional. Upaya tersebut dilakukan antara lain
dengan pembentukan The General Agreement On Tariffs pada tahun 1947 (GAT). GATT
terbentuk pada tanggal 30 Oktober 1947 dan mulai berlakunya GATT pada tanggal 1 Januari
1948, pembentukan GATT dimaksudkan sebagai perjanjian subsider yang tunduk dan
tergantung kepada organisasi perdaganagn dunia. Pembentukan GATT ini sebagai persetujuan
perdagangan pada umumnya dan penghapusan hambatan tarif secara timbal balik yang
mencerminkan suatu persetujuan dagang global. Seperti yang telah disebut dimuka, GATT
berlangsung sampai pada tahun 1994 saja, kemudian pada tahun 1994 digantikan oleh WTO.
Lahirnya WTO tidak lepas dari upaya pembentukan International Trade Organization dan
GATT. Setelah Perang Dunia II selesai masyarakat internasional menyadari untuk membahas
dan mengatur masalah perdagangan serta ketenagakerjaan internasional. WTO lahir
menggantikan GATT pada tanggal 1 Januari 1995 sebagaiorganisasi perdagangan dunia.
Sekretariat GATT dijadikan sebagai sekretariat WTO, dan WTO sebagai orgaisasi
internasional lebih memenuhi syarat sebagai organisasi internasional dan lebih luas dari pada
GATT. WTO adalah organisasi internasional publik yang beranggotakan 153 negara (pada
tahun 2008).
Salah satu blok perdagangan bebas yang dibentuk adalah ASEAN Free Trade Area
(yang selanjutnya disingkat AFTA). The Association Of Southeast Asian Nations (yang
selanjutnya disingkat ASEAN) didirikan oleh lima negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia,
Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura pada bulan bulan Agustus tahun 1967. Instrumen
yang mendirikan ASEAN adalah Deklarasi Bangkok 1967 (The ASEAN Declaration atau
Bangkok Declaration) yang ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967. Pembentukan
ASEAN ini antara lain ditujukan untuk mempererat kerjasama ekonomi antarnegara anggota.
Kerjasama ASEAN ini menghasilkan ASEAN Preferential Trading Arrangements (yang
selanjutnya disingkat PTA), namun PTA ini gagal mendorong perdagangan intra ASEAN,
karena pembukaan akses pasar melalui penurunan tarif akan mengancam industri di dalam
negeri, sekaligus untuk menjaga kondisi neraca perdagangan. Indonesia bersama-sama dengan
negara-negara Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang lainnya pada tahun
2015 akan membentuk ASEAN Economic Community (AEC)/Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
B. Bagaimana Harmonisasi Prinsip Perdagangan Internasional pada GATT dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan?
Pengaturan kedaulatan negara (Sovereignity) dalam prinsip perdagangan internasional
WTO, sistem kelembagaan dan sistem hukum WTO menempatkan prinsip kedaulatan negara
sebagai prinsip utama dalam sistem kelembagaan dan sistem hukumnya. Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara spesifik tertuang didalam Pasal
5 ayat (1).

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan terletak pada Bab IV


Perdagangan Dalam Negeri, bagian kesatu mengenai umum sebagai berikut.
Pemerintah mengatur kegiatan perdagangan dalam negeri melalui kebijakan danpengendalian.
Prinsip selanjutnya, pengaturan kesederajatan negara (Equal State) dalam prinsip perdagangan
internasional WTO mencakup di dalam paham kedaulatan ini adalah kemerdekaan dan persamaan
derajat, artinya bahwa negara-negara yang berdaulat itu adalah negara yang merdeka juga yang
memiliki kesamaan derajat satu dengan lainnya.

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara


spesifik tertuang di dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan terletak pada Bab V Perdagangan Luar Negeri, bagian
keempat mengenai perizinan ekspor dan impor
untuk kegiatan ekspor dan impor, menteri mewajibkan eksportir idan importir
untuk memiliki perizinan yang dapat berupa persetujuan, pendaftaran, penetapan, dan
pengakuan Pengaturan prinsip lainnya yakni persaingan bebas(Asymmetric Economic
Conditions, Empowering, Free Competition) dalam prinsip perdagangan internasional
WTO, gagasan tentang keharusan memperhatikan kondisi masyarakat internasional,
penyetaraan daya saing, dan persaingan bebas berasal dari Adam Smith bahwa
persaingan terbuka dalam liberalisasi perdagangan dapat dilakukan hanya jika
persyaratan untuk persaingan

demikian itu telah dipenuhi.


 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara
spesifik tertuang di dalam Pasal 22 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 terletak pada Bab IV bagian kelima Peningkatan Penggunaan Produk
Dalam Negeri, menjelaskan bahwa:
1. Dalam rangka pengembangani, pemberdayaan dan penguatan Perdagangan Dalam
Negeri, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan Produk
Dalam Negeri.
2. Peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan keberpihakan melalui promosi, sosialisasi atau pemasaran dan
menerapkan kewajiban menggunakan Produk Dalam Negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri


diatur dengan Peraturan Menteri.
Prinsip utama dalam World Trade Organization (WTO) yaitu diskriminasi dan
non- diskriminasi dalam prinsip perdagangan internasional WTO, Prinsip non-
diskriminasi yangterdapat dalam GATS jauh lebih spesifik dan berskala global yang
imeliputi Most Favoured Nation (MFN) dan National Treatment. Prinsip MFN diatur
dalam artikel II GATS yang pada intinya mengatur setiap anggota GATS harus
dengan tanpa syarat memberikan perlakuan yang tidak berbeda kepada penyedia
jasa dari dalam ataupun luar negeri dengan secepatnya. Sedangkan pengaturan
prinsip National Treatment terdapat dalam Pasal XVII, GATS yang mensyaratkan
negara peserta GATS memberikan perlakuan yang sama antara jasa antara negara
warga negara sendiri ataupun warga negara asing.

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara spesifik


tertuang di dalam Pasal 37 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan terletak pada Bab IV Perdagangan Dalam Negeri, bagiam
kesembilan mengenai Larangan dan Pembatasan Perdagangan Barang dan Jasa,
menjelaskan bahwa:
1. Setiap Pelaku Usaha wajib memenuhi ketentuan penetapan Barang dani Jasa yang
dibatasi. Perdagangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
2. Setiap Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan penetapan Barang dan Jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa pencabutan
perizinan di bidang Perdagangan.
Prinsip selanjutnya yakni Pengecualian dan Perlakuan Khusus dalam prinsip
perdagangan internasional WTO, pengecualian dan perlakuan khusus dapat
dilakukan dalam memenuhi kepentingan nasional, seperti: meningkatkan taraf hidup
rakyat, mempertahankan keseimbangan ekonomi, mengatasi kesulitan ekonomi dari
tekanan ekonomi, dan lain-lain.
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara
spesifik tertuang di dalam Pasal 50 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan terletak pada Bab V Perdagangan Luar Negeri bagian kelima
mengenai Larangan Pembatasan Ekspor dan Impor, menjelaskan bahwa:
Pemerintah melarang Impor atau Ekspor Barang untuk kepentingan nasional dengan
alasan: untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum, termasuk sosial,
budaya, dan moral masyarakat, untuk melindungi hak kekayaan intelektual, untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan
lingkungan
hidup.

Adapun prinsip timbal balik dalam prinsip perdagangan internasional WTO,


mewajibkan setiap negara anggota yang menikmati konsesi dari negara anggota yang
lain (penerima konsesi), untuk memberikan konsesi yang sama kepada negara anggota
pemberi konsesi. Hakikatnya, prinsip resiprositas memiliki keterkaitan erat dengan
prinsip non- diskriminasi sebagaimana diatur dalam World Trade Organization (WTO).
Sistem WTO menentukan adanya kewajiban pemberian perlakuan secara seimbang
antar negara anggota. Pemberian perlakuan secara seimbang ini menjadi bagian tidak
terpisahkan dari upaya perwujudan sistem perdagangan yang lebih bebas. Perdagangan
dalam konteks ini mencakup perdagangan barang dan jasa. Prinsip resiprositas dapat
dilaksanakan oleh negara-negara yang telah melakukan perjanjian bilateral.
Pemberlakuan prinsip resiprositas tidak bersifat sertamerta tanpa syarat. Berbeda
dengan prinsip non diskriminasi sebagimana diatur dalam WTO, pemberlakuan prinsip
resiprositas didasarkan pada terpenuhinya dua syarat. Pertama, yakni tercapainya
perjanjian bilateral antar negara anggota atas dasar kesiapan. Kedua, terpenuhinya
kualifikasi bagi negara-negara anggota World Trade Organization (WTO).

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara


spesifik tertuang di dalam Pasal 48 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang
Perdagangan terletak pada Bab V
Perdagangan Luar Negeri bagian ketiga mengenai impor, menjelaskan bahwa, Surat
persetujuan Impor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan kewajiban pabean sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangandi bidang Kepabeanan.

Prinsip yang terakhir yakni Penyelesaian Sengketa secara Damai dalam prinsip
perdagangan internasional WTO, setiap negara anggota wajib menyelesaikan sengketa di
antara mereka dengan cara damai. Penyelesaian sengketa secara damai dilakukan dalam
bentuk diantaranya negosiasi, jasa-jasa baik, mediasi penengahan, konsiliasi, konperensi
internasional, dan komisi pemeriksaan/pencari fakta. Penyelesaian sengketa secra damai
dalam WTO diatur dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the
Settlement of Disputes/DSU (Disputes Settlement Understanding).
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan mengatur, secara
spesifik tertuang di dalam Pasal 38 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Perdagangan terletak pada Bab V
Perdagangan Luar Negeri bagian kesatu mengenai umum, menjelaskan bahwa,
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri paling sedikit meliputi: peningkatan jumlah dan jenis
serta nilai tambah produk ekspor, pengharmonisasian standar dan prosedur kegia
Perdagangan dengan negara mitra dagang, penguatan kelembagaan di sektor Perdagangan
Luar Negeri, pengembangan sarana dan prasarana penunjang Perdagangan Luar Negeri, dan
perlindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif Perdagangan Luar
Negeri.

 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian


Internasional memuat isi atau materi pemberlakuan asas-asas hukum internasional,
yakni di Pasal 10 menjelaskan bahwa:
Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang apabila
berkenaan dengan: masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara,
perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia, kedaulatan
atau hak berdaulat negara, hak asasi manusia dan lingkungan hidup,pembentukan
kaidah hukum baru, dan pinjaman dan hibah luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai