A. Latar Belakang
internasional. Adapun yang menjadi tujuan dari proses interaksi ini pada
B. Pembentukan WTO
dari sejarah lahirnya ITO (dan GATT). Seperti telah umum diketahui, masyarakat
internasional.1
Namun upaya atau usulan yang dilontarkan oleh Amerika Serikat, setelah
persetujuan tambahan yang posisinya berada dibawah Piagam ITO. Tetapi pada
Menyadari piagam ITO tidak akan diratifikasi oleh negara pelaku utama
oleh 22 anggota asli GATT pada akhir 1947. Sejak itulah GATT kemudian
diberlakukan.
dumping (anti dumping agreement), dan putaran Tokyo tahun 1970an merupakan
1
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, Suatu Pengantar, Cetakan ke-5, Bandung :
CV. Keni Media, 2011, hlm. 91.
2
Ibid.
upaya terbesar dalam mengurangi hambatan perdagangan non tariff barriers dan
Meskipun disadari bahwa GATT dari segi atau persyaratan satu organisasi
internasional yang sifatnya formal. Tidak adanya pemikiran ke arah itu mungkin
karena GATT itu sendiri telah berkembang menjadi semacam (quasi) organisasi.
Juga mungkin ada kekhawatiran bahwa rencana ke arah itu akan mengalami nasib
seperti ITO.3
pembentukan satu badan perdagangan dunia (WTO) pada Mei 1990. Usulan ini
disambut positif oleh Uni Eropa. Setelah melakukan beberapa kali perundingan,
maka disahkan pembentukan dari organisasi perdagangan dunia yang kita kenal
3
Ibid., hlm. 92.
4
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnadi, Pengantar Hukum
WTO (World Trade Organization), Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010, hlm. 3.
5
Huala Adolf, Op.Cit., hlm. 93.
Sumber utama hukum WTO adalah WTO Agreement dan lampiran-
Sumber hukum lainnya yang penting adalah kasus-kasus yang pernah diputus di
bidang khusus.
6
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnadi, Loc.Cit
7
Ibid., hlm. 5
8
Ibid., hlm. 3.
Sebagaimana diketahui bahwa pada prinsip WTO merupakan sarana untuk
mendorong terjadinya satu perdagangan bebas yang tertib dan adil di dunia ini.
bedakan antara satu negara anggota GATT atau WTO dan anggota
anggota yang satu dengan anggota yang lainnya atau tidak boleh
perlakuan yang sama dengan anggota yang lainya baik itu berkenaan
b. National Treatment
produk domestik yang berarti bahwa suatu saat barang impor telah
masuk ke pasar dalam negeri suatu negara anggota, dan setelah melalui
9
Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional, Aspek Hukum Dari WTO, cetakan pertama,
Bandung: PT. Citra Aditiya Bakti, 2004, hlm. 69
daerah pabean serta membayar bea masuk barang impor tersebut harus
sebagai berikut:11
Negara lain.
kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau ekspor,
10
Syahmin, Hukum Dagang Inetrnasional, cetakan pertama, Bandung:PT. Raja Grafindo
Persada, 2006, hlm. 47
11
Mohammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, cetakan pertama, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011, hlm. 44.
Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan proteksi
mengatur masuknya barang ekspor dari luar negeri, pengenaan tarif ini
e. Prinsip Resiprositas
perundingan tarif yang didasarkan ata dasar timbal balik dan saling
suatu bagian baru yaitu Part IV yang memuat tiga pasal (Pasal XXXVI-
industri juga mau menerima bahwa mereka tidak akan meminta balasan
berkembang.
anggota WTO tidak selalu setuju dengan interpretasi aplikasi dari beragam aturan
ini. Sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan
negara yang paling dirugikan atas kebijakan tersebut, negara ketiga yang tertarik
sengketa.13
and Procedures Governing the Settlement of Disputes atau lebih dikenal dengan
dipercayakan kepada sebuah badan yang disebut Dispute Settlement Body (DSB),
dimana perwakilan dari seluruh anggota WTO berpartisipasi. Sistem dari DSU
lewat DSB ini sangat bersifat desentralisasi, tidak dapat dilakukan secara ex-
officio atau diluar keanggotaan, karena tidak adanya otoritas yang diberikan
Sistem penyelesaian sengketa dalam WTO telah menjadi satu alat yang
12
Peter van den Bossche, The Law and Policy of the World Trade Organization, New
York : Cambridge University, 2005, hlm. 173
13
Ibid.
14
Petros Mavroidis et.al., The Law of The World Trade Organization (WTO) Documents,
Cases & Analysis, US : West Thomson Reuters, 2010, hlm. 880
diantara sesama anggota WTO. Semenjak timbulnya masalah mengenai proses
sistem penyelesaian sengketa berdasarkan atas satu sistem struktural yang baku,
internasional.
umumnya.
15
HS Kartadjoemena, GATT dan WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di
Bidang Perdagangan, Jakarta : UI Press, 1996, hlm. 93-93.
Perkembangan terakhir dari sistem penyelesaian sengketa dalam GATT
dimana prinsip terakhir lebih terlihat dalam sistem GATT. Sehingga dengan
demikian, tiap negara anggota dapat merasa nyaman dengan keberadaan mereka
bidang perjanjian WTO. Dengan sistem yang menyatu ini tidak ada lagi sistem
Hatta, Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO, Bandung : PT Refika
16
yang positif terhadap sengketa. Keputusan harus diterima oleh para pihak yang
didasarkan atas niat baik dan bukan merupakan tindakan balasan terhadap adanya
Dispute Settlement Body (DSB) merupakan badan yang dibentuk oleh WTO
prosedur yang terdapat dalam WTO termasuk juga perjanjian terkait dengan
yang lainnya jika diatur khusus. Oleh karena itu, DSB memiliki wewenang
untuk membentuk Panel, menerima laporan Panel, dan juga laporan dari
2. Panel
18
Pasal 2 (1) DSU
utusan negara di WTO, atau mengajar atau menerbitkan buku tentang
permanen yang akan mengadili banding dari tingkat Panel. Badan ini terdiri
dari tujuh orang personil, dan tiga di antaranya akan bertugas dalam setiap
kasus.22 Badan ini terdiri dari orang-orang yang kemampuannya diakui, baik
yang diatur dalam perjanjian WTO pada umumnya, dan tidak berafilisasi
yang terdapat dalam laporan Panel serta interpretasi yang dilakukan Panel.
19
Pasal 8 (1) DSU
20
Pasal 8 (9) DSU
21
Pasal 11 (1) DSU
22
Pasal 17 (1) DSU
23
Pasal 17 (3) DSU
24
Pasal 17 (3) DSU
Persetujuan WTO, maka Badan Banding akan merekomendasikan anggota
WTO. Dan apabila DSB telah mensahkan suatu laporan Panel dan/atau
hukum.25
1. Konsultasi
Sebagai langkah awal, para pihak yang terlibat dalam sengketa dapat
konsiliasi dan mediasi dapat diterapkan. Pada tahap ini para negara anggota
Tetapi ada pula penyelesaian sengketa melalui jasa baik (Good Office),
pembentukan panel.28
dibentuk panel.
Dalam kasus darurat, termasuk kasus yang menyangkut barang yang tidak
setelahnya.
2. Proses Panel
Pembentukan panel hanya dapat dimintakan oleh salah satu pihak tanpa
27
Pasal 5 (1) DSU
28
Pasal 5 (5) DSU
persetujuan pihak lain, Dimana hal ini merupakan langkah maju dari praktek
GATT sebelumnya.29
terhadap masalah tersebut dan dasar hukum gugatannya. Bila tidak ada
jawaban dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, pihak yang meminta
ditekankan bahwa sidang panel bersifat rahasia.32 Hal ini untuk menjamin
bersengketa dalam waktu enam bulan. Pada prinsipnya, proses Panel tidak
boleh lewat dari sembilan bulan, namun pada prakteknya sering mencapai
dua belas bulan. Laporan akhir atau disebut dengan Panel Report berisi hal –
29
Pasal 6 (1) DSU
30
Pasal 6 (2) DSU
31
Pasal 11 DSU
32
Pasal 14 (3) DSU
33
Peter van den Bossche, Op.Cit., hlm. 242
c. klaim dari para pihak (complainant, respondent, dan third parties);
e. tinjauan sementara;
g. kesimpulan Panel.
3. Banding
Body untuk mendengar appeal atau bantahan terhadap Panel Report. DSB
beranggotakan tujuh orang sesuai dengan Pasal 17 (3) DSU. Sampai saat ini
anggota Appellate Body WTO adalah Mr. Ujal Singh Bhatia (India, ditunjuk
pada tahun 2011); Professor Peter van den Bossche (Belanda, ditunjuk pada
tahun 2009); Professor Seung Wha Chang (Korea, ditunjuk pada tahun
2012); Mr. Thomas R. Graham (AS, ditunjuk pada tahun 2011); Mr.
Professor David Unterhalter (Afrika Selatan, ditunjuk pada tahun 2006); dan
34
Dispute Settlement Body, Decision Establishing the Appellate Body, 10 February 1995,
WT/DSB/1, tertanggal 19 Juni 1995, lihat di
http://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/disp_settlement_cbt_e/c3s4p1_e.htm, diakses pada 4
November 2016.
35
World Trade Organization, Dispute Settlement : Members, Appellate Body Members,
lihat di http://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/ab_members_descrp_e.htm, diakses pada 4
November 2016.
Mandat dari Appellate Body diatur dalam pasal 17 (13) DSU yang
menyatakan bahwa :
“The Appellate Body may uphold, modify or reverse the legal findings
Kata Uphold mengandung makna bahwa Appellate Body setuju baik dengan
setuju dengan kesimpulan yang diberikan oleh Panel namun tidak setuju
Appellate Body tidak setuju dengan kesimpulan yang diberikan oleh Panel.
lebih dari 60 hari, dan batas maksimumnya 90 hari. 36 DSB harus menerima
atau menolak laporan banding tersebut dalam jangka waktu tidak lebih dari
yang sangat penting di dalam proses penyelesaian sengketa. Isu ini akan
sengketa WTO itu sendiri. DSB dalam jangka waktu 30 hari sejak laporan
dipenuhi, maka para pihak diberi jangka waktu yang lebih wajar
yang pantas. Namun, apabila dalam jangka waktu yang pantas ini tidak
tercapai kesepakatan maka salah satu pihak dapat meminta arbitrase untuk
menyelesaikannya.
5. Arbitrase
Peran arbitrase hanyalah utuk menyelesaikan satu aspek atau satu bagian
atau rekomendasi panel telah ditaati dan dilaksanakan. Selain itu pula tidak
ada sifat kerahasiaan dalam arbitrase WTO. Para pihak disyaratkan untuk
1994.37
Prevention and Tobacco Control Act (FSPTCA) kedalam Federal Food, Drug,
and Cosmetic Act (FFDCA). FSPTCA ini adalah undang- undang yang secara
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dengan tujuan untuk
ditanda-tangani oleh Presiden Obama pada tanggal 22 Juni 2009 dan mulai efektif
September.38
perasa, baik alami ataupun buatan (selain daripada tembakau biasa atau menthol),
kayu manis, nenas, vanilla, kelapa, ceri, cocoa, coklat, ataupun kopi, yang
37
Hata, Aspek-Aspek Hukum dan Non Hukum Perdagangan Internasional dalam Sitem
GATT & WTO, Bandung : STHB, 1998, hlm. 241
38
WTO DSB, Indonesian first written submission, United States – Clove Ciggarate DS406,
hlm. 5.
memberikan rasa/aroma khas (characterized flavours) tersendiri terhadap produk
Akibat pemberlakuan Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA ini, maka rokok yang
Undang ini mengecualikan tembakau biasa (regular tobacco) dan menthol, yang
adalah pihak yang paling dirugikan terhadap pemberlakuan Sec. 907 (a)(1)(A)
rokok kretek merupakan produk sejenis (like products) dengan produk menthol
yang dikecualikan dalam Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA. Dan rokok menthol ini
merupakan rokok hasil produksi dalam negerinya sendiri sehingga hal ini
Selain itu Indonesia juga berpendapat bahwa Amerika Serikat tidak dapat
dibandingkan dengan rokok menthol. 41 Tidak hanya itu, Indonesia juga menilai
39
United – States, FSPTCA, Sec. 907 (a)(1)(A)
40
Ibid.
41
Ibid.
bahwa dalam hal pemberlakuan Sec. 907 (a)(1)(A) FSPTCA ini, Amerika Serikat
TBT.
hambatan yang tidak perlu untuk perdagangan internasional. Dalam hal ini,
ilmiah dan hal peraturan teknis mengenai produk rokok yang didiskriminasi
tersebut. Kewajiban yang sama ada di bawah Perjanjian WTO tentang Agreement
1. Article 2.1, Article 2.2, Article 2.5, Article 2.8, Article 2.9, Article 2.10,
tersebut adalah tindakan dalam ruang lingkup Perjanjian SPS, maka Indonesia
menilai bahwa tindakan tersebut juga tidak sejalan dengan ketentuan yang
sesuai dengan komitmennya sebagai anggota WTO, akhirnya pada 7 April 2010,
namun tidak ada kesepakatan yang tercapai dari kedua belah pihak.45
Juni 2010, Indonesia meminta pembentukan Panel oleh Dispute Settlement Body
(DSB) WTO. DSB WTO kemudian menetapkan susunan Panel yang terdiri tiga
orang yang menduduki anggota panel, yaitu Mr. Ronald Soborio dari Costa Rica
sebagai ketua, serta Mr. Ichiro Araki dari Jepang dan Mr. Hugo Cayrius dari
Uruguay sebagai anggota. Selain itu dipilih juga delapan negara, yaitu Brazil,
Desember 2010. Dimana pada hari kedua dihadiri oleh Negara pihak ketiga.
kasus ini yang kemudian disampaikan kepada DSB WTO. Dalam hasil laporannya
yang dituangkan dalam Report of The Panel, maka DSB WTO memenangkan
rokok kretek Indonesia terhadap Amerika Serikat dan pada tanggal 2 September
44
WTO Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Dispute,
Article 4
45
WTO DSB, Panel Report (WT/DS406/R), United States – Measures Affecting the
Production and Sale of Clove Ciggarate (DS406), hlm. 1.
46
WTO DSB, Executive Summary of The Third Party Submission (WT/DS406/R),
Measures Affecting The Production and Sale of Clove Ciggarate no. DS406, Annex B, hlm. B-1.
2011, DSB WTO telah memperkuat keputusan Panel yang memenangkan rokok
kretek Indonesia. Dan pada tanggal 5 Januari 2012, Amerika Serikat mengajukan
ketentuan yang terdapat di WTO dan kasus sengketa perdagangan rokok kretek
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnadi, Pengantar
Indonesia, 2010
Peter van den Bossche, The Law and Policy of the World Trade Organization,
Petros Mavroidis et.al., The Law of The World Trade Organization (WTO)
B. PERUNDANG-UNDANGAN
Measures Affecting The Production and Sale of Clove Ciggarate no. DS406,
Annex B
WTO DSB, Indonesian first written submission, United States – Clove Ciggarate
DS406
WTO DSB, Panel Report (WT/DS406/R), United States – Measures Affecting the
Ciggarate DS406.
D. INTERNET
http://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/disp_settlement_cbt_e/c3s4p1
_e.htm
http://www.wto.org/english/tratop_e/dispu_e/ab_members_descrp_e.htm