Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nindi Rizki Amalia

NIM : 19103040014

Kelas : Hukum Internasional A

Prodi : Ilmu Hukum

KETENTUAN HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

a. Pengertian dan Prinsip Hukum Perdagangan Internasional


Hukum perdagangan internasional adalah aturan-aturan hukum internasional
yang berlaku terhadap perdagangan barang, jasa dan perlindungan hak atas kekayaan
intelektual (HAKI).
b. Prinsip Dasar WTO
Di dalam perkembangannya, WTO menyepakati prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar
aturan main dalam perdagangan internasional  :
1. Perlakuan yang sama untuk semua anggota (Most Favoured Nations Treatment-
MFN). Prinsip ini diatur dalam pasal I GATT 1994 yang mensyaratkan semua
komitmen yang dibuat atau ditandatangani dalam rangka  perlakuan yang secara
kepada semua negara anggota  WTO (azas non diskriminasi) tanpa syarat. Misalnya
suatu negara tidak diperkenankan untuk menerapkan tingkat tarif yang berbeda
kepada suatu negara dibandingkan dengan negara lainnya. Dengan berdasarkan
prinsip MFN, negara-negara anggota tidak dapat begitu saja mendiskriminasikan
mitra-mitra dagangnya. Keinginan tarif impor yang diberikan pada produk suatu
negara harus diberikan pula kepada produk impor dari mitra dagang negara anggota
lainnya.
2. Pengikatan Tarif (Tariff Binding). Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994
dimana setiap negara anggota GATT atau WTO harus memiliki daftar produk yang
tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat (legally bound). Pengikatan atas tarif ini
dimaksudkan  untuk menciptakan  “prediktabilitas” dalam urusan bisnis perdagangan
internasional/ekspor. Artinya suatu negara anggota tidak diperkenankan untuk
sewenang-wenang merubah atau menaikan tingkat tarif bea masuk.
3. Perlakuan nasional (National Treatment). Prinsip ini diatur dalam pasal III GATT
1994 yang mensyaratkan bahwa suatu negara tidak diperkenankan untuk
memperlakukan secara diskriminasi antara produk impor dengan produk dalam negeri
(produk yang sama) dengan tujuan untuk melakukan proteksi. Jenis-jenis tindakan
yang dilarang berdasarkan ketentuan ini antara lain, pungutan dalam negeri, undang-
undang, peraturan dan persyaratan yang mempengaruhi  penjualan, penawaran
penjualan, pembelian, transportasi, distribusi atau penggunaan produk, pengaturan
tentang jumlah yang mensyaratkan campuran, pemrosesan  atau penggunaan produk-
produk dalam negeri. Negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama
atas barang-barang impor dan lokal- paling tidak setelah barang impor memasuki
pasar domestik.
4. Perlindungan hanya melalui tarif. Prinsip ini diatur dalam pasal XI dan mensyaratkan
bahwa perlindungan atas industri dalam negeri hanya diperkenankan melalui tarif.
5. Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special Dan
Differential Treatment  For Developing Countries – S&D). Untuk meningkatkan
partisipasi nagara-negara berkembang dalam perundingan perdagangan internasional,
S&D ditetapkan menjadi salah satu prinsip GATT/WTO. Sehingga semua persetujuan
WTO memiliki ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan berbeda bagi negara
berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan-kemudahan bagi
negara-negara berkembang anggota WTO untuk melaksanakan persetujuan WTO.
c. Persetujuan-persetujuan WTO
Hasil dari Putaran Uruguay berupa the Legal Text terdiri dari sekitar 60 persetujuan,
lampiran (annexes), keputusan dan kesepakatan. Persetujuan-persetujuan dalam WTO
mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang mengandung prinsip-prinsip
utama liberalisasi.
Struktur dasar persetujuan WTO, meliputi:
1. Barang/goods (General Agreement on Tariff and Trade/ GATT)
2. Jasa/services (General Agreement on Trade and Services/ GATS)
3. Kepemilikan intelektual (Trade-Related Aspects of Intellectual Properties/ TRIPs)
4. Penyelesaian sengketa (Dispute Settlements)
d. Stagnasi Perundingan WTO
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong kemajuan dalam perundingan, mulai
dari pertemuan tingkat perunding, Pejabat Tinggi, dan Tingkat Menteri; baik dalam
format terbatas (plurilateral dan bilateral) maupun multilateral. Namun hasilnya belum
menggembirakan. Pihak-pihak utama atau negara-negara maju masih bertahan pada
posisinya.
Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO di Jenewa dilaksanakan  bulan Desember
2011. KTM menyepakati elemen-elemen arahan politis (political guidance) yang akan
menentukan program kerja WTO dan Putaran Doha (Doha Development Agenda) dua
tahun ke depan. Arahan politis yang disepakati bersama tersebut terkait tema-tema
sebagai berikut:
1. Penguatan sistem perdagangan multilateral dan WTO;
2. Penguatan aktivitas WTO dalam isu-isu perdagangan dan pembangunan;
3. Langkah ke depan penyelesaian perundingan Putaran Doha.
Kebuntuan kemajuan perundingan WTO mendapatkan titik terang.  KTM ke-9 yang
dilaksanakan  di Bali pada tanggal  3-7 Desember 2013, di mana untuk pertama kalinya
dalam sejarah WTO, organisasi ini dianggap telah “fully-delivered”. Negara-negara
anggota WTO telah menyepakati “Paket Bali” sebagai outcome dari KTM ke-9 WTO.
Isu-isu dalam Paket Bali mencakup isu Fasilitasi Perdagangan, Pembangunan dan Least
Developed Countries/LDCs, serta Pertanian, itu semua merupakan sebagian isu yang
dibahas dalam perundingan Doha Development Agenda/DDA.
Dengan Paket Bali, kredibilitas WTO telah meningkat sebagai satu-satunya forum
multilateral yang menangani kegiatan perdagangan internasional, sekaligus
memulihkan political confidence dari seluruh negara anggota WTO mengenai pentingnya
penyelesaian perundingan DDA. Hal tersebut secara jelas tercantum dalam Post Bali
Work, di mana negara-negara anggota diminta untuk menyusun work
program penyelesaian DDA di tahun 2014. Selesainya perundingan DDA akan
memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai