Anda di halaman 1dari 18

World Trade Organization (WTO

World Trade Organization adalah organisasi


perdagangan dunia yang berfungsi untuk mengatur dan
memberikan fasilitas perdagangan internasional.
Tujuan utama World Trade Organization adalah untuk
menciptakan persaingan sehat dibidang perdagangan
internasional bagi para anggotanya. Sedangkan secara
filosofis tujuan WTO adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan pendapatan, menjamin terciptanya lapangan
pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan
serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dunia.
Fungsi utama World Trade Organization adalah sebagai
forum bagi para anggotanya untuk melakukan
perundingan perdagangan serta mengadministrasikan
semua hasil perundingan dan peraturan-peraturan
perdagangan internasional.
World Trade Organization mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 1995, yaitu dengan disepakatinya Agreement the
World Trade Organization yaitu persetujuan
pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia yang
ditandatangani para menteri perdagangan negara-
negara anggota WTO pada tanggal 15 April 1994 di
Marrakesh, Maroko.
Saat ini anggota World Trade Organization mencapai 143
negara ditambah dengan 31 negara yang saat ini sedang
dalam proses perundingan (accession) untuk masuk
menjadi anggota World Trade Organization.Persetujuan
yang mengatur perdagangan internasional sebelum adanya
World Trade Organization ( WTO) selama kurang lebih 48
tahun adalah General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT 1947) yang berlaku secara “ad interim agreement”
(bersifat sementara), terdiri dari 38 pasal dan hanya
mengatur perundingan dibidang tarif.
Pokok-pokok isi GATT 1994:
GATT 1994 merupakan ketentuan
umum perjanjian multilateral yang
mengatur dasar hubungan antar
negara dalam melakukan
perdagangan internasional serta
bagaimana suatu negara mengatur
kebijakan perdagangan dalam negeri
yang tidak bertentangan dengan
kesepakatan dalam GATT 1994
tersebut.
Sebagai suatu peraturan umum, GATT 1994 mengatur
masalah seperti :
(1)
Perlakuan non diskriminasi (pasal I, MFN Treatment);(2)
Kewajiban untuk memberikan dan mengikat tingkat tarif
(pasal II);(3)
Perlakuan yang sama atas produk impor dan produk dalam
negeri (pasal III – National Treatment);(4)
Ketentuan yang mengatur pengenaan bea masuk
antidumping dan imbalan atas produk impor yang terbukti
mengandung unsur dumping dan atau subsidi (unfair) dan
mengakibatkan kerugian materil atau mengancam akan
menimbulkan kerugian terhadap produsen/industri dalam
negeri;(5)
Anti-dumping and Countervailing Duties (pasal VI GATT
1994);
(6)
Masalah produser untuk melakukan penilaian produk impor untuk
tujuan kepabeanan (Custom Valuation Pasal VII);(7)
Pembatasan tindakan suatu nagara dalam melakukan proteksi
terhadap industri dalam negeri atau pasar dalam negeri seperti
dengan cara pengenaan pungutan-pungutan atas suatu produk
impor diluar bea masuk – tarif, pajak ekspor dan pungutan lainnya
(Fees and Formalities-pasal VIII);(8)
Larangan untuk menerapkan suatu kebijakan yang bersifat non tarif
(seperti quantitative restrictions atau non tarif barrier) dan
hambatan atau restriksi hanya dapat dilakukan dalam bentuk bea
masuk , pajak atau pungutan lain dan bukan atas dasar kuota, izin
impor (general elimination of quantitative restrictions-pasal XI);(9)
Kewajiban suatu negara untuk mempublikasikan semua peraturan-
peraturan yang menyangkut ekspor dan impor dan semua
peraturan terkait dengan masalah ekspor impor harus transparan
dan tidak memihak sehingga menimbulkan proteksi terselubung
(Publication and administration of Trade Regulation-pasal X);
(11)
Restriction to safeguards the balance of payments(pasal XII);(12)
Ketentuan yang mengatur bahwa jika suatu negara memberikan
subsidi atau masih mempertahankan kebijakan subsidi termasuk
memberikan bantuan pendapat dan harga (income and price
support) yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung
dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor atau mengurangi impor
harus dimotifikasikan terlebih dahulu ke GATT/WTO (Subsidies-
pasal XVI);(13)
Hak khusus atau privilege yang diberikan kepada perusahaan atau
badan usaha milik pemerintah (State trading enterprises-pasal
XVII); Ketentuan ini mengatur tindakan dalam rangka melindungi
infant industry yang masih dalam pembangunan tahap awal (in the
early stages of development).(14)
Proteksi dengan tarif yang diperlukan untuk membangun industri
tertentu (infant industry protection) dan proteksi dengan
pembatasan kuantitatif dalam rangka memperbaiki neraca
pembayaran. (Governmental assistance to economic development-
pasal XVIII);
15)
Ketentuan yang memperkenankan suatu negara untuk
mengambil tindakan pengamanan (saveguards) dalam
keadaan darurat (Emergency action on Imports of particular
product – pasal XIX).(16)
Pengecualian terhadap ketentuan umum dari prinsip GATT
dimana suatu negara diperkenankan untuk mengambil
tindakan dibidang perdagangan dalam rangka
mengamankan kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan, moral umum, kelestarian hutan, perdagangan
barang pusaka dan emas (General exceptions – pasal XX);
(17)
Ketentuan mengenai prosedur konsultasi dan cara
penyelesaian sengketa (Consultation - pasal XXII dan
Nullification or impairment – pasal XXIII);(18)
Ketentuan yang mengatur kerja sama regional, bilateral dan
custom union (pasal XXIV);
19)
Ketentuan mengenai kemungkinan untuk melakukan
penundaan kewajiban (pasal XXV);
(20)
Ketentuan yang mengatur masuknya suatu negara menjadi
anggota WTO (accession – pasal XXV);(21)
Ketentuan yang yang mengatur apabila suatu anggota
berkeinginan untuk menarik atau merubah skedul tarifnya
(modification or withdrawal) yang selama ini telah diikat
(binding) dalam schedule tarif concession (Modification of
Schedules – pasal XXVIII);(22)
Ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan berbeda
kepada negara-negara berkembang dengan cara pemberian
preferensi dan peluang ekspor demi percepatan
pembangunan negara-negara berkembang (Trade and
Development – pasal XXXVI).
Prinsip Dasar GATT/WTO
Perlakuan yang sama untuk semua anggota
(Most Favoured Nations Treatment-MFN)
Prinsip ini diatur dalam pasal I GATT 1994 yang
mensyaratkan semua komitmen yang dibuat atau
ditandatangani dalam rangka GATT-WHO harus
diperlakukan secara sama kepada semua negara
anggota WTO (azas non diskriminasi) tanpa
syarat. Misalnya suatu negara tidak
diperkenankan untuk menerapkan tingkat tarif
yang berbeda kepada suatu negara dibandingkan
dengan negara lainnya.
(2)
Pengikatan Tarif (Tariff binding)
Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994
dimana setiap negara anggota GATT atau WTO
harus memiliki daftar produk yang tingkat bea
masuk atau tarifnya harus diikat (legally bound).
Pengikatan atas tarif ini dimaksudkan untuk
menciptakan “prediktabilitas” dalam urusan bisnis
perdagangan internasional/ekspor. Artinya suatu
negara anggota tidak diperkenankan untuk
sewenang-wenang merubah atau menaikan
tingkat tarif bea masuk.
(3)
Perlakuan nasional (National treatment)
Prinsip ini diatur dalam pasal III GATT 1994 yang
mensyaratkan bahwa suatu negara tidak
diperkenankan untuk memperlakukan secara
diskriminasi antara produk impor dengan produk
dalam negeri (produk yang sama) dengan tujuan
untuk melakukan proteksi. Jenis-jenis tindakan
yang dilarang berdasarkan ketentuan ini antara
lain, pungutan dalam negeri, undang-undang,
peraturan dan persyaratan yang mempengaruhi
penjualan, penawaran penjualan, pembelian,
transportasi, distribusi atau penggunaan produk,
pengaturan tentang jumlah yang mensyaratkan
campuran, pemrosesan atau penggunaan produk-
produk dalam negeri.
(4)
Perlindungan hanya melalui tarif.
Prinsip ini diatur dalam pasal XI dan
mensyaratkan bahwa perlindungan
atas industri dalam negeri hanya
diperkenankan melalui tarif.
(5)
Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-
negara berkembang (Special dan Differential
Treatment for developing countries –
S&D).Untuk meningkatkan partisipasi nagara-
negara berkembang dalam perundingan
perdagangan internasional, S&D ditetapkan
menjadi salah satu prinsip GATT/WTO. Sehingga
semua persetujuan WTO memiliki ketentuan yang
mengatur perlakuan khusus dan berbeda bagi
negara berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan-kemudahan bagi negara-
negara berkembang anggota WTO
untukmelaksanakan persetujuan WTO.
Pengecualian dari Prinsip
GATT/WTO
(1)
Kerjasama regional, bilateral dan custom
union.
Pasal XXIV GATT 1994 memperkenankan
anggota WTO untuk membentuk kerjasama
perdagangan regional, bilateral dan custom union
asalkan komitmen tiap-tiap anggota WTO yang
tergabung dalam kerjasama perdagangan tersebut
tidak berubah sehingga merugikan negara
anggota WTO lain yang tidak termasuk dalam
kerjasama perdagangan tersebut.(2)
Pengecualian umum.
(2)
Pengecualian umum.
Pasal XX GATT 1994 memperkenankan
suatu negara untuk melakukan hambatan
perdagangan dengan alasan melindungi
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan ;importasi barang yang
bertentangan dengan moral;konservasi
hutan; mencegah perdagangan barang-
barang pusaka atau yang bernilai budaya,
perdagangan emas.
(3)
Tindakan Anti-Dumping dan Subsidi
Pasal VI GATT 1994, Persetujuan
Antidumping dan subsidi memperkenankan
pengenaan bea masuk anti-dumping dan
bea masuk imbalan hanya kepada
perusahaan-perusahaan yang terbukti
bersalah melakukan dumping dan
mendapatkan subsidi.
Tindakan safeguards.
Pasal XIX GATT 1994 dan persetujuan
Safeguard memperkenankan suatu negara
untuk mengenakan kuota atas suatu
produk impor yang mengalami lonjakan
substansial yang merugikan industri dalam
negeri.(5)
Tindakan safeguard untuk
mengamankan balance of payment
(6)
Melarang masuknya suatu produk
yang terbukti mengandung
penyakit berbahaya atau penyakit
menular yang membahayakan
kesehatan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai