Anda di halaman 1dari 25

TUGAS HUKUM INVESTASI DAN PASAR MODAL

Dosen : MAHLIL ADRIAMAN, SH. MH


“TRIMS, MIGA, AFTA DAN PENYELESAIAN SENGKETA
PENANAMAN MODAL DAN PASAR MODAL, KELEMBAGAAN DAN
INSTRUMEN PASAR MODAL”

Disusun Oleh:
ADE FERDIANSYAH 17-089
WAHYU SAPUTRA 19-186
SALMA FADILLAH 19-039
NOVRIANDA WINA SUSMAN 19-123

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUMATERA BARAT

2022
A. PENGERTIAN TRIMS, MIGA AFTA

1. TRIMS (Trade-Related Investment Measures)

TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut

atau berkaitan dengan perdagangan.1Trade-Related Investment Measures

(TRIMs), sebagai salah satu kesepakatan dalam konvensi Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO). Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk

mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan

kebebasan kegiatan investasi antar negara. Tujuan utama TRIMs adalah untuk

menyatukan kebijakan dari negara-negara anggota dalam hubungannya

dengan investasi asing dan mencegah proteksi perdagangan sesuai dengan

prinsip-prinsip GATT.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi dasar perundingan yang

mengarahkan negara-negara penerima modal mengatur investasi asing di

negara tersebut. TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal

asing yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip GATT 1994, sebagai

instrumen untuk membatasi penanaman modal asing, namun ada

pengecualian-pengecualian tertentu asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu

juga Hal ini sangat penting diketahui para pengusaha di Indonesia sehingga

mereka dapat melihat sejak dini kebijakan-kebijakan internasional yang

sangat signifikan mempengaruhi pengembangan usaha di kemudian hari.

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia

merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur

1
Riyanto Astim, World Trade Organization, (Bandung: YAPEMBO, 2003), Cet. 1, hlm
1.
masalah perdagangan antar negara. Sistem perdagangan multilateral WTO

diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan

internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh

negara-negara anggota.

Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota yang

mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan

perdagangan di negaranya masing-masing. Walaupun ditandatangani oleh

pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang

dan jasa, eksportir dan importir dalam kegiatan perdagangan. Pemerintah

Indonesia merupakan salah satu negara pendiri Word Trade Organization

(WTO) dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Oleh sebab itu, apapun alasannya,

cepat atau lambat, kebijakan-kebijakan investasi di Indonesia harus mengacu

pada ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam Konvensi Organisasi

Perdagangan Dunia tersebut.

Bagi negara maju TRIMs diarahkan untuk menghilangkan aturan dalam

bidang investasi yang dapat menimbulkan distorsi dalam perdagangan

internasional. Tuntutan pokok negara-negara maju yang belum dapat diterima

negara berkembang meliputi 2 hal. Pertama, negara berkembang tidak

menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing untuk mengekspor

sebagian produksinya sebagai syarat izin investasi (export performance

requirement). Kedua, menerapkan kebijakan yang menentukan investor asing


untuk menggunakan sebagian dari input produksinya dari sumber dalam

negeri (Domestic Content Requirements)2.

2. PRINSIP-PRINSIP TRIMS

a. Pasal 1 dari TRIMs yaitu: “This Agreement applies to investment

measures related to trade in goods only (referred to in this Agreement as

“TRIMs”). Perjanjian ini hanya berlaku untuk tindakan-tindakan investasi

yang berkaitan dengan perdagangan barang. Menurut Prof Erman

Radjagukguk, Pasal 1 ini atas memiliki 2 (dua) alternatif, pertama bahwa

TRIMs berhubungan dengan perdagangan barang, dan kedua TRIMs

meliputi peraturan-peraturan yang mempunyai akibat penyimpangan dari

prinsip GATT dan merugikan perdagangan barang. Sementara pengertian

kedua hal tersebut adalah mengurangi atau menghapus segala kebijakan

investasi yang menghambat kegiatan perdagangan dan kebebasan kegiatan

investasi dan menghapus aturan investasi yang dapat mengganggu dan

menghambat perdagangan barang dagangan pada TRIMs yang

diidentifikasi.

b. Pasal 2 TRIMS mengatur prinsip “National Treatment” dan “Qualitative

Restrictions”, yang berbunyi: “Without prejudice to other rights and

obligations under GATT 1994, no Member shall apply by TRIMs that is

inconsistent with the provisions of Article XI of GATT 1994.”

Tanpa merugikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya sebagaimana

diatur dalam GATT 1994 tak satupun negara anggota diperkenankan

2
Siti Anisah, “Implementasi TRIMs dalam Hukum Investasi di Indonesia”,( Hukum
Bisnis, Vol. 22, 2005), hlm,34.
memberlakukan TRIMs yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan

Pasal XI GATT 1994]

c. Pasal III GATT berhubungan dengan “National Treatment” di bidang

perpajakan dalam negeri dan Pasal XI berhubungan dengan larangan

umum pembatasan kuantitatif.

TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing

yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip GATT 1994, sebagai instrumen

untuk membatasi penanaman modal asing, namun ada pengecualian-

pengecualian tertentu asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. Perubahan-

perubahan kebijakan pemerintah berkaitan dengan investasi akan terus

berkembang sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui

oleh Pemerintah Indonesia berbagai Konvensi Internasional.

Namun demikian, perlu diingat konvensi internasional di bidang

perdagangan sangat dinamis karena itu diikuti secara regular sehingga tidak

ketinggalan terhadap isu-isu yang sangat signifikan dalam pengembangan

perusahaan.

B. Badan Penjamin Investasi Multilateral (Multilateral Investment

Guarantee Agency; MIGA)

MIGA adalah salah satu satu organisasi anggota Bank Dunia yang

tujuan utamanya adalah menggalakkan penanaman modal untuk tujuan-

tujuan produktif di Negara-negara yang sedang berkembang dan untuk

mencapai tujuan tersebut MIGA berupaya memajukan “saling pengertian

dan kepercayaan antara negara tuan rumah dengan investor asing,


meningkatkan kesadaran kesempatan-kesempatan penanaman modal serta

meningkatkan aliran informasi, pengetahuan dan keahlian dalam proses

penanaman modal.3 Jaminan ini membantu investor melindungi investasi

asing langsungnya dari risiko politik dan non-komersial di negara

berkembang4. MIGA adalah anggota Grup Bank Dunia dan berkantor pusat

di Washington, D.C., Amerika Serikat. MIGA didirikan tahun 1988 dalam

bentuk fasilitas asuransi investasi untuk meningkatkan kepercayaan investor

di negara-negara berkembang.5 Misi resmi MIGa adalah "meningkatkan

investasi asing langsung ke negara-negara berkembang untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan memperbaiki

kehidupan masyarakat".[1] MIGA mencari proyek-proyek yang berusaha

menciptakan lapangan pekerjaan, membangun infrastruktur, menghasilkan

sumber pajak baru, dan memanfaatkan sumber daya alam lewat kebijakan

dan program berkelanjutan.6

MIGA dimiliki dan dipimpin oleh negara-negara anggotanya,

namun dikelola oleh jajaran eksekutif dan stafnya sendiri. Pemegang

sahamnya adalah negara anggota yang menanamkan modal dan memegang

hak suara. MIGA menjamin utang jangka panjang dan investasi ekuitas

beserta aset dan kontrak jangka panjang lain. Badan ini dievaluasi oleh

Grup Evaluasi Independen Bank Dunia setiap tahun.

3
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, (Jakarta: Rajawalti Pers, 2002), h.95
4
Multilateral Investment Guarantee Agency. "Overview". World Bank Group. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-06-21. Diakses tanggal 2012-06-25
5
Multilateral Investment Guarantee Agency. "History". World Bank Group. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2012-05-23. Diakses tanggal 2012-06-25.
6
Multilateral Investment Guarantee Agency. "News & Broadcast: MIGA (Multilateral
Investment Guarantee Agency)". World Bank Group. Diakses tanggal 2012-06-27.
Dapat dikatakan juga bahwa The Multilateral Investment

Guarantee Agency (selanjutnya akan disingkat menjadi MIGA) adalah

suatu Badan Internasional Global yang bergerak dibidang penjaminan atau

pengasuransian kegiatan penanaman modal asing khususnya di negara-

negara berkembang. MIGA didirikan pada tahun 1988.

C. AFTA (ASEAN Free Trade Area)

AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara

ASEAN membentuk suatu kawasan bebas perdagangan untuk

meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia dan menciptakan pasar

regional bagi 500 juta penduduknya ASEAN Community 2015 adalah

konsep bagaimana masyarakat di kawasan Asia Tenggara, terutama

anggota ASEAN menyatu dalam sebuah Negara dan Integritas antara

negara-negara sesama ASEAN. Sinergi dan integritas inilah yang

diharapkan akan membuka peluang bagi masingmasing negara untuk

bekerjasama. Keberadaan komunitas ini muncul untuk menjawab

tantangan globali-sasi yang mulai masuk ke kawasan Asia, khususnya Asia

Tenggara.7 Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan bentuk kerjasama

perdagangan di wilayah negara-negara ASEAN yang mempunyai tujuan

untuk meningkatkan volume perdagangan di antara negara anggota melalui

penurunan tarif beberapa komoditas tertentu, termasuk di dalamnya

beberapa komoditas pertanian.

7
Yuri Rahayu, Penelitian Dosen Salah Satu Trik dalam Menyikapi Peluang dan Tantang
AFTA 2015, Jurnal Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT), 2015, hlm. B-32
.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat

Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA

merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk

membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka

meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan

dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi

tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema

Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area

( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA

melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan

kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.

Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya

kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi

Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines,

Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam

pada tahun 2015.8

Tujuan AFTA

Keberadaan AFTA bisa meningkatkan daya saing untuk membantu

perekonomian negara-negara di ASEAN lebih baik. AFTA bisa

mewujudkan wilayah ASEAN menjadi pusat perekonomian dan menarik

investasi di negara-negara ASEAN.

8
Dampak positif AFTA bagi perekonomian Indonesia. Makin

bervariasinya produk di pasar domestik Indonesia. Menciptakan peluang

pasar baru. Mempermudah perizinan kerja di negara-negara anggota

ASEAN.

Ada 5 masalah pokok yang dapat menjadi kendala Indonesia dalam

menghadapi AFTA 2015:

1. Belum Terwujudnya SDM Unggul. SDM unggul menjadi mutlak

diperlukan apapun bidang maupun sektor yang akan kita perkuat.

2. Hilangnya Ekonomi Pro Rakyat.

3. Semakin Tergerusnya Nilai Sosial.

4. Kearifan Lokal yang Semakin Terlupakan.

Bagi Indonesia, kerja sama AFTA merupakan peluang yang

sangat terbuka untuk kegiatan ekspor komoditas pertanian yang selama ini

menjadi komoditas tebesar yang dihasilkan Indonesia dan dapat bersaing

secara kompetitif pada pasar regional.

D. PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL DAN PASAR

MODAL
1. PENYELESAIAN SENGKETA TENTANG PENANAMAN MODAL

DALAM NEGERI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 25

TAHUN 2007

Satu hal yang sering menjadi pertimbangan calon investor, jika ia

ingin menanamkan modalnya di luar negeri adalah, eksistensi lembaga

penyelesaian sengketa antara investor dengan negara tuan rumah.

Sebenarnya secara konvensional di negara manapun di dunia ini telah

tersedia lembaga penyelesaian sengketa yakni lembaga peradilan, yang

dalam teori hukum ketatanegaraan dikenal sebagai lembaga yudikatif.

Sengketa atau perselisihan bisnis dalam dunia usaha sering tak terelakkan

dan oleh karena itu harus diantisipasi dari awal. Begitu pula dalam urusan

penanaman modal. Menyadari keadaan ini.9

Undang-Undang Penanaman Modal memuat klausula yang cukup

jelas mengenai mekanisme penyelesaian sengketa. Kejelasan tersebut

penting demi mewujudkan kepastian bagi para investor. Menurut Ana

Rokhmatussa’dyah dan Suratman adanya mekanisme penyelesaian

sengketa yang efektif juga merupakan salah satu faktor yang

diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan kegiatan

penanaman modal. Mekanisme penyelesaian sengketa efektif tersebut

mencakup:

9
Lydia Kaunang, “Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007”, Jurnal Lex Privatum, Vol. 5 No.1, Agustus 2017, hlm. 102.
a. Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional,

badan peradilan atau arbitrase internasional, atau forum

penyelesaian sengketa alternatif lainnya.

b. Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam

sengketa tersebut.

c. Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang

wajar.

d. Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses

pengambilan keputusan.

e. Efektivitas pelaksanaan/implementasi keputusan pengadilan,

arbitrase, dan badan-badan penyelesaian sengketa lainnya.

f. Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.10

Sedangkan Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 32

mekanisme penyelesaian sengketa antara lain.11

1. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara

Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu

menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.

2. Dalam hal penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui

arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan

sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

10
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasal Modal, ( Jakarta:
Sinar Grafika,2009) hlm. 12.
11
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
3. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara

Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat

menyelesaikan sengketa tersebut. melalui arbitrase berdasarkan

kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui

arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan

dilakukan di pengadilan.

4. Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara

Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan

menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional

yang harus disepakati oleh para pihak.

Menurut Undang-Undang 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal ini, Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan, diuraikan

bagaimana cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila

terjadi sengketa dibidang penanaman modal. Umumnya cara-cara

penyelesaian sengketa dalam penanaman modal adalah berbentuk

penyelesaian sengketa dengan cara sebagai berikut:

a. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Penyelesaian sengketa

penanaman modal melalui pengadilan dilakukan apabila cara

penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan mufakat tidak

tercapai. Cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan kurang

dirasakan adil, dan kurang dipercaya oleh investor. Para investor

cenderung menganggap cara penyelesaian melalui pengadilan tidak

efektif dan efisien. Penyelesaian melalui pengadilan tidak begitu


praktis. Masing-masing pihak menginginkan supaya penyelesaian

secepatnya terlebih dibutuhkan karena pihak-pihak yang

bersangkutan harus hidup bersama-sama sebaik-baiknya.

b. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Cara penyelesaian

sengketa di bidang penanaman modal melalui arbitrase merupakan

cara penyelesaian sengketa yang popular di bidang penanaman

modal dan hampir di semua negara memilih cara penyelesaian

sengketa penanaman modal melalui lembaga arbitrase. Hal ini

karena melalui arbitrase dirasakan lebih praktis, cepat, dan murah.

Di samping itu, karena arbitrase memiliki kelebihan atau

keunggulan yang tidak dimiliki peradilan umum yaitu sebagai

berikut:12

1) Kebebasan, kepercayaan,dan keamanan, yaitu memberikan

kebebasan otonomi yang sangat luas kepada para pelaku bisnis

(pihak yang bersengketa) dan memberikan rasa aman terhadap

keadaan tak menentu /kepastian berkenaan dengan system hukum

yang berbeda serta terhadap kemungkinan putusan yang berat

sebelah.

2) Keahlian arbiter, yaitu para arbiter merupakan orang-orang yang

mempunyai keahlian besar mengenai permasalahan yang

disengketakan.

3) Cepat dan hemat biaya, yaitu proses pengambilan keputusan cepat,

tidak terlalu formal dan putusannya bersifat final dan banding.


12
Ibid. 268.
Permasalahan baru muncul jika pihak yang kalah tidak mau

melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela.

4) Bersifat confidental, yaitu arbitrase bersifat rahasia dan tertutup,

oleh karenanya pemeriksaan dilakukan dalam sidang tertutup

termasuk pengucapan keputusannya.

5) Bersifat non preseden, artinya putusan arbitrase tidak mempunyai

preseden, maka mungkin saja dengan masalah yang sama dihasilkan

putusan arbitrase yang berbeda di masa datang.

6) Independen,artinya pemeriksaan arbitrase dilakukan oleh para

arbiter yang dipilih oleh kedua belah pihak dan dalam memberikan

putusannya arbiter tidak dipengaruhi oleh pihak luar termasuk

pemerintah.

7) Final dan binding, artinya putusan arbitrase merupakan putusan

terakhir yang mengikat parapihak dan mempunyai kekuatan hukum

tetap,dimana atas keputusan tersebut tidak dapat banding.

8) Kepekaan arbiter artinya arbiter menerapkan hukum yang berlaku

dalam menyelesaikan masalah dan akan lebih memberikan

perhatian privat terhadap keinginan,realitas,dan praktik para pihak.

Jikalau pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi/pencabutan hak

milik secara atas perusahaan-perusahaan modal asing atau tindakan-

tindakan yang mengurangi hak menguasai dan/atau mengurus

perusahaan yang bersangkutan, maka pemerintah wajib memberikan

kompensasi atau ganti rugi yang jumlah, macam dan cara


pembayarannya disetujui oleh kedua belak pihak.13 Jikalau antara kedua

belak pihak tidak tercapai persetujuan mengenai jumlah, macam dan

cara pembayaran kompensasi tersebut, maka akan diadakan arbitrase

yang putusannya mengikat kedua belak pihak.

Badan arbitrase terdiri dari tiga orang yang dipilih oleh pemerintah dan

pemilik modal asing masing-masing satu orang dan orang ketiga dipilih

oleh kedua belak pihak. Penyelesaian sengketa antara pemerintah

dengan investor asing dapat dilakukan melalui musyawarah dan

mufakat maupun arbitrase internasional. Musyawarah dan mufakat

merupakan cara penyelesaian sengketa yang dapat dikatakan sebagai

khas Indonesia, dan sesuai dengan Pancasila. Apabila cara ini

ditempuh, maka tidak ada pihak yang kalah dan menang.

E. KELEMBAGAAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat

berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek

adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,

obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi atau

setiap derivative dari efek atau setiap instrument yang diteteapkan oleh

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lemabaga Keuangan (Bapepam LK)

sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa

efek) biasanya berjangka waktu panjang. Instrument yang paling umum

13
Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, (Jakarta: Kuwais) 2012, hal. 251.
diperjualbelikan melalui bursa efek antara lain saham, obligasi, right,

obligasi konversi.14

Jenis instrumen pasar modal

1. Saham Dikutip dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis

(2/12/2021), instrument pasar modal pertama adalah saham (stock).

Saham adalah salah satu instrumen pasar keuangan yang paling

populer. Tidak hanya populer, saham adalah instrumen investasi

yang banyak dipilih para investor karena mampu memberikan

tingkat keuntungan yang menarik.

2. Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan

usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan

menyertakan modal, maka pihak tersebut memiliki klaim atas

pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak

hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Obligasi (Surat Utang) Instrumen pasar modal kedua adalah surat

utang atau obligasi. Obligasi adalah salah satu efek yang tercatat di

bursa. Obligasi biasanya diterbitkan oleh korporasi maupun Negara.

Obligasi dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat utang di

samping sukuk.

4. Reksadana Instrumen pasar modal ketiga adalah reksadana. Produk

reksadana adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat

pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki

14
Rosdaniah dan Abdul Aziz, Peluang dan Tantang Pasar Modal Syariah, Jurnal
MUBEZA: Pemikiran Hukum dan Ekonomi Islam, Vol. 11 No.2, September 2021, hlm 3.
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi

mereka.

5. Exchange Traded Fund (ETF) Instrumen pasar modal keempat

adalah ETF. Sederhananya, ETF adalah reksadana berbentuk kontrak

investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa

efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini

diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF

merupakan penggabungan antara unsur reksadana dalam hal

pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual

maupun beli.

6. Derivatif Instrumen pasar modal keempat adalah derivatif. Derivatif

adalah kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang

keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut

sebagai underlying assets.

a. KELEMBAGAAN

Daftar lembaga penunjang pasar modal:

1) Biro Administrasi Efek Lembaga penjunjang pasar modal pertama

adalah Biro Administrasi Efek, yaitu perusahaan yang berdasarkan

kontrak tertentu dengan emiten, menyediakan jasa-jasa seperti

melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran

deviden, pembagian hak opsi, dan emisi sertifikat.

2) Tempat Penitipan Harta (Kustodian) Lembaga penjunjang pasar

modal kedua adalah Bank Kustodian, yaitu bank yang


mendapatkan persetujuan dari OJK untuk bertindak sebagai pihak

yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan

dengan efek serta jasa lain. 

3) Wali Amanat Lembaga penjunjang pasar modal berikutnya adalah

wali amanat, yaitu perusahaan yang dipercaya untuk mewakili

kepentingan seluruh investor obligasi atau sekuritas kredit.

4) Penanggung Lembaga penjunjang pasar modal keempat adalah

penanggung, yaitu perusahaan yang menanggung pembayaran

kembali jumlah pokok dan bunga emisi obligasi.

5) Lembaga Kriling dan Pinjaman (LKP) Lembaga penjunjang pasar

modal kelima adalah LKP, yaitu perusahaan yang memiliki tugas

mencatat transaksi yang dilakukan oleh perusahaan pialang.

6) Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan (LPP) Lembaga

penjunjang pasar modal selanjutnya adalah LPP, yaitu perusahaan

yang memiliki tanggung jawab menyelesaikan semua transaksi

yang sudah dicatat oleh LKP.

7) Akuntan Publik Akuntan publik adalah pihak yang mempunyai

wewenang untuk melakukan pemeriksaan atas keuangan emiten,

guna memberikan pendapat atas laporan keuangan yang

dipublikasikan oleh emiten.

8) Konsultan Hukum Konsultan hukum adalah pihak yang

memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emisi

efek yang dilakukan oleh emiten.


9) Notaris Notaris adalah pihak yang mempunyai wewenang untuk

membuat akta autentik tentang perjanjian dan pernyataan yang

dibuat oleh pelaku pasar modal, terutama emiten dalam rangka go

public.

10) Penilai Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangai

laporan penilaian atas nilai aktiva yang dibuat berdasarkan

pemeriksaan menurut keahlian dari penilai.

11) Ahli Syariah Pasar Modal Ahli syariah pasar modal adalah orang

perseorangan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di

bidang syariah. Ahli syariah pasar modal juga diartikan sebagai

badan usaha yang pengurus dan pegawainya memiliki pengetahuan

dan pengalaman di bidang syariah. Ahli syariah pasar modal

memberikan nasihat dan mengawasi pelaksanaan penerapan prinsip

syariah di pasar modal dalam kegiatan usaha perusahaan serta

memberikan pernyataan kesesuaian syariah atas produk atau jasa

syariah di pasar modal.15

Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada Bab-Bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

15
https://money.kompas.com/read/2021/12/02/152656426/instrumen-pasar-modal-
pengertian-jenis-dan-lembaga-penunjangnya?page=all, dikunjungi 26 November 2022
1. Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO-TRIMs Agreement telah

menjabarkan Prinsip Non Discrimination khususnya prinsip dan prinsip

Transparancy ke dalam Undang,ndang Pasar Modal Indonesia melalui

ketentuan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 6 Undang-Undang No. 25 tahun 2007

Tentang Pasar Modal Sementara itu meskipun Indonesia bukan sebagai Negara

anggota OECD namun sebagai mitra kerja telah menjabarkan enam (6) Prinsip-

prinsip utama dari OECD khususnya yang berkaitan dengan GCG ke dalam

berbagai ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan perdagangan

barang dan jasa seperti dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, PBI Nomor 8/14/PBI/2006, serta peraturan OJK.

2. Dalam kerangka perjanjian internasional WTO-TRIMs Agreement pada

dasarnya setiap negara anggota berkewajiban mentaati prinsip-prinsip TRIMs

yang telah disepakatinya. Namun demikian dalam kerangka harmonisasi

hukum baik berkaitan dengan kesulitan-kesulitan terkait kondisi sosial,

ekonomi, serta nilai-nilai yang mungkin berbeda di suatu negara anggota

termasuk Indonesia, WTO-TRIMs memberikan pengecualian-pengecualian

dengan persyaratan Dewan TRIMs. Dalam kerangka kewajiban Indonesia

menjabarkan prinsip Non Discrimination dalam ketentua investasi (UUPM)

tampak tidak sepenuhnya konsisten dengan TRIMs. Sebagaimana dalam Pasal

4 (2) huruf. a. UUPM mengatur tentang perlakuan yang sama, namun tetap

memperhatikan kepentingan nasional. Realita penormaan substansi hukum

seperti itu bukanlah menyiratkan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara

anggota yang tidak patuh dengan kewajiban-kewajiban WTO, karena


sesungguhnya dalam ketentuan hukum WTO termasuk juga dalam TRIMs

Agreement diberi ruang atau mengatur pengecualian yaitu special sebagaimana

diatur dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 5 TRIMs.

SOAL ESSAY
1. Jelaskan apa yang dimaksud dari prinsip-prinsip trims yang terdapat dalam

pasal 1 this agreement appliens to investment measure related to in goods

only (referend to in this agreement as trims).

Jawabannya : Perjanjian ini hanya berlaku untuk tindakan-tindakan

investasi yang berkaitan dengan perdagangan barang]. Menurut Prof

Erman Radjagukguk, Pasal 1 ini atas memiliki 2 (dua) alternatif, pertama

bahwa TRIMs berhubungan dengan perdagangan barang, dan kedua

TRIMs meliputi peraturan-peraturan yang mempunyai akibat

penyimpangan dari prinsip GATT dan merugikan perdagangan barang.

Sementara pengertian kedua hal tersebut adalah mengurangi atau

menghapus segala kebijakan investasi yang menghambat kegiatan

perdagangan dan kebebasan kegiatan investasi dan menghapus aturan

investasi yang dapat mengganggu dan menghambat perdagangan barang

dagangan pada TRIMs yang diidentifikasi.

2. Coba sebutkan masalah pokok yang dapat menjadi kendala indonesia

dalam menghadapi AFTA 2015.

a. Belum terwujunya SDM unggul

b. Hilangnya ekonomi pro rakyat

c. Semakin tergerusnya nilai sosial

d. Kearifan lokal yang semakin terlupakan

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Exchange Traded Fund (ETF)

Instrumen pasar modal keempat adalah ETF.


Jawabannya : ETF adalah reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif

yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Meskipun ETF

pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti

saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan

antara unsur reksadana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme

saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

4. Jelaskan bagaimana sebagai salah satu kesepakatan dalam konvensi

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Jawabannya : Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk mengurangi atau

menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan kegiatan

investasi antar negara. Tujuan utama TRIMs adalah untuk menyatukan

kebijakan dari negara-negara anggota dalam hubungannya dengan

investasi asing dan mencegah proteksi perdagangan sesuai dengan prinsip-

prinsip GATT.

5. Jelaskan bagaimana tujuan dari AFTA ?

Jawabannya : Keberadaan AFTA bisa meningkatkan daya saing untuk

membantu perekonomian negara-negara di ASEAN lebih baik. AFTA bisa

mewujudkan wilayah ASEAN menjadi pusat perekonomian dan menarik

investasi di negara-negara ASEAN. Dampak positif AFTA bagi

perekonomian Indonesia. Makin bervariasinya produk di pasar domestik

Indonesia. Menciptakan peluang pasar baru. Mempermudah perizinan

kerja di negara-negara anggota ASEAN.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasal
Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, Jakarta: Rajawalti Pers,
2002.

Riyanto Astim, World Trade Organization, Bandung: YAPEMBO,


2003.

Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, Jakarta: Kuwais, 2012.

Siti Anisah, “Implementasi TRIMs dalam Hukum Investasi di Indonesia”,


Hukum Bisnis, Vol. 22, 2005.

B. Perundang- undangan

Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman


Modal.

C. Jurnal

Lydia Kaunang, “Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Menurut


Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007”, Jurnal Lex Privatum,
Vol. 5 No.1, Agustus 2017.

Rosdaniah dan Abdul Aziz, Peluang dan Tantang Pasar Modal Syariah,
Jurnal MUBEZA: Pemikiran Hukum dan Ekonomi Islam, Vol. 11
No.2, September 2021.

Yuri Rahayu, Penelitian Dosen Salah Satu Trik dalam Menyikapi Peluang
dan Tantang AFTA 2015, Jurnal Seminar Nasional Inovasi dan
Tren (SNIT), 2015.
D. Website

https://money.kompas.com/read/2021/12/02/152656426/instrumen-pasar-
modal-pengertian-jenis-dan-lembaga penunjangnya?page=all

Anda mungkin juga menyukai