DISUSUN OLEH:
Dosen Pengampu :
Azza Bimantara, M.A
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS FISIP
HUBUNGAN INTERNASIONAL
1. LATAR BELAKANG
Permintaan global akan nikel terus meningkat seiring dengan perkembangan
teknologi dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Sebagai salah satu
produsen utama nikel di dunia, Indonesia memiliki cadangan nikel yang melimpah
dan industri pertambangan nikel yang kuat. Namun, pada tahun 2020, Indonesia
mengumumkan kebijakan untuk menghentikan ekspor nikel mentah dan
mendorong pengolahan nikel di dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah
produk dan mempromosikan perkembangan industri hilir.
Dampak kebijakan ini terasa di Uni Eropa, yang merupakan salah satu pengimpor
terbesar nikel di dunia. Uni Eropa menghadapi ketidakpastian pasokan dan
peningkatan harga bahan baku nikel yang mereka impor dari Indonesia. Dalam
BLIrangka melindungi kepentingan industri mereka dan memastikan pasokan
yang stabil, Uni Eropa mengajukan gugatan terhadap Indonesia di WTO, dengan
argumen bahwa kebijakan penghentian ekspor nikel melanggar prinsip-prinsip
perdagangan internasional yang diatur oleh organisasi tersebut.
Selain itu, reaksi dan tanggapan Indonesia terhadap gugatan Uni Eropa juga
memainkan peran penting dalam sengketa ini. Indonesia dapat menunjukkan bukti
dan argumen yang mendukung kebijakannya, serta mencari solusi alternatif untuk
mengatasi perselisihan ini secara damai dan konstruktif.
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Peran WTO dalam menyelesaikan sengketa
perdagangan nikel Indonesia dan Uni Eropa
3. LANDASAN KONSEPTUAL
Kami disini akan memakai teori liberalism institusioalizm menurut Robert O.
Keohane. Keohane menunjukkan bahwa kerja sama internasional dapat
dipertahankan melalui interaksi berulang, transparansi, dan pemantauan. Robert
Keohne juga menyebutkan bahwa terciptanya teori ini atas dasar sebagai promosi
guna mendorong negara-negara dalam menjalin kerja sama dan menciptakan
kestabilan keamanan ataupun untuk mengelola institusi internasional. Kemunculan
teori ini juga diasumsikan sebagai suatu alternatif untuk realisme dalam teori
hubungan internasional, hal tersebut telah menjadi perdebatan sejak tahun 1970
mengenai validitas liberal institusional sebagai alternatif nyata untuk realisme.
Kami akan memaparkan 7 poin untuk melihat peran WTO
Tujuan lain dari perjanjian ini adalah untuk memeastikan agar regulasi,
standar, pengujian, dan prosedur sertifikasi teknis tidak menjadi hambatan
yang tidak di perlukan bagi perdagangan. Perjanjian ini melarang pengguan
persyaratakan teknis membatasi perdagangan. Tetapi memperbolehkan
hambatan teknis yang memiliki tujuan sah, seperti perlindungan lingkungan,
Kesehatan dan keselamatan manusia dan hewan. Perjanjian TBT sangat
mendorong anggota untuk mendasarkan Tindakan mereka pada standar
internasional sebagai sarana untuk mefasilitasi perdagangan.
Pertanian
Kapas
Perizinan impor
Tindakan non – tarif ( secara umum )
Pembatasan kuatitatif
Aturan asal
ePing – Platform SPS&TBT
kekhawatiran perdagangan
fasilitas perdagangan
Hak milik intelektual
hak milik intelektual
Statistic
Statistik WTO
Dasbor statistic
4. METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif bertujuan untuk menghasilkan
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dari perilaku yang dapat diamati dari
subyek itu sendiri dan berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi (Rahardjo, 2017). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan
penelitian kualitatif yang mana penulisan hasil penelitian ini berdasarkan
pandangan peneliti yang kemudian dikaitkan dan dibuktikan dengan fakta. Di
dalam penelitian ini penulis juga disebut sebagai human instument, berusaha
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu dengan menggunakan perspektif peneliti sendiri (Moleong, 2005). Jadi,
dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjelaskan serta mendeskripsikan
mengenai efektivitas peran WTO dalam menangani sengketa gugatan Uni Eropa
terhadap Indonesia atas Kebijakan Penghentian Ekspor Nikel ke Eropa dengan
menggunakan Teori Liberalisme Institusional dan konsep Perdagangan
internasional.
5.3. Dampak putusan WTO terhadap Indonesia dan data Ekspor Impor
Dampak kekalahan Indonesia dalam sidang WTO terkait nikel dapat memiliki
konsekuensi yang signifikan bagi negara dan sektor industri nikel di Indonesia.
Dalam hal ini, dampak pertama yang mungkin terjadi adalah pembatasan ekspor.
Jika WTO memutuskan bahwa kebijakan ekspor nikel Indonesia melanggar
aturan, Indonesia mungkin diharuskan untuk mengubah atau menghapus
pembatasan ekspor yang ada. Hal ini dapat berdampak langsung pada industri
nikel di Indonesia, mengurangi tingkat ekspor dan menghambat pertumbuhan
industri tersebut.
Berdasarkan data dari Trading Economics, Uni Eropa mengimpor nikel dari
Indonesia sebesar US68,9 juta selama tahun 2021 dan mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya 2020 sebesar US30 juta. Indonesia menguasai
setidaknya kurang lebih 20% total ekspor nikel di dunia dan mengukuhkan
Indonesia sebagai eksportir nikel No. dua terbesar kepada negara-negara Uni
Eropa. Pada kuarta kedua 2019 Indonesia mendapatkan ekspor bijih naik
signifikan sebesar 18% pada tahun tersebut (Trading Economics, 2022).
Menurut sumber EUROFER (2020) bahwa negara anggota Uni Eropa yang
memproduksi nikel terbesar adalah Jerman (25,6%), Italia (14,6%), Prancis
(8,3%), Spanyol (8,0%), Polandia (5,6%), Britania Raya (5,1%), Austria (4,9%),
Belgia (4,4%), Belanda (4,3%), Republik Ceko (3,2%), Swedia (3,1%), Finlandia
(2,5%), Slovakia (2,5%), Romania (2,0%), Negara anggota UE lainnya (1,6%).
Jerman, Italia dan Prancis menjadi negara yang memproduksi nikel terbesar di Uni
Eropa, diketahui bahwa ketiga negara tersebut memiliki legitimasi tertinggi
diantara negara-negara Uni Eropa lainnya sehingga kebijakan penghentian ekspor
nikel Indonesia tentu mepengaruhi produksi nikel mereka (Nickel Institute, 2013).
Kondisi tersebut yang membuat Uni Eropa beranggapan bahwa Indonesia telah
menghalangi peningkatan industri baja yang melibatkan 30 ribu pekerja langsung
dan 200 ribu pekerja tidak langsung serta membuat produktivitas pembuatan
berbagai macam produk baja stainless steel Uni Eropa mengalami penurunan yang
tentu mengakibatkan kerugian. Menurut sumber dari EUROFER (The European
Steel Association), Jerman merupakan negara anggota Uni Eropa yang
memproduksi baja terbesar dengan jumlah total produksi 35,66 juta ton atau
sekitar 25,6% di tahun 2020 dan diperkirakan akan meningkat di tahun berikutnya
karena Jerman sedang meningkatkan industri otomotifnya (Nickel Institute, 2013).
6. KESIMPULAN
Kebijakan penghentian ekspor nikel Indonesia yang tertuang dalam Peraturan
Menteri ESDM No. 11 Tahun 2019 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
ESDM yang mulai diterapkan pada 1 Januari 2020 telah berhasil membuat Uni
Eropa terancam dan merasa dirugikan. Hal tersebut terjadi karena Uni Eropa
memiliki kepentingan dan ketergantungan atas sumber daya nikel yang dimiliki
Indonesia. Sebab itu, Uni Eropa mengambil tindakan dengan melaporkan
Indonesia ke organisasi internasional World Trade Organization (WTO) yang
mempunyai otoritas dalam mengatur perdagangan internasional dengan
berlandaskan pada Pasal 11 ayat 1 GATT 1994 tentang pembatasan ekspor.
Peranan yang sangat penting ditanggung oleh WTO demi keberlangsungan kerja
sama yang solid. WTO mempunyai prosedur atau mekanisme penyelesaian
sengketa yang dikenal dengan Dispute Settlement Mechanism (DSM) yang
merupakan salah satu mekanisme penyelesaian sengketa perdagangan
internasional paling aktif di dunia dan dilaksanakan melalui Dispute Settlement
Body (DSB) yang merupakan badan otoritas penyelesaian sengketa di bawah
nauangan WTO. Peranan WTO sangat penting dalam menyelesaikan kasus
persengketaan yang terjadi. Jika kedua belah pihak yang tengah berselisih tidak
mampu mencapai solusi dan kesepakatan bersama, maka disanalah peran
organisasi internasional diperlukan. WTO harus bersikap objektif, fairness dan
tidak mendiskriminasi negara anggotanya dalam mengambil keputusan.
7. REFRENSI
UMAYA, S. (2023). ANALISIS PERANAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DALAM
SENGKETA GUGATAN UNI EROPA TERHADAP INDONESIA ATAS KEBIJAKAN
PENGHENTIAN EKSPOR NIKEL KE EROPA (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Azis, V. A. A., & Abrianti, S. (2021). Analisis Terhadap Larangan Ekspor Bijih Nikel Kadar
Rendah Berdasarkan Prinsip Restriksi Kuantitatif. Hukum Pidana dan Pembangunan
Hukum, 3(2), 1-10.
Dewi, Y., & Azzahra, M. J. (2022). Re-examining Indonesia’s Nickel Export Ban: Does it Violate
the Prohibition to Quantitative Restriction?. Padjadjaran Journal of International Law, 6(2),
180-200.
Hanif, I. D., & Fuadi, A. (2021). Gugatan Uni Eropa Ke World Trade Organization (WTO)
Terhadap Indonesia Terkait Dengan Kebijakan Larangan Ekspor Bijih Nikel Indonesia Tahun
2019. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 8(2), 1-15.
UMAYA, S. (2023). ANALISIS PERANAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) DALAM
SENGKETA GUGATAN UNI EROPA TERHADAP INDONESIA ATAS KEBIJAKAN
PENGHENTIAN EKSPOR NIKEL KE EROPA (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Suhartono, I. D. (2019). Kebijakan Percepatan Larangan Ekspor Ore Nikel Dan Upaya Hilirisasi
Nikel. Jurnal Info Singkat, 11.
Keohane, R. O., Nye, J. S., & Hoffmann, S. (Eds.). (1993). After the Cold War: international
institutions and state strategies in Europe, 1989-1991. Harvard University Press.
American Journal of International Law , Volume 96 , Edisi 1 , Januari 2002 , hal. 146-158
Rabbani, D. R. S. (2021). A Critical Study Of TFA WTO (World Trade Organization): Analysis
Of The Implementation Of International Trade Policies In Indonesia. Jurnal Hukum Lex
Generalis, 2(1), 14-39.