OLEH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang telah sangat tua
dan berperan penting dalam menjalankan roda kehidupan suatu negara. Perdagangan
internasional yang dilakukan banyak negara saat ini mengakibatkan pembentukan sebuah
organisasi internasional yang bergerak di bidang perdagangan yaitu World Trade
Organization (WTO). Pembentukan WTO memberikan konsep liberalisasi perdagangan
kepada setiap negara anggotanya.
Salah satu tujuan dari adanya perdagangan internasional yaitu untuk meningkatkan
pendapatan (income) dalam negeri itu sendiri. Proses perdagangan internasional ini tidak
semata-mata sederhana atau mudah, melainkan harus ada suatu perjanjian antara negara yang
bersangkutan, baik dalam lingkup bilateral, multilateral, unilateral dan regional, dari proses
perjanjian ini muncul yang namanya kesepakatan-kesepakatan, misalnya traktat, konvensi,
aturan organisasi perserikatan bangsa-bangsa dan lain sebagainya.
Oleh karena itu sangat diperlukan hubungan perdagangan antar negara yang tertib dan
adil, untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan di bidang perdagangan internasional,
diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban
para pelaku perdagangan internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara
terkandung dalam dokumen General Agreement on Tariffs and Trade/GATT (selanjutnya
dalam skripsi ini disebut GATT) yang ditandatangani negara-negara tahun 1947 dan mulai
diberlakukan sejak tahun 1948.
Penyelesaian sengketa dalam perdagangan internasional sendiri juga tidak lepas dari
peranan suatu negara yang ada di dalamnya, dimana negara sendiri merupakan subyek
hukum internasional. Negara sebagai suatu subyek memiliki peranan atau fungsi secara garis
besar yaitu membuat undangundang (legislatif), menjalankan undang-undang (eksekutif) dan
mengawasi pemerintah (yudikatif).
Sebagai sebuah regim perdagangan internasional, WTO memiliki dua sisi yang dapat
memberikan keuntungan maupun kerugian bagi masing-masing negara anggotanya. Sisi
positif tersebut dapat dijelaskan dengan adanya anggapan bahwa, WTO akan dapat
memberikan peluang bagi negara-negara anggota untuk memperluas pasar perdagangan,
memberikan banyak pilihan untuk produksi maupun konsumsi, serta meningkatkan taraf
perekonomiannya. Sedangkan dalam pengambilan keputusan terkait berbagai isu, kebijakan
akan diputuskan oleh negara-negara anggota yang saling berdialog, bukan oleh WTO. 4
Fakta bahwa penyelesaian sengketa didasarkan pada perjanjian WTO, berarti bahwa ada
dasar yang jelas untuk menilai siapa yang benar atau salah. Setelah penghakiman dibuat,
perjanjian memberikan fokus alternatif untuk tindakan yang perlu diambil selanjutnya.
B. Pembahasan
Tentu saja perdagangan internasional telah berlangsung selama berabad-abad, tetapi pada
saat itu perdagangan masih sangat sederhana, yang ditunjukkan oleh fakta bahwa
perdagangan itu termasuk dalam kebutuhan dasar masyarakat. Namun, pada tahun 1980-an
dan 1990-an, perekonomian dunia mengalami gejolak stabilitas perdagangan internasional.
Mata uang yang mempengaruhi munculnya berbagai masalah ekonomi yang serius dan
kompleks telah mendorong para pemimpin nasional untuk berkumpul dan membahas
kebutuhan untuk mengatasi masalah ini.
Perkembangan ekonomi dan perdagangan didorong oleh arus komunikasi atau globalisasi
yang melintasi batas-batas negara dan hambatan geografis, dan ini dengan cepat
dimungkinkan oleh pola perdagangan dan bisnis internasional. Seperti yang dikatakan
Kenichi Ohmae, dunia ini tidak terbatas. Ini bukan hanya fantasi, ini adalah kenyataan yang
harus dihadapi. Organisasi dunia di bidang ekonomi, World Trade Organization (WTO),
didirikan pada tahun 1995, lahir. Organisasi ini merupakan badan internasional yang secara
khusus mengatur perdagangan dunia antar negara. Fungsi utamanya adalah untuk
memfasilitasi arus perdagangan global melalui penerapan aturan perdagangan multilateral
yang telah disepakati bersama.
Latar belakang berdirinya World Trade Organization (WTO) itu sendiri tidak lepas dari
peristiwa Perang Dunia II yang lalu. Selama Perang Dunia II, Sekutu, terutama Amerika
Serikat dan Inggris Raya, mulai membentuk organisasi ekonomi internasional untuk
memenuhi kebijakan ekonomi internasional mereka. Tujuan awalnya adalah untuk
mengeluarkan arahan yang disebut Perjanjian Perdagangan Bersama, sebuah undang-undang
yang mensyaratkan komitmen bersama untuk mengurangi tarif perdagangan. Mutual Trade
Agreements Act sendiri memberikan kebijakan bagi presiden untuk merundingkan
penurunan tarif. Pembentukan World Trade Organization sendiri merupakan penerus GATT
(General Agreement on Tariffs and Trade).
1. Perlakuan yang adil untuk semua anggota (Most Favoured Nations Treatment-MFN).
Prinsip ini di atur dalam pasal I GATT 1994 yang menyatakan bahwa persyaratan
komitmen yang telah dibuat atau ditandatangani harus diperlakukan secara sama
menyeluruh kepada semua negara anggota WTO (azas non diskriminasi) secara tanpa
bersyarat.
2. Pengikatan Tarif (Tarif binding) Prinsip ini diatur dalam pasal II GATT 1994, yang
menyatakan bahwa setiap negara anggota GATT atau WTO harus memiliki daftar produk
yang tingkat bea masuk atau tarifnya harus diikat (legally bound).
3. Perlakuan nasional (National treatment) Prinsip yang diatur dalam pasal III GATT 1994
yang menyatakan bahwa persyaratan suatu negara tidak diperkenankan untuk
memberlakukan diskriminasi antara produk impor dengan produk dalam negeri. Jenis-
jenis tindakan yang dilarang berdasarkan ketentuan ini antara lain adalah seperti
pungutan dalam negeri, undang-undang, peraturan dan lainnya
4. Perlindungan hanya melalui tarif. Prinsip ini diatur dalam pasal 11 yang mensyaratkan
agar bahwa perlindungan atas industri dalam negeri hanya diperkenankan melalui tarif.
Menurut John J. Carter yang dimaksud dengan tarif adalah pajak yang dikenakan atas
barang yang diangkat dari sebuah kekuasaan politik ke suatu wilayah lain.
5. Perlakuan khusus dan berbeda bagi negara-negara berkembang (Special dan Differential
Treatment for developing countries – S&D). Semua persetujuan WTO memiliki
ketentuan yang mengatur perlakuan khusus dan berbeda bagi negara berkembang. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi negara-negara berkembang anggota
WTO untuk melaksanakan persetujuan WTO.
Hampir semua perjanjian WTO mengatur, atau disebut, perlakuan diskriminatif khusus.
Namun, jika ini berlaku untuk anggota negara berkembang, itu akan membantu memfasilitasi
masuknya mereka ke dalam sistem perdagangan global untuk mempromosikan pembangunan
ekonomi.
C. Kesimpulan
H.S.Kartadjoemana, GATT dan WTO Sistem Forum dan Lembaga Internasional di Bidang
Perdagangan, Jakarta : Universitas Indonesia, 2002, hlm. 34
yang Melibatkan Negara Sedang Berkembang, Volume 29, Nomor 1, Juni Tahun 2009.
Syahmin, AK, Hukum Dagang Internasional 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,