Anda di halaman 1dari 7

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satu-
satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara.
Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-
aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani
oleh negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-anggota
yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya.
Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para
produsen barang dan jasa, eksportir dan importer dalam kegiatan perdagangan. Indonesia
merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan
WTO melalui UU NO. 7/1994.

WTO atau Organisasi Pedagangan Dunia adalah badan antar-pemerintah, yang mulai
berlaku 1 Januari 1995. WTO merupakan metamorfosis dari Perjanjian Umum Bea Masuk dan
Perdagangan atau GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang didirikan tahun 1947,
sebagai bagian dari kesepakatan di Bretton Woods, Amerika. Sejak 1947 ada delapan
perundingan dagang dimana Putaran Uruguay adalah perundingan paling akhir yang terpanjang
(berlangsung dari September 1986 hingga April 1994), rumit dan penuh kontroversi sebelum
melahirkan WTO. Berbeda dengan GATT yang menyusun aturan main di bidang perdagangan
internasional, tetapi bukan sebuah institusi; sementara metamorfosisnya yaitu WTO adalah
sebuah institusi dengan aturan yang jelas serta daya penegakan yang kuat. Dengan disahkan
berdirinya WTO, maka semua kesepakatan perjanjian GATT kemudian diatur di dalam WTO plus
isu-isu baru yang sebelumnya tidak diatur seperti perjanjian TRIPs (Hak atas Kekayaan
Intelektual yang terkait dengan perdagangan), Jasa (GATS lihat penjelasan mengenai sektor
jasa), dan aturan investasi (TRIMs). Perjanjian WTO mengikat secara hukum. Negara anggota
yang tidak mematuhi perjanjian bisa diadukan oleh negara anggota lainnya karena merugikan
mitra dagang, serta menghadapi sanksi perdagangan yang diberlakukan oleh WTO. Karena itu
sistem WTO bisa sangat berkuasa terhadap negara-negara anggota dan mampu memaksakan
aturan-aturannya, karena anggota terikat secara legal (legally-binding) dan keputusannya
bersifat irreversible artinya tidak bisa ditarik kembali.
2

PEMBAHASAN

1. Sejarah Perkembangan WTO

WTO secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995 tetapi sistem perdagangan itu
sendiri telah ada setengah abad yang lalu. Sejak tahun 1948, General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) - Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan telah membuat aturan-
aturan untuk sistem ini. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturan-peraturan
mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional
tertinggi.

Pada awalnya GATT ditujukan untuk membentuk International Trade Organization (ITO),
suatu badan khusus PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods (IMF dan bank
Dunia). Meskipun Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN Conference on Trade and
Development di Havana pada bulan Maret 1948, proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga
legislatif negara tidak berjalan lancar. Tantangan paling serius berasal dari kongres Amerika
Serikat, yang walaupun sebagai pencetus, AS tidak meratifikasi Piagam Havana sehingga ITO
secara efektif tidak dapat dilaksanakan. Meskipun demikian, GATT tetap merupakan instrument
multilateral yang mengatur perdagangan internasional.

Hampir setengah abad teks legal GATT masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1948
dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan plurilateral (disepakati oleh
beberapa negara saja) dan upaya-upaya pengurangan tariff. Masalah-masalah perdagangan
diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama Putaran
Perdagangan (trade round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan
internasional.
Pemikiran WTO didominasi oleh ide liberalisasi perdagangan internasional karena ide ini
terbukti dapat meningkatkan perdagangan dunia. Dengan perdanganan dunia yang meningkat
dapat diharapkan kemakmuran umat manusia akan meningkat. Beberapa alasan mengapa
hubungan antar negara dibidang perdagangan internasional memerlukan lembaga internasional
yang kompeten dankredibel seperti GATT yang kemudian menjadi WTO. Pada awal abad 20
peradangan internasional ditandai dengan :
 Adanya perbedaan prosedur ekspor-impor di berbagai negara sehingga
diarasakn memerlukan keseragaman
 Adanya tarif yang tinggi sebagai upaya melindungi industri masing-masing
negerinya yang kemudian mengakibatkan tindakan balasan dari negara lain, hal
ini mengakibatkan perdangangan dunia menurun.
 Perdangan dunia menurun, akibatnya pada tahun 1930an terjadi masa depresi
3

besar yang ditandai oleh pengganguran yang dikenal sebagai masa Malaise.

Menghadapi keadaan yang demikian maka oleh USA diperlakukan Undang-Undang


Reciprocal Trade Agreement Act of 1934 yang isinya :
1. Memberi wewenang presiden USA untuk melakukan negosiasi dengan negara-
negara asing dalam rangka penuruna tariff yang dikenakan USA sampai 50%, asal
negara asing tersebut melakukan hal yang sama pada barang ekspor USA.
2. Memperlakukan prinsip perlakukan yang sama pada setiap negara yang
berdangan dengan USA.

Prinsip yang dilakukan oleh Amerika Serikat ternyata membuat perdangan dunia
semakin maju. Selanjutnya setelah Perang Dunia II berakhir dan USA sebagai pemenang perang,
maka prinsip ” Reciprocal Trade Agreement Act of 1934” yang semula diperlakukan bilateral
dicoba untuk dijadikan pedoman yang bersifat multilateral dan universal.

2. Fungsi Lembaga World Trade Organisation

WTO dibentuk berawal untuk menjaga proses perdangangan antar negara tidak lagi
terjebak dalam proteksi yang saling merugikan sehingga diperlukan aturan main yang wajib
ditaati oleh negara anggotanya, aturan main tersebut dimaksudkan untuk menciptakan
kepastian hukum secara internasional dalam menyelengarakan perdangan internasional,
sehingga WTO mempunyai fungsi:
1. Lembaga Internasional yang mempunuyai kekuatan hukum untuk menciptakan
sistem perdangan yang diataati oleh negara anggota WTO.
2. Forum negosiasi dan forum menyeleasikan perselisihan perdangangan internasional
diantara negara anggota WTO

3. Prinsip-prinsip WTO

Ada beberapa prinsip dasar sebagai aturan main dalam penyelengaraan perdangan
internasional dan wajib ditaati oleh negara anggotanya:
1. Prinsip Non Discrimination in Trade ( Tidak ada diskriminasi dalam perdangan
internasional).
2. National Treatment (perlakukan yang sama atas barang ex impor di dalam
negeri).
3. Eliminating non Tariff Barriers (menghapuskan/melarang hambatan non tarif).
4. Restriction of Quota (melarang secara sepihak menetapkan quota
perdangangan).
4

5. Anti dumping dan subsidi adalah perdanganan tidak fair.


6. Membentuk Kawasan Perdangangan Regional yang lebih liberal.

Prinsip Non Discrimination in Trade

Prinsip bahwa dalam perdangan internasional dilarang/tidak boleh membuat perlakuan


berbeda atas barang impor berdasarkan asal negara, sehingga dengan demikian setiap negara
harus memperoleh perlakuan yang sama dalam lalu lintas perdangan internasional .

Prinsip National Treatment

Pengertian prinsip perlakukan nasional ialah suatu negara tidak boleh memperlakukan
secara berbeda atas barang impor yang telah/sudah menyelesaikan formalitas pabean dengan
barang produksi dalam negeri ketika dipasar dalam negeri.

Prinsip Eliminating non Tariff Barriers

Perdangangan internasional menghendaki penghapusan penghapusan berbagai


hambatan impor-ekspor yang bersifat non tariff seperti hambatan tata niaga, izin impor dan
lain-lainya. Hambatan dalam perdangan internasional hanya dapat dilakukan melalui tarif
karena bersifat terukur dan negara yang dirugikan berhak melakukan balasan yang seimbang
karenanya. Hambatan tariff dalam perdagangan internasional dalam hal-hal tertentu dapat
dilaksanakan dan dapat dimaafkan.

Prinsip Restriction of Quota

Suatu negara tidak boleh membatasi perdagangan internasional dengan menghambat


melalui pembatasan kuota. Kebijakan tentang kuota hanya dimungkinkan apabila secara
internasional dikehendaki adanya kuota untuk menjaga stabilitas harga barang di pasaran
internasional.

Prinsip Anti Dumping dan Subsidi

Dumping dan subsidi oleh negara eksporter adalah wujud persaingan yang tidak jujur
dan tidak fair dan oleh sebab negara yang dirugikan akibat tindakan tidak jujur dari negara lain
dalam perdagangan internasional berhak atau dapat melakukan pembalasan dalam bentuk tarif
bea masuk anti dumping dan tarif bea masuk imbalan. Aturan ini dilakukan sesuai “Anti
Dumping Code” dan “Code on Subsidies adn Counterveiling Duty”.
5

Prinsip Membentuk Kawasan Perdangangan Regional

Membentuk kawasan perdangan bebas atau custom union dimungkinkan atau dapat
diijinkan dengan catatan kerjasama kawasan tersebut tidak boleh lebih menghambat daripada
prinsip-prinsip WTO.

4. Kontribusi World Trade Organization

Sejak masa bernama GATT hingga berubah menjadi WTO, lembaga ini telah banyak
memberi kontribusi bagi upaya untuk menyelaraskan teknik perdagangan internasional dan
meningkatkannya. Ada beberapa kontribusi GATT/WTO dalam bentuk perubdingan
internasional dalam bentuk negosiasi internasional berkaitan dengan isu-isu perdangangan
internasional dan pola-pola hubungan kerjasama perdangangan internasional mutakhir dikenal
sebagai putaran atau Round.

Round (Putaran) yang dilakukan GATT/WTO selama ini adalah sebagai berikut:
No Tahun Uraian Tempat
1. 1947 - Jenewa
2. 1949 - Anneg Prancis
3. 1851 - Torquay Inggris
4. 1956 - Jenewa
5. 1960 - 1961 Dillo Round Jenewa
6. 1964 - 1967 Kennedy Round Jenewa
7. 1973 - 1979 Tokyo Round Jenewa
8. 1986 - 1994 Uruguay Round Punta de Este
9. 1994 - 2011 Doha Round Doha

Apabila kita perhatikan jangka waktu setiap putaran perundingan ternyata semakin
lama semakin panjang waktu untuk memperoleh kesepakatan bersama dari negara-negara
maju. Hal itu berarti semakin kompleks kepentingan yang diperjuangkan oleh negara-negara
maju baik diantara mereka sendiri dan tuntutan dari negara berkembang untuk memperoleh
perlakuan yang lebih adil dari negara maju. Berbagai isu mengiringi putaran perundingan WTO
seperti isu lingkungan hidup, hak atas kekayaan intelektual, pekerja anak-anak, keterkaitan
perdagangan dan investasi, keterkaitan perdangangan dengan upah buruh rendah dll.
6

5. Badan-Badan Dibawah WTO

Indonesia terlah meratifikasi putaran Uruguay melalui UU No.7 Tahun 1994. Tujuan
indonesia meratifikasi Putaran Uruguay adalah untuk mengamankan, memantapkan dan
memperluas pasar barang ekspor untuk meningkatkan pembangunan dan meningkatkan
kerjasama antar negara untuk dapat memanfaatkan peluan yang mungkin timbul akibat
globalisasi.

WTO sebagai badan dunia hasi persetujuan multilateral mengatur tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan perdagangan internasional.

Untuk melaksanakan tugasnya WTO dilengkapi dengan berbagai badan yaitu:


1. The Dispute Settlement Body (DSB)
2. The Trade Policy Review Body (TPRB)
3. The Council for Trade in Goods
4. The Council for Trade in Services
5. The Council for Trade in Related Aspect of Intellectual Property Rights
6. Meneliti semua masalah yang berkaitan dengan kerjasama pabean yang telah disepakati
untuk dapat dilakukan oleh negara-negara anggota WTO.
7. Menyiapkan draf konvensi-konvensi berkaitan dengan Perdangangan Internasional
8. Melakukan perundingan multilateral dibidang perdangangan internasional melalui
perundingan meja bundar yang kemudia disebut sebagai putaran.
7

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kehadiran WTO memberi manfaat yang besar dalam proses perdangangan internasional
karena menjadi forum bertemunya berbagai kepentingan bangsa dan negara dalam upaya
mereka memperjuangkan kepentingan dan kemakmuran bangsanya sekaligus gorum menuntut
keadilan bagi negara kurang maju dalam upaya meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi
bangsanya dalam schema prinsip-prinsip multilateral perdangangan internasional yang adil dan
saling menguntungkan (mutual benefit).

Perdangangan internasional melibatkan kepentingan masing-masing negara anggota


dan untuk mengatur dan memenuhi rasa keadilan antar bangsa dalam perdanganan
internasional, WTO adalah lembaga internasional yang memeberi ruang negosiasi antar bangsa
berkaitan dengan teknik perdagangan internasional agar tidak merugikan negara-negara
terbelakang.

WTO menjadi lembaga internasional yang memberi ruan negosiasi dan kerjasama yang
saling menguntungkan antar negara dan antar bangsa dan sekaligus berhak secara internasional
menghukum negara anggota yang melanggar prinsip WTO. Dengan cara demikian maka prinsip-
prinsip WTO dapat dipaksakan menjadi aturan main bersama (rule of conduct) yang harus
ditaati negara-negara anggota dalam melakukan perdagangan internasional dengan negara lain.

Anda mungkin juga menyukai