Anda di halaman 1dari 12

EXPORT IMPORT

(General Agreement on Tariffs and Trade and World Trade Organization)

Disusun Oleh:
Sarah Anissa Putri Lestari 1610111199
Indah Yuni 1610111229

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
FEBRUARI 2020
WTO (World Trade Organization)

A. Profil Singkat WTO (World Trade Organization)


WTO atau World Trade Organization merupakan satu-satunya organisasi
internasional yang ada di dunia, yang berwenang dalam mengatur perdagangan
internasional.Organisasi yang mulai berjalan sejak 1995 ini menjalankan perannya
berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah
besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen.
Adapun tujuan utama dari WTO dapat dinyatakan bahwa WTO berupaya
membantu produsen barang dan jasa, eksportir dan importir dalam melakukan kegiatan
perdagangan internasional.Singkatnya, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) adalah
satu-satunya organisasi internasional yang berurusan dengan aturan perdagangan global,
yang memiliki fungsi utama untuk memastikan bahwa arus perdagangan dunia berjalan
lancar, dapat diprediksi dan berlangsung sebebas mungkin.
B. Anggota WTO ((World Trade Organization)
Hingga tahun 2019 ini, jumlah anggota WTO terdiri dari 164 negara anggota,
yang mayoritasnya merupakan engara berkembang. Liberia bergabung pada 14 Juli 2016,
dan menjadi negara anggota WTO yang ke 163. Kemudian, menyusul Afghanistan yang
bergabung dengan WTO pada 26 Juli dan menjadi anggota WTO yang ke 164.
Sedangkan di luar anggota WTO, terdapat pula 23 negara peninjau. Adapun,
daftar 23 negara peninjau WTO, meliputi : Algeria, Andorra, Azerbaijan, Bahamas,
Belarus, Bhutan, Bosnia and Herzegovina, Comoros, Equatorial Guinea, Ethiopia, Holy
See, Iran, Iraq, Lebanese Republic, Libya, Sao Tomé and Principe, Serbia, Somalia,
South Sudan, Sudan, Syrian Arab Republic, Timor-Leste, Uzbekistan.
C. Sejarah WTO (World Trade Organization)
WTO merupakan pelanjut Organisasi Perdagangan Internasional
(ITO, International Trade Organization). Sejarah latar belakang perjalanan WTO dapat
kembali merujuk pada era perang dunia kedua. Pasca perang dunia kedua, ekonomi dunia
mengalami keterpurukan.
Negara-negara di dunia, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, berupaya untuk
memperbaiki ekonomi dunia melalui perundingan Bretton Woods. Dalam perundingan
tersebut, salah satunya disepakati pendirian ITO (International Trade Organization).
Lalu, melalui Havana Charter, pada November 1947 di Havana, ITO menyusun GATT
(General Agreement on Tariff and Trade). GATT memuat aturan-aturan terkait
kesepakatan tarif dan perdagangan barang guna mendukung laju perdagangan bebas.
Tujuan utama GATT adalah untuk liberalisme perdagangan atau mendorong perdagangan
bebas dunia dengan menghilangkan hambatan tarif dan non tarif.
Namun, perjalanan ITO harus terhenti karena Kongres AS enggan meratifikasi
Havana Charter sehingga membuat ITO gagal lahir. Karenanya, lewat PPA (Protocol of
Provisional Application), GATT pun terangkat jadi rezim baru, menggantikan peran ITO
sebagai organisasi.  GATT diterima sebagai rezim baru dalam perdagangan internasional
dan berhasil menyelenggarakan berbagai putaran untuk membahas aneka paket kebijakan
perdagangan bebas. Setidaknya, telah terjadi delapan putaran GATT selama 1947 hingga
1986. Pada Putaran Uruguay GATT, muncul inisiasi untuk kembali membentuk
organisasi internasional guna mewadahi GATT. Ini karena GATT dinilai masih memiliki
beberapa kelemahan yang membuatnya perlu dibenahi. Beberapa kelemahan GATT,
meliputi :
a.) GATT hanya fokus mengenai perdagangan barang, dan kurang
memperhatikan tentang perdagangan jasa.
b.) GATT bersifat ad hoc dan hanya berlaku pada jangka waktu tertentu
sehingga tidak dapat dijalankan secara menyeluruh.
c.) Persetujuan-persetujuan yang diambil GATT tidak memerlukan ratifikasi
oleh parlemen dari negara anggota.

d.) GATT tidak menyediakan prosedur penyelesaian sengketa yang jelas dan
mengikat jika terjadi konflik antar negara anggota GATT.  

Kebutuhan akan adanya organisasi internasional untuk mewadahi GATT pun


dianggap penting. Arthur Dunkel, Sekjen GATT kala itu pun segera mempercepat usaha
pembentukan organisasi internasional, yang kemudian dinamai WTO (World Trade
Organization). WTO berhasil diratifikasi pada 15 April 1994 dan mulai menjalankan
tugasnya pada 1 Januari 1995. Selanjutnya, WTO menjelma sebagai organisasi
internasional yang paling kompleks dalam menangani perdagangan dunia.
D. Proses Putaran Uruguay
Dalam usaha membentuk WTO, rezim GATT berupaya merealisasikannya
melalui putaran Uruguay. Adapun usaha tersebut melalui proses yang cukup panjang.
Secara rinci, berikut ini adalah kronologi proses putaran Uruguay yang menjadi tonggak
kelahiran WTO.
1.) September 1986 – Punta Del Este : Peluncuran
2.) Desember 1988 – Montreal : Midterm Review tingkat menteri
3.) April 1989 – Jenewa : Midtern Review selesai
4.) Desember 1990 – Brussels : Pertemuan tingkat menteri berakhir deadlock
5.) Desember 1991 – Jenewa : Draft pertama mengenai Final act selesai
6.) November 1992 – Washington : AS dan EC sepakat Blair House bidang pertanian
7.) Juli 1993- Tokyo : Quad sepakat akses pasar pada pertemuan G37
8.) Desember 1993 – Jenewa : Banyak negosiasi berakhir
9.) April 1994 – Marrakesh : Persetujuan ditandatangani
10.) Januari 1995 – Jenewa : WTO didirikan dan persetuan mulai berlaku

Jadi, WTO telah diratifikasi pada tanggal 15 April 1994 di Marakesh, Maroko.
Setelah dilakukan ratifikasi, WTO mulai menjalankan berbagai tugasnya terhitung sejak
1 Januari 1995.

E. Tujuan dan Fungsi WTO (World Trade Organization)


Tujuan WTO dapat dibagi dalam tiga tujuan utama, yakni untuk :
1.) Mendorong arus perdagangan antarnegara
2.) Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang lebih
permanen
3.) Menelesaikan sengketa perdagangan
Jika merujuk pada Pasal III persetujuan WTO, dapat diuraikan bahwa fungsi
keberadaan WTO adalah untuk :
1.) Memfasilitasi implementasi, melakukan administrasi dan memastikan
pelaksanaan persetujuan WTO.
2.) Memberikan suatu forum tetap guna melakukan perundingan di antara
anggota
3.) Sebagai tempat administrasi sistem penyelesaian sengketa WTO
4.) Sebagai tempat administrasi dari mekanisme tinjauan atas kebijakan
perdagangan
5.) Sebagai fasilitator dalam melakukan kerjasama dengan organisasi
internasional dan non pemerintah lain
F. Peranan WTO Dalam Perdagangan Internasional
Dalam perdagangan internasional, WTO memiliki beberapa peran vital. Peran
WTO dalam perdagangan dapat diuraikan dalam beberapa rincian, yang meliputi:
1) Mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan dari Putaran Uruguay
2) Mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di bidang tarif maupun non-tarif.
3) Mengawasi praktek-praktek perdagangan internasional
4) meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan melalui prosedur
notifikasi.
5) Sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan mekanisme
konsiliasi guna mengatasi sengketa perdagangan yang timbul.
6) Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya, termasuk bagi negara
negara berkembang dalam melaksanakan hasil Putaran Uruguay
7) Sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus menerus melakukan perundingan
pertukaran konsesi di bidang perdagangan guna mengulangi hambatan perdagangan
internasional
G. Relasi WTO dan GATT
Banyak yang terkadang masih bingung terkait relasi WTO dan GATT. Ada pula
yang beranggapan bahwa WTO adalah pengganti GATT. Padahal, sebetulnya, WTO dan
GATT bersifat saling melengkapi.
GATT sebagai persetujuan internasional, merupakan dokumen yang memuat
ketentuan untuk mengatur perdagangan internasional. Sedangkan WTO merupakan
organisasi internasional yang diciptakan untuk mendukung persetujuan GATT.
Jadi, GATT masih tetap ada dan berlaku dengan kehadiran WTO, karena pada
dasarnya, bentuk dari GATT dan WTO adalah berbeda. GATT adalah perjanjian,
sedangkan WTO adalah organisasinya. GATT bahkan dapat disetarakan sebagai undang
–undang bagi WTO.
Namun, GATT bukan satu-satunya aturan yang dijalankan oleh WTO. Selain
GATT, WTO juga berupaya untuk membuat berbagai kesepakatan lain untuk mendukung
tujuan dan fungsi WTO, seperti GATS, TRIPS, TRIMS dan lainnya.
H. Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa WTO (World Trade Organization)
Dalam proses penyelesaian sengketa WTO, terdapat beberapa prinsip yang harus
dipenuhi, yang meliputi :
1. Keputusan yang dikeluarkan oleh DSB (Dispute Settlement Body) secara
otomatis disahkan dan berlaku bagi negara anggota atau negara yang berselisih.
Kecuali, keputusan ini dapat dibatalkan hanya apabila ada konsensus untuk
menolak hasil putusan (consensus not to adopt).
2. Consensus not to adopt berarti seluruh anggota WTO harus sepakat untuk
membatalkan hasil keputusan DSB, termasuk negara yang bertikai. Artinya,
negara yang ingin merintangi putusan harus mendekati seluruh anggota WTO
lainnya (termasuk lawannya) agar bersedia mendukung dibatalkannya Panel.
3. Penyelesaian sengketa WTO mengandung prinsip-prinsip yang harus : adil,
cepat, efektif, dan saling menguntungkan.
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade)
A. Pengertian GATT
GATT adalah suatu perjanjian dagang internasional multilateral yang disepakati pada
tahun 1988 dimana tujuan pokoknya adalah untuk menciptakan perdagangan internasional
yang bebas, membantu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembanguna.  Sewaktu
GATT didirikan adalah satu-satunya sarana multilateral yang memuat prinsip-prinsip dan
ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang mana anggotanya waktu itu 125 anggota
yang dinamakan contracting parties  yang menyetujui prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
B. Sejarah GATT
GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) atau perjanjian umum tentang tarif-
tarif dan perdagangan didirikan pada tahun 1948 di Jenewa, Swiss. Pada waktu didirikan,
GATT beranggotakan 23 negara, tetapi pada saat sidang terakhir di Marakesh pada 5
April 1994 jumlah negara penandatangan sebanyak 115 negara. Kesepakatan dalam GATT
yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1948 tertuang dalam tiga prinsip, yaitu:
a. Prinsip resiprositas, yaitu perlakuan yang diberikan suatu negara kepada negara
lain sebagai mitra dagangnya harus juga diberikan juga oleh mitra dagang negara
tersebut.
b. Prinsip most favored nation, yaitu negara anggota GATT tidak boleh memberikan
keistimewaan yang menguntungkan hanya pada satu atau sekelompok negara
tertentu.
c. Prinsip transparansi, yaitu perlakuan dan kebijakan yang dilakukan suatu negara
harus transparan agar diketahui oleh negara lain. Sesuai dengan
perkembangannya, masing-masing negara anggota GATT menghendaki
adanya perdagangan bebas. Pada pertemuan di Marakesh, Maroko 5 April 1994
GATT diubah menjadi World Trade Organization (WTO) mulai tanggal 1 Januari
1995.
C. Latar Belakang Berdirinya GATT
GATT adalah perjanjian internasional, multirateral yang mengatur perdagangan
internasional sesudah Perang Dunia II, yang didirikan pada tahun 1948. Setelah Perang Dunia
II setiap Negara cenderung membatasi perdagangan import dan/ atau ekspor dengan alasan:
Proteksi untuk produsen, konsumen, masyarakat, neraca pembayaran, pertahanan dan
keamanan,  alasan Negara sedang berkembang untuk melindungi industrinya yang masih
lemah.
D. Tujuan GATT
Dalam rangka untuk mencapai tujuannya, GATT bekerja pada dua tingkatan yang
saling melengkapi yaitu:
1. Sebagai perkumpulan aturan yang mencakup Genereal Agreemeet itu
sendiri serta bebragai ranah hukum yang telah dirundingkan di bawah
perlindungan GATT 
2. Sebagai wadah ia tetap yang memantau perkembagan perdagangan
internasional, mengatur perundingan-perundingan untuk menghilangkan
atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan internasional dan
menyelesaikan perselisihan-perselisihan perdagangan
Maka dengan demikian GATT merupakan suat perkumpulan maupun suatu pola
bagaimana negara anggota untuk mencapai konsiliasi (penyelesaian) dalam perundingan. 
GATT sebagai suatu perkumpulan internasional yang mengatur sistem perdagangan
internasional mempunyai empat prinsip dasar, yaitu:
a. Trade without Discrimination
Prinsip utama GATT adalah Most Favourite Nation Close (MFNC) yang
berarti bahwa perdagangan internasional harus didasarkan pada prinsip non-
diskriminasi.  Artinya setiap negara anggota harus memberikan perlakuan
yang sederajat dalam kebijakan perdagangannya kepada negara lain.  Setiap
negara harus saling memberikan perlakuan yang sama dan timbal-balik
(reciprocity) dalma hubungan perdagangan internasional.
b. Protection Though Tariffs
Suatu negara yang ingin melindungi industri dalam negerinya dapat
memberikan perlindungan hanya melalui tarif dan tidak melalui hambaan-
hambatan perdagangan non tarif.
c. Prinsip Tranparansi/Keterbukaan
Perlakuan dan kebijakan perdagangan yang dilaksanakkan suatu negara harus
transparan, jelas dan terbuka.  Dengan kata lain, perlakuan dan kebijaksanaan
tersebut harus dapat diketahui oleh seluruh mitra dagangnya, misalnya suatu
negara mengeluarkan peraturan baru tentang impor, maka seluruh mitra
dagangnya harus diberitahu untuk memahami peraturan tersebut.
d. The Stable Basics for Trade
GATT juga bertujuan untuk menciptakan stabilitas perdagangan, untuk
mencapai tujuan tersebut GATT membuat suatu peraturan tentang pengikatan
tarif (tariffs bendings) melalui perundingan yang dilakukan antara negara
anggota
E. Asas-Asas GATT
a) Perdagangan Bebas
b) Proteksi dengan Tarif non diskriminasi
c) Transparansi kebijakan perdagangan
F. Fungsi GATT
Ada tiga fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya:
a) sebagai suatu perangkat ketentuan (aturan) multilateral yang mengatur
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh negara- negara anggota GATT
dengan memberikan suatu perangkat ketentuan perdagangan (the ‘rules of the
road’ for trade).
b) sebagai suatu forum (wadah) perundingan perdagangan. Di sini diupayakan
agar praktek perdagangan dapat dibebaskan dari rintangan-rintangan yang
mengganggu (liberalisasi perdagangan).
c) GATT mengupayakan agar aturan atau praktek perdagangan demikian itu
menjadi jelas (predictable) baik melalui pembukaan pasar nasional atau
melalui penegakan dan penyebarluasan pemberlakuan peraturannya.
Dalam perundingan tersebut, keputusan-keputusan mengenai materi-materi
yang penting khususnya yang menyangkut ketentuan- ketentuan atau pasal-
pasal GATT, keputusannya dibuat berdasarkan mayoritas biasa (Pasal XXV).
Namun pada umumnya keputusan- keputusan demikian diambil tanpa harus
mengikuti suatu cara pengambilan putusan yang formal: umumnya keputusan
diambil berdasarkan konsensus.
G. Keuntungan GATT
Pertama, perundingan perdagangan memungkinkan para pihak secara bersama-sama
dapat memecahkan masalah-masalah perdagangan yang cukup luas;
Kedua, para pihak akan lebih mudah membahas komitmen- komitmen perdagangan di
suatu putaran perundingan daripada membahasnya dalam lingkup bilateral;
Ketiga, negara-negara sedang berkembang dan negara-negara kurang maju akan lebih
memiliki kesempatan yang lebih luas dalam membahas sistem perdagangan multilateral
dalam lingkup suatu perundingan dan akan lebih menguntungkan negara-negara sedang
berkembang dibandingkan apabila mereka berunding langsung dengan negara-negara maju;
dan
Keempat, dalam merundingkan sektor perdagangan dunia yang sensitif, pembahasan atau
perundingan akan relatif dapat lebih mudah dalam konteks suatu forum yang sifatnya global.
Misalnya adalah pembahasan isu pertanian dalam Perundingan Uruguay.
Contoh Kasus:

Amerika Serikat Minta WTO Jatuhkan Sanksi Rp 5 Triliun ke Republik Indonesia


(sumber: bisnis.tempo.co)
Amerika Serikat resmi meminta Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade
Organization (WTO) untuk menjatuhkan sanksi sebesar US$ 350 juta atau sekitar Rp 5 triliun
terhadap Indonesia. Permintaan Amerika ini merupakan buntut dari kekalahan Indonesia pada
sidang banding WTO pada November 2017.
Permintaan dari Amerika Serikat itu telah diterima WTO dan diumumkan.
"Berdasarkan analisa data sebelumnya, kerugian diperkirakan US$ 350 juta," tulis laporan
Amerika Serikat sebagaimana dikutip dari dokumen yang diajukan pemerintah AS ke WTO
dan ditunjukkan pada Senin, 6 Agustus 2018. 
Kasus ini bermula pada tahun 2016. Saat itu, Indonesia telah menerbitkan 18 aturan
yang dianggap sebagai hambatan nontarif untuk sejumlah produk pertanian dan peternakan asal
Amerika Serikat dan Selandia Baru. Beberapa produk impor tersebut yaitu di antaranya apel,
anggur, kentang, bawang, bunga, jus, buah-buah kering, hewan ternak, ayam dan daging sapi.
Indonesia beralasan penerapan aturan ini bertujuan untuk melindungi petani dan
peternak lokal. Sebaliknya, Amerika dan Selandia Baru menilai aturan tersebut tidak sesuai
dengan Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan yang disepakati antar anggota
WTO.
Kedua negara ini lantas mengadukan kebijakan Indonesia ini ke WTO. Per 23
Desember 2016, Indonesia harus menanggung kekalahan di sidang tersebut. Memang ada
upaya banding dari Kementerian Perdagangan, namun Indonesia kembali kalah.
Pada bulan Agustus 2018, baru Amerika yang resmi mengajukan sanksi terhadap
Indonesia ke WTO. Sementara Selandia Baru belum sama sekali menunjukkan sinyal akan
mengajukan permintaan yang sama. Selandia Baru dikabarkan juga mengalami kerugian yang
lebih besar hingga 1 miliar New Zealand Dollar atau setara Rp 9,7 triliun.
Jauh sebelum 2016, Selandia Baru dan Amerika Serikat telah melayangkan gugatan
pada 2013 sebagai respons atas berbagai hambatan dagang nontarif yang diberlakukan
Indonesia sejak 2011. Kedua negara tersebut mempermasalahkan pembatasan kuota impor sapi
dan ayam serta beberapa jenis buah dan sayur oleh pemerintah. Namun, Indonesia telah
menghapus sistem kuota impor sapi sejak paruh kedua 2016. Kementerian Perdagangan juga
telah melakukan sejumlah deregulasi sehingga sudah ada berbagai perubahan kebijakan.  
Dengan keputusan WTO itu, pemerintah terhitung mulai 22 November 2017 harus
menyesuaikan 18 aturan impor hortikultura, hewan, dan hewani dengan ketentuan badan
internasional tersebut. Artinya, 18 ketentuan yang dipermasalahkan harus sudah mulai diubah
dengan diawali tahap reasonable period of time (RPT).

Anda mungkin juga menyukai