Anda di halaman 1dari 31

lstilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan

....

Agreement on
Establishing World Trade
Organization and Trade
Related Aspecs of
Intelectual Property
Rights- World Trade
TRIPS
TRIPs-WTO
Agreement WORLD TRADE
ORGANIZATION

Sumber.- wikipedia.org

A. LATAR BELAKANG PEMBENTL DAN PRINSIP—PRINSIP WTO

Lahimya TRIPs Agreeme.tit dalam Putaran Uruguay (GATT) pada dasarnya


merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi intemasional yang dirasa
semakin ineliias yang tidak lagi mengenai batas-batas negara. Negara yang pertama
sekali mengemukakan lahimya TRIPs adalah Ainerika, sebagai antisipasi yang menilai
bahwa WIPO yang bernaung di bawah PBB, tidak mainpu melindungi kekayaan
intelektual mereka di pasar internasional yang mengakibatkan neraca perdagangan
mereka menjadi negatif.’ '
Argurnentasi mengenai kelemahan-keleinahan WIPO adalah"':
1. WIPO merupakan suafii organisasi dimana anggotanya terbatas (tidak banyak).
sehingga ketentuan-ketentuannya tidak dapat diberlakukan terhadap non
anggota.
2 WIPO tidak memiliki mekanisme untuk menyelesaikan dan menghukum setiap
pelanggaran KI. Di samping itu WIPO dianggap juga tidak mainpii mengadaptasi
perubahan struktur perdagangan internasional dan perubahan tingkat invasi
teknologi.

" i http:,'/di lib.uni1a.ac.id''54559/'3.’SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf diakses 9


Juni 2020.
"' Siti Munawaroh, ‘Peranan Trips (Trade Related Aspects of Intelectual Proper' Rights) terhadap
Hak Atas Kekayaan Intelektual di Bidang Teknologi Informasi di Indonesia’ , Jurnal Teknologi
Informasi Din amid Vol. XI, No. 1, 2006, htm. 24.
HKUM4302 Modul 01

Sejak tahun 1982. Ainerika berusaha memasukkan permasalahan KI ke forum


perdagangan GATT. Dimasukannya KI ini pada mulanya ditentang oleh negara-
negara berkembang dengan alasan bahwa peinbicaraan KI dalam GATT tidaklah tepat
(kompeten). GATT merupakan forum perdagangan multilateral, sedangkan KI tidak
ada kaitannya dengan perdagangan. Nainun, akhirnya mereka dapat menerimanya
setelah negara argumentasi bahwa kemajuan perdagangan (internasional) suatu
negara
bergantung pada kemajuan/keunggrilan teknologinya termasuk Pelindungan KI.' i
Tujuan pernbentukan GATT adalah untuk menciptkan suatu iklirn perdagangan
internasional yang ainan dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja, dan iklirn perdagangan yang
sehat. Unmk mencapai tujuan itu, sistem perdagangan internasional yang diupayakan
GATT adalah sistem yang dapat meningkatkan pertuinbuhan ekonomi dan pembangunan
di seluruh dimia.1”
Unmk inencapai tujuan-tujuannya, GATT berpedoman pada 5 prinsip utama.
Prinsip yang dimaksud adalah:’1'

1. Prinsip Most-Favoured-Niitiori
Prinsip most-fm’oured-nation MFN ) ini termuat dalam pasal I GATT. Prinsip ini
menyatakan bahwa suatu kebijakan perdagangan harus dilaksana-Lan atas dasar non-
diskrirninatif. Menurut prinsip ini, semita negara anggota terikat untuk memberikan
negara-negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan impor
dan ekspor serta yang inenyangkut biaya-biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut
harus dijalankan dengan segera dan tanpa syarat i’iuuueJiatelv arid unconditionally” )
terhadap produk yang berasal atau yang diajukan kepada semua anggota GATT. Karena
itu, sesuam negara tidak boleh memberikan perlakuan istimewa kepada negara lainnya
atau melakukan tindakan diskriminasi terhadapnya. Prinsip ini tampak dalam Pasal 4
perjanjian yang terkait dengan hnk kekayaan intelektual (TRIPS) dan tercantum piila
dalam pasal 2 perjanjian mengenai jasa (GATS). Pendek kata, semua negara harus
diperlakukan atas dasar yang sama dan semua negara menikrnati keuntungan dari suatu
kebijaksanaan perdagangan. Namun dernikian, dalam pelaksanaannya prinsip ini
mendapat pengecualian-pengecualiannya, khusiisnya dalam inenyangkut kepentingan
negara sedang berkembang. Jadi, berdasarkan prinsip itu, suatu negara anggota pada
pokoknya dapat rnenuntut untuk diperlakukan sama terhadap produk impor dan
ekspornya di negara-negara anggota lain. Narnun demAian, ada beberapa pengecualian
terhadap prinsip ini.
Pengecualian tersebut sebagian ada yang ditetapkan dalam pasal-pasal GATT itu
sendiri dan sebagian lagi ada yang ditetapkan dalam putusan-putusan dalam konperensi-

I l3I bid blm 25.


11
" Olivier Long. Law and Its Limitations in the CrATT .Multilateral Trade System. Martinus Nijhoff
Publishers, 1987, page 101.
11
° Huala Adolf, Hukum Ekono mi Internasional, Jakarta . Raja Grafmdo Persada, 2003
lstilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

konperensi GATT melalui suatu penanggalan ( ’iqri er) dan prinsip-prinsip GATT
berdasarkan Pasal XXV. Pengecualian yang dimaksud adalah: 1) keuntungnn yang
diperoleh karena jarak lalu lintas ifontier trn ic ar ’‹mtnge ], tidak boleh dikenakan
terhadap anggota GATT lainnya (Pasal VI): 2) perlakuan preferensi di wilayah-
wilayah tertentu yang sudah ada (misalnya kerja sama ekonomi dalam ‘British
Commonwealth’; the French Union (Perancis dengan negara-negara bekas
koloninya): dan Banelux (Base/ifT EcononiiC Union ), tetap boleh terns dilaksanakan,
namun tingkat batas preferensinya tidak boleh dinaikkan (Pasal I ayat 2-4): 3)
anggota-anggota GATT yang membentuk suatu Customs Union atau Free TraJr. Area
yang memenuhi persyaratan Pasal XXIV tidak harus memberikan perlakuan yang
sama kepada negara anggota lainnya.
Untuk negara-negara yang inembentuk pengaturan-pengaturan preferensial
regional dan bilateral yang tidak memenuhi persyaratan Pasal XXIV, dapat
membenmk pengecualian dengan menggunakan alasan ‘penanggalan’ (B'aJver)
terhadap ketentuan GATT. Penanggalan ini dapat pula dilakukan atau diminta oleh
suatu negara anggota. Menurut prinsip ini, suatu negara manakala ekonoininya atau
keadaan perdagangannya dalam keadaan yang sulit, dapat memohon pengecualian dari
kewajiban tertentu yang ditetapkan oleh GATT. 4) pernberian prefensi tnrif oleh
negara-negara maju kepada produk impor dari negara yang sedang berkembang atau
negara-negara yang kurang beruntung (lean dm’eloped) melalui fasilitas Geiiernliserl
Systems of Preference (sistem preferensi umum). Pengecualian lainnya adalah apa
yang disebut dengan ketentuan ‘pengamanan’ (safeguard fief/e). Pengecualian ini
mengakui bahwa suatu pemerintah, apabila tidak mempunyai iipaya lain, dapat
melindungi atau memproteksi untuk sementara wakm industri dalam negerinya.
Pengaturan ’srifegnnrJ ini yang diatur dalam Pasal XIX, memperbolehkan kebijakan
demikian, namun hanya dipakai dalam keadaan-keadaan tertentu saja. Suatu negara
anggota dapat membatasi atau inenangguhkan suatu konsesi tarif pada prodiA-produk
yang diimpor dalam suafii jumlah (kuantitas) yang meningkat dan yang inenyebabkan
kerusakan serius (serioifi injnm ) terhadap produsen dalam negeri.
Dalam tahun-tahun belakangan ini, cukup banyak anggota GATT yang
inenerapkan pengaturan bilateral diskriminatif yang juga sering kali disebut dengan
‘1*OJff/ffori’ Arport restraints’ (VERs). Kebijakan perdagangan ini dilakukan untuk
menghindari salah satu isu yang cukup hangat dibahas dalam Putaran Uruguay, yakni
perdagangan tekstil. VERs adalah cara ’halus’ negara maju untuk menekan negara
sedang berkembang yang umiimnya adalah penghasil tekstil. Untuk membatasi
inasuknya prodiA tekstil ke pasar dalam negerinya, negara maju secara halus menyatakan
kepada negara berkeinbang untuk rnengekspor tekstilnya dalam jumlah tertentu saja.
Dalam hal ini, negara maju menekankan bahwa pembatasan jumlah tersebut semasa-
mata haruslah sukarela sifatnya yang datang atau berasal dari kehendak negara
berkeinbang.
HKUM4302 Modul 01

2. Prinsip Nnñonnf Treatment


Prinsip Natioiuil treatment terdapat dalam pasal III GATT. Menurut prinsip ini,
produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan
sama seperti halnya produk dalam negeri. Prinsip ini sifatnya berlaku luas. Prinsip ini
juga berlaku terhadap semua inacam pajak dan piingiitan-piingutan lainnya. Ia berlaku
pula terhadap perundang-undangan, pengaturan, dan persyaratan-persyaratan (hukum)
yang mernengaruhi penjualan, peinbelian, pengangkutan, distribusi, atau penggunaan
produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga memberikan Pelindungan
terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau kebijakan administratif atau
legislatif. Prinsip nntional treatiiieiit dan prinsip MFN merupakan prinsip sentral
dibandingknn dengan prinsip-prinsip lainnya dalam GATT. Kedua prinsip ini menjadi
prinsip pada pengatriran bidang-bidang perdagangan yang kelak lahir di dalam
perjanjian putaran Uruguay. Misalnya, prinsip ini tercantum dalam Pasal 3 Perjanjian
TRIPs. Kedua prinsip diberlakukan pula dalam the General Agreeineiit on Trarle in
See’ice. (GATS). Dalam GATS, negara-negara anggota WTO diwajibkan untuk
mem.berlakukan perlakuan yang sama (MFN treatitient ) terhadap jasa-jasa atau para
pemberi jasa dari suatu negara dengan negara lainnya. Meskipiin demikian, perjanjian
WTO membolehkan suatu negara unmk meminta pembebasan dari penetapan
kewajiban MFN ini yang mencnkup upaya-iipaya tertentu {specific uieiqsifrei) yang
pada mulanya tidak dapat menawarkan perlakuan demikian. Untuk maksud tersebut,
manakala suatu negara meminta pernbebasan kewajiban MFN, maka permintaan
tersebut akan ditinjau setiap lima tahun. Pernbebasan dari penetapan kewajiban MFN
ini hanya boleh dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun. Prinsip iintional treanneiil
merupakan suatu kewajiban dalam GATS yang mana negara-negara secara eksplisit
harus rnenerapkan prinsip ini terhadap jasa-jasa atau kegiatan jasa-jasa tertentu. Oleh
karena itulah, prinsip nriioniq/ trentnient atau perlakuan nasional ini pada urnurnnya
merupakan hasil dari negosiasi atau perundingan di antara negara-negara anggota.

3. Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif


Yang menjadi ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang
merupakan rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor
atau impor dalam bentuk apapun (misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi
penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor
atau ekspor), pada uinumnya dilarang (Pasal IX). Hal ini disebabkan praktik demikian
mengganggu praktik perdagangan yang normal. Restriksi kuantitatif dewasa ini tidak
begitu meluas di negara maju. Namun demikian, tekstil, logain, dan beberapa produk
tertentu, yang kebanyakan berasal ddfi negara-negara sedang berkembang masih
acapkali terkena rintangan ini. Namun demikian dalam pelaksanaannya, hal tersebut dapat
dilakukan dalam hal: pertawa, untuk rnencegah terkurasnya produk-produk esensial di
negara pengekspor; kediia, iinfiik melindungi pasal dalam negeri, khususnya yang
menyangkut produk pertanian dan perikanan; ketiga, untuk mengamankan,
lstilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

berdasarkan escnye clause (Pasal XIX), rneningkatnya impor yang berlebihan


{incrense of imports ) di dalam negeri sebagai upaya untuk melindungi, misalnya
terancamnya produksi dalam negeri; keeinyat untuk melindungi neraca pembayaran
(luar negerinya) (Pasal XB). Meskipun demikian restriksi tersebut tidak boleh
diterapkan di luar yang diperlukan untuk melindungi neraca peinbaynrannya. Restriksi
itti pun secara progesif harus dikurangi, bahkan dihilangkan apabila tidak dibutuhkan
kembali. Dengan adanya pengakuan sebagaimana diatur dalam Pasal XVII,
pengeciialian itu telah diperluas pada negara-negara sedang berkembang. Dalam hat
ini negara tersebut dapat memberlakukan restriksi kuantitatif untuk mencegah
terkurasnya valuta asing (devisa) mereka yang disebabkan oleh adanya permintaan
untuk impor yang diperlukan bagi pembayaran atau karena mereka sedang mendirikan
atau memperluas prodiiksi dalam negerinya. Bagi kepentingan negara tersebut, GATT
rnenyelenggararakan konsiiltasi secara reguler yang diadakan dengan negara yang
rnengajukan restriksi impor untuk melindungi neraca pembayarannya. Menurut Pasal
XIII, restriksi kmantitauf ini, meskipun diperbolehkan. tidak boleh diterapkan secara
diskriininatif.

4. Prinsip Pelindungan melalui Tarif.


Pada prinsipnya GATT hanya memperkenankan tindakan pioteksi terhadap
industri domestik melalui tarif (menaikan tingkat tarif bea masuk) dan tidak melalui
upaya-upaya perdagangan lainnya (now-tarif couunercial measure.s). Pelindungan
melalui tarif ini ineniinjukan dengan jelas tingkat Pelindungan yang diberikan dan
masih inemimgkinkan adanya kompetisi yang sehat. Sebagai kebijakan untuk
inengafiir masiiknya barang ekspor dari luar negeri, pengenaan tarif ini masih
dibolehkan dalam GATT. Negara-negara GATT umumnya banyak menggunakan cara
ini untuk melindungi industri dalam negerinya dan juga untuk inenarik peinasukan
bagi negara yang bersangkutan. Meskipun dibolehkan, penggunaan tarif ini tetap
tunduk pada ketentuan-ketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan atau penetapan
tarif tersebut sifatnya tidak boleh diskriminatif dan tunduk pada komitrnen tnrifnya
kepada GATT/WTO. Komitmen tarif ini rnaksudnya adalah tingkat tarif dari suatu
negara terhadap suam produk tertentu. Tingkat tarif ini menjadi komitinen negara
tersebut yang sifatnya rnengikat. Karena itri, suatu negara yang telah menyatakan
komitmennya atas suatri tarif, ia tidak dapat semena-rnena menaikkan tingkat tarif
yang telah ia sepakati. kecuali diikuti dengan negoisasi mengenai pemberian mengenai
kompensasi dengan mitra-mitra dagangnya (Pasal XXVII). Perlu dikemukakan di sini
bahwa negoisasi tarif di antara negara-negara merupakan salah satu pekerjaan GATT
(yang juga sekarang dilanjutkan oleh WTO). Tujuan GATT dalam hal ini adalah
berupaya menuruiikan tingkat tarif ke titik atau level yang serendah-rendahnya. Ketika
GATT terbenfiik pada tahun 1948 sampai dengan disahkannya perjanjian hasil
Putaran Uruguay, tingkat tarif yang ditetapkan negara-negara telah turun cukup tajam.
Dari rata-rata sebesar 38% di tahun 1948, pada tahun 1994 telah jatuh menjadi sekitar
4% saja. Dalam putaran Uruguay, komitmen negara-negara terhadap akses pasar yang
lebih besar dicapai, antara
HKUM4302 Modul 01

lain, melalui penurunan suku biinga yang dilakukan oleh lebih dari 120 negara.
Komitmen negara-negara ini dituangkan dalam 22.500 halaman national tarif
schedules. Dalam pengurangan tarif ini, WTO mensyaratkan agar pengurangan
tersebut dapat diturunkan sampai 40% (khususnya terhadap produk-produk industri di
negara-negara maju) untuk jangka waktu S tahun (tahun 2000). Pada waktu putaran
Uruguay ditutup (1994), tingkat tarif yang umumnya berlaku adalah sekitar 6,8%.
Dengan tingkat tarif yang rnenunin demikian, diharapkan akan terjadi peningkatan
penerimaan produk- produk industri maju yang mernperoleh pembebasan bea masuk
(yakni dari 20% menjadi 4% di negara-negara maju). Seperti halnya tarif, GATT juga
mensyaratkan negara-negara anggotanya untuk menerapkan prinsip transparansi.
Prinsip ini pula yang menjadi kunci bagi prasyarat perdagangan yang pasti
@reJictahle ). Prinsip transparansi ini mensyaratkan keterbukaan atau transparansi
hukum atau perundang-undangan nasional dan praktik perdagangan suatu negara.
Cukup banyak aturan dalam perjanjian WTO memiiat prinsip transparansi yang
mensyaratkan negara-negara anggotanya untuk mengumumkan pada lingkup nasional
dengan menerbitkan pada lembaran-lembaran resmi negara atau dengan cara
meinberitahukannya secara formal kepada WTO.

5. Prinsip Resiprositas
Prinsip ini merupakan prinsip fundamental dalam GATT. Prinsip ini
prerimhule GATT dan berlM dalam penindingan-perundingan tarif yang didasarkan
atas dasar timbal balik dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Paragraph 3
Preainhiil GATT menyatakan: "Being desirous of contributing to these objectii es bv
entering riiio reciprocnl and iitiffffa//v aA’antage.one arrangements Jirected to the
subirarifia/ reduction of tarifs and other i 'arriers to trade anJ to the. eliminations of
dis rriiitinatori
frentiiie.nt in irilernnlionul coiii nierce."

Sumber: slideshare.net

Gambar 1.20
Prinsip-prinsip GATT
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

WTO berbeda dengan GATT, tidak hanya mengenai masalah barang dan jasa,
tetapi njuga mengurus inasalah kekayaan intelektual. Perbedaan utama GATT dan WTO
antara lain sebagai berikut.
a. GATT bersifat nd hoc dan sementara wakm. Persetujuan umum tidak pernah
diratifikasi oleh parlemen negara anggota dan tidak rnengandung ketentuan bagi
penciptaan suatu organisasi.
b. WTO menjadi anggota. GATT secara resrni merupakan suatu teks legal.
c. GATT hanya memasukkan perdagangan barang. WTO mencakrip baik barang
maupun jasa dan kekayaan intelektual.
d. Sistem penyelesaian sengketa WTO lebih cepat dan lebih otomatis daripada
sistem GATT yang lama.
e. WTO dan persetujuan-persetujuan di dalainnya bersifat perinanen, dan sebagai
organisasi internasional, WTO mempunyai aturan-aturan yang pasti dan
diratifikasi oleh negara-negara anggotanya. Persetujuan-persetujuan WTO
rnemuat bagaimana WTO berfiingsi.

Putaran-putaran pertama GATT pada umumnya difokuskan kepada iipaya


penurunan tarif. Penurunan tarif ini sudah berlangsung sejak pembentukan GATT pada
tahun 1947. Sejak tahun 1947, putaran yang telah dilaksanakan adalah Putaran Jenewa
( 1947 — diikuti oleh 23 negara): Putaran Annecy-Perancis (1947 — 13 negara): Putaran
Torquay-Inggris (1951 — 38 negara): Putaran Jenewa (1956 — 26 negara); Putaran
Jenewa atau Putaran Dillon (1960-61 — 26 negara). Proses liberalisasi perdagangan ini
terns berlanjut dalam putaran-putaran berikumya, yaitu Putaran Kennedy (1964-67
diikuti oleh 62 negara yang khusus membahas tarif dan antidlfnipiii ) Putaran Tokyo
( 1973-1979, diikuti 102 negara), dan Putaran Uruguay (1986 — 1994 diikuti oleh 123
) 116
N egara

Negara anggota GATT adalah anggota WTO, perlu dikemukakan di sini bahwa
istilah anggota pada GATT bukan ‘member’ tetapi ‘contracting party’. Hal ini menipakan
konsekuensi dari status GATT yang sifatnya, dengan meninjau sejarah berdirinya,
‘organisasi’. Karena inn pula, negara-negara ikut serta dalam GATT tidak tepat unmk
disebut anggota karena mernang sebutan wggota' i uieinhe.r ) hanya menunjuk pada
istilah peserta/pihak pada suatu organisasi intemasional. Oleh karena itu, iinmk GATT
yang ‘bukan’ organisasi ini, istilah yang tepat adalah contracting parti’. Pada dasarnya,
ada dua cara untuk dapat menjadi anggota WTO. Berdasarkan pasal XXXIII GATT,
suatu anggota dapat menjadi anggota berdasarkan prosedur normal. Unmk itu, diperlukan
suatu putusan dua pertiga inayoritas suara dari negara anggota. Untuk dapat menjadi
anggota maka aksesi negara tersebut harus disetujui oleh contrnctiiig parties. Dalam
kenyataannya, unmk mendapatkan persetujuan ini tidaklah mudah. Ada cukup banyak
persyaratan yang perlu dipenuhi, misalnya komitmen negara

" 6 Huala Adolf. ibid.


HKUM4302 ( Modul
01

tersebut mengenai kebijakan perdagangannya dan kerniingkinan kebijakan


perdagangan negara pemohon di masa depan. Cara kediia adalah melalui cara
syoiisorsliip berdasnkan pasal XXVI: 5 (c). Pasal ini ditujiikan khusus terhadap
negara-negara yang baru inerdeka dan sebelum inerdeka, ia berada di bawah
penguasaan suani negara anggota GATT. I "
Stniktur organisasi pada fi"TO mengikuti stniknir yang terdapat dalam GATT
1947. Badan tertinggi dalam GATT, yaitu contracting parties, dalam WTO menjadi
miiisteruil cor/ereure .' i Adapun organnya sebagai berikut.
a. Ministerial rorJereiice
Merupakan badan pengainbil keputnsan tertinggi yang bersidang sedikitnya
sekali dalam dna tahun.11 Ministerial roiferenre mempunyai kekmasaan untuk
mengainbil keputusan atas segala persoalan yang diatur dalam suatu Miiltilnteral
Trarle Agreement, jika dikehendaki oleh satu anggota, sesuai persyaratan khrsrs
bagi pengambilan keputrisan dalam perjanjian ini dan dalam Mitltilnteral Trade
Agreement lain yang relevan. 1' 0
b. General Coiiifri/
Terdiri atas utusan-utrisan negara anggota yang inengadakan pertemuan beberapa
kali dalam setahiin di kantor piisat Jenewa. Genere/ Council melaksanakan fungsi
miif i,i terial con/crevice pada waktu-waktu diantara Mmistrrial roiJerenre.
C. OifJici/ For’ Trarle. in Good,s (Dewan Perdagangan Barang)
Organ ini mengawasi pelaksanaan perjanjian {Multilateral Evade Agreement )
dalam Annex lA ." i Bertugas memantau pelaksanaan persetujuan yang dicapai di
bidang perdagangan barang. Badan ini membawahi komite diiainbah kelompok
kerja (i i’or#ing group) serta bidang yang khusus menangani inasalah tekstil dan
pakaian jadi, yaitri Fex///es Monotoring Both’ (TMB). Komite di bawah Council
For Trans. in Goods adalah Koinite Market Access. Koinite Agriciilture.. Koinite
Sanitam uuid Pln’tosaiiitam , Koinite Rule of Origin. Koinite Subsidies arid
Counter’ailing Measiire,s, Koinite Antidlftttping Practices. Koinite Import
Licen,sing dan Kornite SadegifaT d. 1!'
d. OifJici/ For’ Trarle. in See'ices (Dewan Perdagangan Jasa)
Dewan ini mengatas’i pelaksanaan General on Trarle. lii Se,m’ice (GATS) pada
Annex 1B. 28 Dewan ini memantau pelaksanaan persetujuan yang dicapai di
bidang perdagangan jasa.

11' Huala adolf dan A. Chandraumlan, :Hasala h-mazalah hukum Dalam Perdagangan Intecnasionai.
Jakarta : Rajawali Pers. Cet. 2., 1995. hlm 9.
11
* Huala Adolf, op.cit, hlm 109
11
Hatta, Perdagangan Internasional Dalam Sistem Cr.4TT dan ISO-Aspek-Aspek HxRm dan .Von
Hukum. Bandune: Refika Aditama, 2006, hlm 8.
ibid. hlm 89.
I
" Huala Adolf dan A. Chandrawula. op.cit. hlm 89.
Ibid, bLn 17.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

e. Council For Trade Relaterl Aspefts oflntellectiinl ProyerH Right (TRIPS)


Dewan ini mengawasi pelaksanaan Agreeiiient On TRIPS (Annex 1C)." 3 Dewan
ini bertugas memantau pelaksanaan persetujuan di bidang aspek perdagangan dari
hak atas kekayaan intelektual.
f. Dispute Settlement Bob’ (Badan Penyelesaian Sengketa)
Badan ini menyelenggarakan forum untuk menyelesaikan sengketa perdagangan
yang tirnbul antara negara anggota.
g. Trade Policv Rs inn i Boch (Badan Peninjaii Kebijakan Perdagangan)
Badan ini bertugas menyelenggarakan mekanisme pemantauan kebijakan di
bidang perdagangan."’

Pengelolaan kekayaan intelektual pasca Konvensi Paris dan Konvensi Berne,


serta disnmbung dengan berdirinya WIPO, mekanisme yang lebih kompleks, kemudian
kembali digagas oleh negara-negara innju yang dimotori oleh Amerika Serikat.
Pembentukan TRIPs sebagai instrumen hukum pengelolaan kekayaan inteleknial dunia
sebenarnya tidak lepas pelaksanaan Uruguay Round tahun 1990. Kanada sebagai salah
satu anggota Generril Agreewent on Tariff,s and Trade (GATT) secara formal
mengusulkan pembentukan suatu badan perdagangan internasional. Usul ini ditanggapi
positif oleh anggota GATT. Pada bulan Desember 1991, dikeliinrkanlah suatu
rancangan lengkap mengenai hasil-hasil perrindingan yang di dalamnya mencMp pula
usulan pernbentukan suatu organisasi perdagangan intemasional baru. Akhimya pada
bulan Desember 1993 dicapailah kesepakatan terhadap usulan pembentukan suatu
organisasi internasional. Usulan ini kemudian disahkan menjadi persetujuan akhir yang
disebut dengan Persetujuan Peinbentukan World Trride Organic-ation (WTO) dan
ditandatangani oleh negara-negara anggota GATT 1947 pada tanggal 15 April 1994 di
Marrakesh, Maroko. Persetujuan Pembentukan WTO ini secara jelas menyatakan
berdirinya WTO sebagai organisasi perdagangan intemasional. Berdirinya WTO
membaca perubahan yang siginifikan dalam sistem perdagangan dunia. Organisasi ini
memiliki kedudukan yang unik karena berdiri sendiri dan terlepas dari badan
kekhususan PBB. Pembenmkan WTO ini merupakan realisasi dari cita-cita lainn negara-
negara pada waktu merundingkan GATT pertama kali (1947), yakni hendak mendirikan
suatu organisasi perdagangan internasional (yang dulu narnanya adalah International
Trade. Organic-ntioti atau ITO). '2’ Dengan terbentuknya WTO mulai Januari 1994 maka
persolan tentang apakah GATT sebuah organisasi intemasional atau bukan, kini telah
berakhir. GATT 1947 kini dintergrasikan ke dalam salah satri perjanjian yang
merripakan annex perjanjian WTO yakni Multilateral Agreement Ontrride In Goods.126

"' Haha. op.cit. hlm. 89.


" Huala Adolf dan A. Chandrawmlan. op.cix. htm 17.
" 5 Huala Adolf 2. Hukum Perdagangan International Prinsip -prinsip dan KonsepS i Dasar. Jakarta:
Rajawali Pers, 2004.
1 6 Haha. op.cit J im 87.
HKUM4302 Modul 01

WTO didirikan negara anggotanya dengan maksud dan mjuan bersama


sebagaimana dicnntumkan dalam miikadimah Agreement Establishing The World
Trade Organic-atioii 1994, sebagai berikut: “bnhwa hubungan-hubungan
perdagangan dan kegiatan ekonomi negara-negara anggota harus dilaksanakan dengan
rnaksud untuk meningkatkan standar hidup, rnenjamin lapangan kerja sepenuhnya,
peningkatan penghasilan nyata, mernperluas produksi dan perdagangan barang dan
jasa, dengan penggunaan optimal sumber-sumber daya dunia sesuai dengan tujuan
pembangunan berkelanjutan. Juga inengusahakan Pelindungan lingkungan hidup dan
meningkatkan cara-cara pelaksanaannya dengan cara-cara yang sesuai dengan
kebutuhan inasing- masing negara yang berada pada tingkat pembangunan ekonomi
yang berbeda. Dalam mengejar tujuan-tujuan ini diakui adanya suatu kebutuhan akan
langkah-langkah positif untuk menjarnin agar negara berkembang, teristimewa yang
paling terbelakang, mendapat bagian dari pertuinbiihan perdagangan intemasional
sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonominya.”
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini diadakanlah suatu pengaturan yang saling
mengunmngkan yang diarahkan pada pengurangan tarif secara substansial dan juga
hambatan-hambatan non-tarif terhadap perdagangan, iinfiik menghilangkan perlakuan
diskrimintif dalam hubungan perdagangan internasional. Diantara fungsi WTO yang
terpenting adalah melancarkan pelaksanaan pengadrninistrasian serta lebih
meningkatkan tujuan dari perjanjian pembentukan WTO sendiri serta perjanjian-
perjanjian lain yang terkait dengannya. Di samping itu, WTO akan merupakan forum
negosiasi bagi para anggotanya di bidang-bidang yang menyangkut perdagangan
multilateral, fonim penyelesaian sengketa, dan melaksanakan peninjauan atas
kebijakan perdagangan (Pasal OI: 1,2,3,4).

Sumber: dwelerofearth.bIogspot.com

Gambar 1.21
Peta Anggota WTO
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

B. PERJANJIAN TRIPs

Ada empat lampiran utama persetujuan pembenmkan WTO. Salah satunya adalah
persetujuan TRIPs. TRlPs ini adalah puncak dari lobi intens oleh Ainerika Serikat yang
juga didukring oleh Uni Eropa, Jepang, dan negara maju. Persetujuan diberlakukannya
TRlPs tidak lain karena keprihatinan Amerika Serikat atas Pelindungan dan penegakan
kekayaan intelektual selama perundingan Putaran Uruguay. Dari perspektif Amerika
Serikat, perjanjian TRIPs adalah prestasi besar. Sebehunnya, perdebatan panjang
mengenai implementasi TRIPs terjadi dengan melibatkan kepentingan negara inaju dan
negnra berkembang. Pada akhirnya, perdebatan ini dimenangkan oleh negara-negara
maju sehingga persetujuan TRIPs dimasukkan menjadi persetujuan dalam pernbentukan
WTO.
Pemberlakuan TRIPs oleh beberapa kalangan juga dianggap sebagai
kemenangan dan hegeinoni dari negara maju sebagai peinilik modal dan penguasa
teknologi di dunia. TRlPs notabene adalah kemenangan strategis yang dapat dijadikan
alat untuk memperjuangkan kepentingan investasi mereka serta Pelindungan yang
efektif di kancah internasional.i2’ Dengan demikian, Persetujuan TRIPs tidak hanya
dipahami
sebagai sebuah instrumen perjanjian intemasional yang memberantas adanya
pelanggaran terhadap KI, tetapi juga sebagai sebuah kebijakan Pelindungan teknologi
dan ekonomi yang lebih menguntungkan negara-negara maju. ' 2' lika melihat
karakteristik perjanjian TRlPs, kebijakan ini rnemang didesain dengan cara
inenggabungkan dua konvensi pendahulunya, yaitu Konvensi Paris dan Konvensi Wina.
Ketentuan substantif TRIPs dalam hal kekayaan intelekmal di bidang industri seperti hak
paten, ketentuan rnerek dagang, nama dagang, modal utilitas, desain industri, dan
persaingan tidak sehat diadopsi dari Konvensi Paris. Sedangkan iinmk Pelindungan
seperti karya sastra dan seni (yang inencakup hak cipta), TRIPs lebih banyak
inengadopsi persetujuan Berne. Dalam praktiknya, TRIPs mewajibkan setiap negara
anggotanya untuk memberikan Pelindungan yang kuat terhadap kekayaan intelektual.
Perjanjian TRlPs berlaku untuk semua anggota TRIPs, dan bentuknya bukan perjanjian
plurilateral." 9

"* Anus Sarjono, Pembangunan Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia. Antara Kebutuhan dan
Kenyataan, (Pidato Peneukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Keperdataan Pada Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Depok, 27 Februari 2008), hlm 6.
"' Carlos M. Correa, Intellectual Properg Rights, The WTO, and Developing Countries . Penang: Third
World NeRvork, 2000, pane 5.
"’ O' eri' iew of Intellectual Proper ' Rights and the TRIPS Agreement.
http:.'/uwvu'.osec.doc.eov ' Multilateral berarti suatu kerja sama antara semua negara anggota dalam suatu
badan''organisasi internasional. Sementara plurilateral berarti kerja sama yane sama itu, namun hanya
diikuh oleh sebagian negara anggota dalam badan/'organisasi tersebut. diakses 12 Juni 2020.
HKU t4302 Modul 01

Sumber: kompas.com

Ada beberapa hal khusus yang terdapat dalam TRIPs-Agreement, yaitri’30


1. memperkeoalkan prinsip the iiios//Hl’OifreJ nation treatment sebagai tambahan
dari prinsip national treatment;
2. mengatur tentang Pelindungan paten dan liak cipta secara rnenyeluruh, dan
mengatur jangka waktu Pelindungan minimum yang harus diterapkan oleh
negara anggota:
3. mengatur tentang ketentuan upaya hukum administratif dan hukum acara bagi
penegakan hukum.
4. mengatur penyelesaian sengketa di antara para anggotanya dengan cara
konsultasi atau rekornendasi tentang perkembangan pelanggaran dari konvensi
tersebut.

Perjanjian TRlPs mempunyai tujuan umum unmk dapat melindungi dan


menegakkan hukum yang berkaitan dengan kekayaan intelektual yang berguna untuk
dapat meinotivasi timbiilnya inovasi, pengalihan, serta penyebaran teknologi,
diperolehnya inanfaat bersama pernbiiat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan
cara yang membuat sebuah kesejahteraan sosial dan ekonomi sena berkeseimbangan
antara hak dan kewajiban."'
Perjanjian TRIPs memiliki tujuan untuk menanggiilangi atau meininimalisir
hambatan dalam permasalahan perdagangan yang disebabkan inasalah yang terkait
dengan hak kekayaan intelektual, permasalahan yang utama, yaitu pemalsuan dan
masalah tentang barang-barang bajakan yang beredar. Tingginya presentase telah
didiiduki oleh sejumlah pelanggaran hak kekayaan intelekmal dan palsii dan rnasalah
pembajnkan. Maka dari itulah, perlu diininimalisasi gangguan dan hambatan yang

l 0
’ Bambang Kesowo, 'Implementasi Persetujuan TRLP s dalam Hukum Hak Atas Kekayaan Inteleklual
Nasional”, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Perlindungan Konsumen dalam Era Pasar
Bebas, Surakarta: Fakultas Hukum UNS. 1997, him. 12.
I
" Direktorat Jendral IndusA Kecil Menengah Departemen Perindustrian, ’Hak dan Kewajiban
Pemerintahan dalam Penerapan UU No. 7,'94 Tentang Ratifikasi TRIPs”, (Indonesia: Direktorat
Jendral Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian).
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

dihadapi dalam permasalahan yang berkaitan dengan perdagangan intemasional,


dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan Pelindungan yang efektif terhadap
hak milik kekayaan intelektual, serta untuk lebih menjamin agnr tindakan dan
prosedur untuk menegakkan kekayaan intelektual tidak menjadi penghalang bagi
perdagangan yang sah dan agar lebih terstrukRir lebih baik jalur pelaporan dan lain-
lain.
Tujuan dan prinsip persetujuan TRIPs sebagai berikut.’3'
1. Mengiirangi penyimpangan dan hambatan bagi perdagangan intemasional.
2. Menjamin bahwa tindakan dan prosedur unmk rnenegakkan kekayaan
intelektual tidak menjadi kendala bagi perdagangan yang sah.
3. Mendiikung inovasi, alih, dan teknologi untuk keuntungan bersama antara
produsen dan pengguna pengetahuan teknologi dengan cara yang kondusif bagi
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta keseiinbangan hak dan kewajiban.

Perjanjian TRlPs menerapkan prinsip-prinsip dasar di dalam isi perjanjian untuk


dapat menaruh prinsip-prinsip dasar ke dalam negara-negara anggota yang sudah
meratifikasi dan inenyepakati perjanjian TRIPs tersebut. Perjanjian TRIPS
menetapkan prinsip-prinsip umum dan standar minimum untuk Pelindungan hak
kekayaan intelektual yang mempunyai tujuan untuk inernfasilitasi dan dapat
rneningkatkan perdagangan barang dan jasa pengetahuan yang kaya dan memiliki
nilai tambah. Prinsip-prinsip dasar dari perjanjian TRlPs, sebagai berikut: a) Negara
anggota saat dalam merumuskan atau mengubah hukum nasional dan peraturan
nasional mereka, maupun mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan unmk
inelindimgi dan untuk mempromosikan kepentingan publik di sektor yang penting
unmk melakukan pembangunan di bidang sosial-ekonomi dan teknologi negara
anggota, diharapkan tindakan tersebut dapat berlangsung konsisten dengan ketentuan
perjanjian TRlPs yang dibuat ini, yaitu dengan menetapkan standar minimum untuk
memberi Pelindungan dan penegakan hukum HKI di negara-negara peserta. b)
Asalkan mereka harus terns konsisten dengan ketentuan perjanjian ini, diperlukan
untuk dapat inenanggulangi penyalahgunaan hak kekayaan intelektual oleh pemegang
hak atau resor untuk praktik yang tidak wajar dalam menghainbat perdagangan atau
proses alih teknologi secara internasional. c) Masing-masing negara peserta harus
memberikan Pelindungan kepada warga negara dari negara peserta lainnya. Negara-
negara anggota diharuskan memberikan perlidiingan hak kekayaan intelektual yang
sama kepada warga negara anggota lainnya. d) Penegakan hukum yang ketat disertai
dengan mekanisme penyelesaian perselisihan sengketa, yang diikuti dengan hak bagi
negara yang dirugikan untuk mengambil tindakan secara silang.
Berkaitan dengan KI, Perjanjian TRIPs mempunya’l tujuan untuk melindungi
dan menegakan hukum yang berkaitan dengan KI hak yang bergtina untuk dapat
meinotivasi timbulnya inovasi, pengalihan, sena penyebaran teknologi, diperolehnya
manfaat

"' TRLPs: Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectua I Property Rights, http:'/ v.w4o.org.''.
diakses 7 Juli 2020.
HKU t4302 Modul 01

bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara membuat sebuah
kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan antara hak dan kewajiban.’ 3’
Perjanjian TRIPs memiliki tujuan untuk menanggulangi atau meminimalisii
hambatan dalam permasalahan perdagangan yang disebabkan masalah yang terkait
dengan KI, permasalahan yang utama, yaitu pemalsuan dan masalah tentang barang-
barang bajakan yang beredar. Tingginya presentase telah diduduki oleh sejumlah
pelanggaran hak kekayaan intelektual dan palsu dan masalah pembajakan. Karena itu,
perlu diininiinalisasi gangguan dan hambatan yang dihadapi dalam permasalahan yang
berkaitan dengan perdagangan internasional, dengan mengingat kebutuhan untuk
meningkatkan Pelindungan yang efektif terhadap kekayaan intelektual, serta untuk
lebih menjamin agar tindakan dan prosedur untuk inenegakkan kekayaan intelektual
tidak kemudian menjadi penghalang bagi perdagangan yang sah dan agar lebih
terstrukmr lebih baik jalur pelaporan dan lain-lain.
Hal- hal yang harus dipenuhi dalam persyaratan standar minimum di Bidang
Pelindungan kekayaan inteklekRial ini termasuk beberapa hal sebagai berikut:
1. Merek dagang.
2. Indikasi geografis.
3. Desain industri.
4. Paten.
5. Rahasia dagang
6. Hak cipta dan hak yang berkaitan dengan cipta, termasuk program koinputer
dan database.
7. Desain tata letak sirkuit terpadu.
8. Pengendalian praktik anti-coiiipetitif pada lisensi kontraktual.

Perjanjian TRIPs menerapkan prinsip-prinsip dasar di dalam isi perjanjian


untuk dapat menanih prinsip-prinsip dasar ke dalarrr negara-negara anggota yang
sudah ineratifikasi dan menyepakati perjanjian TRIPs tersebut. Perjanjian TRIPS
menetapkan prinsip-prinsip umum dan standar minimum untuk Pelindungan hak
kekayaan intelektual yang mempunyai tujuan untuk inei fasilitasi dan dapat
meningkatkan perdagangan barang dan jasa pengetahuan yang kaya dan memiliki
nilai tambah. Prinsip-prinsip dasar dari perjanjian TRIPs, sebagai berikut.”’
1. Negara anggota saat dalam rneruinuskan atau rnengribah hukum nasional dan
peraturan nasional mereka, maupun inengadopsi langkah-langkah yang
diperlukan untuk melindungi dan unmk memprornosikan kepentingan publik di
sektor yang penting untuk melakukan pembangunan di bidang sosial-ekonomi
dan teknologi negara anggota, diharapkan tindakan tersebut dapat berlangsung

I
” Direktorat Jendral Industri Kecil Meneneah Departemen Perindustrian, “Hak dan K‹nva than
Pemerintahan dalam Penerapan LW“ .Vo. 7/94 Tentang Ratifikasi TRIPS ” Indonesia: Direktorat
Jendral Industri Kecil Meneneah Departemen Perindustrian.
I
'" M greement on Trade-R elated Aspect oflntellectual Proper5 Rights. (Moroco: Annex Cl. 1994).
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

konsisten dengan ketentuan perjanjian TRlPs yang dibuat, yaitu dengan


menetapkan stands ininimrim untuk memberi Pelindungan dan penegakan
hukum KI di negara-negara peserta.
2. Asalkan mereka harris terns konsisten dengan ketentuan perjanjian ini, diperlukan
iinmk dapat menanggulangi penyalahgunaan hak kekayaan intelektual oleh
pemegang hak atau resor untuk praktik yang tidak wajar dalam menghainbat
perdagangan atau proses alih teknologi secara internasional.
3. Masing-inasing negara peserta harus memberikan Pelindungan kepada warga
negara dari negara peserta lainnya. Negara-negara anggota diharuskan
memberikan Pelindungan hak kekayaan intelektual yang sama kepada warga
negara anggota lainnya.
4. Penegakan hukum yang ketat disertai dengan mekanisme penyelesaian
perselisihan sengketa, yang diikuti dengan hak bagi negara yang dirugikan iinmk
mengambil tindakan secara silang.

Prinsip-prinsip penting berkaitan dengan Pelindungan KI dalam Perjanjian


TRlPs-WTO adalah sebagai berikut.

1. Prinsip Frer. to Determine


Ketentuan ini memberikan kebebasan kepada negara anggotanya untuk
menetapkan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercanmm dalam
TRlPs-WTO ke dalam sistem hiikumnya. Ketenfiian Pasal 1 berbunyi berikut ini.
ri. Members shall g’use. effect to the pro›’isions of this Agreeiitent. Members nun, hut
shall not be obliged to, iitiplewent rn their lms’ itiore. e.xtensii'e protection tluin is
required b5 this Agreeiitent, yroi'ideJ thnt such protection does not contrm cue.
the proi isions of this Agreement. Members shall be free. to deteritiiiie the
approprinte wetliorl ofiiiiplementing the proi’isions ofthi,s Agreeiiient r’ithin their
ori’n legal s;'ste.m and practice.
h. For the purposes of this Agreement, the term “intellectual properu “ refers to all
cntegories of intellectnnl propern• that are. the subject of3ectioiis 1 through 7 of
Part II.
c. Members shall nccord tlte treatment proi ided for in this Agreewent to tlte
nationals of other Members.1 In respect of the rehn ant intellectHol yroperH
right, the nationals of other Meiitbers shall be understood as those natural or
legal persons that B on/d meet the. criteria for eligibilifv’ for protection proc ided
for rri the Paris Com ention (1967 ), the Bernie Cotn’eiition (1971 ), the Rome
Com’eiition and the TreaR or IntellectH fl l Propertv iii Respect of Integrnted
Circuits, 1i era. will Me.tubers of the WTO members of those com'entions. S Aviv
Member m’ailing itself of the possibilities proi’ideal in paragraph 3 ofArticle 5 or
paragraph * of Article. 6 of the Roitie C’orii’eniion slinll m‹ike a notification as
HKUM4302 ( Modul
01

foreseen in tlio,se pro› isions to the Coiaicil for Trnde-Related Aspects of


Intelle.emu/ ProyerR Right,s ltte ”Council for TRIPS“ ).

2. Prinsip Intellrrtuul Property Convention


Prinsip iui diatur di dalam Pasal 2 TRIPs, yang inewojibkan para anggota untuk
inenyesuaikan peraturan perundang-undangannya dengan Konvensi Paris. Konvensi
Bern, Konvensi Roma, dan Perjanjian Washington.

Selengkapnya isi Pasal 2 adalah sebagai beriLit.


a. In respect of Parts II, III and IV of this Agreement, Members slinll comply’
›i’ith Articles 1 through 12, and Article 19, of the. Paris Coin ention (1967).
b. in Parts I to IN of this Agreemeiit shall derogate from existing
obligations that Meiiibers nu:n Jiri’e to ench other under Use Puris
Coin’eiitioii, the Berne Coifve.ii/ioii, the Rome Con›’ention and the. Trean oii
/iire//erriff7/ ProyerH in Respect oflntegrated Circif its.

3. Prinsip Nntionol Treatment


Prinsip ini tercantum di dalam Pasal 3 TRIPs i” yaitu produk dari suatu negara
anggota yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama seperti produk
dalam negeri."6 Selengkapnya bunyi Pasal 3 TRIPs adalah sebagai berikut.
a. Each weuiher shall accord to the nationals of other Members treatment no Ie.,ss
/ni owable them that it rrrorJs to its oii u nationals ii!ir/i re.gard to the
protectioii3 of iiitelle.ctual yroyerti’, subject to rJie exceptions alrearll.
proi'ided in. respe.rti›’elv, the. Pari,s C’oiD ention t1967 ), the Be.rue
Con›’ention t19"11, r/fe Rome Cont eri/fOii or the Treat or Zii/e.//eriiir/
Prope.r n iii Respect offsite.grate.rl Circiiit,s. In respect of performers,
prodHCPrs of ylioiiograms and hroarlcastiiig orgasms-ations, this obligation
only’ nyplies Sri reipeff Of the rights trot ited nuder this Agreemenl. And’
Memher n ailing itselfoftlie. yos,sibi/ities prol dded in Article 6 of the Berne
Com' eiitioii (1971) or paragraph 1(b1 of Article 16 of the Rome Com ention
shall make n rioii/irof/OJ? as /oreseeri in those. proi'isions to the Council for
TRIP3.
b. Me.mhers iiiot! entail theorise/i’es of the. exceptions yeruutted unlr+ yaragrayh 1
iii relation to jurlici‹i/ mmd riJni iiisira rri ’e proce.diireS, file/riding the
JesignarfOff OJ an addres,s for ,see ice or the appointment o/rii ageiit ii ii/flu
the jurisdiction ofa Memhei’, on/J’ ›rlierr. snrJi eTcepiioni are iieressas to
serure coiiip/lustre ›i’ith hi’s and regulations ii’/iic/i ure not ii7roiisis/e.iir
ii’ii/i the yroi’ision,s of this Agreement riiJ ›i’here such yrartices are riot
applied iii a manner ii hich ii on/I roiistitiite a rlisgifisrrl restriction on lrade..

I
'° Lihat Pasal 3 TRIPs.
I
” Huala Adolf & A.Chandrawmlan, op.cir, htm 17.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

Hal ini berarti melarang perbedaan perlakuan antara barang asing dan
barang dornestik pada saat suatu barang impor telah masuk ke pasaran dalam negeri
suatu anggota, dan setelah melalui daerah pabean serta membayar bea masuk maka
barang impor tersebut harus diperlakukan tidak lebih buruk daripada produk dalam
negeri.13' Prinsip ini sifatnya berlaku luas karena berlaku juga terhadap semua rnacam
pajak dan pungutan lainnya serta perundang-undangan, pengaturan, dan persyaratan-
persyaratan (hukum) yang rnernenganihi penjualan, pembelian, pengangkutan,
distribusi, atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri serta memberikan
Pelindungan terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya atau kebijakan
administratif atau legislatif. "' Dalam kaitan dengan Pelindungan terhadap KI, setiap
anggota hams memberikan Pelindungan yang sama terhadap pemilik KI pada
umumnya kepada warga negara sendiri dengan memperhatikan beberapa pengecualian
yang sudah ada berdasarkan Konvensi Paris (1967) tentang Pelindungan terhadap Hak
Milik Perindustrian, Konvensi Bern (1971) tentang Pelindungan terhadap Sastra dan
Karya Sent, Konvensi Roma (1961) tentang Pelindungan terhadap Pelaku
Pertunjukan. Prosedur Rekaman Musik dan Organisasi Siaran, serta Perjanjian tentang
KI di bidang Sirkuit Terpadu (1989).

Sumber.- otoritas-semu-blogspot.com

4. Prinsip Most-Fiivoured-button
Menurut prinsip ini yang tercantum di dalam Pasal 4 TRIPs, berbunyi:

“With regard to the protection of intellectual property, any advantage, favour,


pnvilege or immunity granted by a member to the nationals of any other country shall
be accorded immediately and unconditionally to the nationals of all other Members.
Exempted from this obligation are any advantage, favour, prillege or immunity
accorded by a Member
: (a). deriving from international agreements on judicial assistance and law
anforcement of general nature and not particularly confined to the protection of
intellectual

"' H.S Kartadjoemena. Substansi Perjanjian G2TT/HFO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa: Sistem,
Kelembagaan, Prosedur Implementa5 i, dan Kepentingan Negara Berkembang, Jakarta. UI-Press,
2000, hlm 109. Lihat juga Huala Adolf & A.Chandrauv1an. op.cix, hlm 17.
"' Olivier Lone sebagaimana dikuLp oleh Huala Adolf & A.Chandrawu1an, ibid, hlm 18.
HKUM4302 ( Modul
01
property; (b). granted in accordance with the provisions of the Berne Convention
(1971) or the Rome Convention authorizing that the treatment accorded be a function
not of national treatment but of treatment accorded in another country; (c). In
respect of the rights of performers, producers of phonograms and broadcasting
arganlzatlons not provided under this Agreement; (d). deriving from international
agreements related to the protection of Intellectual property which entered into farce
prior to the entry Into force of the Agreement Establishing the MTO, provided that
such agreement are notified to the Council for Trade-Related Aspects of Intellectual
roperty Rights and do not constitute an arbitrary or unjustifiable discrimination against
nationals of other Members”.

Berdasarkan Pasal 4 tersebut suaui kebijakan perdagangan harus dilaksanakan


atas dasar non diskriminatif, dalam ant bahwa semua negara anggota terAat untuk
memberikan perlakuan yang sama kepada negara-negara lairinya dalam pelaksanaan
kebijakan impor dan ekspor serta menyangkut biaya-biaya lainnya i". Perlakuan yang
sama tersebut harus dijalankan dengan segera dan tanpa syarat (/nniiedio/e/i and
iaicoiiditioiirill5’) terhadap produk yang berasal atau yang ditrijukan kepada semua
anggota GATT."' Apabila dihubungkaii dengan Pelindungan terhadap KI maka semua
negara harus diperlakukan sama serta semua negara nienikmati keuntungan,
keinanfaatan, atau perlakuan istimewa yang diberikan oleh seorang anggota kepada
warga negara lain hams seketika dan tanpa syarat diberikan juga kepada anggota
lainnya.

Number: yuokysurinda.wprdpress.com

I
" Huala Adolf & A.Chandrauv1an. op.cit, hlm 15.
I
Namun demikian, prinsip mi tidak berlaku terhadap transaksi-bansaksi komersial di antam anggota
GATT yang secara teknis bukan merupakan impor atau ekspor produk-produk seperti peneanekutan
internasional, pengalihan paten, lisensi, dan hak-hak tak benxmjud lainnya, atau aliran modal. Lihat
Huala Adolf & A.Chandrauv1an. ibid.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

Pasal 8 TRIPs berbunyi:


a. nieiiiber uiav, in formulating or Mnienrling their lms s and regulations, arlopt
measure necessari’ to protect health nnJ nutrition, anal to promote the public
interest fa sectors Of i’itnl iuiyotaiire to their socio-economic and
technological den elopnient, proi’ided taint such measures nre consistent B’ii/i
the proi’ision of this Agreeweiit,
b. approyiate iiieasnres, proi ided that ther are consistent 1i itli the prove-sioii,s
of this figreeiiieri/, tin’be needed to prevent the abuse ofintellectiial yroper
rights bi rights holders or the resort to practices ›which Uttfeasonablv restrnint
trade or at erselv aflect the /rireritritional transfer of /ecñi fo/ogt'.

Ketentuan Pasal 8 memberi kebebasan kepada anggota, sepanjnng tidak


menyimpang dari Ketentuan TRIPs, dalam rangka pembentukan dan penyesuaian
hukum dan peraturan perundang-undangan nasionalnya untuk mengambil langkah-
langkah yang diperlukan dalam rangka Pelindungan kesehatan dan gizi masyarakat
dalam rangka rnenunjang kepentingan masyarakat pada sektor-sektor yang sangat
penting bagi pembangunan sosio-ekonomi dan teknologi.

5. Ketentuan Exhaustion
Ketentuan Pasal 6 mengatakan:
For the purposes of dispute settlement under this Agreement, subject to the
provisions of Articles 3 and 4 nothing in this Agreement shall be used to address
the issue of the exhaustion of intellectual property nghts.

Merupakan suatu ketentuan yang mengharuskan para anggotanya, dalam


menyelesaikan sengketa, unmk tidak menggunakan suatu ketentuan apapun di dalam
persetujuan TRIPs sebagai alasan tidak optimalnya pengaturan KI di dalam negerinya.
Ketentuan ini berkaitan dengan masalah sengketa yang mungkin tiinbul di antara para
anggotanya. Dalam hal menyangkut masalah prosedur penyesuaian sengketa maka hal
tersebut akan diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang berada di
bawah Miiltilater‹il Trade Organic-ation (MTO), organisasi yang perseRijuan
pembentukan disepakati dalam paket persetujuan GATT dengan tugas sebagai
pengelola TRIPs, sedangkan untuk mengawasi pelaksanaan Persetujuan TRlPs
dibentuk dewan yang secara strukttiral merupakan bagian dari MTO.
Persetujuan TRIPs terdiri atas 73 pasal yang terbagi atas 7 bab. Seperti
kesepakatan lain dalam WTO, TRIPs mengandung peraturan-peraturan yang sangat
teknis. Adapun isi TRIPs sebagai berikut.

Bagian I Ketentuan Umum dan Prinsip Dasar.


Bagian II : Standar Ketersediaan, Lingkup dan Penggunaan Kekayaan
Intelektual.
HKU t4302 Modul 01

a. Hak Cipta dun Hak-hak yang Terkait:


b. Merek Dagang;
c. Indikasi Geografis;
d. Desain Industri.
e. Paten;
f. Desain Tata Letak (Topografi) Sirkit Terpadu:
g. Pelindungan Informasi yang Dirahasiakan:
h. Pelindungan Praktik Anti Persaingan dale Lisensi
Bagian III Kontrak. Penegakan Kekayaan Intelektual.
a. Kewajiban Umum;
b. Prosedur dan Penyelesaian Perdata Serta Administratif:
c. Tindakan Sementara;
d. Persyaratan khusus yang Berkaitan dengan Tindakan yang
Sifatnya Tumpang Tindih.
e. Prosedur Pidana.
Bagian IV Pemerolehan dan Perneliharaan Kekayaan Intelektual dan Prosedur
Antar Para Pihak.
Bagian V Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan.
Bagian VI Pengaturan Peralihan.

Ketentuan spesifik dan ruang lingkup mengenai KI dimiiat dalam Bab II


perjanjian TRIPs, yang secara ringkas sebagai berikut.”'
a. Hak Cipta (Pasal 9-14): meliputi ekspresi (ungkapan), program Computer, dan
kompilasi data. jangka wakfii Pelindungan minimum 50 tahun.
b. Merek (Pasal 15-21): Pelindungan bagi tanda yang mainpu membedakan suatu
barang atau jasa dari yang lain. Pemilik mereh terdaftar mempunyai hak
eksklusif untuk inelarang pihak lain inenggunakannya tanpa izin. langka wakm
Pelindungan minimum rrijuh tahun dan dapat diperbarui.
c. Indikasi Geografis (Pasal 22-24): tanda yang mengidentifikasi bahwa suatu
benda berasal dari wilayali negara anggota, atau kawasan di dalarrr suatri
negara anggota, ketika reputasi, kualitas, dan ciri barang tersebut sangat
ditentukan oleh faktor geografis.
d. Desain produk industri (Pasal 25-26): Pelindungan unrrik desain industri yang
baru dan asli dengan jangka wakfii minimum 10 tahun. Desain tekstil hams
dilindungi dengan ketentuan ini atau hak cipta.
e. Paten (Pasal 27-35): hak eksklusif bagi penemuan prodiA maupun proses dalam
semua bidang teknologi. Obyek Pelindungan paten harus bersifat penemuan
bank, inventif dan dapat diterapkan dalnm skala industri. Masa Pelindungan 20
tahun.
I
" https:.!.'bebaspikir.com'2016.’01.'memahami-TR£Ps-hak-kekayaan-intelektual-terkait-perdagangan'' diak
-ses 9 Juli 2020.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

Untuk kepentingan publik, pemerintah bisa inengizinkan pihak ketiga


mernanfaatkan paten tanpa izin pemegang paten, yaitu melalui ketenman lisensi
wajib. Pasal 27.3 memberikan Pelindungan bagi bahan hayati yang akan dibahas
pada bagian lain.
f. L‹:n’-our rangkaian elektronik terpadii (Pasal 31-38): jangka waktu Pelindungan
10 tahun sejak pendaftaran atau pemanfaatan secara komersial.
g. Pelindungan bagi informasi yang dirahasiakan (Pasal 39): Pelindungan bagi
informasi yang dianggap rahasia bagi perusahaan atau individu dan bersifat
koinersial.

Indonesia ineratifikasi perjanjian internasional tersebut berdasarkan Kepiirrisan


Presiden, sehingga Indonesia perlu inengirnplementasikan dalam peraturan perundang-
undangan nasionalnya.

Tabel 1.2
Konvensi Internasional yang Diratifikasi Indonesia

Konvensi Intemasional Ratilikasi oleh Indonesia


Paris Convention far the protectiono//ndustr/a/ Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang
Property and Convention Establishi’ng the perubahan Keppres No. 24 Tahun 1979.
World /nfe//ectua/ Properly Organizations
Patent Cooperation Treaty (PC7) and Keppres No. 16 Tahun 1997.
Regulati’on under the PC7
7rademark Law Treaty (TML) Keppres No. 17 Tahun
1997. Bern Convention. for the Protection a/ Literary Keppres No. 18
Tahun 1997. and Artistic Wade
WIPO Copyrights 7reaty(WCT) Keppres No. 19 Tahun 1997.

Terlepas pentingnya Indonesia ineratifikasi perjanjian TRIPs karena tuntutan


globalisasi di bidang hukum, khususnya Kekayaan Intelektual, terdapat beberapa
masalah berkaitan dengan konvensi internasional tersebut berikut."2
a. Kesepakatan TRIPs dihasilkan dari proses penindingan yang tidak transparan,
tidak partisipatif, tidak seiinbang, dan tidak demokratis ketika materi
perundingan didoininasi dan didesakkan oleh negara iuaJii. Akibatnya,
perjanjian TRIPs lebih inengakoniodasi kepentingan negara maju dan
perusahaan inultinasional.
b. Terdapat indikasi bahwa TRIPs justru akan ineningkatkan arris daiia dari negara
berkembang ke negara maJu melalui pembayaran royalti, mengingat 97 persen
pemegang paten dunia berasal dari negara maju. Juga tidak ada indikasi bahwa
negara maju akan melakukan alih teknologi dengan cuina-ciima kepada negara
berkembang. apabila diadakan Pelindungan KI, mengingat perusahaan

"' http:.'7iforhumans. 'memahariu-Oips-trade-related-aspects-of.htm diakses 6 Juli 2020.


HKU t4302 Modul 01

multinasional dari negara rnajulah sebenarnya yang menjadi subyek


Pelindungan KI seperti pada paten. Sebaliknya TRIPs akan menghambat
pengembangan pengetahuan lokal. Selain itn, pelaksanaannya di negara
berkembang juga memerlukan biaya yang tinggi, yaitu 1S juta dollar AS untuk
Indonesia.
c. Ada indikasi TRIPs akan mempunyai darnpak negatif terhadap kesehatan
mengingat pelakswaannya cenderung akan meningkatkan harga obat, termasuk
obat penyelainat serta obat esensial. Di Indonesia, karena hak paten maka harga
obat menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan harga obat generik, yaitu bisa
mencapai 10 atau 45 Kali lipat. Hal ini dapat disiasati oleh ketentuan impor
paralel dan lisensi wajib sesuai ketentuan TRIPs, tetapi pelaksanaannya sering
kali ditentang oleh negara maju.
d. TRlPs juga inenegaskan kepemilikan dan inovasi koinunal karena subyek KI
adalah individu atau perusahaan, padahal banyak inovasi terjadi secara kornunal
sehingga pemiliknya adalah masyarakat secara kolektif. TRIPs juga tidak
mengakui inovasi yang tidak ditujukan bagi industri, yaitu inovasi lokal yang
ditujukan bagi kesejahteraan ekonomi, sosial, dan kultural seternpat. Akibatnya,
inovasi lokal sering kali justru “dirarnbah” dan diprivatisasi oleh perusahaan atau
individu seperti halnya yang terjadi dengan penerapnn hak paten atas ekstrak
tanarnan obat tradisional, desain batik, ataupun desain perhiasaan yang
merupakan kreasi turun ternurun.
e. TRlPs mernaksakan paradigma Pelindungan KI yang seragam di negara anggota
WTO, padahal ada perbedaan mendasar dalam perspektif rnemandang KI antara
negara berkembang dan negara maju. Negara maju menganut sistem Pelindungan
KI modern yang memberikan hak eksklusif pada individu atas ilmu dan
penemiiannya. Negara berkembang dengan masyarakat yang masih tradisional,
justru menganggap peninian karya dan pengetahuan sebagai penghargaan
tertinggi atas karya tersebut. TRlPs secara tidak dernokratis rnenghiikum negara
berkembang atas perbedaan perspektif ini.
f. Ada pasal-pasal pengaman di dale ketentuan TRIPs, sepeni lisensi wajib.
impor paralel, menjaga kesehatan publik dan lingkungan serta tidak boleh
bertentangan dengan moral publik, proses pelaksanaannya sering dihambat oleh
negara maju. Contoh kasus adalah tidak tersedianya obat HIV/AIDs di banyak
negara karena upaya impor paralel dari negara yang menyediakan obat dengan
harga lebih murah sering Kali ditentang oleh negara maju.
g. Dari sisi keragaman hayati, pasal 27.3(b) TRIPs mengatur hak paten atas bahan
hayati, yaitri mikroorganisme serta Pelindungan KI berupa paten ataupun
sistem unik yang disebut but generic untuk varietas tanainan. Pasal ini yang
paling banyak diperdebatkan karena ditengarai akan mempunyai iinplikasi pada
pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan keragamnn hayati, pembagian
keuntungan dari peinanfaatan tersebut dan hak masyarakat lokal, serta akan
mempunyai implikasi sosial, ekonomi, etika serta inoralitas. Pasal 27.3(b)
didiiga
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

akan rnengarah pada monopoli kepemilikan atas benmk kehidupan pada


sekelompok orang. Saat ini walaupun TRIPs belum diterapkan di semua negara
anggota WTO secara penuh, aplikasi serta pemberian hak paten atas bahan
hayati sudah marak terjadi, dari ekstrak tuinbuhan obat hingga gen dan DNA
manusia. TRIPs akan melegalkan proses ini. Dengan demikian, TRIPs diduga
akan mempunyai iinplikasi berikut pada keragaman hayati: (a) menimbulkan
monopoli kepemilikan keragaman hayati beserta pengetahuannya; (b)
menegasikan inovasi tradisional masyarakat adat/lokal: (c) mernbuka peliiang
bari perambahan bahan hayati serta pengetahuan tradisional yang melekat
padanya (biopiracy):
(d) mendorong erosi keragaman hayati karena inovator hanya akan mendorong
pemanfaatnn spesies yang komersial serta mengabaikan yang lain.
h. Pelaksanaan TRlPs juga berpotensi meniinbulkan konflik dengan
pelaksanaan perjanjian internasional di bidang lingkungan sepeni Konvensi
Keanekaragaman Hayati (KKH). TRIPs bemijuan mendorong melindungi
teknologi dengan KI, sementara KKH menganjurkan alih teknologi dan
menyebutkan agar Pelindungan KI tidak bertentangan dengan tujuan KKH,
yaitu pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan dari keragaman hayati. KKH
mengakui dan melindungi pengetahuan tradisional, sementara TRIPs
menegasikannya. Namun, karena TRIPs mempunyai daya pelaksanaan yang
lebih kuat serta sistem retaliasi (pembalasan) atas pelangguan maka banyak
negara memilih menerapkan TRIPs dan mengabaikan kesepakatan internasional
di bawah PBB seperti KKH.
Pada Konferensi Tingkat Menteri Ke IV WTO di Doha-Qatar rnenghasilkan
safii deklarasi khusus yang mernperbolehkan TRIPs digunakan dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan publik, tetapi isi ketentuan TRIPs sendiri
belum diamandemen.
Beberapa ratifikasi perjanjian lain yang telah dilakukan, seperti berikut.
1) M‹idrid Agreeluent for the Repression of False or Deceytii’e Indications of
Source on Goods (1891 ).
Ditandatangani pada tahun dan di kota yang sama oleh Brasil, Guatemala.
Inggris, Perancis, Portugal, Spanyol, Swiss, dan Tunisia. Perjanjian ini
kemudian direvisi di Washington, D.C., Amerika Serikat, pada tahun
1911: di Den Haag. Belanda, pada tahun 1925; di London, Inggris, pada
tahun 1934; di Lisbon, Portugal, pada tahun 1958; dan terakhir di
Stockholm. Swedia, pada tahun 1967. Per 2018, tercatat 36 negara
menjadi anggota dalam perjanjian ini.
2) M‹idrid Agreewent C'onrerDfrig the liiternationnl Registration of Mnrks
(1891).
Ditandatangani di kota Madrid, Spanyol, oleh Belinda, Belgia,
Guatemala, Italia, Perancis, Pormgal, Spanyol, dan Swiss. Perjanjian ini
kemudian direvisi di Brussels, Belgia, pada tahiui 1900; Washington,
D.C., Ainerika
HKU t4302 Modul 01

Serikat, pada tahun 1911; Den Haag, Belanda, pada tahun; London, Inggris,
pada tahun 1934;. Nice, Perancis, pada tahun 1957; dan di
Stockholm, Swedia, pada tahun 1967. serta diamandemen pada tahun
1979. Per tahun 2018, tercatat 55 negara menjadi anggota perjanjian ini.
3) H‹igtie Agreenieiit conceriting the /riieriintional Deposit of Industrial
designs 1925).
Ditandatangani di Den Haag, Belanda, oleh Jerman, Maroko, Perancis,
Portugal, Spanyol, Swiss, dan Tunisia. Perjanjian ini direvisi dua kali, di
London, Inggris, pada tahun 1934, lalu di Deen Haag, Belanda, pada
tahun 1960. Additional Act ditandatangani di Monako pada tahun 1961,
disusul dengan Complementary Act yang ditandatangani di Stockholm,
Swedia, pada tahun 1967; yang kemudian diamandemen pada tahun
1979. Pada tahun 1999 ditandatangani pula Perjanjian Tambahan. Saat ini
berlaku versi 1960 dan 1999, tergantung yang mana yang diratifikasi oleh
negara anggota yang bersangkutan. Adapiin versi 1934 dinyatakan tidak
lagi berlaku sejak tnhun 2009. Per 2018, terdapat 68 negara di dunia yang
menjadi anggota perjanjian ini.
4) Nice Agreemetit Concerning the International Classification of Goods
anJ See ices for the Purpose of the. Registration ofMnrks 1957).
Ditandatangani di kota Nice, Perancis, sampai tahun 2018, terdapat 84
negara yang menjadi anggota perjanjian ini. Meski bukan anggota, sistem
klasifikasi merek di DJKI mengacu pada sistem klasifikasi berdasarkan
Perjanjian Nice.
5) Lisbon Agreement for the. Protection of Apellations of Origin and their
liiternationnl RegistTayo ff ( 1958).
Rose Con ention for the Protection of Perforiiters, producers of
Plioiiogrnius and Brondcastiiig Organic-ntion (1961 ).
6) Locarno Agreeme.nt Establishing nri International Classification for
Industrial Designs [ 1968).
7) Patent Cooperalii e Treat (PCT) (1970).
ditandatangani di Washington, D.C., dan mulai efektif berlaku per 24
Januari 1970. PCT adalah suatu instrumen hukum intemasional untuk
menyelaraskan dan menyederhanakan prosedur permohonan paten di negara-
negara anggotanya. PCT saat ini dikelola oleh WIPO. dan sudah diratifikasi
oleh 148 negara, termasuk Indonesia.
8) Strasbourg Agreement Concerning /Jie International Patent Clnssificntion
(1971).
9) Gen‹ni’a Coiii’ention for the. Prote,ctioii of the prodifCPrS of plioiiograws
Againts Unantliori-ed DNylicntions of their plioiiograms 1971).
10) Vienna Agreeitient Establishing an International Class ification of the
Figurnti› e Elements of Marks 1973).
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

11) Briiseels Coin’eiitioii Relnting to the. Distrihi ffion of Progrrinune-


Coreing Signrils Transmitted b› Satellite 1974).
12) Enropenti Patent Corn’eoiion (EPC)
ditandatangani di Munich, Jerman, oleh Belanda, Belgia. Inggris, lerman
Barat, Luksemburg, Perancis, dan Swiss; dan dinyatakan mulai efektif
berlaku per 7 Oktober 1977. Menjadi dasar hukum penyelenggarann
sistem Pelindimgan paten Eropa, saat ini EPC sudah berlaku di 3.8
negara.
13) /riierria/roiio/ Corn'ention for the. Protection of No i’ Varieties of Plnnts
(1977).
14) BiiJapest Trend on the International Recognition of the Deposit of
Microorganismes for the purpose of Patent ProserIime 1977).
15) Nciirobi Treaty on the Protection of the Ofi wpic Sv’mhol ( 1981 ).
16) Protocnl Relatmg to the Madrid Agreeweiit Concerning the litternational
Registration ofMnrks 1989).
17) Trean’ oii the intellectual properA in Respect of Intergrnted Ci/"fffiis
(1989).
18) Film Register Treat (Trean an the International Registration of

C. KEIKLWSERTAAN INDONESIA DALAM MERATIFIKASI


PERJANJIAN TRIPS

Dalam cnkupan international sebenarnya upaya dalam melindungi hak


kekayaan intelektual dari sudut pandang perdagangan sudah dilakukan sejak tahun
1979 dengan cara negosiasi perdagangan internasional. Hal-hat yang mendasari upaya
tersebut ialah:
1. seinakin banyaknya pembajakan dan pemalsuan barang-barang yang dilindungi
oleh hak kekayaan intelektual:
2. perkembangan invensi teknologi tinggi yang dapat digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa cangktipan internasional. Itulah yang dapat
inemicu pelanggaran kekayaan intelekmal di negara-negara berkembang salah
satunya Indonesia.

Di era globalisasi saat ini, permasalahan Pelindungan hak kekayaan intelektual


sudah tidak lagi menjadi urusan satu negara saja, tetapi sudah menjadi urusan
masyarakat internasional ataupun global. Terlebih sejak ditandatanganinya Trade.
Related Aspects of Intellectual ProperA (TRIPs), Pelindungan kekayaan intelektual
semakin lebih ketat dan diawasi oleh suatu badan yang bernaung di dalam sistem
World TrMJe OrgMiiisntion (WTO) yang disebut dengan Badan Penyelesaian
Sengketa t Dispute Settlement BoardD5 B).
Indonesia merupakan salah satu negara anggota WTO dari keseluruhan anggota
yang meratifikasi perjanjian TRIPs. Indonesia menjadi juga salah satri negara yang
HKU t4302 Modul 01

berkomitmen dengan WTO untuk melindungi kekayaan intelektual secara internasional


maupun cnngkupan nasional. Dengan meratifikasi atau menyepakati perjanjian TRIPs,
Indonesia mempunyai konsekuensi untuk dapat menjalankan perjanjian TRIPs.
Diharapkan setelah ineratifikasi perjanjian TRIPs, Indonesia mendapatkan manfaat dari
sistem had kekayaan intelektual yang baik. Dr era globalisasi ekonomi juga telah
meinotivasi para pelaku terutama kalangan pengusaha untuk terns dapat memperluas
cangkupan pasar mereka ke negara-negara lain yang potensial di seluruh dunia. Perluasan
pasar piila harus didukung dengan upaya untuk meningkatkan daya koinpetisi produk
mereka di berbagai negara tujuan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudali jika
mendapatkan Pelindungan hak kekayaan intelektual untuk produk-produk yang mereka
pasarkan.
Sebagai salah satu negara yang mempunyai komitmen yang sangat kuat
terhadap Pelindungan kekayaan intelekmal, Indonesia juga sudah lama terlibat secara
aktif maupun pasif dalam kerangka kerja kekayaan intelekmal baik yang
cangkupannya bersifat regional maupun internasional. Kerja sama intemasional adalah
bagian yang tidak dapat dipis n dari sistem kekayaan intelekmal Indonesia. Standar
hak kekayaan intelekmal intemasional sudah menjadi salah satu sumber yang penting
bagi perhukuman di bidang kekayaan intelektual Indonesia, dan sistem adrninistrasi
intemasional telah memberikan sumbangan kepada sistem administrasi hak kekayaan
intelektual di Indonesia. Indonesia juga telah menjadi peserta aktif di dalam banyak
pengembangan hak kekayaan intelektual internasional saat ini, khususnya melalui
keterlibatannya organisasi TRlPs dalam anus perdagangan dunia, yaitu perjanjian
TRIPs sebagai mana yang menangani permasalahan hak kekayaan intelektual dunia.
Indonesia juga telah mengambil bagian di dalam Ritaran Uruguay pada tahun 1994
yang merupakan perundingan yang membahas perdagangan multilateral, termasuk
penindingan tentang perkembangan dari sistem hak kekayaan intelektual di Indonesia.
Keikutsertaan Indonesia dalam beberapa organisasi maupun perjanjian yang
membahas tentang permasalahan kekayaan intelektual, salah satunya perjanjian
TRIPs. Sebagai bukti keseriusan dan kesadaran pemerintahan Indonesia dalam
menghadapi permasalahan yang terkait dengan hak kekayaan intelektual. Secara tidak
langsung, pemerintah juga mendukung sistem perekonomian yang bebas atau terbuka
dan menjadikan motivasi perusahaan-perusahaan di Indonesia unmk lebih meningkat
daya saingnya di cangkupan intemasional. Semakin kencangnya ams perdagangan
bebas inilah yang menuntut inakin tingginya kualitas produk yang dihasilkan terbukti
sernakin mernacii pekernbangan teknologi yang mendukung kebutuhan tersebut.
Seiring dengan hat inilah, pentingnya sebuah peranan hak kekayaan intelektual dalam
mendukung suatu perkembangan teknologi kiranya telah semakin disadari. Hal
tersebut telah tercerinin dari tingginya jumlah permohonan hak cipta, paten, dan
merek, serta cukup banyaknya
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

permohonan desain industri yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan


Inteleknial, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Maniisia.” 3
Pemerintah sangat menyadari bahwa sahnya irnplementasi dari sistem hak
kekayaan intelekmal merupakan suatu hal tugas yang besar. Terlebih lagi dengan
keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO dengan konsekuensi melaksanakan
ketentuan Agreeiitent on Trade Related Aspefts Of InteHe.ctnnl ProperA’ Rights
(Persetujuan TRIPS), sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang
Pengesahan Agreement Establishing fJie World Trade Organi.-ation (Persetujuan
Peinbentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Berdasarkan pengalaman selama ini,
peran serta berbagai instansi dan lembaga, baik dari bidang pemerintahan maupitn dari
bidang swasta, serta koordinasi yang baik di antara senua pihak merupakan hal yang
inutlak diperlukan mencapai hasil pelaksanaan sistem hak kekayaan intelekRial yang
lebih efektif. Pelaksanaan sistem kekayaan intelektual yang baik bukan hanya
memerlukan peraturan perundang-undangan di bidang hak kekayaan intelektual yang
tepat, tetapi perlu juga didukung oleh sistem administrasi, penegakan hukum sena
program-program sosialisasi yang lebih optimal tentang kekayaan intelektual.

oem»Convenwon‹or

I do. 17 Tahn n 1O1g7

onvenronnor he
P‹ota•mlenot
Reouatonundor

Sumber: Daniel Damaris.slideplayer.info

Gambar 1.22
Ratifikasi Konvensi Internasional di Bidang HKI

'"' Direktorat Jendral Industri Kecil Meneneah Departemen Permdusbian, Doc, cix.
HKUM4302 ( Modul
01

Latihan

Unnik meinperdalain pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah


latihau berikut!

1) Apakah tujuan dan prinsip Perjanjian TRIPs?


2) Apakah konsekuensi keiktitsenaan Indonesia dalam Perjanjian TRIPs?

1) Tujuan dan Prinsip Persetujuan TRIPs antara lain:


a) mengurangi penyimpangan dan hambatan bagi perdagangan internasional;
b) menjamin bahwa tindakan dan prosedur untuk inenegakkan kekayaan
intelektual tidak menjadi kendala bagi perdagangan yang sah:
c) mendukung inovasi, alih dan teknologi untuk keuntungan bersama ante
produsen dan pengguna pengetahuan teknologi dengan cara yang
kondusif bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta keseimbangan hak
dan kewajiban.
2) Keikiitsertaan Indonesia dalam meratifikasi Perjanjian TRIPs untuk
mendapatkan manfaat dari sistem kekayaan intelektual global, konsektiensinya
hams meniinplementasikan ketentuan TRIPs dalam UU Nasionalnya. Namun,
pelaksanaan sistem kekayaan intelektual yang baik bukan hanya ineinerlukan
peraturan perundang-undaiigan saJa, tetapi perlu juga didukung oleh sistem
adininistrasi, penegakan huktiin serta program-program sosialisasi yang lebih
optimal tentang kekayaan intelektual.

Rangkuman

1. Lahimya TRIPs Agreement dalam Putaran Uruguay GATT) pada


dasarnya merripakan danipak dari kondisi perdagangan dan ekonomi
internasional yang dirasa seinakin meluas yang tidak lagi mengenai batas-
batas negara. Negara ywg pertama sekali inengemiikakaii lahirnya TRIPs
adalah Ainerika, sebagai antisipasi yang inenilai bahwa WIPO yang
bernaiing di bawah PBB, tidak mainpu melindungi kekayaan inteleknial
mereka di pasar internasional yang mengakibatkaii neraca perdagangan
mereka menjadi negatif.
2. Argtiinentasi mengenai kelemahan-keleinahan WIPO adalah:
a. WIPO merupakan suatu organisasi diniana anggotanya terbatas
(tidak banyak), sehingga ketentuan-ketetuannya tidak dapat
diberlMkan terhadap non anggota.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

b. WIPO tidak memiliki mekanisme immk menyelesaikan dan


menghukum setiap pelanggaran KI. Di samping itu, WIPO
dianggap juga tidak mainpu mengadaptasi perubahan stnikmr
perdagangan internasional dan perubahan tingkat invasi teknologi.

3. Sejak tahun 1982, Amerika berusaha rnemasiikkan permasalahan KI ke


forum perdagangan GATT. Dirnasiikannya KI ini pada mulanya
ditentang oleh negara-negara berkembang dengan alasan bahwa
pernbicaraan KI dalam GATT tidaklah tepat (kompeten). GATT
merupakan forum perdagangan multilateral, sedangkan KI tidak ada
kaitannya dengan perdagangan. Namun. akhimya mereka dapat
inenerirnanya setelah negara argumentasi bahwa kemajuan perdagangan
(internasional) suatu negara bergnntung pada kemajuairkeunggiilan
teknologinya termasuk Pelindungan KI.
4. Tujuan pernbentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklirn
perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarRat bisnis,
sena unfit menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan,
lapangan kerja, dan iklim perdagangan yang sehat. Untuk mencapai
tujuan itu, sistem perdagangan intemasional yang diiipaya-Lan GATT
adalah sistem yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan di selurrih dunia.
Unmk mencapai tujuan-tujunnnya, GATT berpedoman pada 5 prinsip
utama. Prinsip yang dimaksud adalah:
a. Prinsip Most-Fffl’Ol trerl-Nntioii.
b. Prinsip National Treatment.
c. Prinsip Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif.
d. Prinsip Pelindungan melalui Tarif.
e. Prinsip Resiprositas.

6. Ada empat lainpiran utama persetujuan pernbentukan WTO. Salah satunya


adalah persetujuan TRlPs. TRIPs ini adalah puncak dari lobi intens oleh
Amerika Serikat yang juga didiikung oleh Uni Eropa, Jepwg, dan negara
maju. Persetujuan diberlakrik ya TRIPs tidak lain karena keprihatinan
Amerika Serikat atas Pelindungan dan penegakan kekayaan intelektual
selama perundingan Putaran Uniguay. Sebeliimnya, perdebatan panjang
mengenai implementasi TRIPs tejadi dengan melibatkan kepentingan
negara maju dan negara berkembang. Pada akhirnya, perdebatan ini
dirnenangkan oleh negara-negara maju sehingga persetujuan TRlPs
dirnasiikkan menjadi persetujuan dalam pembenfiikan WTO.
7. Ada beberapa hal khusus yang terdapat dalam TRIPs-Agreeitient, yaitu
a. inemperkenalkan prinsip the iitost fm onreJ nntioii treatment
sebagai tainbahan dari prinsip nationnl treatment,
b. mengatur tentang Pelindungan paten dan hak cipta secara
menyeluruh, dan mengatur jangka waktu Pelindungan minimum
yang harus diterapkan oleh negara anggota:
HKU t4302 Modul 01

c. mengatur tentang ketentuan upaya hukum administratif dan


hukum acara bagi penegakan hitkum;
d. mengatur penyelesaian sengketa di antara para anggotanya dengan
cara konsultasi atau rekomendasi tentang perkembangan
pelanggaran dari konvensi tersebut.

8. Tujuan dan Prinsip Persetujuan TRIPs antara lain:"’


a. mengnrangi penyimpangan dan hambatan bagi perdagangan
intemasional;
b. menjamin bahwa tindakan dan prosedur untuk menegakkan
kekayaan intelekrrial tidak menjadi kendala bagi perdagangan
yang sah;
c. mendukung inovasi, alih, dan teknologi untuk keuntungan
bersama antara produsen dan pengguna pengetahuan teknologi
dengan cara yang kondusif bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi,
serta keseimbangan hak dan kewajiban.

9 Prinsip-prinsip penting berkaitan dengan Pelindungan KI dalam


Perjanjian TRIPs-WTO adalah:
a. Prinsip Free to Determine (Pasal 1).
b. Prinsip Intellectual Propertv C'onveniJon (Pasal 2).
c. Prinsip National Treatment (Pasal 3).
d. Prinsip Most-F‹:n’oured-Nation (Pasal 4).
e. Ketentuan Er/ñqifiion (PdSal 6).

10. Beberapa ratifikasi perjanjian lain ywg telah dilakukan Indonesia, yaitu:
a. MMdrid Agreenient for the Repression of False or Deceyti›’e
Indications ofSOHrce on GOOds ( 1891).
b. Mridrirl Agreewent Concerning the Internntional Registration of
Marks (1891 ).
c. HagNe Agreeiite.nl concerning the Internrltioiial Deposit of
Indiistriril de,signs 1925).
d. Nice Ai-eement Concerning the liiteriuitionnl Classificntioii of
Goods and her ices for the Purpose of the. Registration of Mnrks
( 1957).
e. Lisbon Agreenieiit for the Protection of Ayellntions of Origin and
their International Registration t 1958).
f. Louie Com’entioii for the Protection of Performers, yroJncers of
Phonograins and Broadcasting Organic-ntion [ 1961).
g. Locariio Agreemerit Establishing air International Classification
for Industriril Designs 1968).
b. Potent Cooperatii’e Trenri• (PCT) (1970).
i. Strasbourg Agreeuient Coitcerning the Interiiationnl Patent
/f7âS fOfIOD (1971).

I
TRI9s: Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights, http.i”ix svw.wto.ore/.
diakses 20 Mei 2020.
Istilah, Pengertian dan Ruang Lingkup, Prinsip dan Teori Pelindungan
....

Gene ’a Coni’ention for the Protection of the. producers of


phonograiiis Againts Unauthori-ed Duplications of their
photiograms 1971).
k. Vienna Agreeiiient Establishing an International C'fiqss ificntion of
the Fignrati› e Elements of Marks (1973).
BTUssels Com’eiition Relating to the Distribution of
Progrnuuiie- Caroring Signals TransmitteJ hv’ 3alellite [ 1974).
m. European Patent Com edition (EPC).
n International Cont ention for thr. Protection of Ne›i’ Varieties of
Plants 1977).
0. Bnrlnyest Trentv on the Internationnl Recognition of the Deposit of
Microorgnnismes for the purpose of Patent Procedure 1977).
p. Nairobi Treat’ on the Protection of the Olvinpir. M utihol (1981).
q. Protocal Relnting to the Madrid Agreement Concerning the
miternational Registration of Marks [1989).
r. Treats’ on the intellectual proper3’ /ri Respect of liitergrated
Circuits 1989). Fihn Register Treat (Treat' on the International
Registrntion ofAiirlioi’isuril Works i 1989).

11. Keikutsenaan Indonesia dalam meratifikasi Perjanjian TRIPs untuk


mendapatkan manfaat dari sistem kekayaan intelektual global.
konsekuensinya harus mengimplerrrentasikan ketentuan TRIPs dalam
UU Nasionaluya. Namun, pelaksanaan sistem kekayaan intelekmal yang
baik bukan hanya rnemerlukan peraturan perundang-undangan saja,
tetapi perlu juga didukung oleh sistem administrasi, penegakan hukum
serta program- program sosialisasi yang lebih optimal tentang kekayaan
intelektual.

Tes Formatif 4

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) GATT atau Geneml Agreeitient on Tariffs nnd TraJe. berpedoman utama pada
prinsip-prinsip...., /reciio/i
A. Most-Fm’oiirerI-Nation
B. Pelindungan melalui Tarif
C. Tidak ada Larangan Restriksi (Pembatasan) Kuantitatif
D. Resiprositas

Tujuan dan Prinsip Persetujuan TRIPs antara lain.....Bertha/i


A. mengurangi penyimpangan dan hambatan bagi perdagangan internasional.
B. menjamin bahwa tindakan dan prosediir untuk menegakkan kekayaan
intelekfiial tidak menjadi kendala bagi perdagangan yang sah.

Anda mungkin juga menyukai