Abstrak
Pendahuluan
Perdagangan adalah suatu kegiatan transaksi jual-beli yang telah ada lama.
Saat ini kegiatan perdagangan merupakan hal yang sangat penting bagi negara.
Perdagangan antar negara telah semakin berkembang dan luas berkat kemajuan
teknologi. Pada batas-batas antar negara semakin borderless sehingga dapat
terjadinya lalu lintas perdagangan internasional yang ramai. Perdagangan
internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara
dengan penduduk lain berdasarkan kesepakatan.
1
Rafiqul Islam, International Trade Law, (NSW: LBC, 1999) hlm, 1.
franchise, Hak atas Kekayaan Intelektual, yang memberikan pengaruh terhadap
sektor lain yaitu perbankan, asuransi, dan perpajakan.
WTO didirikan pada tahun 1995, adalah organisasi lanjutan dari GATT
(General Agreement on Tariffs and Trade). Adapun karena Indonesia telah
melakukan ratifikasi berdasarkan UU No. 7/1994, maka terikat dengan ketentuan-
ketentuan WTO. WTO memiliki prinsip-prinsip dasar yang melandasari persetujuan-
persetujuan WTO, yaitu:4
2
Hambali, Pemberlakuan Sertifikasi Halal Secara Wajib Terhadap Produk Asing Menurut Persetujuan
Tentang Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barrier to Trade Agreement), Nurani
Hukum Jurnal Ilmu Hukum, Vol .2 No.2 Desember 2019. ISSN. 2655-7169 hlm.48
3
Muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers: Jakarta, hal.1.
4
Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan (safeguard)
dalam GATT dan WTO, Ct,1., PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hlm.14
Selanjutnya WTO memiliki banyak perjanjian-perjanjian internasional terkait
perdagangan yang telah lahir sejak beridirinya organisasi ini, berikut adalah
perjanjian-perjanjian mengenai aspek-aspek khusus perdagangan barang: 5
Berdasarkan Article XIX GATT 1947, bahwa salah satu syarat untuk
melakukan safeguard oleh negara-negara anggota WTO adalah melindungi industri
dalam negeri dan bersifat non diksriminatif. Bahwa tindakan safeguard melalui
pembatasan impor dilaksanakan sebagai akibat dari peningkatan produk impor yang
menimbulkan kerugian yang serius di dalam negara pengimpor. Maka dari itu
negara-negara pengekspor harus dibatasi perdaganganya di pasar negara
pengimpor. Adapun dari penjabaran pendahuluan, selanjutnya penulis akan
mengkaji bagaimana penerapan safeguard terhadap produk-produk industri dalam
negeri.
Metode Penelitian
5
Peter van den Bossche dkk, Pengantar Hukum WTO, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010, hal.
4.
yang digunakan pada tulisan ini adalah merujuk pada peraturan internasional GATT,
Safeguard Agreement, dan UU No. 7 Tahun 1994 yang merupakan bahan hukum
primer. Sedangkan baham hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan
memahami bahan hukum primer, yaitu beberapa pendapat dan pemikiran para
pakar yang tertuang dalam berbagai buku, jurnal, makalah atau literatur lain yang
terdapat kaitannya dengan penulisan ini.
Analisis
Didalam ketentuan umum yang diatur dalam Article XIX of GATT 1944
Agreement on Safeguard, telah diatur bahwa perjanjian safeguard menerapkan
peraturan untuk pelaksanaan tindakan pengamanan yang harus diartikan sebagai
tindakan yang diatur berdasarkan pasal tersebut. Penerapan tindakan safeguard
bertujuan untuk melindungi produk industri dalam negeri dari membanjirnya produk
impor yang merugikan terhadap industri dalam negeri. 6 Selanjutnya pada
pengaturan Agreement on Safeguard (Safeguard Agreement) secara eksplisit
menerapkan kesetaraan terhadap negara-negara anggota yang bertujuan untuk: 7
6
Muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers: Jakarta, hal 224.
7
Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan (safeguard)
dalam GATT dan WTO, Ct,1., PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hlm.106
impor tersebut.8 Selanjutnya berdasarkan Article 2.1 Safeguard Agreement,
peningkatan impor dilihat dalam dua bentuk, yaitu secara absolut dan perbandingan
secara relatif terhadap produksi dalam negeri atas barang serupa atau barang yang
secara langsung tersaingi.9
8
Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan (safeguard)
dalam GATT dan WTO, Ct,1., PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hlm 109.
9
Ibid.
negeri terdapat dua kriteria untuk menentukan pengertiannya, yaitu
industri dalam negeri sebagai produsen-produsen yang memproduksi
barang tertentu serupa atau secara langsung tersaingi dengan barang
impor yang diselidiki atau hasil produk sejenis yang secara langsung
tersaingi merupakan bagian besar dari seluruh produksi dalam negeri.
“the determination referred to in subparagraph (a) shall not be made unless this
investigation demonstrates, on the basis of objective evidence, the existence of the
causal link between increased imports of the product concerned and serious injury
or threat thereof. When factor other than increased imports are causing injury to the
domestic industri at the same time, such injury shall not be attributed to increased
imports”.
Pada saat negara penerima impor menemukan suatu kerugian serius yang
disebabkan peningkatan impor, maka hendaknya melaporkan kepada Komite
safeguard. Sebelum menerapkan safeguard, negara anggota harus menempuh
suatu prosedur yaitu konsultasi. Konsultasi merupakan kewajiban negara anggota
dalam memberikan kesempatan yang cukup. Setelah konsuktasi dilakukan negara
anggota, selanjutnya akan diambil keputusan diberlakukannya tindakan safeguard
atau tidak. Tindakan safeguard diambil dalam bentuk:
1. Pemberlakuan Tarif
Dalam hal peningkatan kewajiban impor melalui tingkat batas, pembebanan
biaya pajak tambahan, pengganti pajak pada produk, pengenalan tarif kuota,
10
Ibid, hlm 113.
yaitu kuota impor pada suatu tarif yang lebih rendah dan pembebanan tarif
yang lebih tinggi untuk impor yang berada diatas kuota
2. Pemberlakuan Non-Tarif
Seperti penetapan kuota global untuk impor, pengenalan kemudahan dalam
perizinan, kewenangan impor dan tindakan lainnya yang mengendalikan
impor
Kesimpulan
Daftar Pustaka
11
PP 34/2011
Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan
Pengamanan (Safeguard) dalam GATT dan WTO, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta,
2007.
Peter van den Bossche dkk, Pengantar Hukum WTO, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 2010.