DEMENSI HUKUM
DI INDONESIA
Oleh :
Endang Larasati
B. 5A005007
Mahasiswa Angkatan XI
. PENDAHULUAN
Transformasi global mengindikasikan bahwa
perubahan fundamental dari masyarakat dunia
menyatu secara cepat membentuk dunia yang
tunggal dan terintegrasi, dimana ekonomi,
hukum, sosial, budaya, tehnologi, bisnis, seni,
moral, pendidikan, politik dan aspek kehidupan
keluarga dan lainnya mempengaruhi batas-
batas tradisional seperti negara, kebudayaan
nasional, waktu, ruang dan industri bisnis
meningkat dengan mudah .
II. PERMASALAHAN :
Konstruksi Hukum yang
bagaimanakah yang diperlukan untuk
mengangkat, melindungi,
penyelamatkan dan pengembangkan
produk dalam negeri dalam
mewujutkan Indonesia yang sejahtera,
adil dan makmur.
III. PEMBAHASAN
Untuk ciptakan iklim perdagangan yang aman
dan jelas dibentuklah General Agreement on
Tariff and Trade (GATT).
GATT diupayakan untuk menciptakan
liberaralisasi perdagangan yang berkelanjutan,
lapangan kerja dan iklim perdagangan yang
sehat.
GATT berupaya agar sistem perdagangan
internasional dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan diseluruh dunia
Preambule GATT
Peningkatan taraf hidup umut manusia
Meningkatkan kesempatan kerja
Meningkatkan pemanfaatan kekayaan
alam dunia dan
Peningkatan produksi dan tukan menukar
barang
The Tokyo Round Code
The Agreement on technical Barrier to Trade
( Standards Codes ), yaitu kesepakatan bahwa
pemerintah maupun badan-badan lainnya dalam
membuat dan menerapkan peraturan dan standar
tehnis, tidak menimbulkan hambatan terhadap
perdagangan.
The Agreement on Government Procurement, yaitu
kesepakatan mengenai jaminan terlaksananya
kesempatan secara internasional yang lebih luas
dalam tender untuk mndapatkan kontrak-kontrak
pemerintah.
The Agreement on Interpretation and application of
Article VI, XVI AND XXIII ( subsidier Codes ), yaitu
kesepakatan untuk menjamin bahwa setiap
pelaksanaan kebijakan subsidi tidak menimbulkan
akibat negatif terhadap perdagangan negara lain.
The Agreement on Implementation of Article
VII ( Customs Valuation code ), yaitu
kesepakatan mengenai sistem penilaian
barang yang netral, seragam dan adil untuk
kepentingan bea dan cukai.
The Agreement on Import Licensing
Procedures, yaitu kesepakatan mengenai
jaminan bahwa pemberian lisensi tidak
menimbulkan hambatan terhadap impor.
The agreement on Implementation of Aticle VI (
Anti Dumping Codes), yakni kesepakatan
mengenai perubahan Anti Dumping, subsidi
dan ketentuan non tarif.
Praktek dumping
Tindakan negara produsen atau
pengekspor menentukan harga dibawah
atau lebih rendah dari nilai nominalnya
atau unit-cost yang sebenarnya dengan
menjual dengan harga yang lebih murah di
negara pengimpor daripada di negara
produsernya sendiri pada produk yang
sama. Dengan kata lain, dumping
merupakan praktek diskriminasi harga
UU No. 7 Th. 1994
PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING WTO
LN 57 / 1994 DAN TLN.3564
UU KEPABEANAN UU No. 10 / 1995
PP.34 TH. 1996
ARTICLE VI GATT ANTIDUMPING CODE 1994
MTA Agreement
DITANDATANGANI BERSAMA DENGAN WTO
Lembaga Antidumping Bab II Pasal 6 dan 7
KOMISI ANTIDUMPING
MENPERINDAG
MENKEU
DIRJEN BEA CUKAI
BADAN SENGKETA PAJAK
Pasal 18
Bea masuk anti dumping dikenakan terhadap barang
impor dalam hal :
Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai
nominalnya, dan
Impor barang tersebut :
Mengakibatkan kerugian terhadap industri dalam negeri
yang memproduksi barang sejenis dengan barang
tersebut.
Mengancam terjadinya kerugian terhadap indutri dalam
negeri yang memproduksi barang sejenis dengan
barang tersebut, atau
Menghalangi pengembangan industri barang sejenis di
dalam negeri.
Pasal 19
Bea masuk antidumping dikenakan terhadap
barang impor sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 setinggi-tinginya sebesar selisih
antara nilai nominal dengan nilai ekspor dari
barang tersebut.
Bea masuk anti dumping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan
tambahan dari bea masuk yang dipungut
berdasarkan pasal 12 ayat (1).
Pasal 20