Nomor: 11/G/2017/PTUN.MTR
sengketa antara:
Kantor Lembaga Bantuan Hukum DR. CH. Kamarudin (LBH DR. CH.
MELAWAN
kepada:
3. TAOFIQ, S.H.;
6. SUHAMDI, S.IP.;
kepada:
Hakim;
persidangan;
kolom 5 atas nama Prasino Ilman, SE., yang pada pokoknya didasarkan pada
KEWENANGAN ABSOLUT
Usaha Negara yang bersifat konkrit, indvidual dan final sebagaimana ditentukan
Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
gugata diajukan, yakni 1 Februari 2017, jadi dari 90 hari yang ditentukan Pasal
Penggugat ditetapkan sebagai Calon Kepala Desa terpilih, akan tetapi karena
kelalaian yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Desa Ombe Baru (KPPS VII
perselisihan Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru, sehingga sesuai Pasal 1 ayat
wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat
Tahun 2014 tentang Desa, Penggugat bersama Prasino Ilman, SE., dan
Baru sebagai Calon Kepala Desa Ombe Baru yang telah memenuhi syarat
Desember 2017;
2. Bahwa Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru dilaksanakan sesuai jadwal yang
ditentukan Panitia Pemilihan Desa pada 7 Desember 2017 dan ketiga Calon
Kepala esa Ombe Baru telah mengikuti pemilihan secara tertib. Namun pada
saat rekap suara terjadi perselisihan hasil penghitungan surat antara surat
rekap perhitungan suara, yaitu Sdr. Muharis, sejatinya surat suara yang
mencoblos nama Penggugat adalah 1065 (satu kosong enam lima) surat
suara, akan tetapi oleh Panita Pemilihan Desa Ombe Baru, keberadaan 2
a. 1 (satu) Surat Suara pada TPS IX, oleh KPPS IV dianggap batal karena
terjadi sobekan di lipatan bagian bawah namun tidak mengenai poto calon
lain;
4. Bahwa terhadap hasil rekap suara oleh Panitia Desa, melalui Surat
Tahun 2016 dan Berita Acara Penetapan Kepala Desa Terpilih Pada
Desember 2016, yakni menetapkan Prasino Ilman, SE, sebagai Calon Kepala
Desa Terpilih. Panitia Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru terlalu prematur
ayat (6) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, tentang Desa: "Dalam hal
dimaksud pada ayat 5" jo. Pasal 46 ayat (5) jo. 6 Peraturan Daerah
dimaksud pada ayat (3) menjadi Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) hari
perselisihan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)." jo.
Pasal 45 ayat (2) Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016:
dan BPD", namun Panitia Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru tidak
Ilman, SE., sebagai Calon Kepala Desa Terpilih Desa Ombe Baru, tindakan
hasil pemilihan kepala desa maka Panitia Pemilihan Desa dan BPD wajib
pemungutan suara", yang dilakukan oleh Panitia Desa dan Tergugat, oleh
karena itu beralasan hukum obyek sengketa harus dinyatakan batal demi
hukum;
menerima/keberatan kepada Panitia Desa dan BPD Ombe Baru atas hasil
Kepala Desa Ombe Baru dan tetap menerbitkan Berita Acara Penetapan
Kepala Desa Terpilih, padahal menurut Pasal 53 ayat (2) angka 7 Peraturan
Kepala Desa melalui musyawarah desa kepada BPD dalam jangka 7 (tujuh)
hari setelah musyawarah desa, mengesahkan calon kepala desa terpilih" jo.
Pasal 45 ayat (1) Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016:
"Dalam hal terjadinya perselisihan hasil pemilihan kepala desa, maka Panitia
6. Bahwa 1 (satu) surat suara pada TPS IX yang mencoblos Penggugat dalam
Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru tanggal 7 Desember 2016, adalah surat
suara yang sah, karena kriteria sah atau tidak surat suara yang ditetapkan
dalam Pasal 39 Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016 jo.
Pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014, dimana
surat suara yang sobek pada lipatan tidaklah termasuk kriteria surat suara
yang tidak sah atau batal. Sedangkan 1 (satu) surat suara pada TPS VII yang
kelalaian Panitia sendiri, sesuai Berita Acara Rapat Gugatan Pilkades Ombe
Baru tanggal 10 Desember 2016, selain itu Ketua dan Anggota KPPS VII dan
dan berakibat kerugian Penggugat. Terkait hal ini, surat suara pada TPS VII
dan IX adalah sah, sedangkan kelalaian Ketua dan Anggota KPPS VII
Baru khususnya Ketua, Anggota KPPS VII serta IX lepas dari tanggung jawab
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa jo. Pasal 42
kriteria yang membatalkan surat suara. Oleh karena itu mohon Majelis Hakim
menyatakan 2 (dua) surat suara tersebut sah dan mewajibkan Tergugat untuk
8. Bahwa atas kelalaian Panitia Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru, berakibat
pada Sengketa Pemilihan Kepala Desa, oleh karena itu sesuai ketentuan
dimaksud pada ayat (5)" dan Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Bupati
Baru, akan tetapi Panitia Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru melalui Berita
Acara Penetapan Kepala Desa Terpilih Pada Pemilihan Kepala Desa Ombe
dahulu menetapkan Prasino Ilman, SE. sebagai Calon Kepala Desa terpilih
sebelum penyelesaian sengketa itu dilakukan oleh Panita Desa dan BPD
Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016, ini termuat dalam
10. Bahwa atas Surat Badan Permusyawaratan Desa Ombe Baru Nomor
37 ayat (6) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2016 jo. Pasal 45 ayat (2)
sengketa;
11. Bahwa bila diperhatikan, Berita Acara Penetapan Kepala Desa Terpilih Pada
jadi sudah melebihi waktu 30 (tiga puluh) hari yang ditetapkan Undang-
1) Pasal 37 ayat (5) jo. ayat (6) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2016
tentang Desa.
Ayat (6): "Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa,
2) Pasal 46 ayat (5) dan (6) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016, yang
berbunyi:
yang dimaksud pada ayat (3) menjadi Kepala Desa paling lama
3) Pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat
d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat
d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang
5) Pasal 45 ayat (2) Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa Serentak dan Antar Waktu,
"Dalam hal panitia pemilihan desa dan BPD tidak dapat menyelesaikan
6) Asas Kecermatan;
Pasal 45 ayat (2) Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016
dan Pasal 40 jo. Pasal 42 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
Bahwa Tergugat sama sekali tidak menjunjung tinggi asas kejujuran dan
Pasal 45 ayat (2) Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016.
Selain itu Tergugat tidak pernah memeriksa 2 (dua) surat suara yang
dianggap tidak sah oleh Panitia Desa, padahal keduanya sah karena tidak
Tahun 2016 dan Pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
Tahun 2014;
8) Asas Kehati-hatian;
Penggugat sebagai Kepala Desa terpilih di Ombe Baru masa jabatan 2017-
2023;
untuk menerbitkan keputusan tata usaha negara yang baru atas nama
mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini memberikan putusan
sebagai berikut:
2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor:
Penggugat;
DALAM EKSEPSI
A. Gugatan Kabur
tidak netral sangat tidak jelas, apakah KPPS atau Panitia Pemilihan Desa.
kata lain Panitia Pemilihan Desa sama sekali tidak bersentuhan secara
dan menetapkan calon kepala desa terpilih, sementara salah satu tugas
ketentuan Pasal 7 huruf j dan l jo. Pasal 8 ayat (5) Peraturan Bupati
2. Bahwa terkait 2 (dua) surat suara yang oleh Panitia Pemilihan Desa Ombe
suara pada tahap proses rekapitulasi. Hal ini sejalan dengan Pasal 40 dan
pemilihan kepala desa di TPS kepada Panitia Pemilihan Desa. Ayat (2):
terpilih.
Ombe Baru (KPPS VII dan KPPS IX). Dalam dalilnya, berulang-ulang
a. Panitia Desa tidak netral karena pada saat rekap suara terjadi
batal;
peristiwa dinyatakan tidak sahnya 2 (dua) surat suara di TPS VII dan IX
Desa Ombe Baru (KPPS VII dan KPPS IX), yang menyebabkan
Panita Pemilhan Desa Ombe Baru (KPPS VII dan IX), maka sepatutnya
pihak;
ada beberapa jenis keputusan yang karena sifat atau maksudnya memang
perbuatan hukum yang termasuk dalam ruang politik dan didasarkan pada
pilkades juga merupakan hasil dari suatu pemilihan yang bersifat umum di
perkara a quo, sehingga atas hal itu patut dan berdasar hukum guagatan
dan tidak dapat dipisahkan di dalam pokok perkara dan secara tegas Tergugat
Tergugat;
bahwa Prasino Ilman, SE. dan Sahdan, S.Pd, merupakan calon kepala desa
yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti Pemilihan Kepala Desa Ombe
undang Nomor 6 Tahun 2014, yang telah dilaksanakan secara tertib dan
tepat waktu;
Ilman, SE., memperoleh 1064 (seribu enam puluh empat) suara, calon atas
nama Sahdan, S.Pd. memperoleh 649 (enam ratus empat puluh sembilan)
Kepala Desa Ombe Baru dilaksanakan secara tertib dan tepat waktu;
saat perhitungan suara di TPS IX dan VII. Dari Berita Acara Penghitungan
suara yang dinyatakan tidak sah. Di TPS VII terdapat 6 (enam) surat suara
yang dinyatakan batal dari 334 surat suara yang terpakai. Sedangkan di
TPS IX terdapat 2 (dua) surat suara yang dinyatakan batal/tidak sah dari
a. TPS VII
b. TPS IX
hukum bahwa para saksi calon yang hadir pada saat perhitungan suara,
IX telah disetujui oleh masing-masing calon, dengan kata lain tidak ada
Acara Penghitungan Suara di TPS VII dan IX dinyatakan sah oleh Majelis
terbuka.
yang merupakan tugas dari KPPS. Maka patut dan berdasarkan hukum jika
maka mohon kepada Majelis Hakim untuk menerapkan ketentuan Pasal 242
ayat (1) KUH Pidana: "Barang siapa dalam keadaan di mana undang-
sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau
tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk
kepala desa terpilih pada 7 Desember 2016 merupakan tugas dan fungsi
diatur dalam Pasal 7 Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 40 Tahun 2016
jo. Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri 112 Tahun 2014, yang pada
pemilihan";
KPPS VII serta KPPS IX, tanggal 10 Desember 2015 dijadikan dasar 2
suara di TPS VII dan IX tidak ada satu pun pihak-pihak yang keberatan atas
hal itu. Justru saksi Penggugat dan saksi lainnya telah menyetujui hasil
dengan jujur dan terbuka, maka sangat mendasar jika Majelis Hakim
suara yang dinyatakan batal di TPS VII dan IX dinyatakan sah, sebab telah
sesuai dengan:
Maka sudah tepat dan berdasarkan hukum jika surat suara yang tidak
lipatan bawah, akan menjadi tidak sah jika berpengaruh terhadap tanda
coblos;
112 Tahun 2014, sebab Pasal tersebut bukan mengenai pengaturan sah
dikesampingkan;
keberatan atas peristiwa di TPS IX dan VII, sehingga patut dan layak
atau norma samar, dalam arri bahwa tidak ada satu pun norma yang
menatur secara tegas mengenai jika terjadi sengketa pemilihan kepala desa
- Pasal 41 ayat (1), (4), (5) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014:
terbanyak";
- Pasal 42 ayat (1) Permendagri Nomor 112 Tahun 2014: "Calon Kepala
- Pasal 41 ayat (1) dan (2), Pasal 42 ayat (1) Peraturan Bupati Lombok
terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai calon kepala desa
terpilih";
desa terpilih, sebab sifat norma yang terdapat dalam penyelesaian sengketa
merupakan aturan yang bersifat vagenorm atau samar, yang tidak bersifat
desa";
Camat Kediri, Satuan Pamong Praja, Kabag Hukum Setda BPMPD, Kabid
penetapan dan pelantikan Calon Kepala Desa terpilih Desa Ombe Baru
desa;
12. Bahwa dalam konteks perkara di Mahkamah Konstitusi, yang menjadi tolok
ukur isu hukum adalah apakah pertama telah terjadi suatu kecurangan
bersifat terstruktur, sistematis dan masif, serta tidak ada fakta mengenai
karena itu patut jika Majelis Hakim menolak keberatan Penggugat atau
13. Bahwa dalam mengeluarkan keputusan a quo, Tergugat telah secara hati-
hati dengan melihat segala aspek hukum dan asas-asas hukum serta
perundang-undangan;
14. Bahwa berdasarkan uraian di atas, tidak benar jika Tergugat melanggar
atas, mohon Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk
DALAM EKSEPSI
Penggugat;
1986, Majelis Hakim telah memanggil pihak lain yang berkepentingan ke dalam
persidangan, yakni Prasino Ilman SE., selaku pihak yang dituju langsung oleh
DALAM EKSEPSI:
Pemilihan dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Ombe, hal ini jelas
terlihat dari dalil Posita poin 3, yang menyatakan: ”..dalam pemilihan kepala
ILMAN, SE, tidak termasuk dalam wewenang Peradilan Tata Usaha Negera
Tinggi Tata Usaha Negara dan kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha
diterbitkan oleh badan yang sama yaitu KPUD dan terkait dengan
ruang lingkup bidang “politik “ dan hasill “Pilkades” juga bersifat umum,
1. Bahwa apa yang terurai dalam eksepsi, mohon dianggap sebagai satu
antara surat suara pemilih yang mencoblos Penggugat dengan surat suara
pemilih yang mencoblos Kepala Desa No. 1 (satu) Prasino Ilman, SE.,
sehingga rekap suara Panitia Desa menguntungkan calon Kepala Desa No.
suara) yaitu:
Karena yang benar adalah Panitia Desa dalam menghitung hasil perolehan
Nama Jumlah
No Calon I II III IV V VI VII VIII IX Suara
1 Prasino 186 132 141 209 368 0 2 10 16 1064
Ilman SE.
2. Sahdan 38 3 34 19 18 247 257 20 13 649
SPD
3 H.Mazni 66 65 148 59 11 21 69 298 326 1063
Suara 3 1 5 8 5 3 6 1 2 34
Batal
TPS IX, sehingga Dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Panitia Desa
menguntungkan Calon No. 1 (satu) adalah tidak benar dan mohon dalil
3. Bahwa tidak benar dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Panitia Desa
Suara pada TPS IX dan 1 Surat Suara Pada TPS VII dianggap batal, karena
pada Tiap-tiap TPS, tak terkecuali TPS IX dan TPS VII tampa pernah
menambah, mengurangi jumlah surat suara batal, karena Panitia Desa tidak
Penggugat yang menyatakan bahwa panitia Desa tidak netral patut untuk
ditolak.
2016 dan Berita Acara Penetapan Kepala Desa Terpilih pada Pemilihan
merugikan Penggugat dan Terlalu Prematur adalah dalil yang tidak Benar
berdasarkan Hasil Perhitungan suara pada Taingkat TPS yang telah selesai
5. Bahwa tidak benar dalil Penggugat yang menyatakan dan memohon agar
Obyek sengketa dinyatakan batal demi Hukum dengan mengacu pada pasal
calon di 9 TPS yang tersebar di Desa Ombe Baru, sesuai perolehan suara
nama Prasino Ilman, SE, sehingga secara Hukum Obyek sengketa telah
adalah hasil perolehan Suara Calon pada 9 TPS yang tersebar di seluruh
Desa Ombe Baru, tak terkecuali TPS 9 dan TPS 7, yang setelah diteliti telah
pada tingkat desa, bukan pada saat penghitungan suara pada Tingkat TPS,
diatas.
ketua KPPS VII dianggap sebagai dasar untuk memohon kepada Majelis
dinyatakan Sah, karena yang benar adalah penetapan 2 (dua) surat suara
dinyatakan Tidak sah adalah telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat
untuk ditolak.
Baru, karena Keputusan Panitia Desa yang menganggap 2 surat suara yang
keabsahan surat suara, sehingga terhadap dalil gugatan ini mohon untuk
ditolak.
Panitia Desa Ombe Baru khususnya KPPS XI dan KPPS VII, namun Panitia
sengketa dilakukan oleh BPD dan Panitia Desa pada tanggal 10 Desember
secara sempurna, adalah Dalil dan pendapat yang tidak benar dan tidak
9. Bahwa tidak benar daslil Penggugat yang menuduh Tergugat, tidak pernah
UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa jo. Peraturan Bupati Lombok Barat No.
10. Bahwa tidak benar dalil Penggugat yang menyatakan bahwa obyek
amarnya :
DALAM EKSEPSI
tertanggal 12 April 2017. Dan atas replik tersebut, Tergugat dan Tergugat II
19 April 2017;
mengajukan bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dicocokkan dengan asli
atau fotokopinya, telah dilegalisir dan bermaterai cukup, dan diberi tanda P-1
mengajukan bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dicocokkan dengan asli
atau fotokopinya, telah dilegalisir dan bermaterai cukup, dan diberi tanda T-1
fotokopi)
telah mengajukan bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dicocokkan
dengan asli atau fotokopinya, telah dilegalisir dan bermaterai cukup, dan diberi
asli)
bernama Rusdi Kamal, Azar Fahrurrozi, Khalid, Safii, Muharis, Sulthon dan
1 (satu) orang ahli yang bernama Prof. Dr. H. Gatot Dwi Hendro Wibowo,
acara persidangan:
persidangan:
Bahwa para pihak masing-masing menerangkan tidak ada lagi yang akan
Penggugat untuk dinyatakan batal atau tidak sah adalah Keputusan Bupati
Kolom 2 dan kolom 5 atas nama Prasino Ilman, SE (vide Bukti P-9 = Bukti T-5);
hukum (legal standing) dan hak gugat terhadap surat keputusan yang menjadi
Negara pada konteks gugatan dalam suatu sengketa tata usaha negara
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan
yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan
hal ini adalah Bupati Lombok Barat, yang secara atributif melaksanakan
Pemerintahan Daerah;
- Bersifat konkret, sebab tegas dan jelas hal substansial yang termuat dalam
- Bersifat final, karena penerbitan obyek sengketa merupakan tahap akhir dari
dalamnya;
obyek sengketa tersebut, hal yang sejalan pula dengan pendapat dari ahli yakni
Prof. DR. Gatot Dwi Hendro Wibowo SH., M.Hum, maka Majelis Hakim menilai,
bahwa surat keputusan yang menjadi obyek sengketa telah memenuhi kriteria
dan menyelesaikannya;
apakah terdapat kedudukan hukum (legal standing) dan hak gugat yang didasari
adanya hak gugat, berpedoman pada ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-
9 Tahun 2004 tersebut di atas, menurut Majelis Hakim secara konseptual dapat
terhadap suatu nilai, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan
yang ditimbulkan atau menurut nalar dapat diharapkan akan timbul oleh keluarnya
bukti surat dan keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh para pihak, maupun
1. Bahwa Penggugat adalah salah satu Calon Kepala Desa yang mengikuti
serentak. (vide Bukti T-6 = Bukti Ti2-2, dan keterangan saksi Azar
Fakhrozi, saksi Rusdi Kamal, Khalid, S.H. dan saksi H. Nasrudin Spd);
suara yang dinyatakan tidak sah oleh KPPS. (vide Bukti P-5, Bukti P-6,
Bukti T-7, Bukti T-8, dan keterangan saksi Azar Fakhrozi, saksi Rusdi
Calon Kepala Desa Nomor 3 (Penggugat), bermula di TPS VII, yakni soal
surat suara yang sobek dan di TPS IX yakni surat suara yang tidak
ditandatangani Ketua KPPS. (vide Bukti P-5, Bukti P-6, dan keterangan
saksi Azar Fahrozi, saksi Rusdi Kamal, saksi Khalid, S.H.,saksi Muhazan
2016. (vide Bukti P-6, Bukti P-5 dan Bukti P-7, serta keterangan saksi
Kantor Desa Ombe Baru. (vide Bukti P-3 = Bukti T-3 = Bukti Ti2-5, dan
dengan obyek sengketa, yang dalam hal ini adalah apakah dapat dibuktikan
Kepala Desa adalah tujuan atau harapan dapat terpilihnya yang bersangkutan
sebagai Kepala Desa Ombe Baru, di sisi lain, terbitnya obyek sengketa memiliki
koherensi yang sama dengan proses yang tengah ditempuh oleh Penggugat
sebagai Calon Kepala Desa dalam Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru.
kepentingan hukum yang sama atas suatu status huum tertentu dari Penggugat
dan pihak yang dituju langsung dalam obyek sengketa (Tergugat II Intervensi);
sebagai dasar adanya hak gugat pada suatu sengketa tata usaha negara,
yang tercederai atau dirugikan, tak hanya secara limitatif harus diartikan pada
adanya eksistensi kerugian itu sendiri. Dalam tafsiran Majelis Hakim terhadap
sengketa a quo adalah tak hanya diukur dengan nominal atau ukuran besaran
hukum dari Tergugat, yang secara materi muatan memiliki korelasi substansial,
pihak tersebut ;
tersebut, secara normatif telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-
atas;
Negara;
dalil eksepsi yang menurut Majelis Hakim berkenaan dengan 1). Gugatan Kabur
(Obscuur Libel), 2). Gugatan Kurang Pihak, dan 3). Kompetensi Absolut
sebagai berikut;
DALAM EKSEPSI;
utama, yakni:
kedudukan dan produk hukum yang diterbitkan oleh KPPS dan Panitia
nya gugatan berkenaan dengan aspek formal gugatan, yang secara normatif
(1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, ketepatan subyek dan obyek yang
Menimbang, bahwa oleh karena dalil eksepsi yang diajukan oleh Tergugat
ini telah berkenaan dengan pokok sengketa, bukan lagi hal-hal yang bersifat
eksepsi kedua yang diajukan oleh Tergugat yakni bahwa gugatan Penggugat
kurang pihak;
Menimbang, bahwa inti dari eksepsi ini adalah didasarkan pada alasan
bahwa secara faktual keberatan pihak Penggugat juga ditujukan kepada Panitia
Pemilihan Desa Ombe Baru (KPPS VII dan KPPS IX), sehingga selain Tergugat
seharusnya Penggugat juga menarik Panitia Pemilihan Desa Ombe Baru (KPPS
yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di
berlaku;
tata usaha negara pada prinsipnya terdiri dari dua komponen utama, yakni
subyek hukum berupa orang atau badan hukum perdata di satu pihak, dengan
badan atau pejabat tata usaha negara di pihak lainnya, serta obyek hukum
Menimbang, bahwa lebih lanjut konsep point d'interet point d'action ini
sajalah yang kemudian dijadikan pihak dalam suatu sengketa tata usaha
tidak dipersoalkan atau tidak dijadikan obyek pengujian keabsahan dalam suatu
sengketa tata usaha negara, maka tidak relevan pula untuk didudukkan sebagai
2009, yang memberikan batasan bahwa Tergugat adalah badan atau pejabat
ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau
dalamnya, namun oleh karena dalam sengketa a quo yang dijadikan obyek
beralasan hukum;
Hakim telah nyata diterbitkan oleh Tergugat in cassu, dan bahwa tidak ada
produk hukum atau keputusan lain yang digugat atau diuji keabsahannya oleh
Tergugat II Intervensi;
Menimbang, bahwa inti dari eksepsi yang diajukan Tergugat dan Tergugat
dalam bidang politik, sehingga bukanlah kewenangan dari Peradilan Tata Usaha
Umum, yakni berada dalam ranah penentuan tampuk kekuasaan dan pengisian
Daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 jo. Undang-
Kepala Daerah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat atau di
didasarkan alasan hukum dan nalar hukum yang logis dan konsisten;
administrasi tidaklah logis diuji oleh atau menjadi kewenangan Peradilan Umum,
maka atas dasar itu Majelis Hakim berpendapat berdasarkan hukum bahwa dalil
dinyatakan ditolak;
di atas, maka oleh karena eksepsi-eksepsi yang diajukan oleh Tergugat dan
sebagaimana berikut;
berkaitan dengan ketentuan 37 ayat (5) jo. ayat (6) Undang-undang Nomor 6
Tahun 2016, Pasal 46 ayat (5) dan (6) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok
Barat Nomor 1 Tahun 2016 dan Pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri
penerbitan obyek sengketa telah sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, adalah apakah penerbitan
ataukah sebaliknya;
Administrasi, hal yang ternormakan secara positif pula dalam ketentuan Pasal
107 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, maka
pokok persoalan dalam sengketa ini berdasarkan aturan dan dasar hukum yang
Kolom 2 dan kolom 5 atas nama Prasino Ilman, SE (vide Bukti P-9 = Bukti T-5);
Aspek Kewenangan
salah satu Calon Kepala Desa yang mengikuti Pemilihan Kepala Desa Ombe
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi Kepala Desa paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari panitia
Aspek Prosedural-Substansial
pada 7 Desember 2016, merupakan bagian dari Pemilihan Kepala Desa yang
awal pemilihan, persoalan Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru muncul pasca
tingkat desa, tanggal 7 Desember 2016. (vide keterangan saksi Muharis, dan
yang berakibat sengketa pemilihan kepala desa Ombe Baru, yakni 1). persoalan
kepala desa, dan 2). penyelesaian keberatan yang diajukan Penggugat terkait
Kabupaten;
tidaklah perlu dibuktikan lebih lanjut sebab selain tidak dipersoalkan oleh para
pihak, juga tidak menjadi bagian dari dalil-dalil yang dijadikan alasan gugatan
dinyatakan tidak sah oleh Panitia Pemilihan in cassu KPPS di TPS 7 dan TPS 9.
(vide Bukti T-7 = Bukti Ti2-6 dan Bukti T-8 = Bukti Ti2-7);
7, adalah dikarenakan surat suara tidak ditandatangani oleh Ketua KPPS sebab
yang bersangkutan tidak berada di tempat pada saat surat suara tersebut
pada adanya robekan pada lipatan surat suara yang dinyatakan memilih Calon
Nomor 3 (Penggugat) dan tidak mengenai foto Calon lainnya, namun dinyatakan
tidah sah. (vide Bukti P-5, Bukti P-6, keterangan saksi Rusdi Kamal, saksi Azar
Fakhrurrozzi, saksi Khalid, S.H., saksi Muharis, saksi Muhazan Amrullah dan
saksi Islahudin);
sah tersebut pertama kali terjadi pada saat perhitungan suara di TPS 7 dan 9,
namun berdasarkan bukti maupun saksi, hanya perhitungan surat suara di TPS
Acara Penghitungan Hasil Pemungutan Suara. sementara dti TPS 7, saksi dari
7 = Bukti Ti2-6 dan Bukti T-8 = Bukti Ti2-7, keterangan saksi Rusdi Kamal, saksi
keberatan, namun tidak ada satu pun bukti tertulis yang dapat menunjukkan
bahwa pada saat penghitungan suara di TPS Calon Nomor 3 (Penggugat) benar
telah mengajukan keberatan atas hasil penghitungan suara di TPS 7 dan TPS 9
tersebut;
TPS, akan tetapi Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam sebuah proses
pemilihan terlebih lagi yang dilaksanakan secara serentak, secara nalar hukum
keberatan, termasuk penyediaan formulir yang khusus untuk itu. Bila pun
maupun KPPS yang bertugas, dalam suatu berkas yang dibuat secara mandiri;
TPS 9 ini, Majelis Hakim tidak berkewenangan untuk menilai keabsahan atau
tersebut, sebab telah menjadi ranah pelaksana pemilihan kepala desa sendiri
untuk menentukannya;
Nomor 6 Tahun 2014 maupun Pasal 41 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor
Undang-undang tersebut, dalam ketentuan Pasal 46 ayat (6) dan (7) Peraturan
substansi Norma tersebut harus dirujukkan pada tataran dogma hukum. Hal
Baru melalui rapat gugatan pilkades pada tanggal 10 Desember 2016, yang
diteruskan ke tingkat Kabupaten. (vide Bukti P-5 s/d Bukti P-7, serta keterangan
penyimpangan terhadap asas tertib penyelenggaraan negara dan asas fair play,
Panitia Pemilihan Kepala Desa Ombe Baru saat upaya keberatan dari
upaya pengajuan keberatan yang tengah dilakukan Calon Kepala Desa Nomor
Tahun 2014 jo. Pasal 41 ayat (5) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2016 jo. Pasal 46 ayat (3) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat
dilaksanakan;
faktanya langsung menetapkan Calon Kepala Desa terpilih seketika itu juga,
yakni di hari dan tanggal yang sama dengan pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa Ombe Baru, pada 7 Desember 2016 tanpa adanya jeda waktu untuk
Desember 2016. (vide Bukti Bukti P-3 = Bukti T-3 = Bukti Ti2-5);
Ombe Baru pun, tidak mengandung penyelesaian dan hal solutif yang baru,
sebab secara substansial proses pemilihan kepala desa telah dianggap tuntas
dengan adanya Berita Acara Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih. (vide Bukti
pemilihan kepala desa oleh Tergugat, namun berdasarkan bukti yang diajukan,
Majelis Hakim menilai tidak ada satupun yang dapat memberikan keyakinan
keberatan tersebut di tingkat kabupaten, hal mana yang dapat dilihat dari
pemilihan Kepala Desa Ombe Baru. (vide Bukti T-2, Bukti P-8 = Bukti T-4, dan
menurut pendapat Majelis Hakim sejalan dengan prinsip audi et alteram partem
sama dan layak kepada para pihak yang terlibat di dalamnya, memeriksa dalil
diterbitkannya putusan;
maupun penetapan surat suara yang sah di tingkat TPS, namun menurut
Berita Acara Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih tanggal 7 Desember 2016
yang dikeluarkan oleh Panitia Pemilihan Desa, dianggap telah benar dan
memiliki legitimasi yang kuat untuk mengesahkan Calon Kepala Desa Terpilih
melalui keputusan sebagaimana obyek sengketa. (vide Bukti P-8 = Bukti T-4);
sengketa pemilihan kepala desa, Majelis Hakim juga menilai terdapat aspek
prosedural lain yang dilangkahi atau tidak ditempuh dalam penerbitan obyek
Nomor 6 Tahun 2014 jo. Pasal 41 ayat (5) huruf b dan c Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 jo. Pasal 46 ayat (3), (4) dan (5) Peraturan Daerah
Pemilihan Kepala Desa, tidak dalam ranah menetapkan Calon Kepala Desa
Terpilih, namun menurut Majelis Hakim hal ini merupakan konsekuensi dari
kepala desa terpilih, tanpa adanya rekomendasi atau penyampaian resmi dari
Kepala Desa kepada Tergugat melalui Camat telah menafikan eksistensi dari
kedaulatan masyarakat desa. (vide Bukti P-3 = Bukti T-3 = Bukti Ti2-5 dan
dengan norma prosedural sebagaimana ketentuan Pasal 37 ayat (3) dan (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 jo. Pasal 46 ayat (3), (4) dan (5)
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 1 Tahun 2016, karena tidak
dan berkeadilan;
sengketa tersebut;
Kepala Desa Ombe Baru Masa Jabatan 2017-2023, Nomor 8 Kolom 2 dan
sebagaimana berikut;
64 ayat (2) maupun Pasal 66 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014,
proses yang melibatkan mekanisme serta parameter tentang jumlah surat suara
terkait hal itu adalah terletak pada kehendak dari administratur pemerintahan in
cassu tim penyelesaian sengketa yang telah dibentuk Tergugat melalui pilihan
hukum yang ada dan harus ditempuh terlebih dahulu secara keseluruhan oleh
putusan ini;
Majelis Hakim menilai telah cukup dibatalkannya obyek sengketa, tanpa harus
Terpilih atas nama Penggugat, karena harus didasarkan pada kaidah prosedural
sejalan dengan ketentuan Pasal 97 ayat (7), (8) dan (9) Undang-undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka Tergugat diwajibkan
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, kepada Tergugat
dan Tergugat II Intervensi sebagai pihak yang dinyatakan sebagai pihak kalah
amar putusan;
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan bahwa
maupun pembuktian, alat-alat bukti tersebut sah dan tetap dilampirkan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini, namun tidak menjadi bagian dari
MENGADILI
Dalam Eksepsi;
Pengadilan Tata Usaha Negara Mataram, pada hari RABU, tanggal 16 Agustus
sidang yang terbuka untuk umum pada hari RABU tanggal 23 Agustus 2017,
oleh Majelis Hakim tersebut di atas, dengan dibantu oleh SYAMSIAH, S.H.,
Panitera Pengganti,
SYAMSIAH, SH.
Jumlah : Rp. 485.000,- (Empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah)
[4.1]