Disusun Oleh:
Airlangga Gozali 2013-050-018
Kirana Dewayani 2013-050-032
Jessica Korli Restiana 2013-050-067
Bossga Yos Toman 2013-050-072
Vincensius Desta Galang P. 2013-050-338
Salomo Sirait 2012-050-276
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara hukum, dimana setiap aspek dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur oleh hukum. Mulai dari
ketentuan-ketentuan dalam berlalu-lintas, ketentuan dalam hal pendidikan,
sampai ketentuan mengenai hak-hak individual yang salah satu contohnya
adalah hak atas kekayaan intelektual (sering disebut sebagai HKI). Setiap
aspek diatur oleh ketentuan tertentu yang pada umumnya secara formal
berbentuk peraturan perundang-undangan.
Hukum di Indonesia juga sifatnya dinamis dan terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan hukum dalam bermasyarakat dan bernegara. Faktor
pendorong perubahan hukum tersebut bisa merupakan faktor internal (dalam
negeri) maupun faktor eksternal (internasional). Hukum di Indonesia tidak
hanya harus bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakatnya dan menyesuaikan
dengan perkembangan yang ada di dalam negeri tetapi juga harus disesuaikan
dengan perkembangan yang terjadi di dunia internasional, terutama karena
Indonesia juga merupakan negara yang aktif terlibat dalam dunia internasional.
Indonesia tergabung ke dalam organisasi-organisasi internasional seperti PBB
(United Nations) dan WTO (World Trade Organization). Sebagai anggota dari
organisasi internasional, maka hukum di Indonesia juga perlu disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan dari organisasi yang bersangkutan. Misalnya
apabila WTO mengeluarkan suatu perjanjian internasional/konvensi, maka
konvensi tersebut akan berlaku juga di Indonesia dan perlu ada peraturan
perundang-undangan yang dapat mengakomodasi isi dan maksud dari konvensi
internasional tersebut.
WTO atau World Trade Organization adalah organisasi internasional yang
berdiri untuk menggantikan GATT setelah periode perang dunia II, untuk
mengurangi dan meniadakan hambatan-hambatan dalam hal perdagangan
internasional. Dalam WTO terdapat beberapa kesepakatan antaranggotanya
demi berjalannya perdagangan internasional, dan termasuk salah satu
diantaranya adalah kesepakatan mengenai hak atas kekayaan internasional
yaitu Trade-Related aspects of Intellectual Property Rights atau disebut juga
TRIPs Agreement. Indonesia sebagai anggota dari WTO secara otomatis akan
harus mematuhi segala ketentuan yang ada dalam TRIPs Agreement, maka
akan terjadi perubahan hukum yang dinamis dalam tata hukum di Indonesia
selaku anggota dunia internasional.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah antara lain:
1. Untuk mengetahui peran WTO dalam ruang lingkup perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI).
2. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
di Indonesia selaku anggota WTO.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari tujuan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa peran WTO dalam ruang lingkup perlindungan HKI?
2. Bagaimana perlindungan HKI di Indonesia selaku anggota WTO?
BAB II
LANDASAN TEORI
A. WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION)
WTO adalah salah satu organisasi dunia internasional yang dibentuk
khusus untuk mengatur masalah perdagangan yang ada di dunia. WTO
dibentuk oleh Negara-negara di dunia dan Indonesia termasuk salah satu
diantaranya. Secara resmi, WTO berdiri sejak tanggal 1 Januari 1995. Namun,
sebenarnya perihal sistem perdagangan itu sendiri telah ada sejak sebelum
masa Perang Dunia II. Pada tahun 1948, dikenal organisasi internasional
bernama General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). GATT berisikan
tentang Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan, dan GATT
merupakan organisasi pertama yang telah membuat aturan-aturan untuk sistem
perdagangan dunia. Sejak tahun 1948-1994 sistem GATT memuat peraturanperaturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan
perdagangan internasional tertinggi. Pada awalnya GATT ditujukan untuk
membentuk International Trade Organization (ITO), yakni suatu badan khusus
dari PBB yang merupakan bagian dari sistem Bretton Woods (IMF dan bank
Dunia) di bidang perekonomian. Piagam ITO akhirnya disetujui dalam UN
Conference on Trade and Development di Havana pada bulan Maret 1948,
akan tetapi proses ratifikasi oleh lembaga-lembaga legislatif negara-negara
bersangkutan tidak berjalan lancar. Tantangan paling serius dan bermakna
berasal dari kongres Amerika Serikat. Walaupun pada saat itu Amerika Serikat
adalah Negara yang mencetuskan, tetapi Amerika Serikat tidak meratifikasi
Piagam Havana tersebut. Hal ini membuat ITO tidak dapat dilaksanakan secara
efektif dan tidak dapat segera berlaku. Meskipun demikian, GATT tetap
menjadi instrumen multilateral yang mengatur perdagangan internasional pada
masanya.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi WTO adalah antara
lain:
1.
2.
3.
dan
penyediaan
timbul
Menyediakan bantuan teknis yang diperlukan sebagian anggotanya,
termasuk
bagi
negara-negara
sedang
berkembang
dalam
B. TRIPs
AGREEMENT
(TRADE-RELATED
ASPECTS
OF
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERAN WTO DALAM PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL
Peran World Trade Organization (WTO) dalam HKI dapat terlihat jelas
dengan adanya pembentukan TRIPs. TRIPs adalah Trade Related Aspects of
Intellectual Trade in Counter Feits Goods atau dalam Bahasa Indonesia adalah
Aspek-aspek dagang Hak Kekayaan Intelektual termasuk perdagangan barangbarang tiruan. Secara umum persetujuan TRIPs berisikan norma-norma yuridis
yang harus dipatuhi dan laksanakan di bidang HKI, disamping pengaturan
mengenai larangan melakukan perdagangan atas barang hasil pelanggaran
HKI. Terbentuknya TRIPs tidak lepas dari sejarah terbentuknya WTO dalam
Putaran Uruguay yang berawal sejak Perang Dunia II tahun 1945 berakhir.
WTO menekankan bahwa TRIPs:
1. Berbicara mengenai norma dan standar pengaturan. Hal ini berbeda
dengan issue lainnya yang erat kaitannya dengan komoditi dan akses
pasar perdagangan.
2. Menekankan derajat yang tinggi, mekanisme penegakan hukum, dan
penyelesaian perselisihan yang
dikaitkan dengan
kemungkinan
Pemerintah Indonesia;
2. Di bidang ekonomi tujuan pembangunan hanya dapat tercapai bila
Indonesia dapat mencapai dan mempertahankan laju pertumbuhan yang
cukup tinggi dengan tingkat inflasi yang terkendali;
3. Dalam upaya untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi
tersebut,sektor luar negeri telah memegang peranan penting. Hal ini akan
tetap berlaku pada tahun-tahun mendatang karena pasar dalam negeri
dengan tingkat pendapatan nasional perkapita yang relatif masih terlalu
rendah, tidak dapat menjadi motor pendorong laju pertumbuhan nasional
yang cukup tinggi;
4. Berbeda dengan tahun 1970-an, dimana penghasilan dari sektor migas
menjadi andalan dari program pembangunan, sejak tahun 1980-an
Indonesia memusatkan perhatian terutama pada sektor non migas;
5. Agar ekspor non migas dapat terus berkembang dengan pesat, maka
pemerintah telah mengambil serangkaian langkah-langkah deregulasi dan
debirokrasi untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang perekonomian.
Program tersebut akan terus dilakukan karena kepentingan nasional
menunjukkan bahwa langkah-langkah tersebut merupakan suatu hal yang
strategis dan sangat tepat untuk mencapai tujuan pembangunan jangka
panjang yang telah ditentukan oleh pihak Indonesia sendiri;
6. Di luar negeri upaya pengamanan ekspor non-migas tergantung pada
keterbukaan pasar terjamin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
Indonesia bersama Negara anggota lainnya berupaya untuk menjaga agar
keterbukaan sistem perdagangan internasional yang hingga sekarang
masih dapat dipertahankan melalui GATT dapat terjamin (Halida Miljani,
Kesepakatan Perundingan Putaran Uruguay, 1994:7).
Bertitik tolak dari kepentingan tersebut di atas, Indonesia sesuai dengan
tingkat kemampuan di bidang HAKI berupaya untuk membuat standar
pengaturan dalam pelaksanaan atau penegakan hukum di bidang HAKI agar
lampu mengakomodasikan issue TRIPs melalui :
1. Penyesuaian perangkat hukum nasional di bidang HKI
10
kreatifitas,
perlu
adanya
suatu
tindakan
mensosialisasi,
11
Trade) Puturan Uruguay tahun 1994, serta meratifikasinya dengan Undangundang (UU) No. 7 Tahun 1994, membawa akibat Indonesia harus membentuk
dan menyempurnakan hukum nasionalnya serta terikat dengan ketentuanketentuan tentang Hak atas Kepemilikan Intelektual (HAKI) yang diatur dalam
GATT, yang salah satu lampirannya dari persetujuan GATT adalah TRIPs (Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights), yang diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia sebagai Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak atas
Kepemilikan Intelektual.
Konsekuensi Indonesia dalam meratifikasi GATT dengan UU No. 7 Tahun
1994 adalah bahwa Indonesia diwajibkan untuk memasukan perangkat hukum
HKI
dalam
sistem
hukum
nasional
Indonesia.
Indonesia
juga
telah
12
tentunya ini sangat merugikan pemilik, Negara, dan juga masyarakat selaku
konsumen. Oleh karena itulah maka pentingnya HKI dilindungi oleh hukum
sehingga praktik-praktik persaingan tidak sehat dalam bidang HKI setidaknya
dapat dicegah dan adanya sanksi yang tegas guna memberikan efek jera bagi para
pelaku usaha curang di bidang HKI.
Dalam sistem hukum Indonesia, secara umum terdapat tiga bagian besar
untuk mengatasi persaingan curang, yaitu3:
1.
Pasal
13654dan
Kitab
Undang-undang
Hukum
Pidana
3.
hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
13
1.
2.
Hak Cipta adalah ide di bidang ilmu pengetahuan, seni, budaya, atau sastra
yang disebut HKI, benda materialnya bentuk jelmaannya adalah buku, lagu,
tarian, lukisan, ataupun novel.
2.
Hak Merek adalah ide di bidang ilmu pengetahuan yang disebut HKI,
benda material bentuk jelmaannya adalah merek yang dilekatkan pada produk
yang diperdagangkan.
3.
Paten adalah ide di bidang teknologi yang disebut HKI, benda material
bentuk jelmaannya seperti mobil yang bermesin minyak jelantah, Jembatan
Layang Jalan TOL yang menggunakan tiang pancang sosro bahu, Landasan
Pacu Penerbangan Pesawat di Bandara Soekarno Hatta yang menggunakan
pondasi cakra ayam, dan masih banyak lagi contoh dari paten.
4.
Rahasia Dagang adalah ide di bidang bisnis dan ekonomi yang disebut
HKI, benda material bentuk jelmaannya seperti formula soft drink coca
cola dan pepsi cola.
5.
Desain Industri adalah ide di bidang seni yang disebut HKI, benda
material bentuk jelmaannya seperti motif desain batik (motif desain
permukaan) dan tenun ikat (motif desain struktur), ukiran jepara misalnya
dalam bentuk gebyok.
14
1.
2.
Objek perlindungan. Objek yang dimaksud adalah semua jenis HKI yang
diatur oleh undang-undang, seperti hak cipta, merek, paten, rahasia dagang,
desain industri desain tata letak sirkuit terpadu, dan varitas tanaman;
3.
4.
5.
2.
3.
2.
2.
15
3.
3.
Pembekuan/pencabutan SIUP;
2.
3.
a)
Pelaku utama, baik perseorangan maupun badan hukum yang dengan sengaja
melanggar Hak Cipta, termasuk pelaku utama adalah pembajak Ciptaan atau
rekaman.
b)
kepada umum Ciptaan atau rekaman yang diketahuinya melanggar Hak Cipta.
Termasuk pelaku pembantu adalah penyiar, penyelenggara pameran, penjual,
pengedar, pihak yang menyewakan Ciptaan atau rekaman hasil pembajakan.
16
1.
a)
a)
Dalam hal paten proses : menggunakan proses produksi yang diberi paten
untuk membuat barang dan tindakan lainnya, seperti yang dimaksud dalam huruf
(a).
4. Untuk bidang Desain Industri. Ada 3 jenis pelanggaran desain industri,
yaitu :
a)
Dagang,
No.
30
Tahun
2000,
pelanggaran
rahasia
17
a)
Jika seseorang memperoleh atau menguasai rahasia dagang dengan cara yang
2.
3.
4.
18
5.
Disarankan adanya peran serta yang aktif dari semua lapisan masyarakat,
aparat hukum, dan pelaku usaha dalam melaksanakan peraturan perundangundangan di bidang HKI sehingga dapat tercipta iklim usaha industri yang
kondusif.
Perlu adanya kesadaran yang tinggi dari para pelaku usaha maupun masyarakat
untuk menghargai karya-karya intelektual seseorang.
C. KONTRIBUSI INDONESIA TERHADAP WTO
Jika ditanya berkaitan dengan apa peran atau kontribusi Negara Indonesia
terhadap WTO, yang merupakan organisasi internasional dalam sektor
perdagangan antar negara adalah dalam sektor pertanian. Salah satu peran adalah
membentuk kelompok G-33 di WTO (46 negara) dengan Indonesia sebagai
koordinator, kemudian menyampaikan proposal produk Khusus (Special
Products/SP)
dan
Mekanisme
Pengamanan
Khusus
(Special
Safeguard
agriculture
19
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan akan hal-hal
sebagai berikut:
1. WTO dalam perlindungan HKI memiliki peran penting dengan
mengeluarkan TRIPs Agreement dimana terdapat butir-butir pokok
tentang perlindungan HKI di dunia.
2. Indonesia selaku anggota dari WTO maka harus menerapkan aturanaturan yang terdapat dalam TRIPs Agreement sebagai bentuk
partisipasinya, sehingga dalam hukum positif di Indonesia muncul
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perlindungan HKI.
20
DAFTAR PUSTAKA
Halida Miljani, SH., Seminar Sehari Dampak GATT/Putaran Uruguay Bagi
Dunia Usah, Departemen Perdagangan RI, Jakarta, 1994.
Insan Budi Maulana, Perlindungan Pemilik Rahasia Dagang dalam Menghadapi
Persaingan Curang, Jurnal Hukum Bisnis, volume 13, April 2001.
http://iforhumans.blogspot.co.id/p/memahami-trips-trade-related-aspects-of.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1535/1/fh-sunarmi.pdf
http://www.itgagal.com/2011/12/08/world-trade-organization-wto-organisasiperdagangan-dunia/
https://sekartrisakti.wordpress.com/2011/05/14/prospektif-penerapan-hakkekayaan-intelektual/ - _ftn12
21