Anda di halaman 1dari 9

Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional

Hukum S1

PERTEMUAN 10

ASPEK HKI DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL/WTO TRIPS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan pertemuan ke-10 Mahasiswa mampu memahami dan


mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan Aspek HKI Dalam Perdagangan
Internasional/WTO TRIPs.

B. URAIAN MATERI

The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights


secara umum dikenal dengan TRIPS Agreement atau secara lebih sederhana disebut
TRIPS. TRIPS merupakan salah satu perjanjian utama yang dikeluarkan oleh World
Trade Organization (WTO). Perjanjian ini dinegosiasikan sebagai bagian dari putaran
delapan dari negosiasi perdagangan multilateral periode 1986 hingga 1994 dibawah
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang secara umum merujuk pada
Putaran Uruguay yang dilaksanakan dari 1986 hingga 1994. TRIPS dimunculkan
sebagai Lampiran 1C dari Persetujuan. Putaran Uruguay kemudian memperkenalkan
konsep hak kekayaan intelektual ke dalam sistem perdagangan multilateral untuk
pertama kalinya melalui serangkaian disiplin ilmu yang komprehensif. Ruang lingkup
Hak Kekayaan Inteleketual (HKI) yang diatur dalam TRIPS diatur dalam Artikel 1
Paragraph 2 TRIPS yang menyatakan:
For the purposes of this Agreement, the term “intellectual property” refers to all categories of
intellectual property that are the subject of Sections 1 through 7 of Part II.1
Di mana ruang lingkup Sections 1 through 7 of Part II meliputi:
1. Copyright and Related Rights
2. Trademarks
3. Geographical Indications
4. Industrial Designs
5. Patents
6. Layout-Designs (Topographies) of Integrated Circuits
7. Protection of Undisclosed Information.

1
dapat diakses melalui https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/trips_e.htm#part1

1
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Latar Belakang TRIPS

Lahirnya perjanjian TRIPs merupakan dampak dari semakin meningkatnya


permasalahan perdagangan yang meliputi hak kekayaan intelektual dan dirasa akan
terus berkembang jika tidak segera diatasi. Negara yang pertama kali mengemukakan
lahirnya TRIPS adalah Amerika Serikat, yaitu diharapkan sebagai antisipasi yang
menganggap bahwa WIPO (World Property Organization) yang bernaung di bawah
PPB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak dapat memberi perlindungan yang memadai
untuk hak kekayaan intelektual mereka di pasar internasional yang menjadi penyebab
necara perdagangan menjadi negatif. Hubungan antara kekayaan intelektual dan
perdagangan ditempa di bawah kepemimpinan negara bersatu. Setelah penutupan
putaran Tokyo pada tahun 1979, Amerika Serikat menjadi khawatir dan frustrasi oleh
keengganan negara-negara berkembang untuk mengadopsi standar normatif yang
tinggi dan langkah-langkah penegakan hukum secara tegas terhadap pelanggaran hak
kekayaan intektual2. Inisiasi di bawah naungan WIPO dan konvensi internasional utama
pada IP (Intellectual Property) tidak berhasil, sehingga amerika serikat berhasil
menempatkan IP pada agenda negosiasi untuk putaran uruguay. Pendapat Amerika
Serikat terhadap apa sajakah kelemahan-kelemahan dari WIPO sendiri yaitu:
1. WIPO merupakan sebuah organisasi yang dimana negara anggotanya hanya
terbatas sehingga tergolong tidak banyak, sehingga ketentuan yang dibuat di
WIPO tidak dapat sepenuhnya diberlakukan terhadap negara yang bukan anggota
WIPO.
2. WIPO sendiri belum memiliki mekanisme yang jelas dalam penyelesaian
permasalahan dan juga penegakan sanksi atas perlanggaran dari hak kekayaan
intelektual itu sendiri.
Selain itu, WIPO dirasa juga tidak dapat mengadaptasi perubahan dari struktur
perdagangan intemasional dan juga perubahan tingkat invasi teknologi. Mulai tahun
1982, Amerika Serikat mulai berusaha memasukan pokok-pokok permasalahan hak
kekayaan intelektual ke dalam forum perdagangan GATT atau dalam putaran Uruguay.
Awal mulanya negara-negara yang masih berkembang kontra dengan pokok
permasalahan hak kekayaan intelektual, yang dirasa oleh pemimpin negara-negara
berkembang bukan isu yang tepat untuk dibahas dalam forum WTO. Dirasa tidak tepat

2
Mitsou Matsushita et al, The World Trade: Law, Practice, and Policy (United Kingdom: Oxford University
Press, 2015) hlm 634.

2
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

dikarenakan GATT merupakan forum perdagangan multilateral, sedangkan hak


kekayaan intelektual pada saat itu tidak memiliki kaitan yang cukup erat dengan
perdagangan. Amerika Serikat kemudian menjelaskan kaitan masalah hak kekayaan
intelektual ini dengan isu perdagangan, yakni guna untuk menjadi antisipasi dari
timbulnya akan kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang mulai dirasa akan
terus semakin meluas sampai dimana akhirnya sudah mulai tidak dikenal lagi yang
namanya batas-batasan negara. Amerika Serikat menjelaskan pula bahwa dalam
hubungan antara hak kekayaan ntelektual dan perdagangan didasarkan pada dua poin.
Pertama, pembajakan yang masif, pemalsuan dan pelanggaran hak kekayaan
intelektual merupakan penghalang untuk perdagangan internasional karena akan
mengurangi akses pasar bagi barang-barang aski yang sah diperdagangkan. Kedua,
adanya kekhawatiran bahwa mekanisme pemberitahuan, pendaftaran dan persetujuan
hak kekayaan akan menghambat investasi dan perizinan yang berkaitan dengan hak
kekayaan intelektual di negara-negara tertentu sehingga hal tersebut juga menunjukan
hubungan hak kekayaan intelektual dengan perdagangan. Oleh karena itu, negara-
negara berkembang yang pada mulanya menentang pengaturan hak kekayaan
intelektual dalam rezim WTO, pada akhirnya bisa menerima argumentasi bahwa
kemajuan perdagangan secara internasional suatu negara bergantung pada kemajuan
ataupun keunggulan teknologinya termasuk perlindungan terkait dengan hak kekayaan
intelektualnya.

Tujuan Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual dalam Forum WTO (TRIPS)


Tujuan diaturnya masalah Hak Kekayaan Intelektual dalam Forum WTO
adalah sebagaiman yang dinyatakan dalam bagian pembukaan (Preamble) lampiran
(Annex) 1C WTO Agreement3, yakni:
Didasari atas keinginan untuk mengurangi distorsi dan hambatan terhadap
perdagangan internasional, dan dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk
mempromosikan perlindungan hak kekayaan intelektual yang efektif dan memadai, dan
untuk memastikan bahwa langkah-langkah dan prosedur untuk menegakkan hak
kekayaan intelektual tidak dengan sendirinya menjadi hambatan bagi perdagangan
yang sah;

3
Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Citra Aditya Bakti, Bandung
2004Hal.95

3
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Menyadari, untuk tujuan tersebut, perlunya aturan dan disiplin baru


mengenai:
(a) penerapan prinsip-prinsip dasar GATT 1994 dan perjanjian atau konvensi
kekayaan intelektual internasional yang relevan;
(b) ketentuan standar dan prinsip yang memadai mengenai ketersediaan, ruang
lingkup dan penggunaan hak kekayaan intelektual yang terkait dengan
perdagangan;
(c) penyediaan sarana yang efektif dan tepat untuk penegakan hak kekayaan
intelektual terkait perdagangan, dengan mempertimbangkan perbedaan dalam
sistem hukum nasional;
(d) penyediaan prosedur yang efektif dan cepat untuk pencegahan dan penyelesaian
perselisihan multilateral antar pemerintah; dan
(e) pengaturan transisi yang bertujuan untuk partisipasi penuh dalam hasil-hasil
negosiasi;

Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengaturan TRIPS


adalah untuk melindungi dan menegakan hukum yang berkaitan dengan hak milik
kekayaan intelektual yang berguna untuk dapat memotivasi timbulnya inovasi,
pengalihan, serta penyebaran teknologi. Perjanjian TRIPs memiliki tujuan untuk
menanggulangi atau meminimalisir hambatan perdagangan yang disebabkan masalah
yang terkait dengan hak kekayaan intelektual, yaitu pemalsuan dan masalah barang-
barang bajakan yang beredar. Dalam mencapai tujuan dimaksud, terhadap TRIPS
berlaku pula prinsip-prinssip dasar WTO yakni Prinsip Most Favoured Nations (MFN)
yang mengatur bahwa ketentuan yang sudah disepakati negara anggota harus
diperlakukan secara sama kepada semua negara anggota WTO ataupun di jalankan
berdasarkan asas non-diskriminatif dan Prinsip National Treatment menyatakan bahwa
produk dari suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan sama
seperti halnya produk dalam negeri. Dengan demikian, penerapan TRIPS harus
dilaksanakan berdasarkam prinsip non diskriminasi. Perlindungan dan penegakan
hukum atas hak kekayaan intelektual di negara anggota WTO tersebut dilaksanakan
dengan cara menetapkan standar minimum perlindungan dan penegakan sanksi/ganti
rugi baggi pelanggaran hak kekayaan intelektual yang harus diadopsi oleh negara
anggota WTO dalam hukum nasional tentang kekayaan intelektual mereka.

4
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Beberapa ketentuan penting dalam TRIPS antara lain sebagai berikut4:

1. Hak Cipta dan Hak Terkait

Ketentuan mengenai hak cipta dan hak terkait diatur dalam artikel 9 s.d. 14
TRIPS. Artikel 9 mengantur bahwa semua anggota WTO harus tunduk (comply)
pada ketentuan dalam Berne Convention 1971. Lebih lanjut disebutkan bahwa
perlindungan hak cipta harus mencakup ekspresi dan bukan ide, prosedur, metode
operasi atau konsep matematika. Artikel 10 mengatur bahwa program komputer
dan kompilasi data dilindungi sebagai karya sastra. Artikel 11 mengatur bahwa
sehubungan dengan program komputer dan karya sinematografi, negara anggota
harus mengatur hak bagi pencipta untuk memberikan izin atas penggunaan ciptaan
mereka secara komersial. Artikel 12 mengatur ketentuan mengenai jangka waktu
perlindungan ciptaan yang dihitung berdasarkan ukuran selain masa hidup
pencipta , kecuali untuk hak atas fotografi dan seni terapan. Artikel 13 menentukan
agar negara anggota mengatur batasan atau pengecualian atas hak ekslusif daalm
kasus tertentu. Sementara artikel 14 mengatur Perlindungan Pelaku, Produser
Fonogram (Rekaman Suara) dan Organisasi Penyiaran.

2. Merk
Artikel 15 s.d. 21 TRIPS mengatur ketentuan mengenai Merk. Artikel 15
mengatur definisi subjek yang dilindungi oleh merk, yang meliputi nama, huruf,
kombinasi warna, dan lain lain. Artikel 16 mengatur hak dari pemegang merk, yakni
Pemilik merek terdaftar memiliki hak eksklusif untuk mencegah semua pihak ketiga
yang tidak memiliki izin pemilik untuk menggunakan dalam perdagangan tanda-
tanda yang identik atau serupa untuk barang atau jasa yang identik atau serupa
dengan yang terkait dengan merek dagang tersebut sehingga dapat
mengakibatkan kemungkinan kebingungan. Artikel 17 mengatur bahwa negara
anggota dapat memberikan pengecualian terbatas atas hak yang diberikan oleh
merek, seperti penggunaan istilah deskriptif yang wajar, dengan ketentuan bahwa
pengecualian tersebut mempertimbangkan kepentingan sah pemilik merek dagang
dan pihak ketiga.Artikel 18 mengatur bahwa pendaftaran merek tidak boleh
melebihi tujuh tahun. Artikel 19 menetapkan bahwa jika penggunaan merk

4
dapat diakses melalui https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/trips_e.htm#preamble

5
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

merupakan syarat agar merk bisa didaftarkan, pendaftaran merk dapat dibatalkan
setelah merk tersebut tidak digunakan secara terus menerus selama tiga tahun.
Pasal 20 mengatur bahwa penggunaan merk dalam jalannya perdagangan tidak
boleh secara tidak adil dibebani oleh persyaratan khusus, misalnya penggunaan
dengan suatu merk harus digunakan bersamaan dengan merk yang lain, dan lain-
lain. Pasal 21 mengatur bahwa negara anggota dapat menentukan kondisi/syarat
atas lisensi dan penugasan merk, dipahami pula bahwa lisensi wajib merk adalah
sesuatu yang dilarang.

3. Paten
Ketentuan yang lengkap mengenai perlindungan Paten telah diatur dalam
TRIPS, tepatnya pada artikel 27 s.d. 34. Atikel 27 membahas tentang subyek yang
dapat dipatenkan, yang mencakup paten produk atau proses. Artikel ini selanjutnya
mengatur pengecualian, yakni hal-hal yang tidak dapat dipatenkan seperti
diagnostik, metode bedah untuk perawatan hewan atau manusia dan lain lain.
Pasal 28 mengatur bahwa pemilik paten memiliki hak eksklusif untuk mencegah
pihak ketiga membuat, menggunakan, menawarkan, mengimpor barang yang
dipatenkan. Artikel 29 mengatur bahwa pemohon paten harus mengungkapkan
penemuan dengan cara yang cukup jelas dan lengkap dan negara anggota dapat
meminta pemohon untuk memberikan informasi mengenai pendaftar paten dari
negara lain. Artikel 30 mengatur bahwa negara anggota dapat memberikan
pengecualian terbatas terhadap hak eksklusif yang diberikan dengan paten selama
pengecualian tersebut tidak bertentangan secara tidak wajar dengan eksploitasi
Paten yang normal. Artikel 31 menetapkan penggunaan lain tanpa persetujuan dari
pemegang hak Paten. Pasal 33 mengatur bahwa perlindungan paten tidak akan
berakhir sebelum eksploitasi paten dalam jangka waktu 20 tahun terhitung sejak
tanggal pengajuan Paten. Artikel 34 mengatur bahwa dalam hal terjadi proses
gugatan atas paten proses, beban pembuktian berada pada pihak tergugat untuk
membuktikan bahwa proses untuk mendapatkan produk yang sama berbeda dari
proses yang dipatenkan.

6
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

4. Desain Industri

Ketentuan mengenai Desain Industri diatur dalam artikel 25-26 TRIPS yang
menentukan standar minimum perlindungan Desain Industri yakni sebagaimana
diatur dalam Pasal 25 bahwa negara anggota harus menyediakan perlindungan
desain industri yang dibuat secara independen yang baru atau asli. Negara
anggota dapat menetapkan bahwa desain bukanlah baru atau asli jika tidak
berbeda secara signifikan dari desain yang dikenal atau kombinasi fitur desain
yang diketahui. Anggota dapat menetapkan bahwa perlindungan tersebut tidak
akan mencakup desain yang pada dasarnya ditentukan oleh pertimbangan teknis
atau fungsional. Selanjutnya Pasal 26 mengatur hak pemilik Desain Industri yakni
hak untuk mencegah pihak ketiga yang tidak mendapat persetujuan pemiliknya
untuk membuat, menjual atau mengimpor barang yang memuat atau mewujudkan
desain yang merupakan salinan, atau pada dasarnya salinan, dari desain yang
dilindungi, apabila tindakan tersebut dilakukan untuk tujuan komersial.

5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


Dalam TRIPS, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTST) diatur dalam artikel
35 s.d. 38 yang mengatur standar minimal dari desain teta letak seperti topografi
dari sirkuit terpadi dalam hukum nasional negara anggota.

6. Indikasi Geografis
Indikasi Geografis diatur dalam Artikel 22 TRIPS di mana ayat (1) artikel
dimaksud menyatakan bahwa Indikasi geografis adalah, indikasi yang
mengidentifikasi barang yang berasal dari wilayah negara anggota, atau wilayah
atau lokalitas di wilayah itu, di mana kualitas, reputasi, atau karakteristik lain dari
barang tersebut pada dasarnya disebabkan oleh asal geografisnya. Selanjutnya
ayat (2) artikel 22 mengatur bahwa negara anggota harus menetapkan peraturan
yang melarang:
a. Penggunaan cara apapun dalam penunjukan atau penyajian suatu barang
yang menunjukkan atau menunjukkan bahwa barang tersebut berasal dari
wilayah geografis selain dari tempat asal yang sebenarnya dengan cara yang
menyesatkan masyarakat tentang asal geografis barang tersebut; dan
b. Setiap penggunaan yang merupakan tindakan persaingan tidak sehat dalam
pengertian Pasal 10bis Konvensi Paris (1967).

7
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

7. Perlindungan atas Informasi Rahasia


Hak ini memberikan perlindungan atas hak orang/lembaga atas informasi
yang sah di bawah kendali mereka untuk diungkapkan kepada, diperoleh oleh atau
digunakan oleh orang lain tanpa persetujuan mereka dengan cara yang
bertentangan dengan praktik komersial selama informasi tersebut bersifat rahasia
dan memiliki nilai komersial karena bersifat rahasia. Artikel 39 TRIPs menguraikan
standar minimum untuk perlindungan informasi rahasia di negara-negara anggota.

Selain ketentuan mengenai hak-hak yang dilindungi oleh rezim hak keayaan intelektual
di atas, ketentuan penting lain yang diatur dalam TRIPS adalah ketetuan mengenai
periode transisi pelaksanaan ketentuan TRIPS bagi negara berkembang. Dalm TRIPS
diatur bahwa negara-negara berkembang memiliki masa transisi lima tahun (berlaku
dari 01 Januari 1995 sampai dengan tanggal 01 Januari 2000) untuk menerapkan
ketentuan TRIPS. Tambahan jangka waktu lima tahun yaitu sampai 01 Januari 2005
juga tersedia untuk memperluas perlindungan paten produk ke bidang teknologi yang
sejauh ini tidak dilindungi, terutama di bidang obat-obatan dan bahan kimia pertanian.

C. Kesimpulan

The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights yang


secara umum dikenal dengan TRIPS merupakan salah satu perjanjian utama yang
dikeluarkan oleh World Trade Organization (WTO) yang bertujuan untuk
menanggulangi atau meminimalisir hambatan perdagangan yang disebabkan masalah
yang terkait dengan hak kekayaan intelektual, yaitu pemalsuan dan masalah barang-
barang bajakan yang beredar di negara anggota.

Latar belakang pengatura TRIPS adalah adanya kekecewaan negara maju,


terutama AS yang mengganggap bahwa bahwa WIPO (World Property Organization)
yang bernaung di bawah PPB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak dapat memberi
perlindungan yang memadai untuk hak kekayaan intelektual mereka di pasar
internasional yang menjadi penyebab necara perdagangan menjadi negatif. Karena
kondisi tersebut maka TRIPS didesain sebagai perjanjian yang mengatur mengenai hak
kekayaan intelektual dalam kerangka perdagangan internasional yang dapat disertai
dengan sanksi dalam kerangka WTO.

8
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Ruang Lingkup TRIPS mengatur hak kekayaan intelektual berupa:

1. Hak Cipta;
2. Merk;
3. Paten;
4. Desain Industri;
5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
6. Indikasi Geografis; dan
7. Perlindungan atas Informasi Rahasia

D. LATIHAN SOAL / TUGAS

Soal :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan TRIPS!
2. Jelaskan latar belakang diaturnya TRIPS dalam WTO!
3. Mengapa negara berkembang yang awalnya menentang pengaturan TRIPS dalam
WTO akhirnya menyetujuinya? Jelaskan!
4. Jelaskan tujuan pengaturan TRIPS dalam WTO!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketentuan periode transisi dalam TRIPS!

E. DAFTAR PUSTAKA

Buku

1. Mitsou Matsushita et al, The World Trade: Law, Practice, and Policy (United
Kingdom: Oxford University Press, 2015).
2. Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Citra Aditya
Bakti, Bandung 2004.

Internet

https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/trips_e.htm#part1

Anda mungkin juga menyukai