Anda di halaman 1dari 13

TRIPS AGREEMENT DAN STANDARISASI HUKUM

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI DI INDONESIA

Rani Fadhila Syafrinaldi


David Hardiago

Alumni Magister Ilmu Hukum FH UGM/ ranisyafrinaldi@mail.ugm.ac.id


Alumni Magister Ilmu Hukum FH UGM/ davidhardiago@mail.ugm.ac.id

Abstract

Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Agreement 1995 (TRPS Agreement) is an
international provision in the field of intellectual property rights protection that applies
universally. Indonesia as a country of law, has all laws relating to the protection of intellectual
property rights with reference to the TRIPS Agreement. The TRIPS Agreemnt formulation must
also refer to the Paris Convention For the Protection of Industrial Property, 1883 which has
been recognized as the legal basis for the protection of intellectual property rights globally.
Protection of industrial assets consisting of Patents, Trademarks, Trade Secrets, Industrial
designs, Protection of Plant Varieties and Layout Designs of Integrated Circuits must be
carried out by the state towards the holders of the said industrial property rights

Keywords: Trips Agreement, Legal Standart Dization; Intdustrial Property Rights

Abstrak

Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Agreement 1995 (TRPS Agreement)
merupakan ketentuan internaional di bidang perlindungan hak kekayaan intelektual yang
berlaku secara universal. Indonesia sebagai negara hukum, telah memiliki semua Undang-
Undang yang berkaitan dengan perlindungan hak kekayaan intelektual dengan mengacu kepada
TRIPS Agreement. Formulasi TRIPS Agreemnt pun harus mengacu kepada Paris Convention
For the Protection of Industrial Property, 1883 yang sudah diakui sebagai dasar hukum bagi
perlindungan hak kekayaan intelektual secara global. Perlindungan kekayaan industri yang
terdiri dari Paten, Merek, Rahasia Dagang, desain Industri, Perlindungan Varietas Tanaman dan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu harus dilakukan oleh negara terhadap pemegang hak
kekayaan industri tersebut.

Kata Kunci: Trips Agreement, Standarisasi Hukum, Hak Kekayaan Industri

1. Pendahuluan negara hukum. Perlindungan hukum serupa


juga harus diberikan terhadap hak kekayaan
Perlindungan hukum terhadap hak
intelektual1. Sebab kedua bentuk hak
kekayaan seseorang yang diberikan oleh
negara sangat penting sekali dalam konteks
1
Lebih jauh lihat Syafrinaldi, Hukum Tentang
Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dalam
kekayaan tersebut pada hakekatnya adalah untuk dikatakan dengan konsep awal lahirnya
sama, karena sama-sama menjadi obyek globalisasi hukum2.
hukum atau sesuatu yang dapat dimiliki dan Di era globalisa dan teknologi
dikuasai oleh subyek hukum, baik secara informasi, arus keluar masuk barang dan jasa
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
Jauh sebelum adanya Trade Related negara atau dari satu negara ke negara lainnya
Aspects of Intellectual Property Right merupakan fenomena yang sudah biasa dan
Agreement 1995 (TRPS Agreement), sudah bahkan kegiatan-kegiatan transaksi antar
banyak negara-negara yang pada awal abad ke negara sudah memasuki era baru yang disebut
19 memiliki legislasi nasional dalam dengan Electronic Commerce (E-Commerce).
memberikan perlindungan terhadap paten, Konsumen sudah banyak meninggalkan cara-
misanya negara Perancis, Swis, Jerman dan cara yang konvensional dalam memenuhi
lainnya. Masing-masing legislasi nasional kebutuhan hidupnya dengan beralih ke cara-
negara-negara tersebut memiliki ketentuan cara modern yang disebut dengan online
yang berbeda-beda satu sama lainnya tentang shopping.
perlindungan hukum paten tersebut seperti Globalisasi pada hakekatnya
jangka waktu perlindungan paten. Faktor merupakan ciri dari masyarakat modern
inilah yang menjadi penguat untuk munculnya dengan didukung oleh maju pesatnya
semngat kebersamaan negara-negara di Eropah perkembangan dan kemajuan ilmu
untuk mengakhiri perbedaan tersebut dengan pengetahuan dan teknologi (informasi)3.
menggelar Paris Conference yang pada Globalisasi juga telah melenyapkan batas-batas
akhirnya menghasilkan Paris Convention For negara dan akhirnya menimbulkan kesamaan
The Protection of Industrial Property, 1883 keadaan di setiap negara di muka bumi ini.
(Paris Convention). Dengan demikian dapat Dalam bidang hak kekayaan intelektual
dikatakan bahwa Paris Convention 1883 sudah kesamaan barang dan jasa yang
meletakkan dasar-dasar persamaan mengenai diperdagangkan lintas negara memerlukan
hukum perlindungan kekayaan intelektual, 2
G. Galvez-Behar, The 1883 Paris Convention and
khususnya kekayaan industri sehingga tepat the Impossible Unification of Industrial Property in:
G. Gooday and S. Wilf (Ed.), Patent Cultures,
Cambridge University Press, 2020, hlm. 38 dstnya.
3
Lihat Syafrinaldi, Menuju Era Hak Kekayaan
Intelektual, Makalah disampaikan pada Kuliah
Menghadapi Era Globalisasi, UIR Press, 2010, hlm. Umum Mahasiswa Baru Universitas Islam Riau TA
1 dstnya. 2000/2001, 28 Agustus 2000.
konsep dan standar hukum perlindungan yang memainkan peran yang sangat menentukan
sama pula. Dalam rangka itu sejak tahun 1883 dalam perdagangan internasional dewasa ini
telah diciptakan dan dirumuskan standarisasi dan akan terus meningkat pada masa-masa
hukum perlindungan hak kekayaan intelektual yang akan datang6. Seiring dengan itu nilai
secara global dengan disetujuinya Paris ekonomi yang terdapat pada karya-karya
Convention for the Protection of Industrial intelektual manusia itu, khususnya dalam
Property4. bidang industri7 telah menjadi factor penentu
Globalisasi hukum yang berkaitan dalam pembangunan dan pertumbuhan
dengan perdagangan internasional dan hak ekonomi local, nasional dan global. Oleh
kekayaan intelektual semakin gencar dilakukan sebab itu, hal ini telah menimbulkan suatu
dengan disetujuinya Agreement Establishing kebutuhan yang sama pada tataran masyarakat
the World Trade Organization (WTO)5 pada internasional untuk memberikan perlindungan
tanggal 15 April 1994 beserta dengan lampiran hukum yang sama dan seragam di setiap
ketentuan hukum internasional penting negara dengan mengacu pada TRIPS
lainnya seperti Trade Related Aspects of Agreement 1995. Dengan demikian dapat
Intellectual Property Rights Agreement dikatakan bahwa dengan adanya standarisasi
(TRIPS). WTO is treated as rules of trade hukum dalam bidang perlindungan hak
between nations at a global level dan kekayaan industri ini telah melahirkan suatu
mekekayaani semangat yang tinggi untuk konsep hukum baru yakni globalisasi hukum.
menghapuskan segala praktek bisnis curang Indonesia sebagai negara baru yang
(unfair trade). lahir di pertengan abad ke 20 tumbuh menjadi
Baik barang maupun jasa yang negara besar di kawasan asia Tenggara
merupakan produk intelektual manusia telah (ASEAN) setidaknya dilihat dari sisi luas
4
Konvensi Paris 1883 telah beberapa kali dirubah dan wilayah dan jumlah penduduknya. Di bidang
hingga kini masih berlaku sebagai standar hukum
yang harus dipatuhi oleh negara-negara dalam hak kekayaan intelektual, komitmen dapat
perumusan legislasi nasionalnya dalam bidang hak
kekayaan intelektual. dilihat dari beberapa pasal dari Undang-
5
WTO merupakan hasil dari Uruguay Rounds of
Negotiation dari lebih seratus negara yang memakan
waktu cukup panjang dan melelahkan, yakni dari 6
European Commission, Strategic Dimensions of
tahun 1986 sampai tahun 1994. Perjanjian WTO ini Intellectual Property Rights in the Context of S&T
mulai diberlakukan pada 1 Januari 1995 dan 148 Policy, Belgium, June 1999, 14. Hal ini sejalan
negara sudah menjadi anggota WTO sampai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tanggal 13 Opktober 2004; lihat www.wto.int. teknologi di era revolusi industry 4.0.
Indonesia menjadi anggota WTO sejak 1 januari 7
Hak kekayaan industri ini terdiri dari Paten, Merek,
1995 setelah Indonesia meratifikasi WTO Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain tata Letak
Agreement dengan UU No. 7 Tahun 1994. Sirkuit Terpadu dan Perlindungan Varietas Tanaman.
Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar terhadap karya-karya intelektual manusia.
tertulis yang mengatur dan mengakui hak Sedangkan TRIPS Agreement yang dilahirkan
kekayaan intelektual sebagai bagian dari hak pada tanggal 15 April 1994 di Marakesh,
asasi manusia (human rights). Kemudian pada Maroko dan diberlakukan sejak 1 Januari 1995
tahun 1961 merupakan tahun bersejarah bagi memberikan ketegasan mengenai bidang-
Indonesia karena untuk pertama kalinya bidang dari hak kekayaan intelektual dan
Indonesia memiliki Undang-Undang yang prinsip-prinsip hukum yang applicable serta
dibuat oleh parlemen dengan mengesahkan UU kaitannya dengan perdagangan internasional9.
No 21 Tahun 1961 Tentang Paten. Kedua-duanya saling melengkapi dan tidak
Tulisan ini mencoba untuk dapat dipisahkan satu sama lainnya.
menganalisis mengenai keterkaitan antara dan Paris Convention sejak disetujui pada
Paris Convention 1883 dan TRIPS Agreement tanggal 20 Maret 1883 telah beberapa kali
1995 dan standarisasi perlindungan hukum hak mengalami perubahan seiring dengan
ekonomi menurut TRIPS Agreement dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ketentuan dalam bidang Kekayaan Industri di serta perkembangan dalam bidang hak
Indonesia. kekayaan perindustrian itu sendiri. Perubahan-
perubahan itu dapat dilihat sebagai berikut :
2. Pembahasan a) Perubahan pertama pada tanggal 14
A. Kaitan Paris Convention 1883 dan Desember 1900 dalam pertemuan di
Brussel, Belgia;
TRIPS Agreement 1995
b) Perubahan kedua pada tanggal 2
Hubungan antara Paris Convention
Juni 1911 di Washington DC,
1883 8
dan TRIPS Agreement bagaikan
Amerika Serikat;
hubungan antara saudara tua dan muda yang
c) Perubahan ketiga pada tanggal 6
saling melengkapi. Sebagai ketentuan hukum
Nopember 1925 di Den Haag,
internasional multilateral yang tertua Paris
Belanda;
Convention telah meletakkan prinsip-prinsip
d) Perubahan keempat pada tanggal 2
dasar secara yuridis yang telah membuka
Juni 1934 di London, Inggris;
cakrawala manusia di jagad raya untuk
memberikan penghargaan dan perlindungan
8
G. Galvez-Behar, The 1883 Paris Convention and 9
N. W. Loon, Law of Intellectual Property of
the Impossible Unification of Industrial Property in: Singapore, Thomson Sweet & Maxwell Asia, 2008,
G. Gooday and S. Wilf (Ed.), loc cit. Hlm. 45.
e) Perubahan kelima pada tanggal 31 and extractive industries
Oktober 1958 di Lisbon, Portugal; and to all manufactured
f) Perubahan keenam pada tanggal 14 or natural products, for
Juli 1967 di Stockholm, Swedia; example, wines, grain,
dan tobacco leaf, fruit, cattle,
g) Perubahan ketujuh pada tanggal 2 minerals, mineral waters,
Oktober 1979 Stockholm. beer, flowers, and flour.
Mengenai ruang lingkup Paris (4) Patents shall include the
Convention 1883 dapat dilihat pada Pasal 1 various kinds of industrial
sebagaimana dikutip dibawah ini. patents recognized by the
(1) The countries to which laws of the countries of
this Convention applies the Union, such as patents
constitute a Union for the of importation, patents of
protection of industrial improvement, patents,
property. and certificates of
(2) The protection of addition, etc.
industrial property has its
object patents, utility Hubungan kedua ketentuan hukum
models, industrial internasional itu juga dapat dilihat pada Pasal 1
designs, trademarks, Ayat (3) TRIPS : “Members shall accord the
service marks, trade treatment provided for in this Agreement to the
names, indications of nationals of other Members. In respect of the
source or appellations of relevant intellectual property rights, the
origin, and the repression nationals of other Members shall be
of unfair competition. understood as those natural or legal persons
(3) Industrial property shall that would meet the criteria for eligibility for
be understood in the protection provided for in the Paris
broadest sense and shall Convention(1967), ….”
apply not only to industry Pasal 2 TRIPS lebih lanjut
and commerce proper, but menyebutkan hubungan tersebut sebagai
likewise to agricultural berikut :
(1) In respect of Parts II, Kendatipun TRIPS Agreement baru
III, and IV of this diberlakukan sejak 1 Januari 1995, TRIPS
Agreement, Members telah berhasil memberikan push dan coerce
shall comply with kepada negara-negara internasional untuk
Articles 1 – 12 and 19 mematuhi perjanjian-perjanjian internasional
of the Paris berkaitan dengan hak kekayaan intelektual dan
Convention (1967). perdagangan global, termasuk dalam ruang
(2) Nothing in Part I to IV lingkup ini adalah Paris Convention. Tindakan
of this Agreement pemaksaan yang tidak mengenakkan banyak
shall derogate from negara ini, terutama delevoping countries and
existing obligations least-developed countries, dimaksudkan untuk
that Members may terciptanya keadilan (justice) dan pertumbuhan
have to each other ekonomi global secara sehat dan competitive
under the Paris melalui karya intelektual manusia dan dalam
Convention, the Berne rangka arus investasi (asing) dan transfer of
Convention, the Rome technology and managements10. Hal ini dapat
Convention and the dibaca pada mukaddimah TRIPS yang antara
Treaty on Intellectual lain menyebutkan “Recognizing also the
Property in respect of special needs of the least-developed country
Integrated Circuits. Members in respect of maximum flexibility in
Dengan demikian hubungan the domestic implementation of laws and
kedua ketentuan hukum internasional regulations in order to enable them to create a
tersebut sangat erat sekali dan bersifat sound and viable technological base.”
mutual comlimentary. Beberapa standarisasi hukum
perlindungan dalam bidang industrial property
B. Standarisasi Hukum Perlindungan Hak dalam ketentuan TRIPS dapat dijelaskan
berikut ini.
Ekonomi Dalam TRIPS Agreement Dan
1) Ruang lingkup perlindungan
Ketentuan Hak Kekayaan Industri Di

Indonesia 10
Lihat WIPO, Guidelines For The Management And
Exploitation of Patented And inventions of Research
and Development Institutions in Developing
Countries, Geneva, 1989, hlm. 10 dstnya.
Ruang lingkup perlindungan entitled to delay for
intellectual property rights yang diatur a further period of
dalam TRIPS sama seperti yang diatur four years from the
dalam Agreement on Establishing date of application,
World Intellectual Property ….”
Organization (WIPO). Dalam Pasal 2 Pasal 66 Ayat (1)
(viii) WIPO disebutkan bahwa ruang “In view of the
special needs and
lingkup intellectual property rights
requirements of
meliputi : hak cipta, paten, merek, least-developed
country Members,
desain industri, rahasia dagang dan
their economic,
sirkuit terpadu. financial and
administrative
Konsekuensi yuridis bagi
constraints, and
negara-negara anggota (contracting their need for
flexibility to create a
parties) TRIPS Agreement bahwa
viable technological
negara-negara anggota harus memenuhi base, such Members
shall not be required
ketentuan TRIPS tersebut dengan
to apply the
membuat undang-undang yang provisions of this
Agreement, other
memberikan perlindungan hukum
than Articles 3, 4
terhadap semua bidang-bidang and 5, for a period
of 10 years from the
intellectual property rights tersebut.
date of application
Dalam rangka memenuhi kewajiban as defined under
paragraph 1 of
untuk membuat undang-undang
Article  65. The
nasional bagi developing dan least- Council for TRIPS
shall, upon duly
developed country TRIPS Agreement
motivated request by
telah menetapkan aturan mainnya bagi a least-developed
country Member,
kedua kelompok negara tersebut dalam
accord extensions of
Pasal 65 ayat (2) dan Pasal 66 ayat (1) this period”.
TRIPS.
Dari kedua ketentuan diatas
Pasal 65 Ayat (2)
dapat dijelaskan, bahwa untuk negara
“Any developing
berkembang kewajiban untuk
country Member is
memenuhi segala kewajiban yuridis
berdasarkan TRIPS adalah 1 Januari pelaksana lainnya sebelum jatuh
2000 yang merupakan penundaan temponya pada tanggal 1 Januari 2000
selama 5 tahun dari sejak bagi negara berkembang dan 1 Januari
diberlakukannya TRIPS pada 1 Januari 2006 bagi negara terkebelakang12.
1995. Sedangkan untuk negra-negara Disamping itu, negara-negara itu juga
terkebelakang penundaan harus membangun system penegakkan
pemberlakuan TRIPS adalah sepuluh hukum (law enforcement) yang
tahun dan akan jatuh tempo pada 1 responsive dalam memerangi dan
Januari 2006. Kelihatannya memberantas berbagai pelanggaran
pemberlakuan penuh ketentuan TRIPS intellectual property rights di negara-
untuk negara-negara terkebelakang negaranya. Pelanggaran-pelanggaran
sangat memungkinkan untuk ditunda IPR pada hakekatnya tidak hanya
lagi mengingat kemampuan dan kondisi menimbulkan kerugian (materil) bagi
ekonomi negara-negara tersebut11. Negara-negara produser karya-karya
Sedangkan bagi negara-negara intelektual semata, tetapi juga
maju (developed country) kewajiban pelanggaran tersebut telah merusak
untuk memenuhi segala ketentuan system perekonomian suatu Negara dan
TRIPS Agreement diberlakukan sejak mencirikan lemahnya law enforcement
mulai diberlakukannya TRIPS di Negara tersebut.
Agreement pada tanggal 1 Januari
1995. 2) Prinsip-prinsip hukum yang
Kelonggaran yang diberikan berlaku
kepada negara-negara berkembang dan Beberapa prinsip hukum yang
terkebelakang dimaksudkan untuk ditemukan dalam TRIPS Agreement
memberikan waktu yang relatif cukup dapat diuraikan berikut ini. Pertama,
untuk mempelajari dan mempersiapkan National Treatment Principle.
berbagai produk legislative dalam Ketentuan Pasal 3 ayat (1) TRIPS
bentuk undang-undang dan peraturan menyebutkan13 :“Each Member shall
accord to the nationals of other
11
Penundaan ini adalah sesuatu yang acceptable
sepanjang negara terkebelakang tersebut mengajukan 12
J. Davis, Intellectual Property, 4th edition, Oxford
permohonan kepada Council For TRIPS dengan University Press, 2012, Hlm. 10.
mengemukakan alasan-alasan ekonomi yang 13
Ketentuan TRIPS ini berasal dari ketentuan Pasal 2
berdasarkan fakta. Paris Convention 1883.
Members treatment no less than assistance and law
enforcement of a general
favourable than that it accords to its
nature and not particularly
own nationals with regard to the confined to the protection of
intellectual property.
protection of intellectual property ….”
b) granted in accordance with
Prinsip National Treatment ini the Rome Convention
authorizing that the treatment
dimaksudkan bahwa setiap negara
accorded be a function not of
anggota tidak dibenarkan untuk national treatment but of the
treatment accorded in
menerapkan perlakuan diskriminatif
another country .
terhadap karya intelektual yang c) in respect of the rights of
performers, producers of
pencipta atau pemegang haknya bukan
phonograms and
warga negaranya. Dengan demikian, broadcasting organizations
not provided under this
perlindungan hukum yang diberikan
Agreement.
tanpa memandang asal usul dari karya d) deriving from international
agreements relates to the
intelektual tersebut.
protection of intellectual
Kedua, Most-Favoured Nation property which entered into
force prior to the entry into
Treatment Principle (MFN).
force of the Agreement
Ketentuan mengenai prinsip atau azas Establishing the WTO,
provided that such
hukum ini14 ditemukan pada Pasal 4
agreements are notified to
TRIPS yang berbunyi sebagai the Council for Trade –
Related Aspects of
berikut :“With regard to the protection
Intellectual Property Rights
of intellectual property, any advantage, and do not constitute
arbitrary or unjustifiable
favour, privilege or immunity granted
discrimination against
by a Member to nationals of any other nationals of other Members.
country shall be accorded immediately
Prinsip MFN ini dimaksudkan
and unconditionally to the nationals of
sebagai pengecualian atas perlakuan
all other Members. Exempted from this
dan tindakan diskriminatif oleh suatu
obligation are any advantage, privilege
negara kepada negara anggota lainnya
or immunity accorded by a Member :
atas alasan yang yang diperbolehkan
a) deriving from international
agreements on judicial oleh hukum. Jadi prinsip ini
14
Lihat juga WTO, Understanding the WTO, 3rd merupakan aturan hukum khusus
edition, September 2003, hlm. 13 sebagaimana
dikutip dalam www.wto. terhadap prinsip non-diskriminasi,
sepanjang pelaksanaannya tidak selama 10 tahun dan dapat
bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 diperpanjang16.
TRIPS tersebut. b. Paten
Jangka waktu perlindungan
3) Jangka waktu perlindungan paten menurut Pasal 33 TRIPS
Mengenai jangka waktu Agreement17 minimal dua puluh (20)
perlindungan hak kekayaan industri tahun sejak tanggal permohonan.
TRIPS Agreement mengatur dengan Untuk jangka waktu perlindungan
jelas dan tegas, dan ketentuan ini harus paten di Indonesia UU Paten Indonesia
dipatuhi atau harus dijadikan standar No. 13 Tahun 2016 telah sesuai dengan
bagi Negara-negara anggota dalam ketentuan TRIPS tersebut18. Sedangkan
merumuskan dan menetapkannya jangka waktu perlindungan untuk paten
dalam ketentuan hukum nasional sederhana adalah 10 (sepuluh) tahun19.
masing-masing Negara. c. Desain Industri
a. Merek Jangka waktu perlindungan
Pasal 18 TRIPS15 menyebutkan desain industri tidak boleh kurang dari
bahwa jangka waktu minimal untuk jangka waktu sepuluh (10) tahun. Hal
perlindungan merek adalah tujuh tahun ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 26
dan sesudahnya dapat diperpanjang. (3) TRIPS Agreement :”The duration of
Dapat dijelaskan disini, bahwa undang- protection available shall amount to at
undang nasional suatu Negara least ten years”. Ketentuan serupa juga
diperbolehkan untuk memberikan 16
Lihat Pasal 35 Ayat (1) UU No. 20 Tahun 2016
jangka waktu perlindungan lebih dari tentang Merek dan Indikasi Geografis; UU Merek
dan IG ini mulai berlaku pada tanggal 25 November
jangka waktu tujuh tahun tersebut. 2016; Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 252.
17
Article 33 TRIPS :”The term of protection available
Seperti di Indonesia, UU No. 20 tahun shall not end before the expiration of a period of
twenty years counted from the filing date”.
2016 Tentang Merek dan Indikasi 18
Demikian juga dengan Patentgezetz di Jerman juga
memberikan jangka waktu perlindungan 20 tahun.
Geografis memberikan jangka waktu 19
Lihat Pasal 22 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang
perlindungan terhadap merek terdaftar Paten memberikan perlindungan hukum 20 Tahun
untuk Paten; sedangkan Pasal 23 UU No. 13 Tahun
2016 memberikan perlindungan hukum 10 Tahun
untuk Paten Sederhana; TRIPS Agreement hanya
15
Article 18 TRIPS :”Initial registration, each renewal mengatur mengenai jangka waktu perlindungan
of registration, of a trademark shall be for a term of Paten. Undang-Undang Paten Singapore juga
no less than seven years. The registration of a memberikan perlindungan paten selama 20 tahun,
trademark shall be a renewable indefinitely. lihat N.W. Loon, op.cit., hlm 393.
ditemukan dalam Pasal 5 ayat (1) UU hukum dalam bidang perlindungan hak
Deain Industri Indonesia No. 31 tahun kekayaan industri. Pada kondisi yang
2001. demikian, hukum internasional
d. Sirkuit Terpadu memeliki hirarki yang lebih tinggi dari
Pasal 38 (1) TRIPS menetapkan hukum nasional negra-negara di dunia.
bahwa jangka waktu perlindungan Penyimpangan terhadap aturan ini oleh
Sirkuit Terpadu20 minimal sepuluh (10) suatu negara akan mekekayaani
tahun. Pasal 4 Ayat 3 UU No. 32 konsekuensi yuridis, ekonomis dan
Tahun 2001 memuat ketentuan yang politis dari masyarakat internasional,
sama dengan Article 38 (1) TRIPS seperti sanksi ekonomi dari masyarakat
Agreement tersebut. internasional yang sudah barang tentu
e. Rahasia Dagang (Undisclosed akan berdampak buruk terhadap
Information) ekonomi negara pelanggar21.
Untuk informasi rahasia atau Globalisasi hukum di era
rahasia dagang memang tidak ada globalisasi ini sangat wajar terjadi,
jangka waktu perlindungannya. Selama karena globalisasi itu sendiri lahir
informasi itu masih tersimpan karena tindak lanjut dari perkembangan
kerahasiaannya, maka selama itu pula hukum yang melewati lintas batas
mendapat perlindungan hukum. negara22. Undang-undang Paten telah
Ketentuan TRIPS tersebut juga sudah pula mendorong lahirnya arus alih
sesuai dengan pengaturan dalam UU teknologi dari Negara-negara maju ke
No. 30 tahun 2001 mengenai Rahasia Negara-negara berkembang dan Negara
Dagang di Indonesia. terkebelakang dalam rangka
Standarisasi hukum yang pembangunan ekonomi nasional
diberlakukan oleh masyarakat
21
Seperti misalnya Negara Indonesia harus sering kali
internasional dalam bidang melakukan perubahan terhadap undang-undang
dalam bidang hak kekayaan intelektual dalam waktu
perdagangan internasional dan hak
yang relative singkat. Hal ini disebabkan belum
kekayaan intelektual merupakan singkronnya ketentuan nasional Indonesia tersebut
dengan ketentuan TRIPS.
fenomena yang menciptakan globalisasi 22
Munculnya berbagai kegiatan ekonomi
transnasional seperti perusahaan Penanaman Modal
Asing, masuknya berbagai produk asing ke dalam
20
TRIPS menggunakan istilah “integrated circuit”; suatu Negara difasilitasi oleh aturan hukum seperti
sedangkan UU No. 32 Tahun 2000 menggunakan WTO Agreement, GATT, Licensing, Leasing,
istilah :Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu”. Franchise dan lain lain.
Negara tersebut23. Disamping itu dicanangkan oleh masyarakat
globalisasi (hukum) juga sudah menjadi internasional jauh sebelum kehadiran
program masyarakat internasional organisasi dunia Liga Bangsa-Bangsa
terutama sekali dalam bidang hak asasi (League of Nations) ataupun
manusia, perdagangan internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
ekonomi internasional dan hak Nations) melalui penerimaan Paris
kekayaan industri. Convention oleh sebagian besar
Negara-negara Eropa pada tahun 1883.
3. Kesimpulan Standarisasi hukum perlindungan hak
1. Konvensi Paris 1883 dan TRIPS kekayaan industri semakin gencar
Agreement 1995 memiliki hubungan dikampanyekan oleh Negara-negara
yang sangat erat. Konvensi Paris sebagai masyarakat internasional
merupakan ketentuan internasional dengan kehadiran WTO dan TRIPS
yang mengatur mengenai rejim-rejim Agreement beserta ketentuan hukum
kekayaan intelektual dalam bidang internasional lainnya. Globalisasi
industry, sedangkan TRIPS Agreement hukum ini memang sesuatu yang tidak
juga merupakan ketentuan internasional dapat dihindari oleh banyak Negara,
yang mengikat negara-negara yang terutama oleh Negara-negara
lebih applicative dan berkembang dan Negara terkebelakang,
menghubungkannya dengan tingkat karena pada kenyatannya Negara-
ekonomi suatu negara. Dapat dikatakan negara tersebut sangat memerlukan
bahwa Konvensi Paris merupakan the banyak hal dari Negara-negara maju
mother of law dalam bidang kekayaan untuk memperbaiki dan memajukan
intelektual, khususnya kekayaan perekonomian nasional Negara
industry. tersebut. Standarisasi hukum
2. Standarisasi hukum perlindungan hak perlindungan hak kekayaan industri ini
kekayaan intelektual khususnya hak pada kenyataannya juga akan mampu
kekayaan industri (industrial property) menumbuhkan kepercayaan asing
bukanlah hal yang baru lahir, tetapi terhadap system hukum Negara tersebut
globalisasi hukum itu telah asalkan law enforcement juga mampu
memberikan kepastian hukum (legal
23
Lihat WIPO, op cit, hlm. 15.
certainty) dan keadilan (justice). -------------, Peranan Hukum Dalam
Pengembangan Ekonomi (Paper
Peraturan perundang-undangan di
disampaikan pada Diskusi Panel di
Indonesia sejauh ini sudah sejalan Komisi Hukum Nasional Jakarta
pada tanggal 7 September 2000 di
dengan ketentuan internasional
Hotel Indonesia Jakarta)
Konvensi Paris 1883 dan TRIPS ------------, Hukum, Hak Kekayaan Intelektual
Dan Pembangunan, UIR Press,
Agreement 1995.
Pekanbaru, 2002.
4. Daftar Pustaka
Perjanjian Internasional
Buku
WIPO, Guidelines For The Management And
Davis, Jennifer, Intellectual Property Law, 4th
Exploitation of Patented And
Edition, Oxford, London, 2012.
inventions of Research and
Development Institutions in
European Commission, Strategic Dimensions
Developing Countries, Geneva, 1989,
of Intellectual Property Rights in the
hlm. 10 dstnya.
Context of S&T Policy, Belgium,
WTO, WTO, Understanding the WTO, 3rd
June 1999.
edition, September 2003, hlm. 13
sebagaimana dikutip dalam www.wto.
Galvez-Behar, Gabriel, The 1883 Paris
Convention and the Impossible
Unification of Industrial Property, in :
Graeme Gooday and Wilf Steven,
Patent Cultures, Cambridge
University Press, 2020.

Gooday, Graeme And Steven, Wilf, Patent


Cultures, Cambridge University
Press, 2020.

Loon, Ng-Loy Wee, Law of Intellectual


Property of Singapore, Thomson
Sweet & Maxwell Asia, Singapore,
2008.

Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan


Hak Kekayaan Intelektual Dalam
Menghadapi Era Globalisasi,UIR
Press, Pekanbaru, 2010.
------------, Menuju Era Hak Kekayaan
Intelektual (Paper yang disampaikan
pada kuliah umum mahasiswa baru
UIR Tahun Akademik 2000/2001
pada tanggal 28 Agustus 2000)

Anda mungkin juga menyukai