Abstract
Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Agreement 1995 (TRPS Agreement) is an
international provision in the field of intellectual property rights protection that applies
universally. Indonesia as a country of law, has all laws relating to the protection of intellectual
property rights with reference to the TRIPS Agreement. The TRIPS Agreemnt formulation must
also refer to the Paris Convention For the Protection of Industrial Property, 1883 which has
been recognized as the legal basis for the protection of intellectual property rights globally.
Protection of industrial assets consisting of Patents, Trademarks, Trade Secrets, Industrial
designs, Protection of Plant Varieties and Layout Designs of Integrated Circuits must be
carried out by the state towards the holders of the said industrial property rights
Abstrak
Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Agreement 1995 (TRPS Agreement)
merupakan ketentuan internaional di bidang perlindungan hak kekayaan intelektual yang
berlaku secara universal. Indonesia sebagai negara hukum, telah memiliki semua Undang-
Undang yang berkaitan dengan perlindungan hak kekayaan intelektual dengan mengacu kepada
TRIPS Agreement. Formulasi TRIPS Agreemnt pun harus mengacu kepada Paris Convention
For the Protection of Industrial Property, 1883 yang sudah diakui sebagai dasar hukum bagi
perlindungan hak kekayaan intelektual secara global. Perlindungan kekayaan industri yang
terdiri dari Paten, Merek, Rahasia Dagang, desain Industri, Perlindungan Varietas Tanaman dan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu harus dilakukan oleh negara terhadap pemegang hak
kekayaan industri tersebut.
Indonesia 10
Lihat WIPO, Guidelines For The Management And
Exploitation of Patented And inventions of Research
and Development Institutions in Developing
Countries, Geneva, 1989, hlm. 10 dstnya.
Ruang lingkup perlindungan entitled to delay for
intellectual property rights yang diatur a further period of
dalam TRIPS sama seperti yang diatur four years from the
dalam Agreement on Establishing date of application,
World Intellectual Property ….”
Organization (WIPO). Dalam Pasal 2 Pasal 66 Ayat (1)
(viii) WIPO disebutkan bahwa ruang “In view of the
special needs and
lingkup intellectual property rights
requirements of
meliputi : hak cipta, paten, merek, least-developed
country Members,
desain industri, rahasia dagang dan
their economic,
sirkuit terpadu. financial and
administrative
Konsekuensi yuridis bagi
constraints, and
negara-negara anggota (contracting their need for
flexibility to create a
parties) TRIPS Agreement bahwa
viable technological
negara-negara anggota harus memenuhi base, such Members
shall not be required
ketentuan TRIPS tersebut dengan
to apply the
membuat undang-undang yang provisions of this
Agreement, other
memberikan perlindungan hukum
than Articles 3, 4
terhadap semua bidang-bidang and 5, for a period
of 10 years from the
intellectual property rights tersebut.
date of application
Dalam rangka memenuhi kewajiban as defined under
paragraph 1 of
untuk membuat undang-undang
Article 65. The
nasional bagi developing dan least- Council for TRIPS
shall, upon duly
developed country TRIPS Agreement
motivated request by
telah menetapkan aturan mainnya bagi a least-developed
country Member,
kedua kelompok negara tersebut dalam
accord extensions of
Pasal 65 ayat (2) dan Pasal 66 ayat (1) this period”.
TRIPS.
Dari kedua ketentuan diatas
Pasal 65 Ayat (2)
dapat dijelaskan, bahwa untuk negara
“Any developing
berkembang kewajiban untuk
country Member is
memenuhi segala kewajiban yuridis
berdasarkan TRIPS adalah 1 Januari pelaksana lainnya sebelum jatuh
2000 yang merupakan penundaan temponya pada tanggal 1 Januari 2000
selama 5 tahun dari sejak bagi negara berkembang dan 1 Januari
diberlakukannya TRIPS pada 1 Januari 2006 bagi negara terkebelakang12.
1995. Sedangkan untuk negra-negara Disamping itu, negara-negara itu juga
terkebelakang penundaan harus membangun system penegakkan
pemberlakuan TRIPS adalah sepuluh hukum (law enforcement) yang
tahun dan akan jatuh tempo pada 1 responsive dalam memerangi dan
Januari 2006. Kelihatannya memberantas berbagai pelanggaran
pemberlakuan penuh ketentuan TRIPS intellectual property rights di negara-
untuk negara-negara terkebelakang negaranya. Pelanggaran-pelanggaran
sangat memungkinkan untuk ditunda IPR pada hakekatnya tidak hanya
lagi mengingat kemampuan dan kondisi menimbulkan kerugian (materil) bagi
ekonomi negara-negara tersebut11. Negara-negara produser karya-karya
Sedangkan bagi negara-negara intelektual semata, tetapi juga
maju (developed country) kewajiban pelanggaran tersebut telah merusak
untuk memenuhi segala ketentuan system perekonomian suatu Negara dan
TRIPS Agreement diberlakukan sejak mencirikan lemahnya law enforcement
mulai diberlakukannya TRIPS di Negara tersebut.
Agreement pada tanggal 1 Januari
1995. 2) Prinsip-prinsip hukum yang
Kelonggaran yang diberikan berlaku
kepada negara-negara berkembang dan Beberapa prinsip hukum yang
terkebelakang dimaksudkan untuk ditemukan dalam TRIPS Agreement
memberikan waktu yang relatif cukup dapat diuraikan berikut ini. Pertama,
untuk mempelajari dan mempersiapkan National Treatment Principle.
berbagai produk legislative dalam Ketentuan Pasal 3 ayat (1) TRIPS
bentuk undang-undang dan peraturan menyebutkan13 :“Each Member shall
accord to the nationals of other
11
Penundaan ini adalah sesuatu yang acceptable
sepanjang negara terkebelakang tersebut mengajukan 12
J. Davis, Intellectual Property, 4th edition, Oxford
permohonan kepada Council For TRIPS dengan University Press, 2012, Hlm. 10.
mengemukakan alasan-alasan ekonomi yang 13
Ketentuan TRIPS ini berasal dari ketentuan Pasal 2
berdasarkan fakta. Paris Convention 1883.
Members treatment no less than assistance and law
enforcement of a general
favourable than that it accords to its
nature and not particularly
own nationals with regard to the confined to the protection of
intellectual property.
protection of intellectual property ….”
b) granted in accordance with
Prinsip National Treatment ini the Rome Convention
authorizing that the treatment
dimaksudkan bahwa setiap negara
accorded be a function not of
anggota tidak dibenarkan untuk national treatment but of the
treatment accorded in
menerapkan perlakuan diskriminatif
another country .
terhadap karya intelektual yang c) in respect of the rights of
performers, producers of
pencipta atau pemegang haknya bukan
phonograms and
warga negaranya. Dengan demikian, broadcasting organizations
not provided under this
perlindungan hukum yang diberikan
Agreement.
tanpa memandang asal usul dari karya d) deriving from international
agreements relates to the
intelektual tersebut.
protection of intellectual
Kedua, Most-Favoured Nation property which entered into
force prior to the entry into
Treatment Principle (MFN).
force of the Agreement
Ketentuan mengenai prinsip atau azas Establishing the WTO,
provided that such
hukum ini14 ditemukan pada Pasal 4
agreements are notified to
TRIPS yang berbunyi sebagai the Council for Trade –
Related Aspects of
berikut :“With regard to the protection
Intellectual Property Rights
of intellectual property, any advantage, and do not constitute
arbitrary or unjustifiable
favour, privilege or immunity granted
discrimination against
by a Member to nationals of any other nationals of other Members.
country shall be accorded immediately
Prinsip MFN ini dimaksudkan
and unconditionally to the nationals of
sebagai pengecualian atas perlakuan
all other Members. Exempted from this
dan tindakan diskriminatif oleh suatu
obligation are any advantage, privilege
negara kepada negara anggota lainnya
or immunity accorded by a Member :
atas alasan yang yang diperbolehkan
a) deriving from international
agreements on judicial oleh hukum. Jadi prinsip ini
14
Lihat juga WTO, Understanding the WTO, 3rd merupakan aturan hukum khusus
edition, September 2003, hlm. 13 sebagaimana
dikutip dalam www.wto. terhadap prinsip non-diskriminasi,
sepanjang pelaksanaannya tidak selama 10 tahun dan dapat
bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 diperpanjang16.
TRIPS tersebut. b. Paten
Jangka waktu perlindungan
3) Jangka waktu perlindungan paten menurut Pasal 33 TRIPS
Mengenai jangka waktu Agreement17 minimal dua puluh (20)
perlindungan hak kekayaan industri tahun sejak tanggal permohonan.
TRIPS Agreement mengatur dengan Untuk jangka waktu perlindungan
jelas dan tegas, dan ketentuan ini harus paten di Indonesia UU Paten Indonesia
dipatuhi atau harus dijadikan standar No. 13 Tahun 2016 telah sesuai dengan
bagi Negara-negara anggota dalam ketentuan TRIPS tersebut18. Sedangkan
merumuskan dan menetapkannya jangka waktu perlindungan untuk paten
dalam ketentuan hukum nasional sederhana adalah 10 (sepuluh) tahun19.
masing-masing Negara. c. Desain Industri
a. Merek Jangka waktu perlindungan
Pasal 18 TRIPS15 menyebutkan desain industri tidak boleh kurang dari
bahwa jangka waktu minimal untuk jangka waktu sepuluh (10) tahun. Hal
perlindungan merek adalah tujuh tahun ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 26
dan sesudahnya dapat diperpanjang. (3) TRIPS Agreement :”The duration of
Dapat dijelaskan disini, bahwa undang- protection available shall amount to at
undang nasional suatu Negara least ten years”. Ketentuan serupa juga
diperbolehkan untuk memberikan 16
Lihat Pasal 35 Ayat (1) UU No. 20 Tahun 2016
jangka waktu perlindungan lebih dari tentang Merek dan Indikasi Geografis; UU Merek
dan IG ini mulai berlaku pada tanggal 25 November
jangka waktu tujuh tahun tersebut. 2016; Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 252.
17
Article 33 TRIPS :”The term of protection available
Seperti di Indonesia, UU No. 20 tahun shall not end before the expiration of a period of
twenty years counted from the filing date”.
2016 Tentang Merek dan Indikasi 18
Demikian juga dengan Patentgezetz di Jerman juga
memberikan jangka waktu perlindungan 20 tahun.
Geografis memberikan jangka waktu 19
Lihat Pasal 22 UU No. 13 Tahun 2016 Tentang
perlindungan terhadap merek terdaftar Paten memberikan perlindungan hukum 20 Tahun
untuk Paten; sedangkan Pasal 23 UU No. 13 Tahun
2016 memberikan perlindungan hukum 10 Tahun
untuk Paten Sederhana; TRIPS Agreement hanya
15
Article 18 TRIPS :”Initial registration, each renewal mengatur mengenai jangka waktu perlindungan
of registration, of a trademark shall be for a term of Paten. Undang-Undang Paten Singapore juga
no less than seven years. The registration of a memberikan perlindungan paten selama 20 tahun,
trademark shall be a renewable indefinitely. lihat N.W. Loon, op.cit., hlm 393.
ditemukan dalam Pasal 5 ayat (1) UU hukum dalam bidang perlindungan hak
Deain Industri Indonesia No. 31 tahun kekayaan industri. Pada kondisi yang
2001. demikian, hukum internasional
d. Sirkuit Terpadu memeliki hirarki yang lebih tinggi dari
Pasal 38 (1) TRIPS menetapkan hukum nasional negra-negara di dunia.
bahwa jangka waktu perlindungan Penyimpangan terhadap aturan ini oleh
Sirkuit Terpadu20 minimal sepuluh (10) suatu negara akan mekekayaani
tahun. Pasal 4 Ayat 3 UU No. 32 konsekuensi yuridis, ekonomis dan
Tahun 2001 memuat ketentuan yang politis dari masyarakat internasional,
sama dengan Article 38 (1) TRIPS seperti sanksi ekonomi dari masyarakat
Agreement tersebut. internasional yang sudah barang tentu
e. Rahasia Dagang (Undisclosed akan berdampak buruk terhadap
Information) ekonomi negara pelanggar21.
Untuk informasi rahasia atau Globalisasi hukum di era
rahasia dagang memang tidak ada globalisasi ini sangat wajar terjadi,
jangka waktu perlindungannya. Selama karena globalisasi itu sendiri lahir
informasi itu masih tersimpan karena tindak lanjut dari perkembangan
kerahasiaannya, maka selama itu pula hukum yang melewati lintas batas
mendapat perlindungan hukum. negara22. Undang-undang Paten telah
Ketentuan TRIPS tersebut juga sudah pula mendorong lahirnya arus alih
sesuai dengan pengaturan dalam UU teknologi dari Negara-negara maju ke
No. 30 tahun 2001 mengenai Rahasia Negara-negara berkembang dan Negara
Dagang di Indonesia. terkebelakang dalam rangka
Standarisasi hukum yang pembangunan ekonomi nasional
diberlakukan oleh masyarakat
21
Seperti misalnya Negara Indonesia harus sering kali
internasional dalam bidang melakukan perubahan terhadap undang-undang
dalam bidang hak kekayaan intelektual dalam waktu
perdagangan internasional dan hak
yang relative singkat. Hal ini disebabkan belum
kekayaan intelektual merupakan singkronnya ketentuan nasional Indonesia tersebut
dengan ketentuan TRIPS.
fenomena yang menciptakan globalisasi 22
Munculnya berbagai kegiatan ekonomi
transnasional seperti perusahaan Penanaman Modal
Asing, masuknya berbagai produk asing ke dalam
20
TRIPS menggunakan istilah “integrated circuit”; suatu Negara difasilitasi oleh aturan hukum seperti
sedangkan UU No. 32 Tahun 2000 menggunakan WTO Agreement, GATT, Licensing, Leasing,
istilah :Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu”. Franchise dan lain lain.
Negara tersebut23. Disamping itu dicanangkan oleh masyarakat
globalisasi (hukum) juga sudah menjadi internasional jauh sebelum kehadiran
program masyarakat internasional organisasi dunia Liga Bangsa-Bangsa
terutama sekali dalam bidang hak asasi (League of Nations) ataupun
manusia, perdagangan internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
ekonomi internasional dan hak Nations) melalui penerimaan Paris
kekayaan industri. Convention oleh sebagian besar
Negara-negara Eropa pada tahun 1883.
3. Kesimpulan Standarisasi hukum perlindungan hak
1. Konvensi Paris 1883 dan TRIPS kekayaan industri semakin gencar
Agreement 1995 memiliki hubungan dikampanyekan oleh Negara-negara
yang sangat erat. Konvensi Paris sebagai masyarakat internasional
merupakan ketentuan internasional dengan kehadiran WTO dan TRIPS
yang mengatur mengenai rejim-rejim Agreement beserta ketentuan hukum
kekayaan intelektual dalam bidang internasional lainnya. Globalisasi
industry, sedangkan TRIPS Agreement hukum ini memang sesuatu yang tidak
juga merupakan ketentuan internasional dapat dihindari oleh banyak Negara,
yang mengikat negara-negara yang terutama oleh Negara-negara
lebih applicative dan berkembang dan Negara terkebelakang,
menghubungkannya dengan tingkat karena pada kenyatannya Negara-
ekonomi suatu negara. Dapat dikatakan negara tersebut sangat memerlukan
bahwa Konvensi Paris merupakan the banyak hal dari Negara-negara maju
mother of law dalam bidang kekayaan untuk memperbaiki dan memajukan
intelektual, khususnya kekayaan perekonomian nasional Negara
industry. tersebut. Standarisasi hukum
2. Standarisasi hukum perlindungan hak perlindungan hak kekayaan industri ini
kekayaan intelektual khususnya hak pada kenyataannya juga akan mampu
kekayaan industri (industrial property) menumbuhkan kepercayaan asing
bukanlah hal yang baru lahir, tetapi terhadap system hukum Negara tersebut
globalisasi hukum itu telah asalkan law enforcement juga mampu
memberikan kepastian hukum (legal
23
Lihat WIPO, op cit, hlm. 15.
certainty) dan keadilan (justice). -------------, Peranan Hukum Dalam
Pengembangan Ekonomi (Paper
Peraturan perundang-undangan di
disampaikan pada Diskusi Panel di
Indonesia sejauh ini sudah sejalan Komisi Hukum Nasional Jakarta
pada tanggal 7 September 2000 di
dengan ketentuan internasional
Hotel Indonesia Jakarta)
Konvensi Paris 1883 dan TRIPS ------------, Hukum, Hak Kekayaan Intelektual
Dan Pembangunan, UIR Press,
Agreement 1995.
Pekanbaru, 2002.
4. Daftar Pustaka
Perjanjian Internasional
Buku
WIPO, Guidelines For The Management And
Davis, Jennifer, Intellectual Property Law, 4th
Exploitation of Patented And
Edition, Oxford, London, 2012.
inventions of Research and
Development Institutions in
European Commission, Strategic Dimensions
Developing Countries, Geneva, 1989,
of Intellectual Property Rights in the
hlm. 10 dstnya.
Context of S&T Policy, Belgium,
WTO, WTO, Understanding the WTO, 3rd
June 1999.
edition, September 2003, hlm. 13
sebagaimana dikutip dalam www.wto.
Galvez-Behar, Gabriel, The 1883 Paris
Convention and the Impossible
Unification of Industrial Property, in :
Graeme Gooday and Wilf Steven,
Patent Cultures, Cambridge
University Press, 2020.