(UAS)
Mata Kuliah : HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Dosen : Dr Dody , SH, M.Hum
1
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi prioritas utama. Guna menunjang pertumbuhan ekonomi nasional maka Negara
melakukan berbagai cara dan strategi ekonomi yang tepat dan pertumbuhan ekonomi
tersebut akan menjadi gambaran tingkat kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap
warga Negaranya.
Perdagangan lintas batas merupakan salah satu jalan bagi Negara guna memenuhi
kebutuhan Nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh hasil produksi Negara itu
adalah dengan adanya spesialisasi, yakni suatu Negara dapat mengekspor komoditi yang
ia produksi untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan Negara lain dengan biaya
yang lebih rendah. Negara akan memperoleh keuntungan secara langsung melalui
kenaikan pendapatan Nasional dan pada akhirnya akan menaikkan laju output dan
yang tinggi.
berbagai masalah yang kompleks dan juga dibutuhkan pertimbangan dalam segala aspek
2
guna mengambil kebijakan yang memberikan kepastian. Demi tercapainya hubungan
tahun 1995 melalui proses negosiasi Uruguay Round tahun 1986-1994 serta rangkaian
perundingan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) sejak tahun 1948. WTO
nasional, memberi bantuan teknis dan pelatihan bagi negara-negara berkembang serta
terhadap kepentingan negara, maka terdapat berbagai selisih paham antar anggota WTO
kepentingan dan ketidaksepahaman yang berlanjut menjadi sengketa antar negara tidak
secara damai, antara lain perundingan atau negosiasi diplomatik antara negara-negara
yang bersengketa (dengan tingkatan intervensi dan bantuan negara ketiga yang beragam),
dan sistem pengadilan oleh entitas yang independen (melalui arbitrase dan penyelesaian
di jalur hukum)
3
WTO menyediakan sistem penyelesaian sengketa antara negara-negara anggota
yang dalam banyak hal terbukti unik dan berhasil dan juga sistem ini terdapat dalam
sasaran dan tujuan utama sistem penyelesaian sengketa WTO adalah menjamin
penyelesaian yang positif bagi suatu sengketa dan sistem ini sangat cenderung
Pasal 3.2 DSU, sistem penyelesaian sengketa WTO bertujuan untukmemelihara hak dan
anggota, sehingga dapat melindungi kepentingan yang akan merugikan setiap negara
anggota.
WTO. Kasus yang melibatkan Indonesia dengan Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat
ini tentang permasalah Mobil Timor yang dalam aturannya terlalu menguntungkan
beberapa pihak saja dan Indonesia sendiri. Sehingga, Indonesia dibawa ke DSU untuk
makalah ini kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai analisis terhadap
4
BAB II
LEGAL ISSUE
konvensi WTO melalui Undang-undang No. 7 tahun 1994 terikat dengan ketentuan
General Agreement on Tarrif and Trade. Kasus mengenai Mobil Nasional antara
Indonesia yang dituntut oleh Jepang, Amerika dan Uni Eropa. Kasus ini bermula dari
inisiatif pemerintah Indonesia dalam mendukung dan ingin meningkatkan industri mobil
nasional dengan mengeluarkan Inpers No. 2 Tahun 1996 mengenai program Mobil
Nasional yang menunjuk PT Timor Putra Nusantara (TPN) sebagai pionir dari proses
Keppres No. 42 tahun 1996 yang mengizinkan PT TPN untuk mengimpor mobnas dari
Korea Selatan yang kemudian diberi merek “Timor”. Pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan bagi PT TPN untuk diberikan hak istimewa berupa pembebasan pajak barang
Hak pembebasan pajak barang mewah dan bebas bea masuk barang impor
persen dalam tiga tahun terakhir sejak mobnas pertama dibuat. Namun, bila penggunaan
kandungan lokal yang ditentukan secara bertahap yakni 20 persen pada tahun pertama
dan 60 persen pada tahun ketiga tidak terpenuhi, maka PT TPN harus menanggung beban
pajak barang mewah dan bea masuk barang impor. Kasus ini mengundang reaksi dari
negara negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa karena
5
kesepakatan antar negara namun kesepakatan tersebut belum berhasil karena bertolak
berdasarkan pasal 22 ayat 1 GATT. Tuduhan tersebut berdasarkan tiga poin yakni:
1. Adanya perlakuan khusus impor mobil dari KIA Motor Korea berupa perlakuan
bebas tariff masuk barang impor yang hanya memberi keuntungan pada satu
2. Perlakuan bebas pajak atas barang mewah yang diberikan kepada produsen
Mobnas selama dua tahun. Perlakuan ini melanggar pasal 3 ayat 2 GATT.
Inti dari pengaduan tersebut adalah pemerintah Jepang ingin masalah sengketa Indonesia
Indonesia sebagai anggota WTO harus tunduk pada prinsip prinsip dari WTO
tersebut yang mana dalam kasus ini Prinsip prinsip WTO yang dilanggar Indonesia
adalah:
Prinsip National Treatment article III, paragraph 4 GATT 1994 pada dasarnya
melanggar ketentuan ini karena pemberian fasilitas penghapusan bea masuk dan
6
penghapusan pajak barang mewah hanya diberlakukan pada PT Timor Putra
Nasional.
menggunakan bahan baku, bahan setengah jadi, dan komponen dan suku cadang
produksi dalam negeri dalam proses produksi otomotif dalam negeri yaitu
lokal merupakan salah satu kebijakan investasi yang harus dihapus karena
juga merupakan hambatan perdagangan non tariff yang tidak dapat ditolelir.
2. RUMUSAN MASALAH
terkait penghapusan bea masuk dan penghapusan pajak barang yang hanya
jadi, dan komponen dan suku cadang produksi dalam negeri dalam proses
GATT ?
7
BAB III
ANALISA KASUS
Prinsip Most Favoured Nations merupakan prinsip dasar (utama) WTO yang
nondiskriminatif, yakni semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama dan
semua negara menikmati keuntungan dari suatu kebijaksanaan perdagangan Prinsip ini
diatur dalam Pasal I ayat (1) GATT 1947, yang berjudul General Favoured Nation
anggota WTO. Maksud dari prinsip ini adalah apabila suatu negara pertama (pengimpor)
(pengekspor), maka kemudahan serupa harus pula diberikan kepada negara ketiga,
prinsip Most Favored Nations (MFN),sebagaimana diatur Pasal XXIV GATT 1947,
1971).
Merujuk kepada kasus mobil Timor antara Indonesia dengan Jepang, Indonesia
8
melakukan diskriminasi kepada produsen mobil lain khususnya Jepang, Uni Eropa, dan
Amerika Serikat dengan cara membebaskan bea masuk kepada Korea Selatan saja karena
Mobil Timor sebagai rencana mobil nasional bekerjasama dengan produsen mobil Korea
Selatan yaitu KIA. Pembebasan bea masuk yang dilakukan Indonesia kepada Korea
Selatan sebagai produsen mobil Timor itu melanggar pada pasal 10 GATT Agreement
tentang non tariff measures dan juga melanggar pasal 1 GATT Agreement tentang MFN.
Dalam GATT Agreement dan juga dalam prinsip umum WTO, sebuah negara harus
melakukan perlakuan sama terkait perdagangan barang pada negara satu dan negara lain.
Tindakan Indonesia ini berimbas kepada adanya Trade Barrier atau hambatan
terwujudnya tujuan dari WTO yang menginginkan perdagangan internasional yang bebas
dan adil. Penghapusan bea masuk barang dari Korea Selatan itu dilakukan Indonesia
dengan tujuan ingin membuat biaya produksi dan juga harga Mobil Timor lebih murah di
pasaran. Hal ini sangat merugikan investor lain yang bergerak sama dibidang otomotif
khususnya mobil. Ketika biaya produksi murah dan harga juga murah di pasaran,
nantinya terjadi tidak sehatnya persaingan pasar otomotif di Indonesia yang juga
Tindakan pelanggaran prinsip MFN pada pasal 1 GATT yang dilakukan Indonesia
akan menimbulkan dampak buruk pada keuangan negara juga. Ketika Jepang, Amerika
Serikat dan Uni Eropa menang di DSU, Indonesia diwajibkan membayar kerugian
perdagangan yang diakibatkan oleh Indonesia itu sendiri. Pembayaran kerugian yang
dilakukan Indonesia ini merupakan penerapan prinsip retaliasi atau pembalasan oleh
Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa kepada Indonesia karena telah mengakibatkan
9
2. Prinsip National Treatment atau Perlakuan Nasional
Prinsip National Treatment merupakan salah satu prinsip non discrimination dalam
GATT 1994. Prinsip ini tercantum dalam pasal III GATT 1994. Sebagai prinsip yang
ada dalam hukum perdagangan dunia, makna yang mendasari prinsip national treatment
itu sendiri tetap tidak terlepas dari makna yang mendasari prinsip national treatment
kewajiban dari suatu ngara kepada WNA di dalam negeri. Berkenaan dengan hal ini,
GATT mencantumkan prinsip national treatment ke dalam pasal III ketentuannya yang
mana diantarannya terdiri dari 10 ayat yang saling berkorelasi antara satu dengan yang
lainnya. Prinsip national treatment yang diterapkan oleh GATT dalam hal ini, sesuai
dengan bidang GATT itu sendiri, berlaku bagi suatu barang atau produk sehingga
prinsip national treatment dalam GATT adalah lebih mengarah kepada perlakuan yang
diberikan terhadap baik barang produksi domestic atau dalam negeri dan terhadap
Pasal III GATT tentang National Treatment pada dasarnya lebih mengarah
“The contracting parties recognize that internal taxes and other internal
charges, and laws, regulations and requirements affecting the internal sale,
1
0
Prinsip National Treatment pada dasarnya adalah mengenai pemberian “perlakuan
yang sama”. Berkenaan dengan hal mendasar tersebut, “perlakuan yang sama” yang
tersirat dalam ketentuan pasal III:I GATT ditunjukan dalam bentuk memberikan
perlindungan yang sama atau setara terhadap produk domestic dan produk impor.
Perlindungan yang sama ini dilakukan dengan cara tidak melakukan tindakan tindakan
internal baik terhadap produk domestic dan atau pun terhadap produk impor sebagai
jaaln atau dengan tujuan untuk lebih memproteksi produk domestic itu sendiri.
“The products of the territory of any contracting party imported into the territory
internal taxes or other internal charges of any kind in excess of those applied,
1.”
Pasal III:2 GATT melengkapi ketentuan pasal III:I GATT sehubungan dengan
tindakan internal berupa pengenaan pajak dan biaya-biaya pungutan lain terhadap suatu
produk baik impor maupun domestic. Produk sejenis berdasarkan pasal III;2 GATT tidak
cukup hanya dipahami dengan pemahaman sebatas produk yang sama “secara fisik” saja.
Dalam kasus mobil Timor ini Indonesia sebagai negara produsen mobil Timor
mobil mewah kepada produsen mobil local dengan syarat memakai bahan-bahan dan
suku cadang dari dalam negeri sebesar 60 persen ini dinilai sebagai tindakan
1
1
diskriminataif terhadap produk otomotif import lain. Indonesia dituduh terkesan
melindungi produk mobilnya sendiri agar menguasai pasar otomotif dalam negeri dengan
melakukan kebijakan pengapusan pajak mewah tersebut. Dalam pasal 3 ayat 2 GATT,
pemberian pajak dalam negeri harus diberikan sema kepada produk domestic dan produk
impor baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini jelas sekali melanggar prinsip
pembahasan mengenai MFN diatas. Melindungi produk local itu boleh apabila diperlukan
dan penting namun harus diberitahukan kepada forum negara naggota WTO dengan
alasan yang jelas terkait pemberian perlindungan itu. Kebijakan pemerintah Indonesia
terkait pembebasan pajak dan juga terkait kandungan local itu bukan lah merupakan
tindakan pembenar sebagai alas an produk local bersaing dengan produk import.
Seharusnya upaya pemerintah terhadap produk local agar dapat bersaing denan produk
asing adalah dengan melakukan peningkatan standard dan juga kualitas mobil timor itu.
Prinsip perlakuan nasional atau National treatment ini dapat di aplikasikan melalu
regulasi atau peraturan dari negara pengimpor sehingga dapat menimbulkan keadaan
yang seimbang antara produk local dan import. Untuk pemilihan barang local maupun
impor itu diserahakan kepada pasar yang dimana dalam hal ini adalah masyarakat
konsumen produk otomotif. Masyarakat atau konsumen ini yang memilih apakah kualitas
adalah merupakan kesaslahan fatal. Dua prinsip itulah yang membentuk WTO sendiri dan
1
2
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) GATT 1947 mengenai General Favoured Nation
anggota WTO. Maksud dari prinsip ini adalah apabila suatu negara pertama (pengimpor)
(pengekspor), maka kemudahan serupa harus pula diberikan kepada negara ketiga,
keempat, dan seterusnya (pengekspor lainnya). Berdasarkan kasus mobil Timor antara
Indonesia sebagai negara pengimpor melakukan diskriminasi kepada produsen mobil lain
khususnya Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat dengan cara membebaskan bea
masuk kepada Korea Selatan saja karena Mobil Timor sebagai rencana mobil nasional
bekerjasama dengan produsen mobil Korea Selatan yaitu KIA. Adanya perlakuan khusus
impor mobil dari KIA Motor Korea berupa perlakuan bebas tariff masuk barang impor
yang hanya memberi keuntungan pada satu negara. Perlakuan tersebut melanggar pasal
10 GATTAgreement tentang non tariff measures dan juga melanggar pasal 1 GATT
Agreement tentang MFN. Penghapusan bea masuk barang dari Korea Selatan itu
dilakukan Indonesia dengan tujuan ingin membuat biaya produksi dan juga harga Mobil
Selain itu terhadap prinsip lain yakni mengenai National Treatment. National
Treatment pada dasarnya adalah mengenai pemberian “perlakuan yang sama”. Berkenaan
dengan hal mendasar tersebut, “perlakuan yang sama” yang tersirat dalam ketentuan pasal
III:I GATT ditunjukan dalam bentuk memberikan perlindungan yang sama atau setara
1
3
terhadap produk domestic dan produk impor. Perlindungan yang sama ini dilakukan
dengan cara tidak melakukan tindakan tindakan internal baik terhadap produk domestic
dan atau pun terhadap produk impor sebagai jaaln atau dengan tujuan untuk lebih
memproteksi produk domestic itu sendiri. Mengenai Pasal III:2 GATT melengkapi
ketentuan Pasal III:I GATT sehubungan dengan tindakaninternal berupa pengenaan pajak
dan biaya-biaya pungutan lain terhadap suatu produk baik impor maupun domestik.
fasilitas penghapusan bea masuk dan penghapusan pajak barang mewah hanya
4.2 SARAN
Kami sebagai penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan ke depannya.
1
4