Anda di halaman 1dari 11

PERJANJIAN UMUM TARIF DAN PERDAGANGAN

“GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE /


GATT”

DISUSUN OLEH:
1. DELTA DWI BHAKTI (BBA 117 110)
2. ERLINA HERAWATIE (BBA 117 211)
3. KRISTINA (BBA 117 309)
4. NAFTALI (BBA 117 097)
5. PUJI LESTARI (BBA 117 146)
6. YUNITA NOER LAELY (BBA 117 196)
7. RISMA WATI (BBA 117 261)
8. SISKA (BBA 117 308)
9. SULTAN MAHA PUTRA (BBA 117 090)
SEJARAH BERDIRINYA GATT

Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (General


Agreement on Tariffs and Trade atau GATT) adalah
perjanjian perdagangan multilateral dengan tujuan
menciptakan perdagangan bebas, adil, dan membantu
menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
guna mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
GATT ditandatangani oleh 23 negara di Jenewa,
Swiss, pada tanggal 30 Oktober 1947 dan mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1948. Negara-negara ini
membuat dan merancang piagam organisasi
perdagangan internasional (International Trade
Organization) yang pada waktu direncanakan sebagai
suatu badan khusus PBB.
GATT berlaku hingga penandatanganan Perjanjian Putaran
Uruguay oleh 123 negara di Marrakesh, Maroko, pada tanggal
14 April 1994, yang menetapkan berdirinya
Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau
WTO) pada tanggal 1 Januari 1995.

Naskah asli GATT (GATT 1947) masih berlaku dalam


kerangka kerja WTO, berdasarkan perubahan GATT 1994.
Untuk mewujudkan jaminan agar perdagangan antar negara
dapat berjalan baik, GATT mengatur ketentuan mengenai
pengikatan tarif bea masuk (tarif binding) yang diberlakukan
negara-negara peserta.
Perundingan multilateral yang diadakan oleh
GATT dibidang perdagangan, yaitu:
1. PUTARAN JENEWA 2. PUTARAN ANNECY
(1947) (1949)

3. PUTARAN 4. PUTARAN JENEWA II


TORQUAY (1951) (1956)

5. PUTARAN DILLON 6. PUTARAN KENNEDY


(1960 – 1961) (1964 – 1967)

7. PUTARAN TOKYO 8. PUTARAN URUGUAY


(1973 – 1979) (1986)
TUJUAN DAN FUNGSI GATT

Empat tujuan penting yang hendak dicapai GATT:
1. Meningkatkan taraf hidup umat manusia;
2. Meningkatkan kesempatan kerja;
3. Meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam
dunia; dan
4. Meningkatkan produksi dan tukar menukar
barang.
Fungsi GATT meliputi:
1. Forum konsultasi negara-negara anggota dalam
membahas dan menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul di bidang perdagangan internasional.

2. GATT juga berfungsi sebagai forum penyelesaian


sengketa di bidang perdagangan antara negara-
negara peserta.

3. GATT juga merupakan forum untuk mengajukan


keberatan dari suatu negara yang merasa dirugikan
atau mendapat perlakuan yang tidak adil dari
negara peserta yang lain di bidang perdagangan.
PRINSIP – PRINSIP GATT

Untuk mencapai

tujuan-tujuannya, GATT
berpedoman pada lima prinsip utama, yaitu:

1. PRINSIP MOST FAVOURED-NATION

2. PRINSIP NATIONAL TREATMENT

3. PRINSIP LARANGAN RESTRIKSI


(PEMBATASAN) KUANTITATIF
4. PRINSIP PERLINDUNGAN MELALUI
TARIF

5. PRINSIP RESIPROSITAS
KEUNTUNGAN GATT

1. Perundingan perdagangan memungkinkan para pihak
secara bersama-sama dapat memecahkan masalah-masalah
perdagangan yang cukup luas;
2. Negara-negara sedang berkembang dan negara-negara
kurang maju akan lebih memiliki kesempatan yang lebih
luas dalam membahas sistem perdagangan multilateral
dalam lingkup suatu perundingan dan akan lebih
menguntungkan negara-negara sedang berkembang
dibandingkan apabila mereka berunding langsung dengan
negara-negara maju; dan
3. Para pihak akan lebih mudah membahas
komitmen- komitmen perdagangan di suatu
putaran perundingan daripada membahasnya
dalam lingkup bilateral.

4. Dalam merundingkan sektor perdagangan dunia


yang sensitif, pembahasan atau perundingan akan
relatif dapat lebih mudah dalam konteks suatu
forum yang sifatnya global. Misalnya adalah
pembahasan isu pertanian dalam Perundingan
Uruguay.
IMPLIKASI GATT PADA KEGIATAN
EKSPOR, IMPOR NEGARA INDONESIA

Keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan GATT akan
memungkinkan terbukanya peluang pasar internasional yang
lebih luas, serta mendapatkan perlindungan multilateral yang
lebih baik bagi kepentingan nasional dalam perdagangan
internasional, khususnya dalam menghadapi mitra dagang.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, mendapat
perlakuan khusus oleh GATT yaitu negara berkembang
memperoleh kondisi lebih menguntungkan dalam upaya
mereka memasuki pasar dunia bagi produk-produknya. Negara-
negara maju tidak boleh menerapkan hambatan terhadap ekspor
komoditi primer dan produk lain
Prinsip-prinsip yang tertuang dalam GATT tidak
melarang tindakan proteksi terhadap industri domestik,
tetapi proteksi demikian hanya boleh dilakukan melalui
proteksi tarif dan bukan melalui tindakan seperti larangan
impor atau kuota impor.

Untuk melindungi industri yang masih dalam tahap


pertumbuhan, GATT mengijinkan suatu negara untuk
melarang impor atau tidak memberlakukan konsesi tarif
yang diberikannya dalam kerangka GATT untuk selama
jangka waktu tertentu. Tindakan tersebut dapat dilakukan
apabila negara yang bersangkutan tidak mempunyai
pilihan lain dalam menghadapi lonjakan produk impor
sehingga mengakibatkan kesulitan terhadap industri
dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai