KAJIAN PUSTAKA
1. Sejarah GATT
dalam keadaan yang tidak menentu, banyak peringkat dari subsistem yang
Monetary Fund (IMF) dalam waktu yang relatif singkat.20 Begitu pula
17
H. S. Kartadjoemena, 2002. GATT dan WTO : Sistem, Forum, dan Lembaga
Internasional di Bidang Perdagangan(selanjutnya disebut Buku II) Jakarta: UI Press, hlm. 33.
18
ibid
19
ibid., hlm. 34
20
ibid
16
telah mendirikan Bank Dunia atau International Bank for Recontruction and
Development (IBRD). Bank dunia juga didirikan secara bersamaan pada tahun
terlampau lancar.22
21
ibid
22
ibid
23
Hendra Halwani.2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hlm. 340.
17
mana benih sejarah pembentukan GATT sebenarnya berawal dari waktu
1941.24
maka pada tahun 1947 GATT menjadi satu-satunya lembaga yang beroperasi
GATT dibentuk pada Oktober tahun 1947. lahirnya WTO pada tahun
1994 membawa perubahan yang sangat penting bagi GATT. Pertama, WTO
mengambil alih GATT dan menjadikannya salah satu lampiran aturan WTO.
18
Monetary Fund (IMF), International Bank for Reconstruction and
tergabung dalam GATT. Hingga tahun 1994, ketika Putaran Uruguay telah
hanya merupakan salah satu dari Chapters yang direncanakan menjadi isi
GATT yang berlaku sejak 1948 bukanlah suatu organisasi dan hanya
Dokumen utama GATT yang berjudul The General Agreement on Tariffs and
Trade terdiri atas 4 bagian dan 38 pasal. Tujuan dari persetujuan GATT ini
aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi
28
Ratya Anindita & Michael R.Reed, 2008, Bisnis dan Perdagangan Internasional, CV.
Andi Offset. Yogyakarta, hlm.67.
29
Christhophorus Barutu. Ketentuan Antidumping Subsidi dan Tindakan Pengamanan
(Safeguard) Dalam GATT dan WTO. hlm 7
19
perdagangan yang berkelanjutan di dalam penanaman modal, lapangan kerja
Selain itu, ada tiga fungsi utama GATT dalam mencapai tujuannya,
30
Huala Adolf, A. Chandrawulan.1994. Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan
Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 1.
31
Ibid. hlm. 4
32
Christhophorus Barutu, op. cit., hlm. 10.
20
b. Putaran Kennedy tahun 1964-1967 diikuti oleh 62 negara peserta
dan jasa.
untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas
2. Prinsip-prinsip GATT33
33
Huala adolf. 2014, hukum perdagangan internasional. Jakarta. Rajawali Press. hal 108
21
1. Prinsip Most-favoured-Nation
Prinsip most favoured nation ini termuat dalam pasal 1 GATT. Prinsip
kebijakan ekspor dan impor serta yang menyangkut biaya biaya yang
lainnya.34
berasal atau yang diajuakan kepada semua anggota GATT. oleh karena itu,
jasa (GATS).
Pendek kata, semua negara harus diperlakukan atas dasar yang sama
34
Olivier Long dalam Huala Adolf. 2014. hukum perdagangan
internasional.Jakarta.Rajawali Press.hal 108
22
ekspornya maupun di negara-negara anggota lain. Namun demikian, ada
itu sendiri dan sebgian lagi ada yang ditetapkan dalam putusan-putusan
23
pengecualian dengan menggunakan alasan ‘penanggalan’
yang sulit.
35
Gunter Jaenicke, dalam. dalam Huala Adolf.2014. hukum perdagangan
internasional.Jakarta.Rajawali Press. hal 110
24
Dalam tahun-tahun belakangan ini, cukup banyak anggota GATT
perdagangan ini dilakukan untuk menghindari salah satu isu yang cukup
VERs adalah cara ‘halus’ negara maju untuk menekan negara sedang
produk tekstil kedalam pasar dalam negerinya, negara maju secara halus
jumlah tertentu saja. Dalam hal ini, negara maju menenkankan bahwa
prinsif ini, produk dari suatu negara yang diimpor kedalam suatu negara
harus diperlakukan sama seperti halnya produk dalam negeri.36 prinsip ini
sifatnya berlaku luas. prinsip ini juga berlaku terhadap semua macam pajak
36
Olivier Long dalam Huala Adolf.2014. hukum perdagangan
internasional.Jakarta.Rajawali Press.hal 111
25
memberikan perlindungan terhadap proteksionisme sebagai akibat atau
yang kelak lahir dalam putaran Uruguay. Misalanya, prinsip ini tercantum
dalam pasal 3 perjajian TRIPS. Kedua prisip INI diberlakukan pula dalam
yang sama (MFN treatment) terhadap jasa-jasa atau terhadap pemberi jasa
tinjau setiap lima tahun. pembebasan dari kewajiban MFN hanya boleh
terhadap jasa-jasa atau kegiatan jasa-jasa tertentu. oleh karena itulah prisip
37
Ibid
26
natioanal treatment atau perlakuan nasional ini pada umumnya hasil dari
ekspor dan impor dalam bentuk apa pun ( misalnya dalam pembatasan kuota
ekspor atau impor), pada umumnya dilarang (pasal IX). hal ini disebabkan
namun demikian, tektil, logam, dan beberapa produk produk tertentu, yang
27
Meskipun demikian, restriksi tersebut tidak boleh diterapkan di luar
dibutuhakan kembali.
terhadapp indutri domestik melalui tarif (menaikan tingkat tarif bea masuk)
measures).
28
yang sehat. Sebagai kebijakan untuk mengatur masuknya barang ekspor dari
luar negeri, pengenaan tarif ini masih diperbolehkan dalam GATT. Negara-
kepada GATT/WTO.
terhadap suatu produk tertentu. tingkat tarif ini menjadi komitmen negara
tersebut yang siftanya mengikat. oleh karena itu suatu negara yang telah
XXVII).
merupakan salah satu pekerjaan GATT (yang sekarang juga dilanjutkan oleh
WTO). Tujuan GATT dalam hal ini adalah berupaya menurunkan tingkat
29
5. Prinsip Resiprositas
tarif yang didasarkan atas timbal balik dan menguntungkan kedua belah
pihak.
negara yang sedang berkembang yang masih berada pada tahap awal
tahun 1965, suatu bagian baru yaitu part IV yang memuat tiga pasal (pasal
untuk menikmati akses pasar yang lebih menguntungkan. bagian ini juga
industri juga mau menerima bahwa mereka tidak akan menerima balasan
berkembang.
30
Pada waktu putaran tokyo 1979 berakhir, negara-negara sepakat dan
Tujuan utama GATT-WTO yang utama dapat dilihat dengan jelas seperti
38
ibid. hal 98
39
ibid
31
a. Sebagai perangkat ketentuan atau aturan multilateral yang mengatur
32
WTO didirikan negara anggotanya dengan maksud dan tujuan
ekonomi yang berbeda. Dalam mengejar tujuan-tujuan ini diakui adanya suatu
40
Hira Jhamtani, 2005 WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga, Yogyakarta: INSIST
press, hal. 3.
33
terkait dengannya.41 Persetujuan tersebut merupakan kontrak antar negara-
utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir
perdagangan): (a) Most favoured nation (MFN): treating other people equally,
berkembang).
41
Hata. 2006. Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT dan WTO Aspek-Aspek
Hukum dan Non Hukum. Bandung: Refika Aditama, hal. 88.
42
www.wto.org Understanding the WTO: Principles of the Trading System, World Trade
Organization. diakses tanggal 1 Mei 2017.
34
1) Trade Without Discrimination (Prinsip Non-Diskriminasi dalam
Perdagangan)
bagi tiga perjanjian WTO, yaitu GATT (artikel 1), GATS (artikel
b) National treatment
ini meliputi bidang jasa, merek, undang-undang hak cipta dan hak
43
Hata. Op. Cit., hal. 55.
35
perjanjian WTO yaitu GATT (artikel 3), GATS (artikel 17) dan
impor.
44
ibid
36
4) Promoting Fair Competition (Mendorong Persaingan Dagang Yang
Adil)
perdagangan lainnya.
dan berkembang)
37
Selain prinsip-prinsip perdagangan dalam WTO yang telah disebutkan di
pasar negara lain (seperti penurunan tarif), negara tersebut harus siap pula
bagian dari satu kesatuan utuh yang tidak bisa dibagi-bagi atau disetujui
hanya sebagiannya saja.” Prinsip ini dikenal juga sebagai konsep “nothing
perdagangannya.
45
Mochamad Slamet Hidayat. Sekilas WTO (World Trade Organization). Edisi Keempat,
(Jakarta: Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI Direktorat Jenderal
Multilateral Departemen Luar Negeri, tanpa tahun), hal. 6.
46
ibid
47
ibid
38
2. Struktur Organisasi Dalam WTO
Sebagai suatu organisasi permanen peranan WTO akan lebih kuat dari
pada GATT selama ini. hal ini tercermin dalam struktur organisasi yang
perdagangan barang.
perdagangan jasa.
48
Syahmin AK., 2006. Hukum Dagang Internasional Dalam Kerangka Studi
Analitis.Jakarta; Raja Grafindo Persada.
39
e. Coucil for trade related aspecs of intellectual property rights
40
c) menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya,
pun investasi nasional untuk dilaksanakan dan menjadi acuan oleh parapelaku
49
Ibid. hlm 228
41
semakin terasa pengaruhnya atas pelaksanaan tindakan-tindakan pengusaha
internasional.50
pihak. Di dalam GATT tidak mengenal istilah ganti rugi atau penyitaan karena
sebagaimana diatur dalam Pasal XXIII. Dari ketentuan tersebut, dapat ditarik
yaitu sebab-sebab terjadinya kerugian yang diderita oleh suatu negara dan
unsur akibat yang secara definitif ditentukan oleh GATT. Prosedur pe-
nyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam Pasal XXII dan Pasal XXIII,
WTO, memuat sekitar tiga puluh bentuk, terasuk beberapa kewenangan untuk
50
Ibid.
51
Ibid. hlm 229
42
melakukan tindakan sepihak dari peserta yang dirugikan. Misalnya,
sebagaimana dicantumkan dalam Pasal VII, peserta GATT dapat diminta untuk
sebagaimana diatur dalam Pasal XXII dan Pasal XXIII, merupakan pasal utama
berikut.53
précis rules, and although the procedures ofGATT tended to reinforced that
views during the first decades of its existence, in recent its institutional
compliance with rules. Rule departures (breach) have in some cases become so
frequent and so tolerant that the rules are now simply traps for the unwary in
expert, or naive."
52
Ibid.
53
Ibid. hlm 230
43
penerapan disiplin dan fungsi WTO secara efektif. Di bawah WTO hanya ada
Jadi dalam hal ini DSB mempunyai otoritas untuk menentukan Panels
yang biasa di sebut DSU. Subtansi ketentuan yang ada dalam DSU merupakan
interpretasi dan implementasi dari ketentuan pasal IIII GATT 1947 dan badan
sengketa dagang melalui jalur ini dan semua negara anggota tidak
54
ibid. hlm 252
55
Ade Maman Suherman., 2014. Hukum perdagangan internasional lembaga
penyelesaian sengketa WTO dan negara Berkembang. Jakarta; sinar grafika. hal 55
44
diperbolehkan mengambil tindakan secara sepihak (Unilateral) yang akan
Berdasarkan pasal 3 DSU dapat diketahui tugas utama dari DSB adalah
sebagai berikut.57
publik.
3. Menjamin solusi yang positif dan diterima oleh para pihak dan konsisten
agreement (coveredagreement)58.
consensus artinya DSB harus dianggap mengambil suatu putusan jika tidak ada
Dengan kata lain pembentukan panel dan pengadopsian laporan panel dapat
56
ibid hal 56
57
ibid
58
Coveredagrement terdiri atas dua macam agreement: pertama adalah multulateral trade
agreement yang meliputi: trade in goods, general agreement on trade on sevices, TRIPS,
understanding on rules and procedures governing the settement dispute, Kedua adalah plurilateral
trade agreement yang meliputi: tradein Civil Aircraft, agreement on Goverment procurement,
international Dairi Agreement dan international Bovine Agreement.
45
secra otomatis berjalan, kecuali ada penolakan dari seluruh anggota WTO.59
hukum banding ini baru ada sejak WTO berdiri dimana sebelumnya dalam era
a. Konsultasi (Consultations)
59
ibid hal 57
60
ibid
61
Syahmin Ak., Op. Cit., hal. 253
46
alasan permohonan konsultasi termasuk dasar-dasar hukum untuk
pengaduan. Bila konsultasi gagal dan kedua belah pihak setuju , masalah
ini dapat diajukan kepada direktur jendral WTO yang akan siap
sengketa.
diadakan konsultasi dalam waktu sepuluh hari atau jika konsultasi gagal
panel selambat lambatnya pada sidang kedua dari permintaan panel. jika
yang digugat tidak boleh menghalangi pemkbentukan panel. dalam hal ini
penalis dalam watu dua puluh hari dari pembentukan panel, Direktur
Jendral melakukan konsultasi kepada ketua DSB dan ketua dewan akan
bersangkutan.
47
c. Prosedur prosedur Panel (panels Procedures)
laporan kepada para pihak yang bersengketa tidak boleh lebih dari enam
bulan. dalam hal brang barang yang mudah rusak, waktu dapat dipercepat
menajdi tiga bulan. apabila tidak ada masalah, watu pembentukan panel ke
sirkulasi laporan kepada anggota tidak boleh lebih dari sembilan bulan.
oleh DSB dalam waktu enam puluh haridari pengeluaran. jika tidak, suatu
laporan panel lebih cepat dua puluh hari setelah laporan tersebut di
suatu badan peninjau (Appellate Body) yang dibentuk oleh DSB. Badan ini
WTO yang akan melayani dalam termin empat tahun. mereka merupakan
48
orang yang ahli di bidang hukum dan perdagangan internasional, dan tidak
dari 60-90 hari. Tiga puluh hari setelah pengeluaran, laporan dari
Appellate Body harus diterima oleh DSB dan tanpa syrat diterima oleh
f. Implementasi (Implementation)
DSB berlangsung dalam waktu tiga puluh hari dari adopsi panel, pihak
Bila hal itu gagal dalam waktu yang telah ditentukan itu, diwajiibkan
kompensasi yang dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa. jika
dalam dua puluh hari tidak ada konpensasi yang memuaskan yang dapat
49
menangguhkan konsesi-konsesi atau obligasi-obligasi terhadap pihak
arbitrase. Hla ini akan diselesaikan oleh anggota-anggota panel yang asli.
Bila hal ini tidak memungkinkan dilakukan oleh arbitrator yang ditunjuk
oleh Direktor Jendral WTO. Arbirtase harus selesai dalam waktu enam
puluh hari dari batas waktu “reasonable period of time”, dan hasil
1. Pengertian Dumping
perdagangan baik yanng berbentuk tarif maupun non tarif dihapuskan. Dengan
50
the World Trade Organization sebagaimana diwujudkan dalam Undang undang
negara untuk menjual produk di luar negeri dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan terhadap harga jual produk itu didalam negeri itu sendiri, dan
jujur. Menurut Sumadji P, Yudha Pratama dan Rosita, Dumping adalah politik
ekonomi yang dilakukan suatu negara untuk menjual hasil produksinya di luar
negeri dengan harga lebih murah daripada penjualan dalam negeri, dengan
kepada pembeli pada pasar yang dituju. kedua, adanya peluang, pada kondisi
62
Sumadji. P, Yudha Pratama dan Rosita, 2006, Kamus Ekonomi Edisi Lengkap Inggris-
Indonesia, Cet. I, Wacana Intelektual, Jakarta, h. 265.
51
kesempatan bersaing dan pertumbuhan jangka panjang yang lebih baik dengan
dari suatu produk dilakukan melampaui suatu kewajaran secara merugikan atau
diartikan sebagai system penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah
banyak dengan harga yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pemb elian
di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasar luar
penjualan suatu komoditi di suatu pasar luar negeri pada tingkat harga yang
lebih rendah dari nilai yang wajar, biasanya dianggap sebagai tingkat harga
yang lebih rendah dari pada tingkat harga di pasar domestiknya, atau negara
internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar, atau lebih rendah dari
pada harga barang tersebut di negerinya. sendiri, atau dari pada harga jual
63
Ida Bagus Wyasa Putra, 2008, Aspek-aspek Hukum Perdata Internasional Dalam
Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, hlm 13
64
Ibid
65
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta; Balai Pustaka, hal 246.
52
kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat
curang dalam bentuk diskriminasi harga, yaitu suatu produk yang ditawarkan
di pasar negara lain lebih rendah dibandingkan dengan harga normalnya atau
tentang dumping tersebut di atas dapat disebutkan bahwa unsur unsur dumping
adalah :
2. harga jenis barang yang dijual di luar negeri tersebut lebih rendah
Praktek Dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair karena bagi
usaha atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir
barang-barang dari pengekspor yang harganya jauh lebih murah dari pada
66
Elips, 1997, Kamus Hukum Ekonomi, Jakarta, hal. 105.
67
AF. Elly Erawaty dan J.S. Badudu, 1996. Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia.
(Jakarta, Proyek ELIPS, hal.39.
53
barang dalam negeri akan mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing
sehingga pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri,
tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa praktek dumping ini sudah banyak
sebagai barang dumping dijual keluar negeri jauh dibawah harga dari barang di
Dumping yang di larang oleh GATT adalah dumping yang dapat memberikan
kerugian materil, baik terhadap industri yang sudah berdiri (to an established
acuan bagi GATT 1947 untuk melarang tindakan dumping, yaitu dumping
yang di lakukan oleh suatu Negara dengan di bawah harga normal atau “less
than fair value” yang di anggap dapat menimbulkan kerugian materil “material
68
Barutu christhophorus, 2007.ketentuan antidumping, subsidi, dan tindakan pengamanan
(safe guard) dalam GATT dan WTO, cet 1, Bandung, Citra Aditya Bakti.hlm. 39
69
ibid. hlm. 40
70
Lusy k.f.r. Gerungan. kajian yuridis kebijakan antidumping dalam perdagangan
internasional. Jurnal Hukum. hlm. 138
54
Selanjutnya, diuraikan tentang pengertian “less than fair value” (LTFV)
atau dibawah harga normal, yaitu jika harga ekspor produk yang diekspor dari
suatu Negara ke Negara lain kurang dari harga saing (comparable price), yang
berlaku dalam pasar yang wajar (in the ordinary course of trade), bagi produk
sejenis (like product) itu ketika di peruntukan bagi konsumsi di Negara yang
yang mengimpor. Jika dalam hal tidak terdapat harga domestik, kurang dari
harga saing tertinggi (highest comparable price) dari barang sejenis yang
diekspor ke Negara ketiga dalam pasar yang wajar atau dengan biaya produksi
di Negara asal di tambah jumlah yang sepantasnya untuk biaya penjualan dan
keuntungan.71
margin of dumping (batas harga dumping) di hitung dari selisih harga normal
dengan harga LTFV dengan mengikuti ketentuan dalam pasal VI ayat (1)
a) Selisi antara harga normal dan harga LTFV di pasar domestik Negara
tujuan ekspor ;
b) Selisi harga normal dengan harga LTFV di pasar Negara ketiga jika
71
Barutu christhophorus. Op. cit, hlm. 41
72
ibid. hlm 41-42
55
Dalam batas harga Dumping ketentuan berlakunya suatu kebijakan batas
harga Dumping di lihat dari margin dumpingnya. Pada dasarnya Dumping tidak
pada pihak lain, dapat dilawan dengan aturan negara tersebut berupa tindakan
2. Jenis-jenis Dumping
Menurut Robert Willig ada 5 tipe dumping yang dilihat dari tujuan
rendah.
2. Cyclical Dumping
73
Djoko Hanantijo, MM. Jurnal. Praktek Dumping. Universitas Surakarta.
56
Motivasi Dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal
yang luar biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi
4. Strategic Dumping
pasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik tiap
5. Predatory Dumping
57
terburuk dari Dumping jenis ini adalah matinya perusahan-perusahaan
lintas batas negara yang semakin pesat dan melindungi semua pihak dari akibat
meyatakan,74
impor, untuk mengimbangi subsidi barang impor yang diberikan oleh negara
74
Ida Bagus Wyasa Putra., Op.,Cit hal 14
75
Dumping menurut pasal VI GATT (ayat 1) diartikan sebagai, produk disuatu negara
(amggota) dipasarkan di pasaran anggota lainya dengan harga lebih rendah dari harga produksi
normal (normal value of the products). Lebih rendah dari nilai produksi normal dari nilai produksi
normal barang produksi (at les than its normal value) diartikan sebagai suatu kondisi jika barang
yang diekpor itu, pertama lebih rendah dari harga umum yang berlaku (less than comparable
price) untuk barang yang sejenis, dan barang itu diperuntukan sebagai barang konsumsi di negara
ekportir; Kedua, dalam hal tidak ditentukanya harga domestik oleh negara importir, haraga barang
itu lebih rendah dari, a. harga umum tertinggi yang berlaku untuk barang sejenis yang ditujukan
sebagai barang ekpor yang juga di ekpor ke negara ekportir lainya; b. biaya produksi barang
bersangkutan di negara asal setelah ditambah dengan biaya penjualan dan keuntungan yang
rasional.
58
itu atau, kedua, pembebanan bea khusus terhadap barang impor, untuk
diberikan, atau dalam hal Anti-dumping duties, harus setara dengan selisih
antara harga ekspor dengan nilai wajar yang berlaku di negara pengekspor.77
4. Pengertian Anti-dumping.
internasional.
dalam mewujudkan perdagangan yang jujur dan fair merupakan tuntutan yang
sangat penting yang tidak boleh di abaikan. Masalah terbesar yang mudah di
identifikasi dan paling sering terjadi adalah justru terkait dengan pelanggaran
prinsip kejujuran dan fair yang mengakibatkan terjadinya praktek dagang yang
76
Ibid
77
Ibid hal 15
59
tidak sehat (unfair trade practices) dalam melaksanakan aktifitas perdagangan
internasional.78
internasional, perlu ada dasar ketentuan yang dapat mengatur hal tersebut.
internasional, tidak menjadi atau tidak di curangi sebagai barang dumping yang
dapat merugikan ekonomi suatu Negara. GATT dan WTO telah mengeluarkan
ketentuan yang dapat di ambil sebagai kebijakan yang dapat menjadi benteng
sendiri.79
78
Barutu Christhophorus, Op. cit, hal 37
79
Lusy k.f.r. Gerungan. Op. cit, hlm. 137
60
negara pengimpor terhadap barang dumping yang merugikan industri dalam
prevent dumping, a contracting party may levy on any dumped product an anti-
tindakan curang dalam bisnis internasional. Karena hal itu maka dibentuklah
(1962-1967).
mengatur tentang ketentuan yang mendasar pada praktik dumping itu sendiri,
tidak baik bagi perekonomian internasional, di mana praktik itu sendiri adalah
80
Sukarni.2002.regulasi anti dumping dibawah bayang-bayang pasar bebas. jakarta: Sinar
Grafika. hal. 28.
81
Ida Bagus Wyasa Putra, 2008, Aspek-aspek Hukum Perdata Internasional Dalam
Transaksi Bisnis Internasional, Refika Aditama, Bandung, hlm. 14.
61
bagian dari pelanggaran dalam perdagangan internasional. Dalam hal ini
negeri. Mengenal dumping itu sendiri adalah suatu keadaan di mana barang-
barang yang di ekspor oleh suatu Negara ke Negara lain Lex Administratum,
dengan harga yang lebih rendah dari harga jual dalam negerinya sendiri atau
Praktek Anti-dumping adalah salah satu isu yang paling penting dalam
diikat (binding tariff) dan pemberlakuannya secara sama kepada semua mitra
barang.83
82
Barutu christhophorus, Op. cit, hal 38
83
Hartati.Jurnal hukum. anti dumping dalam konsep hukum di indonesia. hlm 1
84
ibid, hlm. 28.
62
Suatu barang yang dijual dengan harga Dumping jika ekspor barang tersebut
ke negara lain lebih rendah dari nilai normalnya (yaitu harga jual barang
tersebut dinegara asalnya). Selisih nilai normal terhadap harga ekspor dari
Menurut Fisher, sebagaimana dikutip oleh Sukarni, ada tiga faktor yang
kerugaian antara lain adalah apa motivasi dari eksportir yang memasukan
dumping itu sendiri. faktor yang ketiga adalah dampak dari dumping itu sendiri
terhadap industri dalam negeri baik itu dari segi harga barang maupun pangsa
pasar yang beralih kepada barang ekspor tersebut. faktor yang ketiga adanya
kerugian material dimasa yang akan datang yang akan dialami oleh indusri
dalam negeri, akan terhalang perkembangannya oleh barang impor yang diduga
dumping tersebut.
85
ibid, hlm. 29.
63
tersebut pada umumnya setiap negara anggota GATT yang terkena dumping
negara industri maju sering kali menjadi sumber kerugian dan perdagangan
pasar domestiknya.
tanpa alasan yang patut dan kemudian menolak produk yang berasal dari
importir telah mendekati 2000 kasus dan meliputi berbagai jenis barang ekspor.
4% untuk tektil dan pakaian jadi, 26% untuk logam dasar, dan 38% untuk jenis
produk lainya.87
86
Ida Bagus Wyasa Putra. Op.cit. hlm. 10
87
ibid. hal 16
64
Negara yang paling banyak melakukan tuduhan adalah Australia 33%,
EEC 23%, USA 21,5% kanada 18% dan negara lainnya 5%. komposisi
65