Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH LAHIRNYA

WORLD TRADE ORGANIZATION

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Hukum Perdagangan Internasional.
Dosen : Prof. Dr. H. Hata, S.H.,M.H.
Meliyani Sidiqah, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :

Nama : Elisabeth Fedora


NPM : 17.4301.142
Kelas :B

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG


2020
Sejarah Perkembangan Lahirnya Organisasi Perdagangan
Internasional (World Trade Organization)

A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya Organisasi Perdagangan Internasional yang
dikenal dengan sebutan “World Trade Organization” atau biasa disingkat
“WTO” tidak terlepas dari adanya suatu peristiwa yang diawali dengan
sejarah lahirnya organisasi tersebut. Peristiwa yang menjadikan sejarah
tersebut yaitu peristiwa Perang Dunia II (PD II). Perang Dunia II ini
berlangsung diawali dengan negara sekutu khususnya Amerika Serikat
dan Inggris memprakarsai pembentukan organisasi ekonomi
internasional untuk mengisi kebijakan-kebijakan ekonomi internasional.
Tujuan utama dari prakarsa tersebut untuk mengeluarkan kebijakan “The
Reciprocal Trade Agreement”. Kebijakan tersebut merupakan undang-
undang yang mensyaratkan kewajiban resiprositas atau timbal balik
mengenai pengurangan- pengurangan tarif dalam perdagangan.1
“The Reciprocal Trade Agreement act” tersebut memberikan
kebijakan kepada Presiden untuk melakukan negosiasi penurunan tarif.
Selain itu yang menjadi tujuan lainnya adalah untuk memberikan
kerangka hukum dalam melakukan pencegahan konflik seperti pada saat
peristiwa Perang Dunia I dan Perang Dunia II.2 Saat berlangsungnya
Perang Dunia II seluruh negara menggunakan sistem ekonomi
proteksionistis (kebijakan proteksi) yang mengakibatkan terhambatnya
hubungan ekonomi internasional. Terhambatnya hubungan ekonomi
internasional tersebut memberikan dampak kemorosotan dan resesi
ekonomi di dunia. Oleh sebab itu, dilakukan upaya untuk menata
kembali hubungan ekonomi internasional pada saat menjelang
berakhirnya Perang Dunia II ini. Upaya tersebut dilakukan dengan

1
Huala Adolf, 1998, Hukum Ekonomi Internasional, Rajawali Grafindo. Jakarta, hlm 20
2
Undang-undang pemerintah pusat Amerika Serikat sebagai bentuk amandemen Smooth-
Hawley, mengatur penurunan tingkat tariff sampai dengan 50 % dalam lingkup perjanjian
bilateral.
menyelenggarakan suatu konferensi di Bretton Woods, New Hampshire,
Amerika Serikat. Konferensi ini m e n g h a s i l k an b e b e r a p a l em b a ga
yaitu Recontruction and Development (IBRD) dan the International
Monetary Found (IMF). Konferensi ini ditujukan khususnya untuk persoalan-
persoalan moneter yang menyadari perlunya insiatif-inisiatif pengaturan
mengenai perdagangan barang-barang. 3 Perwujudan dari hal itu dilakukan
dengan melalui pembentukan the International Trade Organization (ITO).
Amerika Serikat merupakan salah satu Negara yang mengusulkan adanya
ITO itu sendiri, alasan kuat yang mendasari munculnya inisiasi dibentuknya
ITO adalah agar menciptakan liberalisasi perdagangan secara bertahap,
memerangi monopoli, memperluas permintaan komoditi dan
mengkoordinasikan kebijakan perdagangan negara-negara.
Pada tahun 1945 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan, ide
pembentuka ITO disambut baik oleh ECOSOC yaitu dewan ekonomi dan
social badan khusus PBB. Dewan tersebut kemudian menyatakan
keinginannya untuk menyelenggarakan adanya suatu konferensi dalam
rangka menyusun piagam internasionl di bidang perdagangan. Salah satu
yang menjadi program kerja yang dilakukan adalah menyelenggarakan
konferensi-konferensi pada tahun 1946 dan 1947. Konferensi ini
diselenggarakan bertujuan untuk merancang suatu Piagam Organisasi
Perdagangan Internasional ITO. Piagam ini berhasil disahkan pada tahun
1948 di Havana. Maka Piagam ini dinamakan Piagam Havana (Havana
Charter) yang disepakati dan ditandatangani oleh 53 negara. Namun tidak
sesuai harapan, sampai pertengahan tahun 1950 negara peserta menemui
kesulitan dalam meratifikasi piagam tersebut. Hal yang menjadi
penyebabnya adalah Kongres Amerika Serikat tidak dapat menyetujuinya
dengan alasan adanya kekhawatiran berkurangnya kewenangan Amerika
Serikat dalam menentukan kebijakan dikarenakan ITO secara organisasi
dianggap tidak pernah lahir dan memerlukan ratifikasi dari negara sebagai
pelaku utama ekonomi dunia.
Dikarenakan Piagam Havana ini masih memerlukan ratifikasi dan

3
Huala Adolf, Op. cit.,hlm. 20.
belum berlaku, untuk mengisi kekosongan hukum perdagangan
internasional tersebut yang dilakukan oleh negara-negara adalah
merundingkan aturan-aturan perdagangan internasional yang kemudian
diwadahi oleh the General Agrement On Tariffs And Trade (GATT) pada
tahun 1947 sebagai payung hukum untuk mengisi kekosongan tersebut.
Pada pertemuan- pertemuan itu telah dirundingkan pembentukan GATT.
Pada mulanya GATT tahun 1947 merupakan suatu persetujuan
multilateral yang mensyaratkan pengurangan secara timbal balik tarif
yang berada dibawah naungan ITO. 4 Dasar dari pemikiran pembentukan
GATT adalah kesepakatan yang memuat hasil-hasil negosiasi negara-
negara dalam hal tarif dan mengenai klausul-klausul perlindungan guna
mengatur komitmen tarif. Kesepakatan-kesepakatan tambahan yang
dibuat GATT berada dibawah Piagam ITO. Pembahasan mengenai
upaya pembentukan ITO kemudian berlanjut dengan diadakannya
pertemuan kedua di Jenewa, Swiss. Dalam pertemuan itu perbincangan
perdagangan beralih menjadi pembahasan mengenai penurunan tarif.
Perbincangan ini dikenal sebagai negosiasi tahap pertama (first round)
5
yang menghasilkan seperangkat aturan perdagangan. Dari hasil
pertemuan tersebut dikenal sebagai the General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 1948.6
Oleh sebab Piagam Havana ini masih belum diratifikasi, maka hal ini
yang menyebabkan pada akhirnya ITO tidak dapat terwujud. Setelah itu
GATT dinyatakan sebagai ”organisasi” internasional yang diberlakukan
”Protocol of Provisional Application” dan menerapkan GATT sebagai
perjanjian internasional yang mengikat.7 GATT 1947 sebenarnya tidak
sah secara organisasi karena tidak mempunyai anggaran dasar yang
memuat struktur organisasi dan tidak ada ketentuan-ketentuan yang

4
Huala Adolf, hlm 21
5
J.H.H. Weiler, S. Cho & I. Feichtner. 2011. International and Regional Trade Law:The
Law of the World Trade Organization.New York: New York University. Hal.23
6
Perjanjian Akhir yang disepakati ada tiga yakni kesepakatan umum (General Agreement),
Jadwal Negosiasi Konsesi Tarif (Schedules of Tariff Concessions) dan Protokol Aplikasi
Provosional (Protocol of Provisional Application).
7
Ibid
mengatur hukum formil sebagai suatu organisasi. Tahun-tahun pertama
GATT diwarnai dengan berbagai macam forum negosiasi, diikuti
dengan perubahan-perubahan perjanjian pada tahun 1950-an. Mulai
pertengahan pada tahun 1960 dilakukan serangkaian putaran
perundingan perdagangan multilateral Multilateral Trade Negotiations
(MTNs) yang secara bertahap memperluas cakupan GATT dalam
kebijakan non-tariff yang lebih besar. Tujuh putaran MTN telah
dilakukan dalam kerangka GATT yaitu Putaran jenewa (1947), Putaran
Annecy (1949), Putaran Torquay (1951), Putaran Jenewa (1956),
Putaran Dillon (1960-1961), Putaran Kennedy (1964-1967),dan Putaran
tokyo (1973-1979). Lima putaran pertama MTN membahas topik khusus
mengenai tariff. Sejak Putaran Kennedy, topik perundingan selain tarif
juga membahas tentang restriksi perdagangan non tarif dan masalah
perdagangan terkait dengan produk pertanian. Pembahasan non tariff
yang dilakukan dalam Putaran Kennedy masih merupakan pembahasan
cakupan dalam lingkup GATT. Putaran Tokyo selain masalah tarif dan
non tarif juga dibahas tentang kebijakan-kebijakan diluar dari GATT
seperti standar produk (product standars) dan pengadaan pemerintah
(government procurement).
Terjadinya kembali resesi ekonomi yang melanda dunia awal
dasawarsa 1980-an mengakibatkan kembali tekanan pada tata
perdagangan dan ekonomi dunia. Negara-negara terpaksa melakukan
hambatan perdagangan “terselubung” terhadap barang impor yang
merupakan gejala bagi sistem proteksionisme. Dari situasi tersebut maka
dalam suatu pertemuan para Menteri Perdagangan pada tahun 1982 telah
muncul pemikiran untuk menyelenggarakan suatu putaran perundingan
baru. Setelah adanya persiapan yang cukup matang oleh pihak
Sekretariat GATT di Jenewa maupun delegasi Negara anggota maka
pada bulan September 1986 dilangsungkan suatu pertemuan tingkat
Menteri di Punta del Este, Uruguay yang menghasilkan kesepakatan
untuk melancarkan putaran perundingan baru, yaitu putaran Uruguay.
Dalam putaran ini dihasilkan suatu kesepakatan baru untuk
membentuk WTO yang disertai dengan lampiran- lampirannya.
Perundingan GATT putaran Uruguay yang berlangsung dari tahun 1986
hingga 1994 memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menciptakan perdagangan bebas dunia yang akan memberi keuntungan
pada Negara-negara sedang berkembang dan perluasan pasar ekspor
melalui penghapusan hambatan-hambatan perdagangan, baik hambatan
tarif maupun hambatan non-tarif
2. Meningkatkan peran GATT dan memperbaiki sistem perdagangan
multilateral berdasar prinsip-prinsip GATT
3. Meningkatkan penyesuaian system GATT dan mempererat hubungan
GATT dengan organisasi-organisasi internasional yang relevan
4. Mengembangkan kerjasama ekonomi nasional dan internasional antara
lain melalui perbaikan system keuangan internasional dan investasi
ke Negara-negara sedang berkembang.8
Setelah Putaran Uruguay berakhir dengan mendorong terbentuknya
WTO maka pada tahun 1994 putaran tersebut dilanjutkan di Marakesh,
Maroko dan menghasilkan pembentukan WTO Agreement. World Trade
Organization (WTO) merupakan satu–satunya organisasi internasional
yang secara khusus mengurus masalah perdagangan antarnegara di dunia. 9
Organisasi ini secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1995, sebagai
hasil dari Putaran Uruguay (1986-1994) yang menyepakati Agreement
Establishing the World Trade Organization. Terbentuknya WTO sebagai
organisasi perdagangan dunia ini menggantikan GATT 1947, maka dari
itu WTO merupakan lembaga penerus GATT 1947. Tujuan dari WTO
yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, menambah lapangan
pekerjaan, meningkatkan produksi dan perdagangan dan juga
memanfaatkan sumber daya alam.

8
FX, Soedijana, Triyana Yohanes, , Untung Setyardi, Ekonomi Pembangunan Indonesia
(Tinjauan Aspek Hukum) Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta,hlm 68
9
Yati Marlinawati, 2014, Menindaklanjuti Paket Bali: Titik Terang yang (Jangan Sampai)
Meredup Kemali, Buletin Dirjend Multilateral Kementerian Luar Negeri, Volume III
Nomor 2 Tahun 2014, hlm.37
Sistem perdagangan multilateral WTO disusun dari perbedaan
keunggulan sumber daya yang dimiliki, kemudian ditempatkan dengan cara
yang paling efisien di pasar global. Dhavid Ricardo (1871) memperkenalkan
konsep perdagangan ini dalam teori keunggulan komparatif. Intinya adalah
mempercayakan kepada pasar untuk mengalokasikan sumber- sumber yang
ada dengan cara yang paling efisien. 10 Oleh karena itu fokus dari WTO
adalah mengurangi hambatan-hambatan pada pasar global dan
meliberalisasi perdagangan internasional. WTO melakukan perundingan
yang panjang dan rumit untuk setiap agendanya. WTO telah mengatur tata
cara penyelesaian sengketa, yang terdapat dalam Dispute Settlement
Understanding (DSU). Filosofi dari penyelesaian sengketa WTO
sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 3 DSU, secara garis besar
mempunyai tujuan:
1. Mengklarifikasi ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian-
perjanjian WTO dengan menggunakan interprestasi menurut hukum
kebiasaan internasional publik. Penyelesaian sengketa merupakan
esensi untuk pendayagunaan WTO dan menjaga keseimbangan yang
adil antara hak dan kewajiban negara anggota WTO;
2. Bahwa hasil proses penyelesaian sengketa tidak boleh menambah atau
mengurangi hak- hak dan kewajiban-kewajiban negara anggota yang
telah diatur dalam perjanjian WTO;
3. Menjamin solusi yang positif dan dapat diterima oleh pihak-pihak serta
konsisten dengan perjanjian WTO;
4. Tindakan retaliasi hanya digunakan sebagai upaya terakhir. 11

Prosedur dan ketentuan DSU berlaku untuk semua sengketa yang


berkaitan dengan perjanjian yang termasuk dalam Appendix I, yaitu:
1. Perjanjian untuk mendirikan WTO sebagai Organisasi internasional;

10
Dixit, Avinash; Norman, Victor, 1980, Theory of International Trade: A Dual, General
Equilibrium Approach (Cambridge Economic Handbooks): Cambridge University Press
11
Peter van de Bossche, 2010, Pengantar Hukum WTO, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
hlm.99
Agreement Establishing the World Trade Organization.
2. Perjanjian substantif yang bersifat multilateral yang tercantum sebagai
annex dari WTO Agreement, meliputi: Multilateral Trade Agreements
in Goods, General Agreement on Trade in Services, Agreement on
Trade-Related Aspect of Intelectual Property Rights, Understanding
on Rules of Procedure Governing The Settlement of Dispute.
3. Perjanjian substantif yang bersifat plurilateral yang diadministrasikan
oleh WTO tetapi hanya mengikat negara-negara anggota WTO yang
turut dalam perjanjian tersebut, meliputi: Agreement on Trade in Civil
Aircraft, Agreement on Governing Procurement, International Dairy
Agreement, International Bovine Meat Agreement.
Tugas utama WTO adalah mengatur sistem perdagangan antar negara.
Untuk dapat mengimplementasikan ini secara konkret, perjanjian
perdagangan disimpulkan WTO akan mengikat semua anggota pada
perjanjian. Ini berarti bahwa semua anggota organisasi payung WTO harus
mematuhi ketentuan ini sesuai dengan semua aturan yang berlaku. Semua
perjanjian memiliki tujuan tunggal untuk mengatur suasana perdagangan
antar negara sehingga kondusif, tertib, aman dan terpelihara dengan baik.
Untuk perdagangan antar negara memang merupakan bibit konflik kecuali
jika diatur oleh aturan yang ketat dan mengikat. Dalam proses perdagangan
yang melibatkan banyak pihak terutama antar negara, tentu tidak jarang
berbagai kendala muncul. Hambatan-hambatan ini dapat berupa faktor
eksternal atau internal. Itu membuat keberadaan WTO diperlukan. Di mana
WTO akan mencegah atau menghilangkan hambatan-hambatan ini. Ini
nantinya akan memungkinkan kelancaran arus barang dan jasa antar negara.
Negara-negara berkembang yang tergabung dalam WTO tentu tidak bisa
dibandingkan dengan negara-negara industri. Untuk alasan ini, WTO
memberikan bantuan teknis kepada negara-negara ini untuk memperkuat
kekuatan ekonomi internal.
Selain itu, WTO memiliki empat instrumen hukum utama. Dimana
keempat instrumen hukum tersebut untuk penyelesaian sengketa komersial
yang terjadi. Keempat instrumen hukum tersebut adalah:
1. General Trade on Tariff and Trade (GATT)
GATT sebagai dasar asli untuk pembentukan WTO tentu akan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi. GATT memiliki lebih
banyak fungsi pengaturan untuk barang yang diperdagangkan antar
negara.
2. General Agreement on Trade and Service (GATS)
Tidak seperti GATT, yang berfokus pada regulasi perdagangan barang,
GATS akan fokus pada perdagangan jasa. Dimana GATS memiliki
kewajiban untuk mengatur perdagangan jasa yang dilakukan oleh
berbagai pihak. Untuk memberikan GATS perlindungan hukum bagi
setiap unit bisnis yang menyediakan layanan sebagai barang, pihak
tersebut harus memiliki perjanjian terlebih dahulu dan telah mengambil
anggota.
3. Agreement on Trade-Related Aspect of Intelectual Property Rights
(TRRIPS)
Singkatnya, TRRIPS berguna untuk mengatur perdagangan dalam
bentuk ide atau kreativitas. Seperti hak cipta, paten, merk dagang.
Sehingga kekayaan intelektual tetap terjaga.
4. Dispute Settlement Understanding (DSU)
DSU berguna untuk menjaga arus perdagangan antar negara dan
memastikan kelancaran arus bisnis. Sehingga tidak ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain dalam pelaksanaan perdagangan
internasional. 12
B. Badan-badan dalam Perdagangan Internasional
1. International Chamber of Commerce (ICC) adalah organisasi
tingkat internasional dalam bentuk badan internasional
nonpemerintah yang secara khusus menyusun berbagai kebijakan
dan kesepakatan internasional di bidang perdagangan internasional.
ICC juga memberikan jasa dalam bentuk konsultasi, arbitrase, dan
fasilitas peningkatan pengetahuan melalui berbagai penerbitan dan
penyelenggaraan seminar.

12
https://adalah.co.id/wto/, diakses pada tanggal 28 Maret 2020
2. International Development Association (IDA) adalah organisasi
keuangan internasional yang merupakan salah satu grup dari World
Bank dan berafiliasi dengannya. IDA dibentuk dengan tujuan
memberikan kredit tanpa bunga dan dengan syarat-syarat
lunak (soft and flexible loan) kepada negara-negara berkembang
berpenghasilan rendah, untuk memajukan pembangunan ekonomi
dan mendorong produktivitas sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup rakyat.
3. International Anticounterfeiting Coalition (IACC) adalah
organisasi internasional nirlaba yang bergerak di bidang
perlindungan Hak Milik Intelektual seperti pengembangan hukum
dan ketentuan, pelanggaran undang-undang dan lainnya. IACC
didukung oleh banyak pihak, terutama oleh para pemegang hak
milik intelektual seperti hak cipta, paten, dan lainnya, yang sering
digandakan haknya tanpa izin, sehingga merugikan pemegang hak
cipta dan negara
4. International Maritime Organization (IMO) adalah organisasi
kelautan internasional yang didirikan pada tahun 1948.
Kesepakatan yang ditetapkan oleh IMO sangat berpengaruh
terhadap ketentuan di bidang kelautan dan lalu lintas pelayaran
dagang internasional.
5. International Trade Centre (ITC) adalah organisasi internasional
yang bertujuan untuk mengakomodasi permintaan negara-negara
berkembang dalam membentuk dan mengembangkan program
ekspor. Secara fungsional, ITC menyediakan sarana informasi dan
sarana yang menyangkut promosi ekspor dan teknik-teknik
pemasaran bagi negara berkembang.
6. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
adalah organisasi internasional yang dibentuk berdasarkan Paris
Convention pada tahun 1960 yang bertujuan untuk meningkatkan
kerja sama dan promosi di bidang ekonomi, merumuskan dan
mengoordinasikan bantuan yang akan diberikan negara anggota
kepada negara-negara sedang berkembang termasuk memberikan
kontribusi dalam meningkatkan perdagangan dunia.13

13
https://bahasan.id/desy/mengenal-organisasi-perdagangan-tingkat-internasional/,
diakses pada tanggal 28 Maret 2020
DAFTAR PUSTAKA

Adolf Huala, 1998, Hukum Ekonomi Internasional, Jakarta : Rajawali Grafindo.


FX, Soedijana, Triyana Yohanes, Untung Setyardi, Ekonomi Pembangunan
Indonesia(Tinjauan Aspek Hukum), Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Yogyakarta
Marlinawati Yati, 2014, Menindaklanjuti Paket Bali: Titik Terang yang (Jangan
Sampai),Meredup Kemali, Buletin Dirjend Multilateral Kementerian Luar
Negeri, Volume III Nomor 2 Tahun 2014
Peter van de Bossche, 2010, Pengantar Hukum WTO, Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta
Weiler J.H.H., S. Cho & I. Feichtner, 2011. International and Regional Trade
Law:The Law of the World Trade Organization, New York : New York
University
https://adalah.co.id/wto/, diakses pada tanggal 28 Maret 2020
https://bahasan.id/desy/mengenal-organisasi-perdagangan-tingkat-internasional/,
diakses pada tanggal 28 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai