Anda di halaman 1dari 9

Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional

Hukum S1

PERTEMUAN 7

SEJARAH, FUNGSI, DAN PERAN WORLD TRADE ORGANIZATION DALAM


PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan pertemuan ke-7 Mahasiswa mampu memahami dan


mendeskripsikan Sejarah, Fungsi, dan Peran World Trade Organization (WTO) dalam
perdagangan internasional.

B. URAIAN MATERI

Perdagangan internasional pertama kali berkembang di Benua Eropa yang


kemudian berkembang di Benua Asia dan Afrika. Akibat dari karena adanya hubungan
perdagangan antar negara atau perdagangan internasional negara-negara maju
maupun negara-negara berkembang memerlukan peraturan internasional untuk
membantu menghentikan tindakan yang menghambat dalam perdagangan dan
memberikan rasa aman dan kepastian kepada pedagang-pedagang sehubung dengan
peraturan-peraturan nasional yang diterapkan kepada perdagangan internasional atas
barang dan jasa. Atas dasar memiliki ketergantungan satu sama lain, negara-negara
yang berhimpun kemudian dalam perdagangan internasional bergerak membentuk
suatu persetujuan dagang dan tarif atau yang disebut General Agreement on Tariff and
Trade (GATT) pada tahun 1947. Tujuan pembentukan GATT adalah untuk menciptakan
suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis
serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja
dan iklim perdagangan yang sehat.1 Guna mencapai tujuan tersebut, sistem
perdagangan dunia yang diupayakan oleh GATT adalah sistem yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di seluruh dunia.2

1
Huala Adolf, Hukum Perdagagan Internasional, Raja Grafindo Persada, Depok, 2021, Hal. 98
2
Oliver Long, Law and its Limitations in the GATT, Multilateral System, Martinus Nijhoff Publishers, 1987,P
101.
1
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Pada akhirnya GATT berubah atau lebih tepatnya diambil alih menjadi salah satu
perjanjian ekonomi multilateral dalam wadah WTO, sebagai salah satu pilar dari Bretton
Woods System selain IMF dan World Bank.

Sejarah WTO

Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi perdagangan multilateral telah


mulai dirintis dengan disepakatinya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
pada tahun 1947, sebagai awal dari rencana pembentukan International Trade
Organization (ITO). Wacana mengenai organisasi perdagangan dunia tersebut menjadi
awal baru dari evolusi rezim perdagangan global yang belum ada sebelumnya. Pada
awalnya, sebelum rezim perdagangan bebas ini dicanangkan oleh masyarakat
internasional, masing-masing negara saling memproteksi diri dan saling mementingkan
keuntungannya sendiri.3 Setidaknya terdapat dua keuntungan yang dapat diambil dari
adanya kerjasama perdagangan internasonal sehingga liberalisasi perdagangan dapat
dilaksanakan. Pertama, perundingan yang saling menguntungkan akan mendukung
tercapainya perdagangan yang lebih bebas. Kedua, perjanjian yang negoisasikan akan
membantu pemerintah menghindari terjadinya perang dagang yang dapat merugikan
masing-masing negara.4 Perundingan di Jenewa Swiss pada tanggal 10 April 1947-30
Oktober 1947, di mana mulai dari tanggal 10 April sampai dengan 22 Agustus panitia
komisi membuat rancangan piagam International Trade Organisation (ITO),
perundingan ini merupakan perundingan yang penting karena menghasilkan konsesi
timbal balik dibidang tarif (reciprocal tariffs concession) yang dicantumkan dalam
GATT) yang ditandatangani pada tanggal 30 Oktober 1947 dan selain itu berdasarkan
persyaratan-persyaratan protokol tanggal 30 Oktober 1947 tersebut, GATT ditetapkan
sebagai suatu kesepakatan umum sementara sejak tanggal 1 Januari 1948 hingga
dibentuknya suatu Internasional Trade Organisation (ITO). Sejarah ITO sendiri
didorong oleh sejumlah peristiwa penting bahkan sejak The World Economy
Conference dilaksanakan pada tahun 19274. GATT sebenarnya hanya salah satu dari

3
Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Citra Aditya Bakti, Bandung 2004,
Hal. 1.
4
Paul R Krugman & Obstfeld, Maurice, International Economics Theory and Policy, Fifth Edition, NJ; Addisan-
Wesley Publishing Company, hlm. 235.
2
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

IX Chapters yang direncanakan menjadi isi dari Havana Charter mengenai


pembentukan International Trade Organization (ITO) pada tahun 1947, yaitu Chapter
IV: Commercial Policy. Namun ITO tidak berhasil didirikan, walaupun Havana Charter
sudah disepakati dan ditandatangani oleh 53 negara pada Maret 1948. Hal tersebut
dikarenakan Amerika Serikat menolak untuk meratifikasinya di mana Kongres Amerika
Serikat khawatir wewenangnya dalam menentukan kebijakan Amerika Serikat semakin
berkurang. GATT kemudian dimasukkan hanya sebagai perjanjian sementara (interim)
melalui sebuah Protocol of Provisional Application sampai Havana Charter dapat
diberlakukan dan sebagai badan pelaksana GATT adalah Committee-ITO/GATT.
Disepakati GATT disadarkan pada pertimbangan bahwa hubungan antar negara di
bidang perdagangan dan ekonomi harus dijalankan dengan sasaran untuk
meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan kerja dan mengingkatkan
penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan sumber-sumber daya dunia
sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran barang.

Cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini adalah dengan mengadakan


pengaturan timbal balik dan saling menguntungkan untuk mengurangi tarif hambatan-
hambatan perdagangan lain, serta menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan
internasional. GATT memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan
menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi sejak tahun 1947-
1994. Dalam perjalanannya GATT telah memiliki beberapa tambahan dan
penyempurnaan melalui berbagai perundingan yang biasa disebut putaran
perundingan (Trade Round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan
internasional. Salah satu Trade Round yang memiliki arti paling signifikan dalam
perkembangan GATT adalah Uruguay Round Marrakesh (1986-1994). Pada tanggal 15
Desember 1993, Putaran Uruguay berakhir dengan disepakatinya Final Act dari
perjanjian dagang multilateral ini oleh para utusan negara, dan teks akhirnya
ditandatangani tanggal 15 April 1994 setelah lebih dari tujuh tahun mengagadakan
perundingan putaran Uruguay tersebut. Perjanjian utama yang telah berhasil disepakati
adalah perjanjian pembentukan Agreement Establishing The World Trade Oragnization
(WTO) atau yang disebut sebagai Marrakesh Agreement Establishing the World Trade

3
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Organization.5 Dalam agreement tersebut, dinyatakan pertimbangan pembentukan


WTO sebagai berikut:
. . . to develop an integrated, more viable and durable multilateral trading system encompassing
the General Agreement on Tariffs and Trade, the results of past trade liberalization efforts, and
all of the results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations . . .
The World Trade Organization (hereinafter referred to as “the WTO”) is hereby established.
Sama halnya juga dengan GATT 1947, para pendiri WTO menambahkan peningkatan
standar hidup sebagai tujuan utama melalui cara-cara yang serupa dengan GATT 1947.
Agenda Putaran Uruguay dikenal sebagai putaran yang sangat bersejarah dalam
sejarah GATT karena keberhasilannya untuk menyepakati pendirian WTO tersebut.
WTO kini merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus
mengatur masalah perdagangan antar negara. Sejarah mencatat bahwa sistem dan
pedoman yang menjalankan kegiatan perdagangan yang berlaku multilateral
secara resmi baru terjadi sejak tanggal 1 Januari 1995 sebagai organisasi
perdagangan dunia penerus GATT 1947. Tanggal tersebut adalah sejarah awal dari
peresmian berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia yang kini disebut World Trade
Organization (WTO). Pembentukan WTO telah memberikan konsep liberalisasi
perdagangan kepada dunia, khususnya kepada negara- negara anggota, di mana
konsep dasar dari liberalisasi perdagangan adalah penghilangan hambatan dalam
perdagangan internasional. Konsep ini dalam pelaksanaannya membentuk
globalisasi.6

Fungsi dan Peran WTO

Saat ini, WTO menjadi wadah negosiasi sejumlah perjanjian baru di bawah
Doha Development Agenda (DDA). Pengambilan keputusan di WTO umumnya
dilakukan berdasarkan konsensus oleh seluruh negara anggota. Lembaga ini menjadi
forum negosiasi perdagangan dan merupakan organisasi yang secara sistematis
berupaya untuk menghilangkan pembatas dalam hubungan perdagangan antara
negara. Khusunya negara berkembang yang cenderung sering dipojokan pada posisi

5
https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/04-wto_e.htm
6
Serlika Aprita dan Rio Aditya, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Press, Depok, 2020, Hal. 185.
4
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

yang dalam banyak hal cenderung menyulitkan bagi mereka untuk mencoba
melaksanakan pembangunan secara otonom (autonomous development). WTO
harapkan untuk menghasilkan kondisi-kondisi yang bersifat timbal balik dan saling
menguntungkan, serta dapat menciptakan sistem perdagangan dunia yang mengatur
masalah-masalah perdagangan agar lebih bersaing secara terbuka, adil dan sehat
sehingga semua negara dapat menarik manfaatnya. Keterbukaan perdagangan
tersebut dibentuk dengan kesepakatan antar negara anggota untuk menghilangkan
hambatan-hambatan dagang yang diterapkan oleh masing-masing negara untuk
memproteksi pasar dalam negerinya, seperti hambatan berupa restriksi kuantitatif
(kuota perdagangan), lisensi impor dan ekspor, serta isu keamanan dan kesehatan
lingkungan. Dalam melaksanakan kegiatan perdagangannya, sangatlah besar
kemungkinannya terjadi permasalahan, bahkan terjadi sengketa didalamnya. Guna
mengatasi kendala-kendala tersebut di dalam WTO juga telah diatur dan ditetapkan
mekanisme penyelesian sengketa dagang antar negara anggotnya yang disebut
sebagai Dispute Settlement Understanding (DSU). Salah satu yang juga menjadi
kelebihan dari WTO adalah karena WTO tidak berdasarkan dari kekuatan (power),
tetapi berdasarkan peraturan. Hal ini membantu beberapa pihak seperti negara-negara
berkembang ataupun kecil untuk mendapatkan kedudukan dan bargaining power yang
sama dengan negara besar. Begitu pula sebaliknya, hal tersebut juga sangat
membantu pihak negara besar untuk tidak terjebak dalam negosiasi bilateral yang
kompleks dengan tiap-tiap negara mitra dagangnya. Namun demikian dalam
prakteknya, masih terdapat kelemahan di dalam sistem WTO di mana tidak semua
negara-negara berkembang yang menjadi anggota WTO berhasil untuk memajukan
perekonomian negaranya. Banyak negara berkembang yang masih belum bisa
mengimbangi sistem perdagangan bebas WTO, yang malah menjadi bumerang untuk
negaranya sendiri, karena terlalu banyak mengimpor barang dari negara lain. Selain itu
terdaoat fakta banyak kasus negara-negara yang melanggar aturan WTO, tetapi sanksi
yang diberikan oleh WTO terhadap negara yang melanggar tidak bisa seutuhnya
membuat negara tersebut menjalankan hukuman yang diberikan WTO. Dengan kata
lain, peraturan dalam WTO (sama seperti organisasi internasional lainnya) tidak bisa
secara utuh mengikat negara- negara yang menjadi anggotanya.

5
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

WTO berfungsi melaksanakan berbagai perjanjian sebagaimana yang


terkandung dalam Final Act Uruguay. Putaran Uruguay sendiri memiliki tujuan yaitu
untuk menciptakan sistem perdagangan intrnasional yang lebih bebas dan adil dengan
tetap memperhatikan kepentingan negara-negara berkembang. Beberapa fungsi WTO
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. forum negosiasi dan perjanjian perdagangan diantara anggota WTO;
2. penanganan sengketa perdagangan;
3. pemantauan kebijakan perdagangan nasional;
4. bantuan teknis dan pelatihan bagi negara-negara berkembang;
5. kerja sama dengan organisasi internasional lainnya.
Beberapa fungsi WTO di atas bermuara pada tujuan untuk mewujudkan liberalisasi
perdagangan di antara para anggota dengan cara menghilangkan hambatan dagang
baik yang bersifat tarif maupun non tarif. Salah satu fungsi WTO dalam menghilangkan
hambatan dagang yang bersifat tarif tersebut merupakan tonggak dasar berlakunya
ketentuan-ketentuan perdagangan internasional dalam rezim WTO. Sejak era
GATT1947, Trade Round dimaksudkan untuk merundingkan penurunan tarif
perdagangan antar negara. Dalam perdagangan internasional, negara banyak
menggunakan instrumen tarif untuk melindungi produk dalam negerinya dengan cara
mengatur masuknya barang ekspor dari luar negeri. Pada prinsipnya GATT hanya
memperkenankan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui tarif (menaikan
tingkat tarif bea masuk) dan tidak melalui upaya-upaya perdagangan lainnya (non tariff
commercial measures) dikarenakan instrumen tarif tersebut bersidat transparan dan
predictable. Namun demikian, meskipun diperbolehkan, penggunaan tarif ini tetap
tunduk pada ketentuan-ketentuan GATT. Misalnya saja, pengenaan atau penerapan
tarif tersebut sifatnya tidak boleh diskriminatif dan tunduk pada komitmen tarifnya
kepada GATT/WTO. Pada masa-masa awal pembentukan GATT (yang sekarang
kemudian dilanjutkan oleh WTO) liberalisasi perdagangan diawali dengan di antara
negara- negara di dunia. Tujuan GATT dalam hal ini adalah berupaya menurunkan
tingkat tarif titik atau level yang serendah-rendahnya. Ketika GATT terbentuk pada
tahun 1948 sampai dengan disahkannya perjanjian hasil Putaran Uruguay, tingkat tarif
yang diterapkan negara- negara telah turun cukup tajam.

6
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

Dari rata-rata sebesar 38% di tahun 1948, pada tahun 1994 telah jatuh menjadi sekitar
4% saja. Dalam Putaran Uruguay, komitmen negara-negara terhadap akses pasar yang
lebih besar dicapai, antara lain melalui penurunan suku bunga yang dilakukan oleh lebih
dari 120 negara. Komitmen negara-negara ini dituangkan dalam 22.500 halaman
national tariff schedules. Dalam pengurangan tarif ini, WTO mensyaratkan agar
pengurangan tersebut dapat diturunkan sampai 40% (khususnya terhadap produk-
produk industri di negara-negara maju) untuk jangka waktu 5 tahun sejak pendirian
WTO (tahun 2000). Pada waktu Putaran Uruguay ditutup (1994), tingkat tarif yang
umumnya berlaku adalah sekitar 6,8%. Dengan tingkat tarif yang menurun demikian,
diharapkan akan terjadi peningkatan penerimaan produk-produk industri maju yang
memperoleh pembebasan bea masuk (yakni dari 20% menjadi 4% di negara-negara
maju). Sementara upaya eliminasi atas keberadaan hambatan dagang non tarif
dilakukan dalam bentuk larangan adanya restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau
impor dalam bentuk apa pun (misalnya, penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi
penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor
atau ekspor). Namun demikian, dalam pelaksanaannya, restriksi kuantitatif dapat
dilakukan dalam hal: pertama, untuk mencegah terkurasnya produk- produk esensial di
negara pengekspor; kedua, untuk melindungi pasar dalam negeri, khususnya yang
menyangkut produk pertanian dan perikanan; ketiga, untuk mengamankan,
berdasarkan escape clause , meningkatnya impor yang berlebihan (increase of imports)
di dalam negeri sebagai upaya untuk melindungi, misalnya, terancamnya produksi
dalam negeri; keempat, untuk melindungi neraca pembayaran (luar negerinya).
Meskipun demikian, restriksi tersebut tidak boleh diterapkan di luar yang diperlukan
untuk melindungi neraca pembayarannya. Restriksi itu pun secara progresif harus
dikurangi bahkan dihilangkan apabila tidak dibutuhkan kembali. Pengecualian tersebut
telah diperluas pada negara-negara sedang berkembang. Dalam hal ini negara tersebut
dapat memberlakukan restriksi kuantitatif untuk mencegah terkurasnya valuta asing
(devisa) mereka yang disebabkan oleh adanya permintaan untuk impor yang diperlukan
bagi pembayaran atau karena mereka sedang mendirikan atau memperluas produksi
dalam negerinya.

7
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

C. Kesimpulan
Salah satu organisasi internasional dalam perdagangan dunia adalah World
Trade Organization (WTO). Dalam kontek multilateral, WTO bahkan merupakan satu-
satunya organisasi perdagangan internasional yang beranggotakan mayoritas negara
di dunia.Sejarah pembentukan WTO diawali dengan pembentukan GATT 1947. Tujuan
pembentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional
yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis serta untuk menciptakan liberalisasi
perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang sehat.
GATT pada awalnya bertujuan untuk mendirikan suatu organisasi perdagangan dunia
dan menginisiasinya dengan perundingan yang menghasilkan konsesi timbal balik
dibidang tarif (reciprocal tariffs concession) Namun ITO tidak berhasil didirikan,
terutama disebabkan karena Amerika Serikat menolak untuk meratifikasinya di mana
Kongres Amerika Serikat khawatir wewenangnya dalam menentukan kebijakan
Amerika Serikat semakin berkurang. Pada akhirnya GATT diambil alih dan dijadikan
menjadi salah satu perjanjian ekonomi multilateral dalam wadah WTO yang didirikan
secara resmi sejak tanggal 1 Januari 1995 sebagai organisasi perdagangan dunia
penerus GATT 1947 sebagai hasil dari disepakatinya Uruguay Round (Putaran
Uruguay).
WTO berfungsi melaksanakan berbagai perjanjian sebagaimana yang
terkandung dalam Final Act Uruguay. Putaran Uruguay sendiri memiliki tujuan yaitu
untuk menciptakan sistem perdagangan internasional yang lebih bebas dan adil dengan
tetap memperhatikan kepentingan negara-negara berkembang dengan cara
mewujudkan liberalisasi perdagangan di antara para anggota melalui penghapusan
hambatan dagang baik yang bersifat tarif maupun non tarif.

8
Universitas Pamulang Hukum Dagang Internasional
Hukum S1

D. LATIHAN SOAL / TUGAS

Soal :
1. Jelaskan hubungan antara GATT 1947 dengan pembentukan WTO!
2. Apa saja keuntungan yang dapat diambil dari adanya kerjasama perdagangan
internasonal dalam konteks liberalisasi perdagangan? Jelaskan!
3. Bagaimana keberadaan tarif digunakan oleh negara-negara di dunia untuk
melakukan proteksi perdagangan dalam negerinya? Jelaskan!
4. Jelaskan fungsi dari WTO !
5. Jelaskan apa saja jenis-jenis hambatan dagang yang bersifat non-tarif? apakah
hambatan tersebut diperolehkan oleh WTO? Jelaskan!

E. DAFTAR PUSTAKA

Buku

1. Huala Adolf, Hukum Perdagagan Internasional, Raja Grafindo Persada, Depok,


2021.
2. Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Citra Aditya
Bakti, Bandung 2004.
3. Oliver Long, Law and its Limitations in the GATT, Multilateral System, Martinus
Nijhoff Publishers, 1987.
4. Paul R Krugman & Obstfeld, Maurice, International Economics Theory and Policy,
Fifth Edition, NJ; Addisan-Wesley Publishing Company.
5. Serlika Aprita dan Rio Aditya, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Press,
Depok, 2020.

Internet

https://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/04-wto_e.htm

Anda mungkin juga menyukai