Anda di halaman 1dari 11

TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION SEBAGAI DAMPAK DARI

IMPLEMENTASI AFTA DI SEKTOR MANUFAKTUR

DRAFT PUBLIKASI

Oleh :

Nama : Nabella Shukha Mahadewi

Nomor Mahasiswa : 15313189

Program Studi : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA

2019
TRADE CREATION DAN TRADE DIVERSION SEBAGAI DAMPAK DARI
IMPLEMENTASI AFTA DI SEKTOR MANUFAKTUR

Nabella Shukha Mahadewi


15313189@students.uii.ac.id
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

Abstract

This research entitled “Trade Creation dan Trade Diversion Sebagai Dampak dari
Implementasi AFTA di Sektor Manufaktur”. This research investigates impact of AFTA
in Indonesian manufactures import during the years of 1981-2017. By using secondary
data and time series analysis of variabel import values of manufacture, GDP, and
exchange rates. The result shows that there is no trade creation of GDP on the
manufacture industry import, but there is trade diversion. This might stems from trade
between Indonesia and origin countries of manufacture industry is too strong.
Keywords: economic integration, trade creation, trade diversion, Indonesia
manufacture
PENDAHULUAN rendah dibandingkan sebelum adanya
integrasi ekonomi. Sebaliknya, trade
Integrasi ekonomi merupakan diversion merupakan dampak negatif
kebijakan ekonomi internasional yang dari integrasi ekonomi yang
dilakukan dengan cara menghapuskan mengharuskan negara anggota
hambatan yang ada dengan tujuan untuk mengkonsumsi produk dengan harga
memaksimalkan perdagangan dan lebih mahal karena perjanjian yang
memperkenalkan bentuk-bentuk dilakukan dalam wilayah tersebut.
kerjasama dan unifikasi (Tinbergen,
1954). Secara garis besar dapat Menurut Salvatore (1996) bentuk
integrasi ekonomi terdapat beberapa
dikatakan bahwa integrasi ekonomi
bentuk: 1) Preferential trade
dilakukan untuk memperluas pasar dan
arrangements, 2) Free trade area, 3)
mempermudah perdagangan
Customs union, 4) Common market, dan
internasional. Sebagian besar negara di
5) Economic union. Untuk negara
dunia telah melakukan perdagangan
dengan sistem ekonomi terbuka tidak
dengan negara lain dan membentuk
dapat dihindarkan dengan kegiatan
sebuah organisasi perdagangan sebagai
impor, selisih konsumsi dan investasi
bentuk dari integrasi ekonomi.
domestik dapat terpenuhi dengan
Dampak dari suatu integrasi mengimpor barang dan jasa dari luar
ekonomi dapat dijelaskan melalui negeri (Samsubar & Suprayitno, 2010).
konsep trade creation dan trade Indonesia merupakan salah satu negara
diversion. Trade creation dapat yang mempunyai nilai impor yang besar
dikatakan sebagai dampak positif dari untuk memenuhi kebutuhan
integrasi ekonomi yang dimanfaatkan masyarakatnya. Di Indonesia impor
oleh negara-negara anggota untuk merupakan salah satu komponen penting
mendapatkan produk dengan harga lebih dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi khususnya dalam bidang pangsa ekspor dan impor negara
industri (Samsubar & Suprayitno, 2010). ASEAN masih dikuasai oleh
Melalui integrasi ekonomi yang mulai perdagangan intra-regional dengan total
dikembangakan pada tahun 1990an 23 persen dari pangsa pasar.
dalam wilayah Asia Tenggara, Indonesia Perdagangan intra regional adalah
ikut tergabung dalam integrasi ekonomi perdagangan antar negara yang terjadi
ASEAN yang disebuat dengan ASEAN dalam satu regional, sedangkan
Free Trade Area (AFTA). perdagangan inter regional adalah
perdagangan antar negara yang terjadi
AFTA dibentuk pada tahun 1992
diluar daerah regionalnya. Kontribusi
di Singapura pada saat berlangsungnya
impor bidang manufaktur di Indonesia
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
tergolong tinggi dari beberapa negara
ASEAN ke IV. Tujuan dibentuknya
seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan.
AFTA adalah untuk meningkatkan
Impor bidang manufaktur yang berasal
perdagangan antarnegara anggota
dari negara intra ASEAN (Malaysia,
ASEAN. Pada awal pembentukan AFTA
hanya mencakup produk manufaktur Singapura, Thailand, Filipina) memiliki
kontribusi yang cukup rendah yaitu pada
dengan target realisasi selama 15 tahun
angka 9% sampai 14%.
(1 Januari 1993-1 Januari 2008). Lalu,
pada sidang ke-26 Menteri-Menteri Adanya integrasi ekonomi di Asia
Ekonomi ASEAN (AEM) pada bulan Tenggara yang diwujudkan dalam
September 1994 mempercepat realisasi sebuah organisasi yang bernama
AFTA menjadi 10 tahun serta ASEAN ini diharapkan dapat
memasukkan produk pertanian. Pada menghasilkan manfaat bagi anggota-
KTT ASEAN ke VI terdapat perubahan anggotanya. Peningkatan ekspor pada
dalam penetapan realisasi AFTA yang negara-negara anggota dijadikan tolak
disepakati menjadi tahun 2002 dengan ukur akan keberhasilan integrasi
tarif 0% - 5%. ekonomi tersebut.
Mukhlis (2009) menyebutkan Trade creation atau penciptaan
bahwa Indonesia mengikuti arus perdagangan merupakan peluang yang
integrasi ekonomi yang berlangsung di dapat didapatkan oleh negara-negara
ASEAN. Neraca perdagangan Indonesia anggota ASEAN. Negara-negara
dengan negara ASEAN mengalami anggota tentunya mengharapkan
kenaikan pada kurun waktu 1996 s/d terbentuknya pangsa pasar yang lebih
2000 dengan rata-rata pertumbuhan besar serta menghasilkan peluang
12,35% per tahun1. Hal ini menunjukkan perdagangan yang lebih besar sehingga
bahwa perdangan Indonesia mengalami dapat menghasilkan perdagangan yang
surplus, yang berarti ekspor Indonesia ke lebih efisien. Hal ini bertujuan untuk
negara-negara ASEAN lebih besar meningkatkan perdagangan regional,
dibandingkan dengan impor negara- sehingga dapat meningkatkan
negara ASEAN ke Indonesia. pendapatan negara serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Trade diversion atau pengalihan
1
perdagangan merupakan dampak negatif
Data diambil dari
dari integrasi ekonomi. Trade diversion
https://www.kemendag.go.id/files/regulasi
tidak dapat dihindari dalam proses
/2002/01/AFTA.htm. Diakses pada 27 Mei
integrasi ekonomi, dan tentunya akan
2018
ada negara-negara yang mengalami
pengalihan perdagangan yang cukup Keterangan
besar. Tentunya tujuan utama M1 = nilai impor manufaktur
diberlakukannya integrasi ekonomi Indonesia yang berasal dari negara
adalah untuk menciptakan perdagangan inter ASEAN.
baru (trade creation). Dengan begitu
perlu dilakukannya penelitian untuk M2 = nilai impor manufaktur
mengetahui dampak perjanjian Indonesia yang berasal dari negara
perdagangan regional AFTA, untuk intra ASEAN.
mengetahui besarnya trade creation dan GDP = pendapatan nasional
trade diversion yang tercipta. Indonesia
METODE PENELITIAN ER = nilai tukar USD
Penelitian ini merupakan penilitian kedalam IDR
eksplanatori dengan menggunakan data Metode yang akan digunakan
sekunder runtut waktu (time series). untuk meregresi penelitian ini adalah
Adapun data yang didapat bersumber model regresi linier. Model ekonometrik
dari UN Comtrade, World Bank, dan yang akan didapatkan seperti:
International Financial Statistics. Data
tersebut seperti nilai impor industri M1 = β0 + β1GDPt + β2ERt + β3Dm+
maufaktur (SITC 6) ASEAN 4 β4DmGDPt + β5DmERt +et
(Malaysia, Thailand, Singapura,
Filipina) dan negara diluar kawasan
dan
ASEAN (Cina, Australia, Jepang, Korea
Selatan, USA), nilai GDP Indonesia, dan
nilai tukar rupiah terhadap USD. Data ini M2 = α0 + α1GDPt + α2ERt + α3Dm+
dibutuhkan untuk mengetahui dampak
yang muncul akibat adanya integrasi α4DmGDPt + α5DmERt +et
ekonomi dikawasan ASEAN dalam
kurun waktu 1981-2017. Keterangan:
Penelitian ini menggunakan M1 = Nilai impor manufaktur
metode kuantitatif. Metode kuantitatif Indonesia yang berasal dari
digunakan untuk menganalisis dampak negara inter ASEAN
dari perlakukan Free Trade Area,
apakah menghasilkan trade creation atau M2 = Nilai impor manufaktir
menghasilkan trade diversion. Model Indonesia yang berasal dari
yang digunakan diadopsi dari Dornbusch negara intra ASEAN
dan Fischer (1994). GDP = Pendapatan nasional
Indonesia
M = ƒ ( Y, R )
ER = Nilai tukar rupiah terhadap
Dimana M, Y, R merupakan nilai impor, USD
nilai pendapatan nasional (GDP), dan Dm = Variabel dummy digunakan
nilai tukar IDR. Karena impor dengan notasi 1 (1993-2017)
berasalkan dari negara inter ASEAN dan dan 0 untuk tahun lainnya
intra ASEAN maka model dapat dipisah
(1981-1992)
menjadi dua.
Dalam penelitian ini, model
M1 = ƒ (GDP,ER) dan
persamaan regresi yang akan diestimasi
M2 = ƒ (GDP,ER) dengan menggunakan model Error
Correction Model (ECM). Sebelum Sumber: Olah data
menggunakan model ECM dilakukan Keterangan:
terlebih dulu uji stasioneritas dan uji
kointegrasi. Hal tersebut dilakukan untuk - Tidak stasioner
mendapatkan hasil yang lebih valid dan + Stasioner
akurat dalam penelitian ini juga
dilakukan uji asumsi klasik. Tabel 2 menjelaskan tentang
hasil uji kointegrasi, uji kointegrasi
dilakukan untuk mengetahui apakah
HASIL ANALISIS DAN residual yang diperoleh dari persamaan
PEMBAHASAN statis stasioner atau tidak. Jika residual
stasioner pada tingkat level maka
Hasil uji MWD dalam estimasi terdapat hubungan antara jangka pendek
yang digunakan menunjukkan bahwa dan jangka panjang. Hasil yang
bentuk regresi yang digunakan adalah didapatkan dari uji kointegrasi nilai p-
bentuk log linier karena probabilitas Z1 value yang dihasilkan lebih kecil dari
signifikan dan probabilitas Z2 tidak derajat keyakinan 5%. Untuk
signifikan, yang mana memiliki arti probabilitas LMEX = 0,0001 < 0,05 dan
bahwa model regresi yang digunakan untuk probabilitas MIN = 0.0053 < 0,05.
adalah model log linier. Artinya, residual dari persamaan yang
digunakan telah stasioner pada tingkat
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa level. Hal ini berarti terdapat hubungan
semua variabel tidak stasioner pada yang signifikan (berkointegrasi) dalam
tingkat level dengan derajat keyakinan jangka panjang antar variabel dependen
(α=5%). Sedangkan pada tingkat first nilai impor manufaktur (LMEX dan
difference hasil yang didapat LMIN) dengan variabel-variabel
menunjukkan bahwa masing-masing independen yaitu GDP dan nilai tukar
variabel setelah diturunkan satu kali data Rupiah.
menjadi stasioner. Artinya semua
variabel yang digunakan sudah tidak Tabel 2.
mengandung masalah akar unit dan Hasil Uji Kointegrasi
mencapai kondisi stasioner pada tingkat
first difference. Variabel t-statistik Prob. Ket.
Tabel 1. LM1 -5,30977 0,0001 +
LM2 -3,87551 0.0053 +
Hasil Uji Akar Unit Sumber: Olah data
Tingkat Level Keterangan:
Variabel Prob. Lag Ket. - Tidak stasioner
LM1 0,9391 0 -
LM2 0,8730 0 - + Stasioner
GDP 0,9562 0 - Hasil Estimasi
ER 0,3810 0 -
Analisis hasil regresi penelitian ini
Tingkat 1st Difference
menggunakan software Eviews 8. Hasil
Variabel Prob. Lag Ket.
regresi log linier M1 jangka panjang
LM1 0,0000 0 + didapatkan hasil sebagai berikut:
LM2 0,0000 0 +
GDP 0,0000 0 +
ER 0,0002 0 +
LM1 = -31,05 + 2,17LGDP – 0,35LER rupiah sebesar 72,26 persen dan sisanya
dijelaskan oleh variabel diluar model.
+ 26,34Dm – 1,12Dm*LGDP +
Data yang digunakan dalam
0,25Dm*LER estimasi baik jangka panjang maupun
jangka pendek (ECM) juga tidak
t-hitung = (-3,301144)* (5,543689)* (-
memiliki masalah asumsi klasik,
2,279361)* (2,772665)* (-2,819458)* sehingga data yang digunakan
merupakan data yang akurat dan valid.
(1,470143)
Analisis hasil regresi penelitian ini
2
n = 37 R = 0,9635 Prob F-Stat = 0,00 menggunakan software Eviews 8. Hasil
regresi log linier M2 jangka panjang
Keterangan:
didapatkan hasil sebagai berikut:
*= Ho ditolak pada α=5% (signifikan)
LM2 = -27,86 + 1,89LGDP – 0,16LER
Sedangkan untuk hasil regresi log
linier M1 jangka pendek yang + 13,84Dm – 0,69Dm*LGDP +
menggunakan pendekatan Error 0,47Dm*LER
Correction Model (ECM) adalah sebagai
berikut: t-hitung = (-2,226607)* (3,629755) (-
D(LM1) = -0,02 +1,87D(LGDP) – 0,05 0,787369) (1,094776) (-1,304161)
D(LER) + 0,017Dm – (2,077692)*
1,25Dm*D(LGDP) + 0,32Dm*D(LER) -
0,83RESDUMMYM1(-1) n = 37 R2 = 0,9708 Prob F-Stat = 0,00
Keterangan:
t-hitung = (-0,256333)* (2,520567)
*= Ho ditolak pada α=5% (signifikan)
(-0,104744) (0,196010) (-1,639682)
Sedangkan untuk hasil regresi log
(0,653459) (-6,142558)* linier M2 jangka pendek yang
menggunakan pendekatan Error
n = 36 R2 = 0,7226 Prob F-Stat = Correction Model (ECM) adalah sebagai
0,000001 berikut:
Keterangan: D(LM2) = -0,07 +2,23D(LGDP) – 0,51
*= Ho ditolak pada α=5% (signifikan) D(LER) + 0,056Dm –
Hasil menunjukkan bahwa untuk 1,22Dm*D(LGDP) + 0,16Dm*D(LER) -
jangka panjang variabel nilai impor
manufaktur yang berasal dari inter 0,62RESDUMMYM2(-1)
ASEAN mampu dijelaskan oleh GDP
Indonesia dan nilai tukar rupiah sebesar t-hitung = (-0,559911)* (1,792872)
96,35 persen, sisanya dijelaskan oleh (0,681552) (0,378367) (-0,957192)
variabel diluar model. Sedangkan untuk
hasil regresi LM1 jangka pendek (0,193399) (-3,620978)*
memiliki nilai R2 sebesar 0,7226 yang
berarti variabel nilai impor manufaktur n = 36 R2 = 0,5113 Prob F-Stat =
yang berasal dari inter ASEAN mampu 0,00117
dijelaskan oleh GDP Indonesia dan nilai
Keterangan:
*= Ho ditolak pada α=5% (signifikan)
Hasil menunjukkan variabel independen
yang digunakan dalam estimasi LMIN
mampu menjelaskan model sebesar
97,08% untuk jangka panjang dan
51,13% untuk jangka pendek.
Tabel 3. Uji Asumsi Klasik Model LM1 Jangka Panjang

Asumsi Ho Hasil Indikator Keterangan


Multikolinieritas Tidak terdapat OK VIF= 2,84726 Tidak terdapat
multikolinieritas multikolinieritas
Autokorelasi Tidak terdapat OK Prob.= 0,8486 Tidak terdapat
autokorelasi autokorelasi
Heteroskedastisitas Tidak terdapat OK Prob.= 0,1131 Tidak terdapat
heteroskedastisitas heteroskedastisitas

Tabel 4. Uji Asumsi Klasik Model LM1 Jangka Pendek (ECM)

Asumsi Ho Hasil Indikator Keterangan


Multikolinieritas Tidak terdapat OK VIF= 1,749326 Tidak terdapat
multikolinieritas multikolinieritas
Autokorelasi Tidak terdapat OK Prob.= 0,9581 Tidak terdapat
autokorelasi autokorelasi
Heteroskedastisitas Tidak terdapat OK Prob.= 0,8160 Tidak terdapat
heteroskedastisitas heteroskedastisitas

Tabel 5. Uji Asumsi Klasik Model LM2 Jangka Panjang

Asumsi Ho Hasil Indikator Keterangan


Multikolinieritas Tidak terdapat OK VIF= 2,84726 Tidak terdapat
multikolinieritas multikolinieritas
Autokorelasi Tidak terdapat OK Prob.= 0,1178 Tidak terdapat
autokorelasi autokorelasi
Heteroskedastisitas Tidak terdapat OK Prob.= 0,6623 Tidak terdapat
heteroskedastisitas heteroskedastisitas

Tabel 6. Uji Asumsi Klasik Model LM2 Jangka Pendek (ECM)

Asumsi Ho Hasil Indikator Keterangan


Multikolinieritas Tidak terdapat OK VIF= 1,749326 Tidak terdapat
multikolinieritas multikolinieritas
Autokorelasi Tidak terdapat OK Prob.= 0,1133 Tidak terdapat
autokorelasi autokorelasi
Heteroskedastisitas Tidak terdapat OK Prob.= 0,5311 Tidak terdapat
heteroskedastisitas heteroskedastisitas
Analisis Trade Creation dan Trade Diversion

Tabel 7. Koefisien dari Model Impor Manufaktur dari Inter ASEAN

Jangka Pendek Jangka Panjang


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
AFTA AFTA AFTA AFTA
C 0,0000 0,0172 -31,0488 26,3440
LGDP 1,8703 1,8703 2,1686 1,0526
LER -0,0471 0,0000 -0,3504 -0,3504

Berdasarkan tabel diatas dapat manufaktur Indonesia. Jika sejak awal


dilihat bahwa dampak dari integrasi tarif impor dengan negara mitra daganng
ekonomi yang dilakukan di wilayah rendah, maka seterusnya akan rendah
ASEAN dalam bentuk AFTA dan menyebabkan hambatan baru dalam
menyebabkan pengalihan perdagangan mengalihkan perdagangan dari negara
(trade diversion). Hal tersebut non anggota ke negara anggota
ditujukkan dalam penurunan nilai (Ramasamy, 2014).
koefisien GDP dalam model nilai impor Pengalihan perdagangan (trade
manufaktur yang berasal dari inter diversion) terjadi karena terdapat
ASEAN baik dalam jangka panjang perbedaan elastisitas permintaan impor
maupun jangka pendek. Pengalihan dan pangsa pasar dalam negara intra
perdagangan dapat terjadi apabila ASEAN (Karemera & Ojah, 1998).
komoditi yang diimpor sebagian besar Indonesia merupakan negara yang
berasal dari negara non anggota memiliki pangsa pasar yang besar, selain
ASEAN, selain itu biaya produksi yang itu perkembangan teknologi di Indonesia
ditawarkan di negara non anggota lebih masih tergolong rendah sehingga
kecil dibandingkan dengan negara menyebabkan terjadinya pengalihan
anggota. Hal tersebut berakibat perdagangan dalam impor sektor
terjadinya trade diversion dalam impor manufaktur Indonesia.

Tabel 8. Koefisien dari Model Impor Manufaktur dari Intra ASEAN

Jangka Pendek Jangka Panjang


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
AFTA AFTA AFTA AFTA
C 0,0000 0,0000 -27,8586 -27,8586
LGDP 2,2302 2,2302 1,8888 1,8888
LER 0,0000 0,0000 0,0000 0,4755

Berdasarkan tabel diatas dapat ditujukkan dengan tidak adanya


dilihat bahwa dampak dari integrasi kenaikan nilai koefisien GDP dalam
ekonomi yang dilakukan di wilayah model nilai impor manufaktur yang
ASEAN dalam bentuk AFTA tidak berasal dari intra ASEAN baik dalam
menyebabkan terbentuknya perdagangan jangka panjang maupun jangka pendek.
baru (trade creation). Hal tersebut Terdapat beberapa alasan yang
mendasari tidak terjadinya perdangan 1. Berdasarkan analisis trade
baru (trade creation). Yang pertama creation yang telah dilakukan,
adalah hubungan perdagangan Indonesia selama 24 tahun implementasi
dengan mitra dagang asli terlalu erat; AFTA (1993-2017) tidak
yang kedua, jarak antara tarif CEPT dan menciptakan perdagangan baru
MFN terlalu kecil; dan yang terakhir (trade creation) pada nilai impor
adalah adanya hambatan non-tarif manufaktur Indonesia dari negara-
diantara negara-negara anggota ASEAN negara anggota ASEAN. Hal ini
(Samsubar & Suprayitno, 2010). ditunjukkan dengan turunnya
pengaruh GDP Indonesia terhadap
Menurut Mukhlis (2009) tidak
nilai impor manufaktur dari negara
terjadinya trade creation pada impor
intra ASEAN dan diakibatkan oleh
Indonesia dari berasal dari intra ASEAN
perdagangan sektor manufaktur
terjadi karena intrumen utama dalam
Indonesia dengan negara intra
integrasi ekonomi tersebut masih
ASEAN masih lemah.
berkaitan erat dengan penghapusan tarif
impor diantara negara-negara anggota 2. Implementasi AFTA menunjukkan
adanya pengalihan perdagangan
perdagangan. Dengan adanya penurunan
(trade diversion) antara Indonesia
tarif impor yang tidak diiringi dengan
dengan negara-negara non anggota
perubahan harga barang didalam negeri
ASEAN dalam sektor manufaktur.
akan menyebabkan harga barang impor
Terjadinya pengalihan
masih relatif mahal. Selain dikarenakan
perdagangan (trade diversion)
masih eratnya keterkaitan integrasi
memiliki pengaruh negatif, yaitu
ekonomi dengan penurunan tarif impor,
menurunkan nilai impor
terdapat beberapa faktor lain yang
manufaktur dari negara inter
menyebabkan trade creation tidak
ASEAN. Adanya pengalihan
terbentuk di negara ASEAN, diantaranya
perdagangan diakibatkan oleh
adalah adanya perbedaan standarisasi
kuatnya perdagangan yang terjalin
produk, prosedur perizinan yang susah,
antara Indonesia dengan negara
inefisiensi pengurusan pengeluaran
inter ASEAN dalam sektor
barang sehingga menyebabkan barang
tidak kompetitif, dan adanya persoalan manufaktur.
3. Implementasi AFTA menciptakan
ragam komoditas yang hampir sama
dampak pengalihan perdagangan
(Wattanaputi, 2006).
(trade diversion) lebih besar
dibandingkan dampak penciptaan
KESIMPULAN
perdagangan (trade creation)
untuk impor dalam sektor
Penelitian ini dilakukan untuk
manufaktur (SITC 6). Hal ini
mengetahui dampak dari integrasi
menunjukkan bahwa implementasi
ekonomi di wilayah ASEAN yang
AFTA tidak berjalan efektif untuk
bertajuk ASEAN Free Trade Area
impor manufaktur Indonesia
(AFTA), apakah menyebabkan
karena dampak trade diversion
terjadinya trade creation atau trade
lebih besar dibanding trade
diversion dalam sektor manufaktur
creation.
(SITC 6). Berdasarkan pembahasan yang
telah dilakukan dalam bab sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Dornbusch, R., & Fischer, S. (1994). Macroeconomics (6th ed.). New York: McGraw
Hill.
Karemera, D., & Ojah, K. (1998). An Industrial Analysis of Trade Creation and
Diversion Effects of NAFTA. Journal of Economic Integration, 13(3), 400–425.
Mukhlis, I. (2009). Dampak Integrasi Ekonomi ASEAN terhadap Permintaan Industri
Manufaktur Indonesia, 1(2), 99–107.
Ramasamy, B. (2014). ASEAN Diversion Free Trade in an Area, 12(1), 10–17.
Salvatore, D. (1996). Ekonomi Internasional. (H. Munandar, Ed.). Jakarta: Erlangga.
Samsubar, S., & Suprayitno, B. (2010). ASEAN Economic Integration: Trade Creation
or Trade Diversion for Import of Indonesia Manufactures? Economic Journal of
Emerging Markets, 2(1), 31–45.
Tinbergen, J. (1954). International Economic Integration.
Wattanaputi, T. (2006). Priority Integration Sectors: Performance and Challenges
(33/III/Aug). Asia Views.
www.kemendag.go.id/files/regulasi/2002/01/AFTA.htm

Anda mungkin juga menyukai