Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KOMODITAS EKSPOR UNGGULAN INDONESIA

Disusun oleh:
Muhammad Khaidir Naufal (01021181722111)
Putri Rizki Amelia (01021181722007)
Tegar Kuswiraputra (01021281722043)
Muhammad Fahmi Husaini (01021181722012)
Paidah (01021281722038)
Ricka Legitaria (01021181722014)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca revolusi di Inggris abad 19 telah mendorong pusut pusat industri baru di
berbagai penjuru dunia yang kemudian di sebut sebagai “dunia peradaban baru” atau
region of recent settlement pada peradaban dunia baru tersebut sangat di pengaruhi
oleh aktivitas ekspor dan impor, terutama ekspor. Negara maju seperti Inggris,
Perancis, Jerman dan negara maju lainya mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat karena pertumbuhan ekonominya berstandart pada aktivitas perdagangan
terutama ekspor. Hal ini menunjukan bahwa ekspor merupakan kegiatan perdagagan
internasional yang telah menjadi mesin pertumbuhan bagi negara berkembang,
dengan kegiatan ekspor negara berkembang dapat meningkatkan devisa sehingga
akan meningkatkan kaekayaan atau pendapatan negara, secara tidak langsung juga
dapat meningkatkan pendapatkan perkapita (the export let growh
hypothesis).(Soekarwati;1991).
Pengertian ekspor menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 182/MPP/Kep/4/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor,
menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah
kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri didefinisikan sebagai
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara
diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan.(Hirman Hamidi,2007). Kegiatan ekspor memegang peranan yang cukup
penting dalam rangka pengendalian inflasi dan mendorong produksi dalam negeri,
khususnya komoditi yang akan diekspor. Ekspor adalah kebalikan dari impor. Negara
pada umumnya sangat mendorong agar ekspor meningkat. Banyak cara atau
kebijakan yang ditempuh oleh suatu Negara dalam rangka mendorong ekspor antara
lain:
1. Perbaikan atau rehabilitasi kapasitas produksi, khususnya komoditi ekspor.
2. Diversifikasi dalam komposisi ekspor, yaitu mengadakan perubahan-
perubahan susunan barang-barang ekspor dengan jalan meningkatkan barang-
barang ekspor lama ataupun menambah jenis hasil ekspor baru.
3. Peningkatan mutu barang yang akan diekspor sehingga menambah nilai.
4. Perluasan daerah pemasaran di luar negeri.
5. Memperkuat lembaga-lembaga pemasaran seperti penyempurnaan tata niaga
komoditi ekspor nonmigas.
6. Pengolahan lebih lanjut serta perbaikan pola pemasaran hasil produksinya.
7. Suatu kegiatan ekspor dapat berkembang jika barang-barang adalah barang-
barang yang laku di luar negeri serta mendatangkan keuntungan bagi yang
menjual (eksportir).
Komoditas adalah sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat
diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat
dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat
dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka (Soejono, 2004 : 51).
Daya saing adalah kemampuan produsen memproduksi suatu komoditi dengan
mutu yang baik dan biaya yang cukup rendah sesuai harga di pasar internasional,
dapat dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan kegiatan produksi
atau usahanya ( Simanjuntak, 1992 ) dalam penelitian ( Candra, 2003 : 27 ). Daya
saing juga mengindikasikan terjadinya penguatan perekonomian domestik dengan
orientasi dan daya saing global. Secara makro, teori globalisasi ekonomi dapat
diartikan sebagai sebuah teori yang didasarkan atas asumsi perdagangan bebas/pasar
bebas di seluruh dunia, tanpa adanya hambatan baik dalam bentuk tarif atau non tarif.
Namun secara mikro, globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah inisiatif
bisnis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa dunia telah menjadi sedemikian
homogen, seiring dengan makin mengaburnya perbedaan nyata antar pasar domestik.
Tentang kerja sama regional. mengemukakan bahwa kerja sama ekonomi dan
keuangan, khususnya di bidang perdagangan internasional, saat ini mengarah pada
pembentukan kerja sama guna mewujudkan integrasi ekonomi dan keuangan secara
regional. (Ade Komarudin,2015).

B. Rumusan Masalah
1. Seberapa besar Daya Saing Komoditi ekspor Indonesia ?
2. Sepuluh komoditi yang di ekspor oleh indonesia ?
3. Kebijakan apa yang digunakan oleh pemerintah dalam negeri dan pemerintah luar
negeri?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah agar permasalahan tidak melebar kami melakukan
pembatasan meliputi; Analisis sepuluh komoditas ekspor Indonesia, tujuan ekspor,
dan daya saing serta daerah penghasil komoditas di dunia perdagangan dengan
menggunakan data dari beberapa jurnal yakni:
1. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 karya Farid
Ustriaji.
2. RIRI ESTHER PAINTE. Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Non Tarif di
Pasar Uni Eropa Terhadap Ekspor Komoditas Udang Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komoditas Ekspor Indonesia sepuluh teratas.
Dari berbagai sumber daya yang dijadikan komoditas terdapat sepuluh
komoditas yang menjadi pilihan utama bagi Indonesia untuk diekspor. Berikut adalah
komoditas yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia beserta negara tujuan:
1. Komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
Pertumbuhan komoditi tekstil dan produk tekstil dapat di lihat dari tahun
2010-2014 mengalami fluktuasi nilai ekspor. Dimana pertumbuhan ekspor tertinggi
pada tahun 2011 dengan persentase sebesar 17%, menurun di tahun 2012 dengan
persentase -5%, mengalami kenaikan di tahun 2013 dengan persentase 3%,
mengalami penurunan terendah di tahun 2014 dengan persentase 1%. Komoditas TPT
banyak diproduksi di pulau Jawa khususnya pada provinsi Jakarta.
Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPN API) merilis
kinerja industri TPT Indonesia di tahun 2017, dan dibandingkan dengan tahun 2016.
Data itu menunjukkan nilai ekspor produk TPT Indonesia tumbuh 6% dari USD
11,83 miliar di 2016 menjadi USD 12,54 miliar di 2017. Kemudian data berikut
menunjukkan nilai ekspor tekstil:

(sumber: www.dataindustri.com)
Negara tujuan ekspor terbesar Amerika serikat, Jepang dan Cina seperti yang
ditunjukkan oleh tabel berikut:
(sumber: bps.go.id)
2. Komoditas Elektronik.
Rata-rata ekspor komoditas eletronik dari Indonesia merupakan komponen
dan bukan barang jadi misal berupa optical character, alumunium electrolytic dan
tantalum. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki faktor SDA yang cukup potensial
seperti timah, alumunium dan sebagainya sehingga cocok bagi perusahaan elektronik
brand luar seperti Polytron asal Amerika Serikat yang pabriknya terletak di bogor
untuk melakukan efesiensi produksi dengan meletakkan pabrik nya di Indonesia.
Namun terdapat pula merek asal dalam negeri seperti Maspion.
Pertumbuhan komoditi elektronik dapat di lihat dari tahun 2010-2014
mengalami peningkatan yang signifikan pada nilai ekspor. Pertumbuhan komoditi
elektronik pada tahun 2011 sebesar 13% yang kemudian meningkat menjadi 16%
pada tahun 2012, dan turun drastis menjadi 0% di tahun 2013 yang meningkat
kembali sebesar 4% di tahun 2014.
Pada rentang waktu Januari-Agustus 2015 ekspor komoditas elektronik
mencapai 6,76 Trilliun Rupiah, dengan negara tujuan sebagai berikut:

(sumber: bps.go.id)
3. Komoditas Karet dan Produk Karet.
Indonesia merupakan eksportir terbesar kedua di dunia setelah Thailand
dengan produksi tahunan mencapai 3.2 juta ton. Sebagian besar karet didapat dari
pulau Sumatera dan Kalimantan. Berbeda halnya dengan elektronik brand karet
dikuasai oleh dalam negeri seperti ban ‘GT Radial’ yang diproduksi oleh PT Gajah
Tunggal namun juga terdapat brand asing seperti ‘Bridgestone’.
Pertumbuhan komoditi karet dan produk karet dapat di lihat dari tahun 2010-
2014 mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Dimana pertumbuhan pada tahun 2011
sebesar 46%, turun di tahun 2012 sebesar -23%, yang kemudian meningkat menjadi -
8%, dan menurun kembali di tahun 2014 sebesar 18%.
Berikut adalah data yang menunjukkan tempat ekspor terbesar dari berbagai
negara:

(sumber: bps.go.id)
4. Komoditas Sawit.
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia.
Namun Indonesia masih memiliki tingkat persaingan yang tinggi dengan Malaysia
dibidang ini. Kinerja ekspor minyak sawit (CPO,PKO, biochemical dan biodiesel)
tercatat mencapai 16,6 juta ton pada semester pertama 2017. Tiap pulau dan hampir
semua provinsi tercatat sebagai penghasil sawit. (sumber: google.co.id)
Pertumbuhan komoditi Sawit dapat di lihat dari tahun 2010- 2014 mengalami
fluktuatif pada nilai ekspor. Yang pada tahun 2011 pertumbuhan sawit sebesar 28%,
menurun sebesar 2% di tahun 2012, menurun kembali mejadi -10% di tahun 2013,
dan meningkat kembali di tahun 2014 sebesar 10%.
Ekspor ke berbagai negara tujuan di gambarkan pada grafik berikut:

(sumber: bps.go.id)
5. Komoditas Alas Kaki
Kementrian Perindustrian mencatat sepanjang tahun 2017 nilai ekspor USD
4,7 miliar (sekitar Rp. 62 triliun) angka tersebut naik dari 2,1% dibanding tahun
sebelmnya yang mencapai USD 4,6 miliar. Berdasarkan World Footwear Market
2016 Asia masih mendominasi 87% produksi alas kaki dunia, dan indonesia di posisi
ke-4 dengan total produksi 4,4% kontribusi alas kaki dunia. Alas kaki terbesar
diproduksi di Provinsi Banten (antaranews.com).
Pertumbuhan komoditi Alas Kaki dapat di lihat dari tahun 2010-2014
mengalami peningkatan nilai ekspor. Pertumbuhan alas kaki di tahun 2011 sebesar
32%, yang mengalami penurunan menjadi 7% di tahun 2012, meningkat di tahun
2013 sebesar 10%, dan pada tahun 2014 menurun sebesar 6%.
Grafik dibawah ini menunjukkan jumlah tujuan ekspor alas kaki:

(sumber: bps.go.id)
6. Komoditi Otomotif
Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor produk otomotif dan bagiannya
pada tahun lalu mencapai USD 4,9 miliar, naik 44,5% dibandingkan dengan
pencapaian 2011 senilai USD 3,3 miliar.
Data gabungan Gabungan industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)
memperlihatkan tahun lalu ekspor mencapai 173.368 unit. Namun meski dapat
mengekspor otomotif Indonesia masih menggunakan brand dari luar negeri dan
Indonesia juga masih melakukan impor otomotif hal ini dikarenakan perbedaan
preferensi konsumen sesuai dengan teori Keunggulan Komparatif David Ricardo.
Pertumbuhan komoditi Otomotif dapat di lihat dari tahun 2010-2012
mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan otomotif pada tahun 2011
sebesar 15%, meningkat pada tahun 2012 sebesar 24%, menurun di tahun 2013
sebesar -4%, dan meningkat kembali untuk pertumbuhan di tahun 2014 sebesar 6%.
Ekspor Otomotif ditunjukkan di grafik berikut:\
(sumber:bps.go.id)

7. Komoditas Udang
Pertumbuhan komoditi udang dapat di lihat dari tahun 2010-2012 cenderung
mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan udang pada tahun 2011 sebesar
25%, yang mengalami tenurunan pertumbuhan yang sangat drastis di tahun 2012
sebesar 100%, meningkat di tahun 2013 sebesar -1%, dan meningkat kembali di
tahun 2014 sebesar 7% untuk pertumbuhan udang. Daerah penghasil udang
merupakan daerah yang dekat dengan wilayah samudra, daerah penghasil terbesar
adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung.
Tujuan dari ekspor udang adalah negara Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa
sebagaimana di tunjukkan oleh tabel berikut:

Kemudian data terbaru dari BPS menunjukkan data sebagai berikut:


(sumber: bps.go.id)
8. Komoditi Kakao
Ekspor kakao Indonesia selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 masih
didominasi oleh biji kakao. Setiap tahunnya, dominasi ekspor biji kakao selalu lebih
dari 70% dari total ekspor kakao Indonesia. Bahkan pada tahun 2009, dominasi
ekspor biji kakao mencapai 82%. Ekspor biji kakao sebelum tahun 2010 memiliki
tren meningkat, kemudian trennya menurun setelah tahun 2010. Pada tahun 2010,
ekspor biji kakao mencapai 432 ribu ton, kemudian mengalami rata-rata penurunan
21% setiap tahun menjadi 63 ribu ton tahun 2014. Pertumbuhan komoditi kakao
dapat di lihat dari tahun 2010-2013 cenderung mengalami fluktuasi pada nilai ekspor.
Pertumbuhan kakao pada tahun 2011 sebesar 18%, menurun di tahun 2012 sebesar
22%, mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 9%, dan penurunan pertumbuhan
sebesar 8% di tahun 2014. Komoditas kakao banyak di hasilkan dari daerah Salatiga,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua.
Ekspor Kakao ke berbagai negara ditunjukkan pada grafik berikut:

(sumber: bps.go.id)
9. Komoditas Kopi
Pertumbuhan komoditi kopi dapat di lihat dari tahun 2010-2014 mengalami
fluktuatif pada nilai ekspor. Pertumbuhan kopi pada tahun 2011 sebesar 27%, yang
mengalami menurunan sebesar 21% pada tahun 2012, mengalami penurunan
pertumbuhan kembali di tahun 2013 sebesar -6%, dan terus mengalami penurunan
sebesar -11% pada tahun 2014. Kopi dikonsumsi berdasarkan preferensi konsumen
karenanya kualitas kopi dibedakan dari daerah mana kopi diproduksi. Daerah
penghasil Kopi Gayo adalah Aceh, Kopi Toraja adalah Tanah Toraja, Kopi Jawa ada
di Jawa dan Kopi Kintamani adalah Bali serta masih banyak yang lain.
Ekspor Kopi ke berbagai negara ditunjukkan pada grafik berikut:

(sumber: bps.go.id)
10. Komoditas Produk Hasil Hutan
Pertumbuhan komoditi Produk Hasil Hutan dapat di lihat dari tahun 2010-
2014 mengalami fluktuasi pada nilai ekspor. Pertumbuhan produk hasil hutan pada
tahun 2011 sebesar 6%, yang turun menjadi -2% pada tahun 2012, meningkat
kembali di tahun 2013 sebesar 3%, dan pada tahun 2014 sebesar 3%. Daerah
pengahasil Produk hasil hutan dapat di temukan di Pulau Sumatera dan Pulau
Kalimantan.
Ekspor Produk hasil hutan ke berbagai negara ditunjukkan oleh tabel berikut:

(sumber: bps.go.id)
B. Negara tujuan Ekspor.
1. TPT
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Turki, Korea Selatan, Inggris, Rep.rakyat
Cina, Perserikatan Emirat Arab, Brasilia, Malaysia, Italia, Belgia, Belanda,
Spanyol, Kanada, Saudi Arabia, Thailand, Perancis, Vietnam, Taiwan
2. ELEKTRONIK
Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Rep.rakyat Cina, Malaysia,
Korea Selatan, Jerman, Pilipina, Belanda, Perancis, India, Thailand, Australia,
Perserikatan Emirat Arab, Inggris, Taiwan, Vietnam, Belgia, Italia
3. KARET DAN PRODUK KARET
Amerika Serikat, Rep.rakyat Cina, Jepang, Singapura, Korea Selatan,
Brasilia, Jerman, Kanada, India, Perancis, Belanda, Turki, Spanyol, Italia, Inggris,
Belgia, Taiwan, Rep.afrika Selatan, Australia, Argentina
4. SAWIT
India, Rep.rakyat Cina, Malaysia, Bangla Desh, Singapura, Mesir, Belanda,
Italia, Ukraine, Iran, Federasi Rusia, Spanyol, Jerman, Tanzania, Pakistan,
Rep.afrika Selatan, Burma, Vietnam, Brasilia, Kenya
5. PRODUK HASIL HUTAN
Jepang, Rep.rakyat Cina, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia,
Malaysia, Taiwan, Perserikatan Emirat Arab, India, Saudi Arabia, Jerman,
Belanda, Inggris, Vietnam, Singapura, Belgia, Italia, Perancis, Bangla Desh,
Thailand
6. ALAS KAKI
Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, Belanda, Italia, Jepang, Meksiko,
Brasilia, Perancis, Rep.rakyat Cina, Denmark, Panama, Korea Selatan, Singapura,
Australia, Spanyol, Federasi Rusia, Chili, Rep.afrika Selatan
7. OTOMOTIF
Thailand, Jepang, Saudi Arabia, Pilipina, Malaysia, Singapura,
Perserikatan Emirat Arab, Rep.afrika Selatan, Brasilia, Vietnam, Oman, Amerika
Serikat, Rep.rakyat Cina, Meksiko, Taiwan, Burma, Inggris, Jerman, India,
Kuwait
8. UDANG
Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Rep.rakyat Cina, Belgia, Hongkong,
Singapura, Vietnam, Perancis, Kanada, Australia, Malaysia, Federasi Rusia,
Taiwan, Puerto Rico, Jerman, Belanda, Italia, Korea Selatan, Denmark
9. KAKAO
Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Spanyol, Jerman, Perancis,
Rep.rakyat Cina, Inggris, Australia, Pilipina, Belanda, Thailand, India, Kanada,
Jepang, Perserikatan Emirat Arab, Estonia, Selandia Baru, Brasilia, Federasi
Rusia
10. KOPI
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Malaysia, Belgia, Inggris, Federasi
Rusia, India, Maroko, Mesir, Australia, Taiwan, Kanada, Aljazair, Singapura,
Georgia, Ekuador, Perancis, Thailand
(sumber: panduanekspor.com/negara-tujuan-ekspor-komoditi-utama)
D. Kebijakan Luar Negeri Serta Daya Saing.
Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan
menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut (Hady, 2004).
a) Kebijakan Hambatan Tarif (Tariff Barrier)
Kebijakan Tariff Barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut:
1. Pembebanan bea masuk atau tarif rendah antara 0% - 5% dikenakan untuk
bahan kebutuhan pokok dan vital, alat-alat militer/pertahanan/keamanan,dll.
2. Tarif sedang antara 5% - 20% dikenakan untuk barang setengah jadi dan
barang-barang lain yang belum cukup diproduksi dalam negeri.
3. Tarif tinggi diatas 20% dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-
barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang
kebutuhan pokok.
Tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk
untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri (Hady, 2004). Kebijakan tarif terdiri
dari:
1. Tarif Nominal dan Tarif Proteksi Efektif:
a. Tarif Nominal adalah besarnya persentase tarif suatu barang
tertentu yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
b. Tarif Proteksi Efektif disebut juga sebagai Effective Rate of
Protection (ERP) yaitu kenaikan Value Added Manufacturing (VAM) yang
terjadi karena perbedaan antara persentase tarif nominal untuk barang jadi
atau CBU (Completely Built-up) dengan tarif nominal untuk bahan baku atau
komponen input impornya atau CKD (Completely Knock Down).
2. Infant Industry Argument adalah suatu kebijaksanaan untuk melindungi
industri-industri dalam negeri yang baru lahir atau tumbuh dengan proteksi
edukatif, sehingga dapat bersaing baik di pasar dalam negeri maupun luar
negeri.
3. Proteksi edukatif yaitu kebijakan untuk melindungi infant industry secara
mendidik dengan ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut : transparan,
selektif, limitatif, kuantitatif, declining.
b) Kebijakan Hambatan Non Tarif (Non Tarif Barrier)
`Kebijakan Non Tariff Barrier terdiri atas beberapa bagian yaitu:
a. Pembatasan spesifik, terdiri dari larangan impor secara mutlak;
pembatasan impor atau quota system; peraturan atau ketentuan teknis untuk impor
produk tertentu; peraturan kesehatan atau karantina, peraturan pertahanan dan
keamanan negara; peraturan kebudayaan, perizinan impor/import licenses; embargo;
dan hambatan pemasaran seperti VER (Voluntary Export Restraint), OMA (Orderly
Marketing Agreement).
b. Peraturan Bea Cukai (Custom Administration Rules), terdiri dari tata laksana
impor tertentu; penetapan harga pabean; penetapan forrex rate (kurs valas) dan
pengawasan devisa; consultan formalities; packaging/labelling regulation;
documentation hended; quality and testing standard; pungutan administrasi (fees);
dan tariff classification.
c. Partisipasi pemerintah, terdiri dari kebijakan pengadaan pemerintah; subsidi dan
insentif ekspor; countervailing duties; domestic assistance programs; dan trade-
diverting.
d. Import charges, terdiri dari import deposits ; supplementary duties ; dan variable
levies.
Perdagangan dunia menurut Koo dan Kennedy (2005), jauh dari kebebasan.
Beberapa negara menggunakan bermacam hambatan perdagangan (tarif dan non tarif)
untuk melindungi industri yang tidak efisien. Hal ini terutama berlaku pada pertanian.
Rata-rata tarif untuk produk pertanian (30%) lebih besar daripada untuk produk
industri (6%). Tarif adalah pajak yang dibebankan pemerintah untuk komoditi
sebagai batas garis nasional. Tarif digunakan untuk melindungi ekonomi domestik
dari kompetisi luar negeri. Tarif ad valorem menunjukkan persentase dari nilai
komoditi yang diperdagangkan. Sedangkan tarif spesifik adalah jumlah tetap per unit
komoditi yang diperdagangkan. Tarif campuran adalah kombinasi dari tarif ad
valorem dan tarif spesifik. Hambatan non tarif bisa mengandung rintangan dengan
angka yang besar selain tarif, seperti kebijakan, peraturan, prosedur yang mengubah
perdagangan. Hambatan non tarif yang paling banyak digunakan untuk mengontrol
impor pertanian yaitu (Koo dan Kennedy, 2005): (1) pembatasan kuantitatif dan
pembatasan spesifik sejenis (misalnya kuota, Voluntary Export Restraints, dan kartel
internasional); (2) beban non tarif dan kebijakan yang berhubungan yang
mempengaruhi impor (misalnya kebijakan antidumping dan kebijakan countervailing);
(3) kebijakan umum pemerintah yang membatasi (misalnya kebijakan oleh
pemerintah, kebijakan kompetisi, dan penetapan perdagangan); (4) prosedur umum
dan kegiatan administrasi (misalnya prosedur valuasi dan prosedur perizinan); dan (5)
hambatan teknis (peraturan dan standar kualitas kesehatan dan sanitasi, keamanan,
peraturan dan standar industrial, dan peraturan pengemasan dan pelabelan).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
` Pada komoditi unggulan Indonesia dari beberapa komoditi tersebut
mengalami kenaikan pertumbuhan yang cukup signifikan untuk komoditi Alas kaki
dan Elektronik, pada komoditi tekstil dan produk tekstil, karet dan produk karet,
sawit, produksi hasil hutan, alas, dan kopi mengalami fluktuasi selama tahun 2010
2014, dan cenderung menurun pada kakao, Udang, dan Otomotif. Penyumbang
kontribusi terbesar dari 10 komoditi unggulan tersebut ada pada komoditi sawit yang
mencapai 28% dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 81.636.136
dan penyumbang kontribusi terendah pada komoditi udang yang hanya mencapai 1%
dengan nilai total ekspor tahun 2010-2014 sebesar US $ 1.813.201.
DAFTAR PUSTAKA
Ekspor Indonesia dan Negara tujuan
(http:/www.bps.go.id/ekspor-indonesia-dan-negara-tujuan-2016)
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.14, No.02 Desember 2016 karya Farid Ustriaji:
Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional:
Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Febriyanthi. 2008. Pengertian Daya Saing Industri. http://www.google.com/pengerti


an-daya-saing-industri.pdf . 3 Januari 2016. Hamidi, Hirwan, 2007. Daya Saing
Tembakau Virginia Lombok di Pasar Ekspor Competitiveness of Lombok
Virginia Tobacco in Export Market. Jurnal.

Kania, Ratna, 2012. Analisis Daya Saing Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasioal.
Jurnal. Komarudin, Ade. 2015. Definisi Daya Saing di Dunia Industri.
http://www.rmol.co . 6 Januari 2016. Michael E. Porter. 2007. Strategi Bersaing
(competitive strategy). Tangerang : Kharisma Publishing Group. Rakhmawan,

Hendra, 2009. Analisis Daya Saing Komoditi Udang Indonesia di Pasar Internasional.
Jurnal Ricardo, David. 1817. Principles of Political Economy and Taxation.
Soekarwati, 1991. Daya Saing Ekspor The Indonesia di Pasar Teh Dunia.
Jurnal

Anda mungkin juga menyukai