Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS INDONESIA - AUSTRALIA (IE -

CEPA)

Ibrahim1
Ibrohimboim55@gmail.com

Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta

ABSTRAK

Perdagangan bebas antara Indonesia dengan Australia telah direncanakan atau adanya
negosiasi pada akhir 2010 namun ditunda pada 2013 dan diaktifkan kembali pada 2016 dan
telah melalui 12 negosiasi dan perjanjian ditandatangani pada 2019. Dengan adanya
perjanjian perdagangan bebas atau IA - CEPA ini pemerintah mengharapkan adanya
peningkatan investasi dengan Australia dan dapat menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok
global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak positif dan negatif perdagangan
bebas antara Indonesia dengan Australia. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
kualitatif deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder berupa terbitan ilmiah dan kanal berita yang dapat dipercaya, yang
mendeskripsikan perdagangan bebas antara Indonesia dengan Australia beserta dampak-
dampak terhadap perekonomian Indonesia. Pengumpulan data dilakukan melalui kajian
literatur. Literatur yang digunakan berupa jurnal ilmiah, skripsi, dan berita perdagangan
bebas Indonesia - Australia. Hasil penelitian ini adalah dengan adanya IA-CEPA
menghadirkan dampak yang positif seperti bahan baku olahan gandum lebih terjangkau bagi
industri makanan di Indonesia sehingga di pasar global produk Indonesia dapat lebih
kompetitif.
Kata Kunci: Perdagangan Bebas, Indonesia, Australia, IA - CEPA, Dampak

ABSTRACT

Free trade between Indonesia and Australia had been planned or negotiated by the end of
2010 but was postponed in 2013 and reinstated in 2016 and has gone through 12 negotiations
and agreements signed in 2019. With this free trade agreement or IA-CEPA, the government
expects increased investment with Australia and can make Indonesia a global supply chain.
This study aims to determine the positive and negative impacts of free trade between
Indonesia and Australia. This research was conducted through a descriptive qualitative
approach. The data used in this study is secondary data. Secondary data in the form of
scientific publications and reliable news channels describing free trade between Indonesia
and Australia and the impacts on the Indonesian economy. Data collection is conducted
through literature studies. Literature used in the form of scientific journals, thesis, and free
trade news Indonesia - Australia. The result of this study is that IA - CEPA presents a
positive impact such as processed wheat raw materials are more affordable for the food
industry in Indonesia so that in the global market Indonesian products can be more
competitive.
Keywords: Free Trade, Indonesia, Australia, IA-CEPA, Impact
PENDAHULUAN
Dalam memperlancar kegiatan perdagangan suatu negara membutuhkan liberalisasi
perdagangan dunia karena memudahkan kerja sama perdagangan negara dengan negara
lainnya. Pemerintah Indonesia telah menerapkan liberalisasi perdagangan guna tetap
mengikuti perdagangan bebas. Kerja sama perdagangan banyak dilakukan Indonesia baik
yang bersifat bilateral, regional, multilateral maupun internasional. Liberalisasi perdagangan
adalah praktik untuk mendorong perdagangan secara bebas antar negara dengan cara
menghapus atau mengurangi hambatan seperti bea masuk impor dan lain - lain.
Perkembangan dalam teknologi dan pola kegiatan ekonomi membuat semua masyarakat di
dunia menjadi lebih sering saling bersentuhan, saling membutuhkan dan tentunya ada pula
persaingan yang tercipta. Dikarenakan adanya konflik dalam berinteraksi secara internasional
maka dibutuhkan aturan sehingga memperkecil adanya gesekan - gesekan perselisihan atau
konflik yang akan terjadi.

Di dalam Islam, perdagangan bebas adalah perdagangan yang meningkatkan


hubungan dengan luar negeri dan melarang perdagangan yang mengusik kemaslahatan orang
Islam. Dan di dalam Islam asas perdagangan bukan pada produknya tetapi lebih terletak pada
pelaku perdagangannya yaitu pedagangnya, sehingga dapat memudahkan pemerintah dalam
bertindak dan berperilaku serta tegas dalam melakukan perdagangan dan menjamin
kesejahteraan masyarakatnya sehingga dapat membuat masyarakat lebih giat dalam
memproduksi suatu barang.

Syaikh Abdul Qadim Zallum mengatakan negara berkembang bisa mendapatkan


investasi berkat dari negara maju. Namun dikarenakan dengan terus diberikannya investasi
terus menerus oleh negara maju membuat negara berkembang sulit untuk lepas dari
ketergantungan tersebut sehingga negara berkembang tidak bisa bersaing. Dengan adanya
perdagangan ini membuat perekonomian dalam negeri menjadi lebih lemah ketimbang
sebelumnya. Negara berkembang akan selalu dijadikan konsumen utama akan produk dan
investasi oleh negara maju. sehingga membuat negara berkembang sulit untuk membuat
fondasi ekonomi yang kokoh karena mereka selalu bergantung pada negara maju. Sehingga
membuat negara berkembang tidak akan pernah menjadi negara maju.

Menurut Adam Smith, dengan di berikannya kemudahan setiap orang dalam


memproduksi dan menjual barang dengan bebas, dan membuka pasar hingga membuat
kompetisi pasar domestik dan asing akan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat yang
sangat besar. David Ricardo mengatakan perdagangan bebas adalah kegiatan pertukaran atau
jual beli yang dijalankan secara bebas dan dapat menjadi keuntungan bagi masyarakat yang
ikut serta dalam melakukan perdagangan, dikarenakan perdagangan bebas dapat
menghasilkan spesialisasi yang mampu meningkatkan efisiensi dan meningkatnya
produktivitas. Dua teori kaum klasik pada perdagangan bebas:

a. Comparative Advantage
Pertama kali dikembangkan oleh ekonom Inggris abad ke-19 David Ricardo, yang
mengaitkan penyebab dan manfaat perdagangan internasional dengan perbedaan
biaya peluang relatif (biaya dalam hal barang lain yang diberikan) menghasilkan
komoditas yang sama di antara negara-negara.
b. Absolute Advantage
Konsep keunggulan mutlak dikembangkan oleh Adam Smith dalam bukunya
"Wealth of Nations" untuk menunjukkan bagaimana negara-negara dapat
memperoleh dari perdagangan dengan mengkhususkan diri dalam memproduksi
dan mengekspor barang-barang yang mereka hasilkan lebih efisien daripada
negara lain dan mengimpor barang-barang negara lain menghasilkan lebih efisien.

Dengan adanya perdagangan bebas ini membuat persaingan ekonomi yang lebih luas
dan akan perekonomian membaik. Ini menjadi pertimbangan Indonesia untuk membangun
perekenomian negara. Pertumbuhan ekonomi adalah kunci untuk negara agar bisa
membangun. Menurut Sukirno (2009: 9), meningkatnya barang dan jasa yang diproduksi oleh
masyarakat bisa disebut dengan pertumbuhan ekonomi.

Disebutkan di teori Adam Smith bahwa dalam pertumbuhan ekonomi memiliki 2


aspek penting. Yang pertama yaitu pertumbuhan output GDP total dan pertumbuhan
penduduk. Apabila suatu negara mendapatkan keuntungan dari kegiatan spesialisasi maka
GDP total akan tumbuh atau naik. Adanya pasar yang bisa menampung semua hasil produksi
akan membantu GDP bertumbuh. Dengan adanya perdagangan bebas akan membuat suatu
negara dapat memperoleh pasar yang luas. Kegiatan perdagangan internasional itu sendiri
dapat dibagi menjadi dua jenis golongan kegiatan perdagangan yaitu kegiatan ekspor dan
kegiatan impor.

Indonesia merupakan anggota dari Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)


yang telah mengembangkan kebijakan ASEAN Free Trade Area atau bisa disebut AFTA dan
Indonesia telah melakukan berbagai kerja sama perdagangan dengan luar negeri seperti
ASEAN - Cina, ASEAN - Korea, ASEAN - India, Indonesia - Jepang (IJ - EPA), ASEAN -
Australia - New Zealand dan Indonesia-Australia (IA - CEPA) yang pada tahun 2019 telah di
tandatangani dan mulai resmi berlaku mulai 5 juli 2020. DPR telah mengesahkan RUU
perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Australia menjadi UU pada 6 Februari 2020. Martin
Manurung selaku Wakil Ketua Komisi VI berharap dengan dilakukan pengesahan bisa
dimanfaatkan pemerintah untuk menaikan investasi dan ekspor.

Perjanjian perdagangan bebas Indonesia dengan Australia di latar belakangi oleh


neraca perdagangan Indonesia dengan Australia yang menunjukkan kecenderungan Indonesia
sebagai importir. Keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah sebagai eksportir minyak dan
gas bumi. Dan memiliki tujuan meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara terus menerus
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan diharapkan dapat memberikan timbal balik
akan aksesibilitas perdagangan.

Pada perdagangan bebas antara Indonesia dengan Australia menggunakan skema


kerja sama yang bernama Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang
dimana berbeda dengan perjanjian bebas Indonesia dengan negara lainnya yang skema nya
menggunakan Free Trade Agreement (FTA) seperti pada ASEAN - Cina, ASEAN - FTA
(CEPT - AFTA), ASEAN - India, ASEAN - Korea, Indonesia - Jepang dan ASEAN –
Australia - New Zealand. Secara umum perjanjian yang menggunakan FTA cenderung defisit
nilai perdagangan bagi Indonesia hanya awal perjanjian saja mendatangkan surplus kemudian
secara perlahan surplus berkurang hingga menjadi defisit. Comprehensive Economic
Partnership Agreement (CEPA) adalah skema kerja sama ekonomi antara dua negara dan
lebih luas dari sekedar isu perdagangan, umumnya memiliki rancangan yang saling terhubung
akses pasarnya, pengembangan kapasitas dan memfasilitasi perdagangan dan investasi.

Adapun perbedaan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan


Free Trade Agreement adalah pada tujuan perjanjian tersebut, yang dimana pada Free Trade
Agreement (FTA) menghilangkan hambatan perdagangan dalam masa perjanjian tersebut
sedangkan pada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) adalah untuk
menurunkan hambatan perdagangan dengan contoh perjanjian Comprehensive Economic
Partnership Agreement (CEPA) secara bertahap mengurangi bea impor sebesar 94%.
Keuntungan yang bisa di dapat Indonesia dengan menggunakan Comprehensive Economic
Partnership Agreement (CEPA) adalah:

a. Akses barang dan jasa


IA-CEPA memberikan kemudahan pada tarif bea masuk, Indonesia mendapat
pengurangan sebesar 94,6% dari seluruh total pos tarif dan IA - CEPA juga
memudahkan perpindahan perseorangan dan mendapat pengakuan atas jasa-jasa
profesional yang berasal dari Indonesia.
b. Investasi yang bersifat jangka panjang
Dengan adanya IA - CEPA mendorong investasi yang berasal dari Australia ke
Indonesia. Dikarenakan tabungan Indonesia yang tidak mengkover segala macam
kebutuhan untuk investasi, Indonesia membutuhkan Investasi atau suntikan dana
dari negara lain dan melalui IA - CEPA Indonesia bisa mendapatkan Investasi dari
Australia.
c. Pembangunan sumber daya manusia (SDM)
Dengan adanya IA - CEPA, Indonesia bisa mendapatkan program-program kerja
sama ekonomi yang bisa membuat kualitas SDM di dalam negeri menjadi lebih
ahli atau berkembang, terampil dan bisa memenuhi kebutuhan industri di dalam
negeri. Dengan adanya penguatan dalam segi SDM akan membuat pembangunan
ekonomi di dalam negeri menjadi lebih cepat.
d. Pembentukan economic powerhouse
Economic powerhouse adalah kolaborasi antara Indonesia dengan Australia
dengan menggunakan keunggulan setiap negara untuk membuka pasar di negara
ketiga. Dengan contoh pada industri makanan olahan, menggunakan daging yang
didatangkan dari Australia kemudian diolah oleh tenaga profesional di Indonesia
kemudian di ekspor ke Arab Saudi.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apa saja dampak positif dan dampak
negatif bagi Indonesia dalam perdagangan bebas antara Indonesia dengan Australia atau IA -
CEPA . Penelitian di harapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Indonesia dan
Kementerian Perdagangan untuk memutuskan langkah selanjutnya dalam menanggapi
perjanjian ini sehingga dapat menghindari defisit pada neraca perdagangan dan semoga dapat
menambah pengetahuan atau memperluas wawasan bagi masyarakat luas sehingga menjadi
lebih intelek dan semoga dapat menjadi bahan dalam penelitian bagi yang membutuhkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Agustin (2016)


mengartikan deskriptif kualitatif sebagai penelitian yang dipergunakan untuk
menggambarkan peristiwa yang tengah terjadi. Sedangkan bagi Anggito dan Setiawan
(2018:8), penelitian kualitatif sendiri merupakan teknik untuk mengumpulkan data terhadap
suatu latar alamiah dengan tujuan menerangkan suatu peristiwa yang tengah terjadi.
Penelitian kualitatif juga dapat dikatakan sebagai penelitian yang hasilnya tidak ditemukan
dari prosedur statistik maupun metode kuantitatif lainnya, melainkan dengan dengan
menganalisis dan menerjemahkan data yang telah dikumpulkan.

Penelitian ini memakai jenis penelitian deskriptif atau sebuah metode yang memiliki
fungsi untuk menafsirkan atau memberikan sebuah paparan terhadap objek penelitian
menggunakan data yang dikumpulkan sebagaimana adanya sebelum melakukan analisis dan
membuat kesimpulan secara umum. (Sugiyono, 2011:29)

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data yang
diperoleh kemudian digabungkan dengan penelitian sebelumnya atau yang telah diterbitkan
oleh instansi lain, biasanya dari sumber tidak langsung seperti data dokumentasi.
(Situmorang, Muda, Doli, & Fadli, 2010)

Widoyoko dalam Anggito dan Setiawan (2018) mengungkapkan bahwa dalam


melakukan analisis dokumen, peneliti diminta menganalisis buku, peraturan, notulen rapat,
dan sebagainya.

Agusta (2001) menjelaskan bila dalam menggunakan metode penelitian kualitatif,


terdapat tiga langkah dalam melakukan analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN

Terjalinnya hubungan Indonesia - Australia di mulai sejak awal Indonesia merdeka.


Dalam meraih kemerdakaannya Indonesia dibantu oleh Australia dengan memberikan
bantuan politik terhadap perjuangan rakyat dan bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya.
Australia juga merupakan salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia
pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemudian Indonesia dan Australia
membuat forumyang disebut Indonesia - Australia Dialogue (IAD) bagi kalangan non -
pemerintah seperti anggota parlemen, akademisi, jurnalis, pebisnis, dan organisasi civil
society. Forum ini dikembangkan atas kesadaran perlunya memperkuat hubungan antar -
masyarakat (people to people links) sebagai salah satu pilar pokok hubungan kedua negara.
Kemudian adanya interaksi yang melibatkan menteri maupun pejabat kedua negara
untuk mempererat hubungan, kerja sama, dan kemitraan Indonesia dan Australia. Kerja sama
ini mengcakup sektor ekonomi, pertahanan, hukum, pendidikan, pertanian, transportasi,
maupun sektor lainnya. Dalam sektor ekonomi, pada tahun 2013 nilai perdagangan dan
investasi mencapai US$ 11 milyar. Pada tahun 2019 adanya pembahasan kerja sama
perjanjian baru yang dinamakan Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership
(IA - CEPA) yang di resmikan berjalan pada 2020 dan perjanjian ini diharapkan akan
menjadi kerangka bagi pengembangan dan perluasan hubungan ekonomi kedua negara.

Indonesia adalah satu diantara negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Indo -
Pasifik menghadirkan banyak peluang bagi bisnis Australia untuk menjadi lebih besar. Dan
pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar
kelima, dan Australia melakukan kerja sama IA - CEPA ini guna memastikan
ditempatkannya Australia dengan baik sehingga mempermudah apabila ingin berdagang
dengan Australia karena hubungan dengan Indonesia bisa dibilang bagus. Perjanjian ini juga
melengkapi dan mendukung minat kita bersama dalam membina wilayah yang aman dan
sejahtera. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – Australia - Selandia Baru (AANZFTA)
menjadi landasan atas adanya Perjanjian perdagangan bebas Australia dengan Indonesia.
Sementara IA - CEPA membangun hasil di AANZFTA, kedua perjanjian akan berdampingan
setelah IA - CEPA mulai berlaku. Bisnis akan terus dapat menggunakan AANZFTA.

IA-CEPA menciptakan kerangka kerja bagi Australia dan Indonesia untuk membuka
potensi kemitraan ekonomi bilateral yang luas, menumbuhkan kerja sama ekonomi antara
bisnis, komunitas, dan individu. Indonesia telah menjadi pasar yang berkembang bagi
eksportir barang dan jasa Australia. Pada tahun 2018 hingga 2019, total perdagangan barang
dan jasa dua arah dengan Indonesia bernilai Australia $17,8 miliar, menjadikan Indonesia
sebagai mitra dagang terbesar ke-13 Australia. IA - CEPA akan memberikan kesempatan
kepada bisnis Australia dan Indonesia untuk memperluas dan mendiversifikasi kemitraan
ekonomi ini. Janji Australia dalam Perdagangan Bebas Indonesia Australia Comprehensive
Economic Partnership Agreement (IA - CEPA) adalah menghilangkan bea masuk impor
untuk seluruh pos tarifnya menjadi 0%. Adapun produk Indonesia yang berpotensi untuk
ditingkatkan ekspornya adalah produk otomotif seperti mobil listrik dan hybrid, furnitur,
tekstil, produk tekstil dan lain – lain.
Adapun keuntungan bagi Australia adalah turunnya tarif yang sebelumnya harus
dibayar untuk ekspor di berbagai bidang. Seperti pada jeruk mandarin, tarif yang sebelumnya
25 persen akan turun menjadi 10 persen untuk pengiriman 7500 ton setiap tahun. Pada jeruk
Australia dapat mengekspor 10 ribu ton per tahun pertama setelah perjanjian tanpa
pembatasan tarif sama sekali sementara untuk jeruk lemon jatahnya adalah 5 ribu ton per
tahun pertama. Sementara untuk wortel, tarif juga akan dikurangi menjadi 10 persen dasri 25
persen untuk pengiriman 5 ribu ton per tahun.

Pada tahun 2018 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai perdagangan Indonesia
dengan Australia sampai angka US$8,6 miliar. Dengan prediksi pertumbuhan 17-19 persen,
maka nilai perdagangan Indonesia-Australia bisa menembus US$10-US$10,2 miliar. Catatan
BPS pada 2018 menunjukkan produk ekspor utama Indonesia ke Australia meliputi
petroleum sebesar US$636,7 juta, kayu dan furnitur sebesar US$214,9 juta, panel LCD, LED,
dan panel layar lainnya sebesar US$100,7 juta, alas kaki sebesar US$96,9 juta, dan ban
sebesar US$61,7 juta. Sementara, produk impor utama Indonesia dari Australia adalah
gandum sebesar US$639,6 juta, batu bara sebesar US$632 juta, hewan hidup jenis lembu
sebesar US$573,9 juta, gula mentah atau tebu lainnya sebesar US$314,7 juta, termasuk bijih
besi dan bijih lainnya sebesar US$209,3 juta. Dan pada tahun 2019 Total perdagangan barang
Indonesia-Australia tercatat mencapai US$ 7,8 miliar. Indonesia mengalami kerugian sebesar
US$ 3,2 miliar dengan ekspor sebesar US$ 2,3 miliar dan impor sebesar US$ 5,5 miliar.

Senator Kim Carr (2019) dari fraksi kiri Partai Buruh mengatakan bahwa perjanjian
IA-CEPA (Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement) ini tidak
tidak sejalan dengan platform partainya. Hal yang membuat Kim Carr keberatan karena pada
hal ketenagakerjaan karena memicu kekhawatiran para pekerja dan masyarakat Australia
pada umumnya. Wakil Ketua komite bipartisan Parlemen Australia (JSCOT) mengatakan
bahwa Australia perlu mengembangkan hubungan ekonomi dengan Indonesia, karena dia
memprediksikan negara Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di
dunia, namun hanya menyumbang 2% dari total ekspor Australia.

Menteri Simon Birmingham (2019) mengatakan petani biji-bijian, industri daging


sapi, susu dan hortikultura akan mendapatkan manfaat besar dari IA-CEPA, dengan akses
yang lebih baik ke pasar Indonesia. IA-CEPA juga memungkinkan ekspor 575 ekor sapi
Australia pertahun ke Indonesia, bea masuk daging beku dan daging domba akan dihapus
dalam 5 tahun, serta kuota ekspor jeruk 10.000 ton pertahun bebas bea masuk. Selain itu,
lembaga pendidikan kejuruan, produk baja, serta perusahaan kesehatan Australia bisa masuk
ke pasar Indonesia.

Wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Shinta Widjaja Kamdani
mengatakan di dalam IA - CEPA ada investasi pada sektor pendidikan dan kesehatan
sehingga membuat warga Indonesia akan mendapat kesempatan pelatihan di Australia. Dan
dia menambahkan keterampilan pekerja ini menjadi hal yang sangat penting, termasuk
pelatihan kejuruan karena di Indonesia banyak pekerja yang kurang memiliki keterampilan
sehingga membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhitung rendah. Kemudian untuk
sektor pendidikan dalam waktu dekat akan dibukanya Monash University dan Australian
National University (ANU). Sedangkan pada Monash University Australia diperkirakan akan
dibangun pada tahun akhir 2021 dan hanya untuk program S2 dan S3 saja.

Dalam IA-CEPA juga disebutkan mobil listrik termasuk di dalam bagian di dalam
perjanjiannya. Ketua umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO)
Yohannes Nangoi mengatakan bahwa di masa depan akan ada pabrik mobil listrik di
Indonesia dan untuk saat ini beliau menyakini bahwa Indonesia siap untuk ekspor mobil ke
Australia tetapi proses standarisasi di Australia bisa dibilang cukup ketat sehingga ini
menjadi kekhawatiran beliau dan Indonesia harus siap akan rintangan ini.

Dengan adanya Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia Australia Comprehensive


Economic Partnership Agreement (IA - CEPA) ini warga Indonesia yang ingin bekerja
namun sambil berlibur bisa menggunakan Worl Holiday Visa (WHV) dengan kuota 4100
orang pertahunnya dengan syarat berumur 18 hingga 30 tahun. Ini menjadi kesempatan bagi
tenaga kerja Indonesia untuk mengasah kemampuanya sehingga saat kembali ke Indonesia
mereka dapat menjadi tenaga ahli yang berperan penting untuk pengembangan ekonomi
dalam negeri.

Dengan adanya Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia Australia Comprehensive


Economic Partnership Agreement (IA - CEPA) ini juga membuat para pelaku industri
makanan seperti pada Indomie yang mengimpor bahan baku gandum dalam porsi yang besar
dari australia mendapat kepastian harga dan menjadi lebih terjangkau karena Indonesia
adalah konsumen gandum terbesar dari Australia dengan nilai 4,2 juta ton atau setara US$ 1,2
miliar per tahun. Pada sektor tekstil, pengenaan bebas bea pada produk itu dapat membuat
Indonesia dapat bersaing pada level yang sama dengan produk negara Asean lain seperti
Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Adapun terdapat beberapa perusahaan yanng besaral dari
indonesia yang seperti pabrik biskuit PT Mayora Indah Tbk yang membutuhkan banyak gula,
serta produsen Sari Roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dan pemilik restoran Pizza Hut
PT Sarimelati Kencana Tbk yang banyak membutuhkan tepung terigu dan daging sapi. Dan
beberapa perusahaan textile yang mengalami kenaikan omzet karena adanya IA-CEPA
seperti PT Indo-Rama Synthetics Tbk, PT Sri Rejeki Isman Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT
Asia Pacific Fibers Tbk, PT Tifico Fibers Tbk, PT Asia Pacific Investama Tbk, PT Ricky
Putra Globalindo Tbk, PT Trisula International Tbk, PT Panasia Indo Resources Tbk, dan PT
Eratex Djaja Tbk.

Pada daging sapi Indonesia juga mengimpor banyak dari Australia karena sapi
Australia memiliki berbagai keunggulan sepeti adanya jaminan halal serta dari penyakit kuku
dan sapi gila. Dan para peternak lokal tidak mampu menyanggupi kebutuhan sapi nasional
sehingga Indonesia melakukan impor dari Australia yang terbilang cukup besar dengan harga
yang lebih terjangkau. Dan sekarang konsumsi daging meningkat drastis dan kebutuhan sapi
nasional menjadi 784.000 ton, tapi peternak lokal hanya mampu menghasilkan 532.000 ton
daging.

Adapun selain memiliki dampak yang positif, perjanjian Perdagangan Bebas


Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA - CEPA) juga
memiliki dampak negatif yaitu seperti pada peternakan sapi, dikarenakan adanya kepastian
akan 570 ribu sapi yang masuk ke dalam negeri membuat harga daging impor lebih murah
dari daging lokal sehingga membuat para peternak lokal putus asa dan bingung bagaimana
untuk bersaing dengan daging impor dari Australia ditambah dengan daging sapi murah yang
berasal dari India. Sedangkan dari pemerintah belum adanya langkah signifikan untuk
mengembangkan peternakan dalam negeri. Tetapi tidak pada semua peternak yang
mengalami putus asa, seperti pada peternak sapi yang berada di malang dikarenakan
kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang menolak adanya impor dari luar, sehingga
mereka masih menggunakan daging lokal dan di Malang tidak ada daging impor. Di Malang
produksi daging sapi pertahunnya bisa mencapai 41 ribu ton sedangkan konsumsi masyarakat
yang berada di malang hanya sebesar 10,250 ton saja sehingga sisanya dikirim untuk
kebutuhan di berbagai wilayah Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi.

Selain para peternak sapi yang putus asa, petani tebu juga pusing karena Australia
adalah pemasok gula mentah ke Indonesia. Soemitro Samadikoen (2019) selaku ketua
Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengatakan produksi gula di Indonesia saat
ini masih belum cukup bagus, sehingga Biaya Pokok Produksi (BPP) gula sangat tinggi.
Kemudian karena adanya IA-CEPA gula yang berasal dari Australia memiliki harga yang
lebih rendah membuat daya saing gula dalam negeri menjadi lebih rendah, petani pun
menjadi lebih susah dalam mencari pembeli.

KESIMPULAN
Perdagangan bebas adalah kegiatan pertukaran atau jual beli yang dijalankan secara
bebas dan dapat keuntungan bagi masyarakat yang ikut serta dalam melakukan perdagangan,
dikarenakan perdagangan bebas dapat menghasilkan spesialisasi yang mampu meningkatkan
efisiensi dan meningkatnya produktivitas. Perjanjian perdagangan bebas Indonesia dengan
Australia di latar belakangi oleh neraca perdagangan Indonesia dengan Australia yang
menunjukkan kecenderungan Indonesia sebagai importir. Keunggulan yang dimiliki
Indonesia adalah sebagai eksportir minyak dan gas bumi. Dan memiliki tujuan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi secara terus menerus dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adanya investasi pada sektor pendidikan dan kesehatan sehingga membuat


masyarakat Indonesia akan mendapat kesempatan pelatihan di Australia. Dan adanya
Working Holiday Visa (WHV) yang diperuntukan pada warga Indonesia yang berumur 18
hingga 30 dapat menjadi kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk mengasah
kemampuanya. Selain memiliki dampak yang bagus, IA - CEPA pun memiliki dampak
negatif seperti pada peternakan sapi dan petani tebu atau gula kesulitan bersaing dengan
produk dari Australia sehingga membuat peternak dan petani putus asa.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2003). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27.
Agustin, R. D. (2016). Kemampuan Penalaran Matematika Mahasiswa Melalui Pendekatan
Problem Solving. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 5(2), 179-188.
Andriani, Y., & Andre. (2017). Implikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif
Indonesia-Australia (IA-CEPA) terhadap Perdagangan Luar Negeri Indonesia.
Andalas Journal of International Studies, Vol. 6 No. 1.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: Jejak
Publisher.
Aristeus, S. (2014). Peluang Industri dan Perdagangan Indonesia Dalam Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi Asean. Jurnal RechtsVinding, Vol. 3 No. 2, 145-263.
Assyauri, M, R. (2019). Diplomasi Perdagangan Indonesia-Australia: Studi Kasus Negosiasi
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Skripsi. Program Studi
Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.
Dariah, A, R. (2005). Perdagangan Bebas: Idealisme Dan Realitas. Volume XXI No.1: 115-
126.
Hardono, G. S., Rachman, H. P. S., & Suhartini, S. H. (2004). Liberalisasi Perdagangan: Sisi
Teori, Dampak Empiris Dan Perspektif Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro
Ekonomi. Volume 22 No. 2: 75-88.
Lipi. (2010). Peluang Indonesia Dalam Perdagangan Bebas. Jurnal Penelitian Politik Vol. 7
No. 2.
Situmorang, S. H., Muda, I., Doli, M., & Fadli, F. S. (2010). Analisis data untuk riset
manajemen dan bisnis. USUpress.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Susanto, D, A. (2019). Isu Standar Pada Perdagangan Indonesia-Australia Dalam Kerja Sama
IACEPA. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 13 No.1.
Bkim. (2010). Perdagangan Bebas Menurut Islam. Retrieve from
https://bkim.lk.ipb.ac.id/2010/12/17/perdagangan-bebas-menurut-islam/.
Daniati, N. (2020). CEPA: Pengertian, Contoh, Manfaat, Perbedaan dengan FTA. Retrieve
from https://blog.pajak.io/cepa-pengertian-contoh-manfaat-perbedaan-dengan-fta/.
Febrianto, V. (2019) IA-CEPA Tidak Berpengaruh Negatif Bagi Peternak Sapi Kabupaten
Malang. Retrieve from https://www.antaranews.com/berita/808805/ia-cepa-tidak-
berpengaruh-negatif-bagi-peternak-sapi-kabupaten-malang.
Novellno, A. (2020). DPR Sahkan UU Perdagangan Bebas Indonesia-Australia. Retrieve
from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200206194154-92-472445/dpr-
sahkan-uu-perdagangan-bebas-indonesia-australia.
Salim, N. (2020). Peluang Indonesia Memasuki Pasar Australia Serta Ancaman Dari
Perjanjian Perdagangan Baru di Dalam Negeri. Retrieve from
https://www.abc.net.au/indonesian/2020-06-11/siapa-yang-diuntungkan-dari-
perdagangan-australia-dan-indonesia/12343832?nw=0.
Wijaya, S. Sebentar Lagi Jatah Working Holiday Visa Untuk Indonesia Naik Jadi 4100
Orang. Retrieve from https://www.abc.net.au/indonesian/2020-02-25/sebentar-lagi-
jatah-working-holiday-visa-untuk-indonesia-naik-j/11999092.
https://kemlu.go.id/canberra/en/read/australia/2187/etc-menu.
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/146-indonesia-dan-perdagangan-bebas.
https://www.dfat.gov.au/trade/agreements/in-force/iacepa/Pages/indonesia-australia-
comprehensive-economic-partnership-agreement.
https://www.tempo.co/abc/4833/itu-tindakan-berbahaya-politisi-oposisi-australia-tolak-fta-
dengan-indonesia.

Anda mungkin juga menyukai