Disusun Oleh :
Engrid E D Hutagalung (19520176)
Glorya Simatupang (19520171)
Ruth Sahanaya (19520172)
Siska Septian Nababan (19520136)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
Amerika
Amerika Serikat adalah sebuah negara Republik Konstitusional Federal yang terletak
di Benua Amerika Utara. Sistem Pemerintahan Amerika Serikat adalah Republik
Konstitusional Federal yaitu sistem pemerintahan yang kepala negara dan kepala
pemerintahannya adalah seorang Presiden yang dipilih setiap 4 tahun sekali dan dapat
dipilih kembali dengan maksimal 2 kali periode. Presiden juga merupakan Panglima
Tertinggi Angkatan Bersenjata Nasional Amerika Serikat. Di Hubungan Luar Negeri,
Amerika Serikat merupakan anggota PBB yang menjabat sebagai Dewan Keamanan
PBB dan memiliki Hak Veto, yaitu Hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan,
rancangan peraturan dan undang-undang atau resolusi di PBB. Amerika Serikat juga
merupakan anggota dari lembaga-lembaga lainnya yang dibawah PBB serta anggota
dari NATO, APEC, G7, G8, G20 dan OECD.
2. Jelaskan uraian dari permasalahan yang terjadi, sehingga terjadi perselihan atau
sengketa bisnis
Perdagangan antar negara merupakan salah satu hal terpenting untuk meningkatkan
hubungan kerjasama kedua belah pihak. Perdagangan ini didasarkan atas dasar saling
percaya dan saling menguntungkan dengan dibuktikan dengan adanya ekspor dan
impor. Namun perdagangan internasional ini dapat juga menjadi sebuah hambatan
seperti salah satu negara menerapkan bea yang tinggi, menjalankan politik proteksi,
kuota atau mungkin bisa saja menyalahi aturan-aturan dalam perjanjian perdagangan
internasional. Seperti Indonesia dan Amerika serikat, yang bekerjasama melalui
perjanjian kerangka kerja perdagangan dan investasi yang ditandatangani pada Juli
1996. Perjanjian ini adalah sebuah fakta perdagangan yang membentuk kerangka
kerja yakni memperluas perdagangan dan menyelesaikan sengketa antar kedua
negara. Dalam kerjasama ini, Indonesia mengeluarkan kebijakan pembatasan impor
untuk bertahan dalam perdagangan internasional. Alasan kenapa Indonesia
mengeluarkan kebijakan pembatasan impor yaitu adanya penemuan Bovine
Sporgiform Encephaplhaty (BSE) pada sapi Amerika serikat. Juga karena
pemerintah Indonesia ingin melindungi sektor industri pertanian dan peternakan
dalam negeri serta mengantisipasi dan melakukan pencegahan atas produk yang
diimpor. Akan tetapi Amerika serikat beranggapan bahwa kebijakan yang dibuat
Indonesia tersebut menghambat perdagangan bebas yang sudah ditetapkan. Amerika
serikat menganggap kebijakan tersebut sebagai kebijakan yang restriksi kuantitatif
dan diskriminatif karena membatasi ruang gerak para pelaku usaha Amerika serikat.
Sengketa di sini muncul ketika suatu negara menerapkan kebijakan perdagangan
tertentu yang tidak secara langsung bertentangan dengan kesepakatan sebuah
organisasi internasional.
4. Jelaskan dengan rinci proses penyelesaian sengketa bisnis yang dilakukan oleh
perusahaan yang sedang bersengketa :
Apakah penyelesaian sengketa bisnis melalui pendekatan
persuasive/perdamaian internal antara kedua belah pihak ?
Apakah penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan atau Arbitrase ?
5. Hasil dari proses penyelesaian sengketa bisnis (Bila ada : Dicari informasi berkaitan
hasil keputusan bersama /keputusan pengadilan atas penyelasaian sengketa bisnis).
Sebagai tambahan bila ada dengan peraturan atau regulasi apa digunakan untuk
menyelesaikan sengketa bisnis tersebut.
Langkah-langkah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Indonesia guna menyelesaikan
kasus ini sampai pada tingkat Organisasi Internasional, World Trade Organization
(WTO) yang lebih berfokus pada Perdagangan Internasional. Pada artikel ini
memaparkan bahwasannya Amerika Serikat melakukan percobaan pertama terkait
pengaduan kebijakan Indoneisia ke WTO. Melalui WTO sebagai pihak arbiter,
memiliki banyak rangkaian untuk sampai dimana terjadi kesepakatan yang mengikat.
Diantaranya ialah konsultasi, pembentukan panel dan hasil, banding, hingga pada
implementasi yang harus dikakukan oleh pihak-pihak. Proses-proses yang dilakukan
oleh kedua belah pihak mencapai pada perubahan kebijakan Indonesia hingga
pengajuan banding atas tidak setuju Indonesia akan keputusan panel.
Maka dari itu keputusan Majelis Panel WTO yang diumumkan pada 22 Desember
2016 setuju dengan gugatan Amerika Serikat, bahwa prosedur perizinan impor hewan,
dan produk hewan bersifat restriktif, berdampak pada perdagangan internasional, dan
tidak konsisten dengan ketentuan WTO, khususnya Article III dan Article XI:1 GATT
1994, Article 4.2 Agreement on Agriculture, dan Agreement on Import Licensing
Procedures.
Sebagaimana diduga, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akhirnya
mengabulkan Amerika Serikat, dan menghukum Indonesia untuk mengganti
ketentuan perdagangan internasional pada impor hewan, ataupun produk hewan.
Hingga akhirnya WTO memberi batas waktu sampai akhir Januari 2017 kepada
Indonesia untuk menerima keputusan atau banding. Sehingga Arbiter mendesak
Indonesia untuk membawa kasus ini melalui proses yang sesuai. Semua pihak
memiliki waktu 60 hari untuk mengajukan banding dari keputusan tersebut (World
Trade Organization, 2018)
Meskipun pada akhirnya ditemukan 18 aturan yang menyalahi perjanjian
GATT 1994 WTO, Indonesia masih tetap pada keyakinannya. Hingga pada beberapa
kali Indonesia dengan badan banding mencoba mengacu pada Pasal XX dari GATT
1994. Setelah itu semua, Indonesia melancarkan implementasinya guna menaati
kesepakatan bersama, antara Amerika Serikat dan WTO. Hingga pada saat pertemuan
pada tahun 2019 Indonesia dengan Amerika Serikat membahas hal ini dengan masih
melihat bahwasannya Indonesia harus tetap melaksanakan Implementasinya. Dengan
dilanjutkan pada pembukaan keran impor kembali dengan Amerika Serikat.