Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG ROKOK KRETEK ANTARA

INDONESIA DENGAN AMERIKA SERIKAT


Zarah Sarosa

ABSTRACT

One of the toughest trade disputes that Indonesia has ever filed is the kretek cigarette trade

dispute in the United States. Indonesia filed an objection to the United States on the

promulgation of the Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act of 2009, Public

Law 111-31. The policy issued by the United States which imposed a ban on kretek

cigarettes circulating in the United States market, has deviated from the WTO rules and this

is detrimental to Indonesia as a producer. In this case, Indonesia won over DSB by the

WTO, it shows the enforcement of international law in intervening policies in a country.

But in the end the dispute case was resolved with the two countries agreeing to sign a

memorandum of understanding (Mou) in 2014.

Keywords: dispute, policy, Memorandum of Understanding

ABSTRAK

Salah satu kasus sengketa di bidang perdagangan terberat yang pernah diajukan oleh

Indonesia adalah mengenai kasus sengketa dagang rokok kretek di Amerika Serikat.

Indonesia mengajukan keberatan kepada Amerika Serikat atas diundangkannya the Family

Smoking Prevention and Tobacco Control Act of 2009, Publik Law 111-31. Kebijakan yang

dikeluarkan oleh Amerika Serikat yang memberlakukan larangan rokok kretek beredar di

pasaran Amerika Serikta, telah menyimpang dari aturan WTO dan hal tersebut merugikan

Indonesia sebagai produsen. Dalam kasus ini, Indonesia menang atas DSB oleh WTO, hal
tersebut menunjukkan penegakan hukum internasional dalam mengintervensi kebijakan di

suatu Negara. Tetapi pada akhirnya kasus sengketa ini selesai dengan kedua negara sepakat

untuk menandatangani nota kesepahaman (Mou) pada 2014.

Kata kunci: sengketa, kebijakan, nota kesepahaman

I. PENDAHULUAN

Indonesia telah menjalin hubungan politik yang cukup baik dengan Amerika

Serikat, terutama setelah Orde Baru berkuasa di Indonesia pada akhir 1960-an. Namun,

hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dengan Indonesia tidak cukup baik dibanding

dengan hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dengan negara tetangga seperti

Singapura dan Australia.1 Aspek politik yang mendominasi dalam hubungan Amerika

Serikat dengan Indonesia membuat kurang berkembangnya potensi-potensi ekonomi antara

Amerika Serikat dengan Indonesia. Sejak Tahun 2009 Amerika Serikat juga tengah

menghadapi krisis ekonomi.2 Upaya peningkatan hubungan kedua negara (Amerika Serikat

dengan Indonesia) telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, berkat dorongan dari duta

besar Indonesia yang baru dan adanya upaya dari Amerika Serikat untuk mencari pasar

yang lebih besar dalam rangka untuk memulihkan kondisi Amerika Serikat dari krisis

ekonomi. Pada November 2010, kedua pemimpin menandatangani Perjanjian Kemitraan

(the US-Indonesia Compreherensive Partnership Agreement (US-Indonesia CPA), yang

merupakan sebuah komitmen jangka panjang antara Amerika Serikat dan Indonesia untuk

1
Kemenkeu, 2012, Kajian Kerja Sama Bilateral Indonesia-Amerika Serikat di Bidang Ekonomi dan
Keuangan, https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian_kerja_sama_bilateral_ri-as.pdf, diakses
pada tanggal 26 Desember 2021 pukul 19:54 WIB.
2
Pablo Uchoa, 2018, Krisis Ekonomi 2008 dan Keadaannya di Sejumlah Negara, Termasuk Indonesia, 10
Tahun Kemudian, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45495304, diakses pada tanggal 17 Desember 2021
pukul 20:37 WIB.
memperkuat dan memperdalam hubungan bilateral. 3 Salah satu yang menjadi fokus untuk

kerjasama antara kedua Negara tersebut adalah bidang ekonomi.4

Perkembangan kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Amerika Serikat

mengalami kemajuan, Indonesia tidak hanya mengekspor komoditas primer ke Amerika

Serikat, misalnya kulit dan produk pakaian, makanan olahan dan kerajinan, tetapi juga

berusaha untuk mengembangkan ekspor industri tembakau, khususnya rokok kretek yang

nilai ekspornya masih terbilang kecil, terutama kenegara-negara Eropa dan Amerika.

Kerjasama Indonesia-Amerika Serikat dalam perdagangan rokok kretek pada

awalnya berhasil, namun pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peraturan publik the

Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act of 2009, Publik Law 111-31. 5 Pada

tanggal 22 Juni 2009, secara resmi Presiden Barack Obama bersama Komite Senat

Amerika Serikat, menyetujui dan mengesahkan kebijakan tentang pencegahan dan

pengurangan jumlah perokok muda di Amerika Serikat.6 Dan Family Smoking Prevention

and Tobacco Control Act resmi menjadi undang-undang di Amerika Serikat, setelah

ditandatangani oleh Presien Obama.

Dengan disahkannya Undang-Undang the Family Smoking Prevention and

Tobacco Control Act ekspor rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat menjadi

dihentikan. Hal tersebut mengakibatkan ruginya perdagangan ekspor Indonesia, karena

Indonesia menganggap undang-undang tersebut tidak konsisten ketika undang-undang itu

3
Kemenkeu, 2012, Kajian Kerja Sama Bilateral Indonesia-Amerika Serikat di Bidang Ekonomi dan
Keuangan, https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/kajian_kerja_sama_bilateral_ri-as.pdf, diakses
pada tanggal 27 November 2021 pukul 19:47.
4
ibid
5
Yusuf Adiwibowo, 2013, Technical Barrier To Trade Rokok Kretek Indonesia dalam Measures Affecting
The Production and Sale Of Clove Cigarettes Amerika Serikat (DS-406), Jurnal IUS Vol 1 Nomor 2, hlm 236.
6
Anindia, 2013, Kebijakan AS Melarang Masuknya Rokok Kretek ke Negaranya, http://antaranews.com,
diakses pada tanggal 26 Desember 2021 pukul 21:55 WIB.
lahir dengan alasan untuk melindungi masyarakatnya terutama untuk melindungi kaum

muda sebagai perokok pemula di Amerika Serikat, tetapi mengecualikan rokok menthol.

Rokok menthol yang diperbolehkan ini merupakan rokok yang diproduksi oleh Amerika

Serikat sendiri, sehingga hal tersebut merupakan tindakan yang dilakukan untuk

menguntungkan negaranya sendiri.7

Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, Indonesia mengajukan gugatan atau

permohonan penyelesaian sengketa ke Dispute Settlement Body (DSB) World Trade

Organization (WTO) dengan menyampaikan gugatan kepada WTO pada April 2010.8

Gugatan tersebut berisi mengenai protes terhadap kebijakan Amerika Serikat atas larangan

terhadap produk-produk tembakau yang mengandung zat aditif tambahan yang dinilai

Indonesia cukup diskriminatif.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan diatas, penulis mengambil

rumusan masalah “Bagaimana penyelesaian sengketa dagang rokok kretek antara

Indonesia dengan Amerika Serikat?”

III. PEMBAHASAN

1. Penyelesaian Sengketa Internasional

Suatu sengketa (dispute) muncul ketika “Perjanjian WTO” dilanggar. Permohonan

sengketa harus diajukan dengan melampirkan “a request for consultaions” dan juga

mencantumkan perjanjian WTO yang dilanggarnya. Sengketa dapat muncul dari


7
Marie Elka Pangestu, 2010, “Diplomasi Perdagangan RI dalam Tatanan Perdagangan Dunia: WTO Setuju
Bentuk Panel Sengketa Mengenai Larangan Perdagangan Rokok Kretek di Amerika, Jurnal Publikasi Siaran
Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri Republik Indonesia.
8
Rubrik DW, 2013, Indonesia Minta Ganti Rugi dari Amerika, http://www.dw.com/id/indonesia-minta-ganti-
rugi-dari-amerika/a-16977261, diakses pada tanggal 26 Desember 2021 pukul 21:37 WIB.
pelanggaran lebih dari satu perjanjian, yang meliputi: Agreement Establishing the World

Trade Organization, Agriculture, Anti-dumping (Article VI of GATT 1994), Civil Aircraft,

Customs valuation (Article VII of GATT 1994), Dispute Settlement Understanding, GATT

1947, GATT 1994, Government Procurement, Import Licensing, Intellectual Property

(TRIPS), Reshipments Inspection, Rules of Origin, Safeguards, Sanitary and

Phytosanitary Measures (SPS), Services (GATS), Subsidies and Countervailing Measures,

Technical Barriers to Trade (TBT), Textiles and Clothing, Trade-Related Investment

Measures (TRIMs).

Penyelesaian sengketa identik dengan pertikaian. Pertikaian atau sengketa,

keduanya adalah yang digunakan secara bergantian dan keduanya merupakan terjemahan

dari dispute.9

Dalam Pasal XXII dan XXIII GATT Pasal XXII dan XXIII GATT yang mengatur

mengenai penyelesaian sengketa memuat aturan sederhana mengenai mekanisme

penyelesaian sengketa perdagangan di antara negara-negara anggota GATT. Dalam kedua

pasal tersebut tujuan utamanya sebenarnya tidak dirancang untuk menyelesaikan sengketa

perdagangan. Tujuan dibuatnya kedua pasal tersebut adalah untuk ‘melindungi nilai dari

konsesi tarif yang telah dipertukarkan’. 10

2. Industri Rokok Kretek dan Sengketa Antara Indonesia dengan Amerika

Serikat

Rokok kretek merupakan warisan budaya asli negara Indonesia. Rokok kretek ini

adalah rokok yang menggunakan tembakau kering asli yang digabungkan dengan saus

9
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, PT Refika Aditama,
Bandung, hlm 174.
10
Huala Adolf, 2009, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.
cengkeh dan terdengar bunyi kretek-kretek saat dihisap. Rokok kretek ini berbeda dengan

rokok lainnya yang menggunakan rokok berbahan menthol (rokoknya orang barat)

maupun rokok yang menggunakan tembakau buatan. Cerutu jenis ini merupakan simbol

dari rokok kretek yang luar biasa, karena rokok kretek ini benar-benar alami, benar-benar

bebas dari kotoran dan tidak menggunakan mesin dalam produksinya, dan dalam

produksinya rokok ini masih menggunakan tangan pengrajin. Sejarah mengenai rokok

kretek ini bermula dari kota kudus, Jawa Tengah.

Seiring berjalannya waktu, permintaan rokok sejak awal produksi rokok kretek

semakin meningkat sejak tahun 90-an. Tembakau yang merupakan bahan utama

pembuatan rokok kretek, menjadi bahan yang sangat dicari dan diperdagangkan oleh para

pelaku bisnis rokok. Indonesia juga merupakan negara dengan kegiatan impor dan ekspor

yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tembakau baik di dalam negeri maupaun di

luar negeri. Dalam roda pergerakan ekonomi nasional, terutama di daerah penghasil

tembakau dan sentra-sentra industri rokok, sampai pada tahun 2009 industri hasil

tembakau tersebut masih berperan, yaitu dengan menumbuhkan industri atau jasa yang

terkait penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja.

Seiring berjalannya waktu, industri tembakau menghadapi banyak tantangan.

Permasalahan yang muncul yaitu dampak negatif rokok untuk kesehatan baik di tingkat

nasional maupun di tingkat global. Pembentukan badan tertinggi PBB melalui WHO

mendirikan Konvensi kerangka kerja tentang pengendalian tembakau (FTCT), Konvensi

tersebut didirikan untuk mengendalikan produk tembakau. Namun sejauh ini, pemerintah

belum menandatangani kesepakatan tersebut. Sedangkan di tingkat nasional diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Beberapa negara di dunia mulai mengkampanyekan sikap dan kebijakan kontra terhadap

rokok karena hal terebut. Salah satu negara yang mengkampanyekan sikap dan kebijakan

kontra terhadap rokok tersebut adalah Amerika Serikat. Amerika serikat menerapkan

kebijakan yang melarang rokok kretek masuk ke negaranya sejak tahun 2009. Hal tersebut

menyebabkan Indonesia mengalami banyak kerugian.

Kebijakan pembatasan impor rokok kretek yang dilakukan oleh Amerika Serikat

memicu pertentangan dari pemerintah Indonesia. Indonesia melihat kebijkan tersebut

sebagai upaya untuk melindungi perdagangan tembakau di Amerika Serikat, hal tersebut

merugikan Indonesia hingga 200 juta dollar Amerika Serikat per tahun dan memukul

industri tembakau Indonesia yang memperkerjakan sekitar 6 juta orang. Hal yang

dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dengan adanya kebijakan pembatasan impor

rokok kretek tersebut dianggap telah melakukan diskriminasi terhadap Indonesia karena

melarang rokok kretek beredar di pasaran Amerika Serikat dengan alasan membuat

kecanduan bagi perokok pemula, akan tetapi membiarkan rokok menthol tetap dipasarkan

di Amerika Serikat.11 Rokok kretek dan menthol pada dasarnya memiliki potensi yang

sama dengan rokok lainnya. Akan tetapi, Indonesia melihat ini sebagai bentuk pelanggaran

terhadap komitmen WTO yang mengharuskan tercapainya prinsip non-diskriminasi dalam

perdagangan.

Kepentingan nasional Indonesia terhadap industri tembakau sangat kuat. Industri

tembakau merupakan salah satu industri terbesar di Indonesia dalam hal pendapatan dan

tenaga kerja. Sebelum terjadinya sengketa perdagangan antara Indonesia dan Amerika

11
Tempo, 2012, Kretek di Negeri Koboi, https://majalah.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/139351/kretek-di-
negeri-koboi, diakses pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 21:15 WIB.
Serikat, data menunjukkan bahwa peningkatan penerimaan Negara melalui cukai hasil

tembakau meningkat 29 kali lipat, dari Rp 1,7 triliun pada tahun 1990 menjadi Rp 49,9

triliun pada 2008.12 Untuk ekspor, Indonesia merupakan pengekspor rokok kretek terbesar

di dunia. Pada tahun 2009, jumlah rokok kretek Indonesia di Amerika Serikat sekitar 200

juta USD atau Rp.1,8 triliun sebelum pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan

kebijakan yang melarang untuk impor rokok kretek.13

Sebelum Indonesia mengajukan gugatan ke DSB WTO mengenai sengketa ini,

Indonesia telah mengupayakan penyelesaian sengketa tersebut dengan cara diplomasi dan

negosisasi dengan pemerintah Amerika Serikat. Yang dilakukan oleh Indonesia kepada

Amerika Serikat dalam diplomasi dan negosiasi ini adalah dengan mengajukan protes

kepada Amerika Serikat kemudia melakukan konsultasi dengan pemerintah Amerika

Serikat.

Dalam protes tersebut, Indonesia mengatakan bahwa Family Smooking Prevention

and Tobacco Control Act” Public Law 111-31, merupakan undang-undang yang

menyalahi prinsip umum dari WTO, yakni non-diskriminasi dalam perdagangan. Selain

itu, Indonesia juga menambahkan dalam protesnya bahwa Amerika Serikat tidak

memberikan informasi ilmiah yang rinci, yang menunjukkan rokok kretek menimbulkan

risiko kesehatan lebih besar dibandingkan dengan rokok menthol buatan Amerika Serikat

sendiri.

12
TCSC, Fact Sheet Peningkatan Cukai Tembakau dan Dampak Perekonomian, http://tcsc-indonesia.org/wp-,
diakses pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 22:27 WIB.
13
Bisnis Indonesia, 2012, Ekspor Rokok Kretek: Giliran Brazil ancam Rokok Indonesia,
http://www.solopos.com/2012/ekonomi-bisnis/ekspor-rokok-kretek-giliran-brazil-ancam-rokok-indonesia-
178028, diakses pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 22:45 WIB.
Setelah Indonesia melayangkan nota protes terhadap pemerintah Amerika Serikat

yang ternyata tidak mendapat tanggapan positif, pemerintah Indonesia meminta konsultasi

dengan pemerintah Amerika Serikat. Konsultasi ini merupakan tindakan lanjut dari

negosiasi setelah nota protes yang diajukan oleh Indonesia tidak ditanggap oleh Amerika

Serikat. Indonesia kembali menyatakan Pasal 907 Family Smooking Prevention and

Tobacco Control Act” Public Law 111-31, dalam konsultasi ini. Dalam pasal tersebut

melarang pembuatan atau penjualan rokok di Amerika Serikat yang mengandung zat aditif

tertentu, termasuk cengkeh, tetapi tetap terus mengizinkan pembuatan dan penjualan rokok

lainnya, termasuk rokok yang mengandung menthol. Upaya diplomasi dan negosiasi

melalui konsultasi ini, Indonesia meminta Amerika Serikat untuk menyediakan penjelasan

dan bukti ilmiah yang melarang rokok kretek beredar di pasaran tetapi mengecualikan

rokok menthol di pasar Amerika Serikat.

Terkait dengan permintaan Indonesia yang meminta kepada pemerintah Amerika

Serikat agar menarik atau merubah kebijakan tersebut, Amerika Serikat tetap pada

prinsipnya untuk terus menegakkan peraturan tersebut, bahkan Amerika Serikat terus

melakukan kampanye supaya negara-negara lain juga menerapkan kebijakan tersebut.

Langkah diplomasi dan negosiasi yang dilakukan melalui konsultasi ini berjalan dengan

lama, dan tidak menemukan titik terang diantara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Pada akhirnya, pemerintah Indonesia secara resmi telah mengajukan permohonan

untuk pembentukan Panel yang diutarakan pada Sidang Badan Penyelesaian Sengketa

(DSB) World Trade Organization (WTO) pada 22 Juni 2010 di Jenewa sebagai tindakan

hukum untuk sengketa perdagangan yang timbul dari diundangkannya undang-undang di


Amerika Serikat untuk mencegah atau mengurangi perokok muda, hal ini jelas merugikan

Indonesia yang merupakan “Penguasa” pasar rokok kretek di Amerika Serikat. Aturan

yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat ini melanggar aturan WTO, yaitu diskriminasi

terhadap peredaran rokok beraroma seperti kretek. Terkecuali beraroma mentol padahal

rokok kretek dan rokok menthol dikategorikan sebagai "like products" sesuai yang

dicantumkan pada Article 2.1 Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT

Agreement).

Sebagai eksportir rokok keretek, Indonesia keberatan dengan hukum yang

memperlakukan rokok kertek secara tidak adil dibandingkan dengan rokok menthol karena

Amerika Serikat dianggap melakukan kegiatan yang menguntungkan negaranya sendiri.

Amerika Serikat sudah melanggar Paal 2.1 dan 2.2 dari Persetujuan tentang Hambatan

Teknis Perdagangan (TBT Agreement) dan Pasal III GATT (General Agreement on Tariff

and Trade) 1994, penggunaan Article XX GATT 1994 yang tidak disertakan dengan bukti

ilmiah. Tanggal 24Juli 2010, akhirnya DSB WTO mensetujui untuk membentuk panel.14

3. Analisis Penyelesaian Sengketa Dagang Rokok Kretek Antara Indonesia

dengan Amerika Serikat

Setelah DSB WTO mensetujui untuk membentuk panel, selanjutnya ditetapkan tiga

orang yang menduduki anggota panel. Ketiga anggota panel tersebut adalah Mr. Ronald

Soborio sebagai ketua (Costa Rica), Mr. hugo Cayrius sebagai anggota (Jepang), dan Mr.

Ichiro Araki (Jepang). Mengenai pemilihan siapa yang berhak untuk menjadi anggota panel

merupakan orang-orang yang memiliki kualitas serta berpengalaman dalam menangani


14
Kementerian Perdagangan, Siaran Pers: RI Sengketakan Larangan Perdagangan Rokok Kretek di Amerika
Serikat Ke DSB-WTO, https://www.kemendag.go.id, diakses pada tanggal 20 Desember 2021 pukul 07:51
WIB.
kasus yang sama. Dalam Pasal 2.1 TBT Agreement, Panel telah menemukan pelanggaran

yaitu dalam kebijakan yang telah Amerika Serikat keluarkan tidak sesuai dengan ketentuan

dari WTO, karena rokok kretek dan rokok menthol merupakan produk yang sejenis dan

kedua rokok tersebut memiliki daya tarik yang sama bagi kaum muda. Kebijakan yang

membuat beda terhadap perlakuan kedua produk sejenis tersebut menurut WTO merupakan

tindakan yang tidak adil. Dalam Pasal 2.1 TBT Agreement juga menetapkan prinsip non-

diskriminasi.

Yang dimaksud dalam Pasal 2.1 TBT Agreement tersebut adalah setiap anggota

harus memastikan mengenai regulasi teknis, produk impor dari negara lain harus

diperlakukan dengan sama dan adil terhadap produk dalam negeri dan produk yang disukai

dari negara lain. Jika ada diskriminasi terhadap barang-barang yang sejenis, maka telah

terjadi pelanggaran terhadap prinsip non diskriminasi. WTO pun memenangkan rokok

kretek Indonesia dalam sengketa perdagangan ini di Apellate Body (AB), karena WTO

menilai Amerika Serikat sudah melakukan dikriminasi terhadap rokok kretek Indonesia ini.

Kemenangan Indonesia atas sengketa ini dicatat dalam Recourse to Article 22.2 of DSU by

Indonesia atau kasus United States “Measures Affecting the Production of Clove

Cigarettes” (DS 406).

WTO telah memperkuat keputusan Panel pada 2 September 2011, sampai akhirnya

pada tanggal 5 Januari 2012, Amerika Serikat mengajukan banding ke Apellete Body

WTO.15 Appellate Body memutuskan untuk tetap memperkuat keputusan Panel, bahwa

Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan yang tidak konsisten dan telah melanggar prinsip
15
Permanent Mission of the Republic of Indonesia, 2012, WTO Mengadopsi Keputusan Appelate Body yang
Memenangkan Indonesia dalam Kasus Rokok Kretek di Tingkat Banding di WTO, https://mission-
indonesia.org/2012/04/24/wto-mengadopsi-keputusan-appelate-body-yang-memenangkan-indonesia-dalam-
kasus-rokok-kretek-di-tingkat-banding-di-wto/, diakses pada tanggal 26 Desember pukul 21:45 WIB.
non diskriminasi. Pada 4 April 2012, Badan Penyelesaian Sengketa WTO memperkuat

putusan dari panel yang memenangkan Indonesia di kasus sengketa ini, Indonesia menang

baik di tingkat panel maupun di tingkat banding. Appellate Body juga menemukan dalam

kebijakan yang dikeluarkan Amerika Serikat melanggar Pasal 2.12 TBT Agreement karena

tidak memberikan waktu yang cukup antara waktu penetapan kebijakan dan sosialisasi

kebijakannya. Dan kebijakannya tersebut ternyata juga melanggar Pasal 2.9.2 TBT

Agreement, dimana mengharuskan dilakukannya pemberitahuan kepada semua anggota

melalui Sekretariat WTO. Indonesia terus mengusahakan dan mendesak agar Amerika

Serikat melaksanakan keputusan dari WTO tersebut, karena sejak Appellate Body

mengeluarkan rekomendasi kepada DSB yang meminta Pemerintah Amerika Serikat untuk

segera menerapkan rekomendasi sesuai ketentuan TBT Agreement sampai 15 bulan masa

Reasonable Period of Time (RPT) yang masa berlakunya habis pada tanggal 24 Juli 2013

Amerika Serikat belum juga melaksanakan dan menerapkan keputusan tersebut.16

Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui jika Amerika

Serikat tidak mematuhi prinsip dasar WTO dan tidak memenuhi tuntutan dari Indonesia

sebagai pihak yang memenangkan sengketa perdagangan rokok kretek. Seharusnya

Amerika Serikat mentaati segala aturan WTO dan keputusan dari DSB sebagai negara

anggota WTO yang terikat dengan segala prinsip dan aturannya. Akan tetapi, hingga saat

ini Amerika Serikat tetap melanggar aturan dan prinsip WTO dan belum

16
Bambang Supriyanto, 2013, Kasus Rokok Kretek: RI Kalahkan AS di WTO, Berhak atas Kompensasi US$
160 Juta, https://kabar24.bisnis.com/read/20130824/19/158537/kasus-rokok-kretek-ri-kalahkan-as-di-wto-
berhak-atas-kompensasi-us160-juta, diakses pada tanggal 26 Desember 2021 pukul 22:15 WIB.
mengimplementasikan tuntutan Indonesia yang dimenangkan DSB dalam kasus sengketa

dagang rokok kretek ini.17

Sampai pada akhirnya, sengketa dagang rokok kretek antara Indonesia dengan

Amerika Serikat ini resmi diberhentikan. Tetapi dengan kesimpulan akhir, bahwa pihak

Amerika Serikat tetap melanggar ketentuan WTO dalam sengketa ini. Untuk

menyelesaikan sengketa terkait larangan produksi dan distribusi rokok non menthol

termasuk kretek, Pemerintah dari kedua negara sepakat untuk menandatangani nota

kesepahaman (MoU). Dalam MoU ini, Indonesia tetap diuntungkan karena DSB di WTO

tetap menetapkan bahwa Amerika Serikat bersalah, yang berarti kesepakatan yang telah

diraih tidak menghapuskan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan pelanggaran.18

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menarik

kesimpulan yaitu Pemerintah Amerika Serikat dengan Family Smoking Protection and

Tobacco Control Act-nya telah melakukan tindakan diskriminasi kepada Rokok Kretek

Indonesia. Dalam kebijakan yang telah Amerika Serikat keluarkan tidak sesuai dengan

ketentuan dari WTO, karena WTO menilai Amerika Serikat sudah melakukan dikriminasi

kepada rokok kretek Indonesia. Appellate Body memutuskan untuk tetap memperkuat

keputusan Panel bahwa Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan yang tidak konsisten dan

telah melanggar prinsip non diskriminasi.


17
Stefananda Ade P, 2014, Ketidakpatuhan Amerika Serikat Terhadap Prinsip Non-Discrimination WTO
Dalam Sengketa Perdagangan Rokok Kretek dengan Indonesia Tahun 2009-2013, Jurnal Hubungan
Internasional.
18
Wike Dita Herlinda, 2014, Indonesia-AS Resmi Akhiri Sengketa Dagang Rokok Kretek,
https://ekonomi.bisnis.com/read/20141008/12/263116/indonesia-as-resmi-akhiri-sengketa-dagang-rokok-
kretek, diakses pada tanggal 26 Desember 2021 pukul 22:27 WIB.
Badan Penyelesaian Sengketa WTO memperkuat putusan dari panel yang

memenangkan Indonesia di kasus sengketa ini. Walaupun Indonesia telah memenangkan

sengketa ini, tetapi Amerika Serikat tetap tidak memenuhi tuntutan dari Indonesia sebagai

pihak yang memenangkan sengketa perdagangan rokok kretek. Seharusnya Amerika

Serikat mentaati segala aturan WTO dan keputusan dari DSB sebagai negara anggota WTO

yang terikat dengan segala prinsip dan aturannya. pada akhirnya, sengketa dagang rokok

kretek antara Indonesia dengan Amerika Serikat ini resmi dihentikan. Pemerintah dari

kedua negara sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman (MoU). Dalam MoU ini,

pihak Indonesia tetap diuntungkan, karena DSB di WTO tetap menetapkan bahwa Amerika

Serikat bersalah, yang berarti kesepakatan yang telah diraih tidak menghapuskan fakta

bahwa Amerika Serikat melakukan pelanggaran.

2. SARAN

Dalam pelaksanaan keputusan Panel maupun badan banding terhadap negara maju

untuk mematuhi rekomendasi DSB, DSB perlu adanya kekuatan yang memaksa. Agar

kecenderungan dari Negara maju untuk melanggar hukum dan aturan-aturan kebijakan

dari WTO dapat diminimalisir, sehingga keputusan panel maupaun appellate body dapat

dilaksanakan dan diberlakukan dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Thontowi, Jahawir dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer, PT
Refika Aditama, Bandung, hlm 174.

Adolf, Huala, 2009, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.

Adiwibowo, Yusuf, 2013, Technical Barrier To Trade Rokok Kretek Indonesia dalam
Measures Affecting The Production and Sale Of Clove Cigarettes Amerika Serikat
(DS-406), Jurnal IUS Vol 1 Nomor 2, hlm 236.

Ade P, Stefananda, 2014, Ketidakpatuhan Amerika Serikat Terhadap Prinsip Non-


Discrimination WTO Dalam Sengketa Perdagangan Rokok Kretek dengan Indonesia
Tahun 2009-2013, Jurnal Hubungan Internasional.

Anda mungkin juga menyukai