Anda di halaman 1dari 27

UTS HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL KASUS ROKOK

KRETEK INDONESIA VS AMERIKA SERIKAT

Disusun Oleh :

Lalu Abbiyoga Setiawan

D1A118288

C2

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2021
BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah

Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota
masyarakat dan antar bangsa. Melihat hal itu, sangat diperlukan menjalin hubungan perdagangan
antar negara yang tertib dan adil.1 Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar negara,
dewasa ini negara-negara cenderung membentuk blok-blok perdagangan baik bilateral, regional,
maupun multilateral sehingga peran perjanjian internasional menjadi semakin penting.2

Indonesia, sejak tahun 1980-an telah melakukan proses pembangunan yang


menguntungkan dan ekspor sebagai penggeraknya.3 Dalam hal ini keberhasilan perdagangan luar
negeri semakin menentukan proses pembangunan nasional. Guna meningkatkan sistem
perekonomiannya, Indonesia sangat bergantung pada sistem perekonomian negara lain dan
sistem ekonomi internasional, karena itu harus terdapat keselarasan di antara sistem-sistem
ekonomi tersebut. Adanya hubungan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional
adalah sebagai akibat dari adanya saling ketergantungan antar negara dan negara-negara pun
mulai sadar akan pentingnya pengaturan hukum perdagangan internasional.4 Kesadaran akan
pentingnya pengaturan hukum perdagangan internasional dari negara-negara ini pun memicu
lahirnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) tahun 1947 untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masing-masing negara.5 Tujuan pembentukan GATT adalah untuk
menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang aman dan jelas bagi masyarakat bisnis,
serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim
perdagangan yang sehat.6

Dengan ditandatanganinya hasil perundingan Uruguay Round, yaitu WTO sebagai


organisasi perdagangan dunia yang merupakan penerusan dari GATT, telah membawa
konsekuensi yuridis bagi Indonesia, artinya Indonesia harus melakukan harmonisasi peraturan
perundang-undangan nasional sesuai hasil kesepakatan WTO, seperti dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang aksesi Agreement

1
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional (RajaGrafindo Persada, 2007), 16.
2
M. Rafiqul Islam, 1999, International Trade Law, (NSW:LBC) dalam Huala Adolf, 2009, Hukum
Perdagangan Internasional (Rajawali Pers), 21.
3
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (Rajawali Pers, 2009), 3.
4
Ibid., hlm 25.
5
Syahmin AK, op.cit., hlm. 41.
6
Huala Adolf, op.cit., hlm. 97-98.
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia).7 Terbentuknya WTO menghasilkan banyak perubahan dan perjanjian- perjanjian baru
dalam pengaturan aspek-aspek perdagangan dalam hukum perdagangan internasional untuk
produk dan servis, beberapa contoh aspek perdagangan di antaranya yaitu agrikultur, regulasi
kesehatan untuk produk-produk perkebunan, investasi, standar produk, anti-dumping, lisensi
impor, safeguards, tarif, dan bea cukai. Dengan terbentuknya WTO, diharapkan mampu menjadi
wadah dan pengayom guna tercapainya suatu perdagangan dunia yang lebih tertib, lancar, bebas,
dan transparan terutama dalam upaya penyelesaian sengketa perdagangan antarbangsa secara
adil.8

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tidak sedikit negara yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan WTO atau pun merugikan negara lain melalui kebijakan luar negeri yang
diterapkan, sehingga memicu lahirnya sengketa dengan negara lain. Sengketa dapat muncul
ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu yang bertentangan dengan
komitmennya di WTO. Salah satu kasus sengketa perdagangan yang terjadi adalah sengketa
rokok kretek antara Indonesia dan Amerika. Sengketa rokok antara Indonesia dan Amerika
Serikat ini berawal dari disahkannya regulasi “Family Smooking Prevention and Tobacco
Control Act“ Public Law 111-31. Section 907 ” yang kemudian berlaku mulai September 2009
dan telah disahkan oleh Presiden Obama tanggal 22 Juni 2009. Kathleen Sebelius, US Health
and Human Services Secretary mengatakan dalam sebuah rilis berita bahwa Presiden Obama
berkomitmen untuk melindungi anak-anak dan rakyat Amerika Serikat dari bahaya penggunaan
tembakau.

Tujuan utama dari pemberlakuan Undang-Undang tersebut adalah untuk mengatasi


masalah kesehatan yang ditimbulkan dari rokok, yaitu dengan mengurangi konsumsi rokok pada
anak muda. Undang-Undang ini juga mengatur mengenai larangan penjualan semua jenis rokok
yang mengandung aroma dan rasa (flavoured cigarettes), termasuk rokok kretek di Amerika
Serikat, terkecuali rokok jenis menthol. Rokok kretek dianggap sebagai “pintu masuk” bagi
perokok pemula sehingga menjadi ketagihan dan selanjutnya menjadi perokok permanen,
terlebih konsumen rokok kretek umumnya berusia di bawah 30 tahun. Produk rokok terutama
rokok kretek yang dianggap mengandung zat aditif, berupa cengkeh sehingga
7
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi (Ghalia Indonesia, 2005), 163.
8
M. Rafiqul Islam, International Law of the WTO. (Oxford University Press, 2006), 2.
turut dilarang.9Diberlakukannya Undang-Undang Family Smoking Prevention and Tobacco
Control Act yang mulai berlaku efektif pada 22 September 2009 mengakibatkan terhentinya
kegiatan ekspor rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat. Dan hal ini merugikan perdagangan
ekspor Indonesia karena Indonesia menganggap bahwa Undang-Undang tersebut tidak konsisten
apabila alasan dari lahirnya Undang-Undang tersebut adalah untuk melindungi masyarakatnya
terutama melindungi para remaja dan anak muda sebagai perokok pemula di Amerika Serikat,
akan tetapi mengecualikan rokok menthol. Dan rokok menthol ini merupakan rokok yang hasil
produksi dalam negerinya sendiri sehingga hal ini merupakan tindakan menguntungkan
negaranya sendiri.

Indonesia kemudian mengajukan gugatan ke badan penyelesaian sengketa internasional


di bidang perdagangan yaitu melalui WTO (World Trade Organization). Pada tahap awal
Indonesia telah menempuh jalur konsultasi pada tanggal 7 April 2010 dalam upaya untuk
mencari solusi bersama atas undang-undang yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat.
Indonesia dan Amerika Serikat juga telah melakukan konsultasi formal dalam kerangka Dispute
Settlement Body (DSB) WTO. Namun menurut sumber yang diperoleh dari Kementrian
Perdagangan Dalam Negeri, proses konsultasi yang berlangsung panjang tanpa mencapai
kesepakatan dan tidak adanya respon maupun itikad baik dari Amerika Serikat untuk
menyelesaikan sengketa ini.10 Menanggapi permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan
Amerika Serikat dalam hal sengketa perdagangan internasional melalui WTO, maka kami akan
membahas mengenai “Bagaimana penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan
Amerika Serikat?.”
9
“RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok,” dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek, diakses: 16 Desember 2015.
10
“Siaran Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri,” dalam http://www.depdag.go.id, diakses: 16 Desember 2015.
1.2 Rumusan Masalah

Berikut ini adalah poin utama rumusan masalah untuk membantu penyusunan makalah
ini supaya penulisan makalah ini menjadi lebih terstruktur. Yaitu: “Bagaimana penyelesaian
sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat?.”

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengantarkan pemahaman lebih lanjut mengenai


penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi lebih lanjt bagi teman
teman mahasiswa, para akademisi, atau pembaca yang lain dengan memberikan informasi
mengenai penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah yang terdapat dalam penyelesaian
sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Beserta rumusan masalah, tujuan
pembahasan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan yang akan dijelaskan secara rinci dan
teratur.

BAB II

Pada bab ini penyusun akan memaparkan perspektif toeri dalam konsep ini yang
mendukung pemahaman dari topik yang akan dibahas lebih rinci selanjutnya di bab
pembahsan.

BAB III

Pada bab ini penyusun akan memaparkan pokok bahasan dari tema yang diambil, yaitu
penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

BAB IV
Berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada dimakalah ini.
BAB II

2.1. Landasan Teori

Dalam konteks perdagangan internasional, Joseph E. Stiglitz menegaskan hubungan yang


tidak adil bagi negara berkembang di era globalisasi ini. Liberalisasi perdagangan bukan hanya
meguntungkan negara maju yang menjual produk hasil olahan teknologi yang menghasilkan nilai
tambah yang lebih besar, namun juga “memaku” posisi negara berkembang untuk tetap menjadi
produsen bahan mentah dan produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja murah. Dalam kaitan ini
Stiglitz menyerukan pentingnya reformasi sistem perdagangan internasional menuju perdagangan
yang lebih adil fair trade dilihat dari posisi negara berkembang. Dimana harus adanya kemauan
politik dari negara-negara maju untuk memberikan perlakuan yang lebih menguntungkan negara
berkembang dalam perdagangan internasionalnya.11

Namun akan berbeda dalam prinsip-prinsip dasar WTO dimana salah satu acuannya
adalah National Treatment, yaitu negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan sama
atas barang-barang impor dan lokal. Perlakuan nasional meliputi bidang jasa, merek, paten, dan
hak kekayaan intelektual yang diterapkan pada saat suatu produk memasuki pasar domestic.
Namun begitu, pengenaan terhadap perlakuan nasional, bahkan apabila produk- produk lokal
tidak dikenakan pajak yang setara (pasal 3 GATT, pasar 17 GATS, dan pasal 3 TRIPs). 12

11
Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work (New York: Penguin, 2006).
12
Anak Agung Banyu Perwita, Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014).
BAB III

3.1 Persaingan Dagang Indonesia – AS dalam bidang Tembakau

Kretek atau rokok memang menjadi salah satu barang yang menjadi bahan pembicaraan
bagi masyarakat dunia bukan hanya bagi para perokok namun juga bagi para aktivis-aktivis,
apabila membicarakan produk tembakau, Produk tembakau yang diperdagangkan dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu daun tembakau sebagai bahan baku industri olahan dan produk
olahan tembakau. Produk olahan tembakau utama adalah rokok sigaret dan jenis rokok lainnya
seperti Cigar, Tobacco, dan lainnya. Produk olahan rokok di setiap negara berbeda-beda menurut
jenis, kategori ukuran hingga mereknya. Peningkatan produksi rokok di dunia terjadi pada tahun
1960-2007. Produksi rokok meningkat dengan laju 1,72 persen/tahun, peningkatan terbesar
terjadi sampai tahun 1995-an. Dari tahun 1995 hingga 2001 produksi rokok cenderung stagnan
berfluktuatif dan setelah itu cenderung menurun. Laju peningkatan produksi rokok yang pada
tahun 1960-2007 mencapai 1,72 persen pertahun lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan
penduduk dunia yang hanya mencapai 1,69 persen/tahun. Tapi pada dekade ini seiring dengan
maraknya berbagai gerakan anti rokok, maka produksi rokok cenderung turun hingga -0,45
persen/tahun.13

Di Indonesia sendiri Selama tahun 1961-2007 ekspor tembakau yang telah di olah
menjadi tembakau konsumsi seperti rokok mengalami peningkatan sebesar 6,44% pertahun,
ekspor sigaret meningkat 6,26% pertahun dan ekspor cerutu meningkat hingga 4,58% pertahun.
Peningkatan ekspor produk tembakau cukup signifikan dan sangat didominasi oleh pergerakan
volume ekspor sigaret, Bahkan menurut perkirakan di dunia pada tahun 2030 dapat mencapai 10
juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat
rokok berada di negara berkembang. Bila hal ini terus terjadi maka sekitar 650 juta orang akan
terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berada pada berusia produktif yaitu antara 20 sampai 25
tahun.14

Tak heran rokok atau kretek yang menjadi salah satu komoditas penting didunia memiliki
atau menimbulkan permasalahan-permasalahan di negara dunia yang melahirkan sebuah
sengketa dengan contoh kasusnya melibatkan Indonesia dan Amerika Serikat, namun
persengketaan ini menimbulkan kecaman karena adanya upaya penyadapan dan Intelejen AS.
Terbongkarnya upaya penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Australia
terkait kretek dan udang terhadap Indonesia dikecam berbagai pihak. Menurut penuturan
13
Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi Indonesia (Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2009), 76.
14
Asing (Jakarta: Indonesia Berdikari, 2012),

kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen Purnawirawan Marciano Norman, motif Amerika
menyadap adalah persaingan bisnis rokok kretek dan udang. Memang, selama ini ada persaingan
dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan Australia, salah satunya adalah bisnis
kretek.15

Lantas terjadinya sengketa dagang di bisnis rokok antara Amerika dan Indonesia ini
berawal ketika Amerika mulai khawatir dengan perdagangan Kretek didalam negeri mereka
sendiri, mereka menilai bahwa rokok asli buatan Indonesia, ini dinilai membahayakan sejumlah
produsen rokok putih di Amerika. Akibatnya, industri rokok di negeri Paman Sam ingin
menerapkan aturan anti kretek. Keinginan ini difasilitasi oleh Negara. Akhirnya Amerika
melarang penjualan rokok Kretek di Amerika. Konflik dagang antara Amerika dan Indonesia
meruncing ketika Amerika Serikat melarang penjualan rokok kretek asal Indonesia selama
beberapa tahun. Kretek di larang dengan alasan berbahaya bagi kesehatan. Indonesia pun
keberatan akan hal ini, dan mengadukan hal ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dengan
beralasan bahwa rokok mentol sama saja dengan rokok kretek dan masih dijual bebas di AS.

Ada sebuah alasan mengapa Amerika serikat begitu khawatir dengan bisnis kretek
dengan Indonesia ini faktanya, Kretek sangat disukai oleh masyarakat Amerika. Tetapi karena
bisa mengancam industi rokok putih di sana, Amerika akhirnya berusaha menghambat produk
kretek. Namun semenjak diterapkannya UU anti kretek di Amerika pada 2010, ekspor petani dan
pelaku industri kretek nasional langsung terhenti. meskipun permintaan kretek di Amerika masih
sangat tinggi.16 Amerika juga mencari cara agar menang dalam persengketaan dan tetap leluasa
menjalankan ketentuan anti kretek di negaranya. Salah satunya menggali informasi lewat
penyadapan.

Amerika dibantu Australia melakukan penyadapan melalui firma-firma hukum, pejabat


eselon I dan eselon II pemerintahan, seperti di Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar
Negeri, Kementrian Kelautan, dan Kemenko Perekonomian. Salah satu yang disadap adalah biro
hukum yang mewakili pemerintah Indonesia dalam sengketa rokok dan udang dengan Negara
Paman Sam itu. Seolah-olah, bagi Amerika, pemanfaatan intelijen untuk kepentingan bisnis
adalah sah untuk dilakukan. Karenanya Amerika menggunakan intelijen untuk mengantisipasi
langkah bisnis kompetitornya. Mereka berpendapat bahwa
15
Kretek indonesia.or.id. “Standar Ganda Tembakau Amerika” Diakses: 16 Desember 2015.
16
Ibid

penyadapan itu, bukan untuk tujuan komersil, tetapi untuk melindungi rakyat dalam negeri
mereka dan rakyat negara lain.

Dari rangkaian fragmen di atas ada rasa kekhawatiran yang besar Amerika terhadap
bisnis Kretek dari Indonesia, karena bisa menghancurkan bisnis rokok putih di Amerika.
Penyadapan oleh Amerika ke Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu bentuk
usaha Amerika untuk menghancurkan sejumlah komoditas penting nasional agar tidak menguasai
perdagangan. Disamping itu, untuk kepentingan bisnisnya, Amerika menggunakan standar
ganda. Di negaranya, Amerika menerapkan berbagai proteksi untuk melindungi rokok putih.
Sementara di luar negaranya, misalnya di Indonesia, Amerika melarang proteksi kretek dan
menuntut berlakunya mekanisme pasar, agar rokok putih bisa tersebar luas. Kasus ini telah
membuktikan, bahwa Kretek adalah sektor nasional yang sekarang masih sangat menjanjikan.17

3.2 Awal Mula Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia-AS

Pada sekitar tahun 2009 lalu Indonesia dengan AS tengah mengalami sengketa
perdagangan rokok kretek. Hal ini berawal dari kekhawatiran AS terkait perdagangan rokok
kretek Indonesia di AS yang dinilai membahayakan bagi sejumlah produsen rokok putih di AS.
Kekhawatiran ini menjadikan AS menerapkan sebuah aturan anti rokok kretek, AS melarang
penjualan rokok kretek di AS sendiri. Mengapa AS begitu khawatir akan rokok kretek Indonesia?
Karena ternyata nilai ekspor kretek Indonesia ke AS terus mengalami peningkatan selama lima
tahun sejak sekitar tahun 2005 hingga 2010. Hal ini berarti bahwa rokok kretek Indonesia
memiliki banyak peminat namun karena keberadaannya yang dapat mengancam rokok putih di
AS maka mereka berupaya untuk mencegah arus ekspor rokok kretek yang semakin meningkat
tiap tahunnya. AS takut apabila nanti Indonesia dapat menguasai pasar rokok mereka. 18

AS menerapkan undang – undang yang melarang produksi dan memperdagangkan rokok


non mentol (termasuk kretek) sejak Juni 2009. Sejak penerapan undang – undang tersebut
Indonesia merasa keberatan karena hal tersebut berpotensi mendiskriminasi rokok
17
Kretek indonesia.or.id. “Standar Ganda Tembakau Amerika” Diakses pada 16 Desember 2015
18
“Kretek Rempah Indonesia,” http://cigarskruie.com/standar-ganda-Amaerika-pada-sektor-tembakau, diakses: 15
Desember 2015.
19
kretek dari Indonesia dan memberi keuntungan yang tidak adil bagi rokok mentol. Pada Aprill
2010 lalu, Indonesia mengadukan kebijakan AS tersebut ke Disputte Settlement Body di WTO.
Kemudian kedua pihak menjalankan serangkaian konsultasi dan proses pemeriksaan. WTO
menyatakan bahwa AS bersalah karena memberlakukan kebijakan diskriminatif yang dapat
merugikan Indonesia. Namun setelah diajukan ke WTO, AS tidak melakukan penyesuaian
kebijakan sesuai dengan hasil putusan dari WTO karena menurut pihak AS hal itu hanyalah
berupa himabuan kampanye bahaya rokok non mentol dan tidak melarang penjualannya di pasar
AS. 20

Kemudian pada tahun 2013 Indonesia meminta otorisasi kepada arbitrase WTO untuk
melakukan retaliasi kepada AS. Dengan nilai retaliasi yang dicarikan otorisasi yaitu sekitar 55
juta dollar AS. 21 Retaliasi adalah tindakan pembalasan dibidang perdagangan antar negara dlam
kerangka WTO yang dilakukan oleh suatu negara sebagai akibat dari tidak tercapainya suatu
kesepakatan dalam proses penyelesaian sengketa. Jadi, retaliasi merupkana upaya akhir dalam
suatu penyelesaian sengketa. 22

Dalam pengajuan kasus tersebut ke DSB WTO, Indonesia menggunakan peraturan


Technical Barries to Trade Agreement atau TBT agreement. TBT agreement ini merupakan salah
satu perjanjian yang termasuk dalam covered agreements. TBT agreement adalah dimana suatu
negara yang memutuskan untuk menjadi anggota WTO, maka negara yang bersangkutan
otomatis terkait kepada perjanjian-perjanjian yang ada dalam covered agreements tersebut. TBT
agreement mengakui hak setiap negara untuk membuat regulasi teknis untuk melindungi
23
kepentingan negara tersebut. Namun kebijakan AS dinilai tidak konsisten dengan pasal dlam
perjanjian TBT karena pelarangan rokok ini hanya berimplikasi kepada rokok kretek Indonesia
saja dan tidak melarang produksi dan penjualan rokok menthol sebgai produk yang sama. Dan
dalam hal ini WTO memenangkan Indonesia secara penuh. 24

19
“RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok kretek,”
http://bisniskeuangan.kompas.com/RI.dan.AS.Akhiri.Sengeketa.Dagang.Rokok.Kretek, diakses: 15 Desember 2015
20
Ibid.
21
“RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok,” http://mission-indonesia.org, diakses: 16 Desember 2015. 22
“Retaliasi WTO sebagai bentuk perlindungan hukum dalam ranah perdagangan internasional,”
http://etd.repository.ugm.ac.id, diakses: 16 Desember 2015.
23
“Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS,” http://jurnalhet.com, diakses: 16 Desember
2015.
24
“Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,”
http://academia.edu/5678902, diakses: 16 Desember 2015
3.3 Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia-AS

Keberhasilan ekonomi dalam industri rokok telah membawa banyak keberuntungan bagi
para indutri kecil. Khususnya industri rokok di Indonesia, dalam perkembangannya dimana telah
merambah ke pasar dunia. Industri rokok Indonesia telah sampai ke Malaysia, Singapore,
Philipina, Amerika serikat. Akan tetapi sejak tahun 2009 industri rokok kretek Indonesia mulai
mengalami keterpurukannya. Setelah Amerika serikat dibawah kepemimpinan Barack Obama
mengeluarkan suatu kebijakan baru mengenai pengendalian tembakau sehubungan dengan
regulasi AS mengenai “Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act” yang isinya
melarang produksi dan penjualan rokok dengan ciri aroma seperti kretek, Strawberry, anggur,
jeruk, kopi, vanilla dan coklat. Ketentuan baru ini membuat Indonesia mengalami kerugian kotor
sebesar 200 juta dolar yaitu jumlah impor rokok kretek Indonesia ke Amerika 25. Selain mengenai
penurunan pemasukan yang drastis, hal yang menjadi ganjalan besar bagi Indonesia yaitu
mengenai kebijakan yang dibuat oleh AS, dimana tidak menyebutkan mengenai jenis aroma
rokok menthol sebagai produksi dari negara tersebut. Kebijakan baru AS ini dinilai tidak
konsisten dalam realisasinya dengan melindungi produk negaranya sendiri juga dianggap telah
melakukan terhadap diskriminasi produksi rokok kretek.

Amerika mengatakan bahwa tujuan utama dari disahkannya Tobacco Control Act tersebut
adalah, untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan rokok yaitu dengan mengurangi
konsumsi rokok pada anak muda. Menanggapi hal ini Indonesia melayangkan keberatannya
kepada WTO pada juni 2010 yang berisi protes terhadap kebijakan AS atas larangan
terhadap produk-produk tembakau yang mengandung zat adiktif tambahan, seperti cengkeh
yang dinilai Indonesia cukup diskriminatif. Pada tahap awal sebenarnya Indonesia sudah
menempuh jalur Konsultasi pada tanggal 7 Maret 2010 dalam upaya untuk mencari solusi
bersama atas undang-undang yang dikeluarkan pemerintah AS. Pada tanggal 13 Mei 2010,
Indonesia dan AS telah melakukan konsulasi formal dalam kerangka DSB WTO. Namun
proses konsultasi tersebut berlangsung sangat panjang tanpa diakhiri kata kesepakatan dan
tidak ada itikad baik dari pihak AS26.

25
Theresia, Bernadetha. Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara Indonesia dan Amerika
Serikat, diakses dari
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKETA_ROKOK_KR
ETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA , diakses: 12 Desember 2015.
Pada akhirnya tanggal 22 Juni 2010 Pemerintah Indonesia mengajukan suatu
pembentukan Panel ke Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) WTO atas
dasar Amerika Serikat sebagai anggota WTO melanggar ketentuan WTO mengenai prinsip
National Treatment Obligation yang tercantum dalam Technical Barrier to Trade Agreement
(TBTA). Pada tanggal 24 Juli 2010 secara resmi WTO menyetujui pembentukan panel yang
diajukan Indonesia dimana ditetapkan tiga orang yang akan menduduki anggota panel, yaitu
Ronal Soborio dari Costa Rica sebagai ketua, Mr. Ichiro Araki dari Jepang dan Mr. Hugo
Cayrius dari Uruguay sebagai anggota. Anggota panel tersebut dipilih berdasarkan kualitas dan
pengalaman mereka dalam menangani kasus yang sama sebelumnya. Adapun negara yang dipilih
untuk menjadi pihak ketiga, yaitu Brazil, Kolombia, Republik Dominika, Uni Eropa , Guetamaa,
Meksiko, Norwegia dan Turki. Dibentuknya panel tersebut agar kasus sengketa dapat
terselesaikan dengan objektif sesuai aturan yang berlaku dan menengakkan keadilan diantara
negara anggota WTO khususnya dalam hal ini Indonesia sebagia pihak yang dirugikan.

Panel telah menemukan pelanggaran Pasal 2.1 TBT Agreement , yaitu bahwa kebijakan
Amerika Serikat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan WTO karena rokok kretek dan rokok
mentol adalah produk sejenis dan keduanya memiliki daya tarik yang sama bagi kaum muda 27.
Menurut WTO, kebijakan yang membedakan perlakuan terhadap dua produk sejenis merupakan
tindakan yang tidak adil, dalam Pasal 2.1 TBT Agreement juga menetapkan prinsip non-
diskriminasi dimana tiap anggota harus memastikan bahwa dalam hal regulasi teknis, produk
import dari Negara lain harus diperlakukan sama dengan produk domestik dan produk yang
disukai dari Negara lain. Pelanggaran terhadap prinsip non diskriminasi dapat terjadi jika adanya
diksriminasi terhadap barang-barang yang sejenis. Tetapi panel tidak mengabulkan gugatan
kedua Indonesia pada Pasal 2.2 TBT Agreement tentang perlu atau tidaknya pelanggaran rokok
kretek tersebut. Panel menilai bahwa Indonesia tidak membawa bukti yang cukup bahwa
pelarangan rokok kretek oleh Amerika Serikat lebih bersifat menghambat perdagangan dari pada
karena persaingan

26
Siaran Pers Kemendag, diakses dari http://www.depdag.go.id, pada tanggal 14 Desemberr 2015.
27
“Tobacco Product Regulation and the WTO: US– Clove Cigarettes”, O’Neill Institute for National and Global Health Law,
Georgetown Law, diakses dari http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09- 12_O'Neill
%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-%20Clove%20Cigarettes.pdf, diakses: 15 Desember 2015.
perdagangan dan tidak bertujuan untuk mengurangi jumlah konsumen muda di Amerika
Serikat. Pada akhirnya, panel mencatat bahwa pelarangan penjualan rokok beraroma
sebenarnya adalah salah satu dari langkah-langkah yang telah direkomendasikan dalam
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang terkandung dalam Pedoman Partial
World Health Organization (WHO)28.

WTO menilai Amerika Serikat telah melakukan diskriminasi terhadap produk rokok
kretek Indonesia yang merupakan produk impor dan melanggar ketentuan WTO, sehingga WTO
pun memenangkan rokok kretek Indonesia dalam perselisihan sengketa perdagangan di
Appellate Body (AB). Pada tanggal 2 September 2011 WTO telah memperkuat keputusan Panel,
hingga pada 5 Januari 2012 Amerika Serikat mengajukan banding ke Appellate Body WTO.
Sampai pada akhirnya AB memutuskan untuk kembali memperkuat keputusan Panel bahwa
Amerika Serikat telah melanggar prinsip non diskriminasi dan mengeluarkan kebijakan yang
tidak konsisten. Akibat dari tindakan non compliance Amerika Serikat tersebut, maka Indonesia
juga menanggung sebuah kerugian yang diperkirakan lebih dari $160 juta US Dollar dalam
kurun waktu tiga tahun, sejak AS memberlakukan undang-undang anti tembakau tersebut. Maka
dari itu Indonesia berhak mendapatkan sebuah konpensasi tersebut.
28
Ibid.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam proses penyelesaian sengketa Kedua Negara yaitu Indonesia dan Amerika Serikat telah
melakukan tahap konsultasi yaitu Delegasi Kementerian Perdagangan Amerika Serikat dan Indonesia
telah berunding mengenai kisruh pembatasan impor hortikultura di Jakarta pada 21 Februari 2013.
Namun, pertemuan tersebut belum menemui titik terang. Pada tahap berikutnya adalah pembentukan
Panel. Pembentukan Panel ini sebagai upaya akhir ketika penyelesaian secara bilateral gagal, fungsi
utama panel adalah membantu penyelesaian secara obyektif dan untuk memutuskan apah suatu subyek
atau obyek perkara telah melanggar perjanjian cakupan WTO. Kebijakan Indonesia dalam membatasi
import atas hortikultura dan daging sapi adalah telah sesuai dengan ketentuan WTO melalui tindakan
safeguard untuk melindungi petani local dalam negeri, dan Indonesia sebagai Negara berkembang yang
berhak atas ketentuan yang tercantum didalam ketentuan Special And Differential Treatment (S&D).
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
AK, Syahmin. Hukum Dagang Internasional. RajaGrafindo Persada, 2007. Adolf,

Huala. Hukum Perdagangan Internasional. Rajawali Pers, 2009.

Banyu Perwita, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014.

E. Stiglitz. Joseph. Making Globalization Work. New York: Penguin,2006.

Herjuno, Kinarsih. Tembakau Negara dan Keserakahan Modal Asing. Jakarta: Indonesia
Berdikari, 2012.

Islam, M. Rafiqul. International Law of the WTO. Oxford University Press,2006.

Rachmat, Muchjidin dan Sri Nuryanti. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya
Bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,2009.

Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi. Ghalia Indonesia,
2005.

INTERNET
“RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok,” diakses: 16 Desember 2015,
http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-
gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek.

“Siaran Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri,” diakses: 16 Desember 2015,


http://www.depdag.go.id.

“Kretek Rempah Indonesia,” diakses: 15 Desember 2015, http://cigarskruie.com/standar- ganda-


Amaerika-pada-sektor-tembakau.

“RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok kretek,” diakses: 15 Desember 2015,
http://bisniskeuangan.kompas.com/RI.dan.AS.Akhiri.Sengeketa.Dagang.Rokok.Krete k.

“RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok,” diakses: 16 Desember 2015, http://mission- indonesia.org.

“Retaliasi WTO sebagai bentuk perlindungan hukum dalam ranah perdagangan


internasional,” diakses: 16 Desember 2015, http://etd.repository.ugm.ac.id.

“Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS,” diakses: 16 Desember 2015,
http://jurnalhet.com.
“Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,”
diakses: 16 Desember 2015, http://academia.edu/5678902.
“Siaran Pers Kemendag,” diakses: 14 Desember 2015, http://www.depdag.go.id.

“Tobacco Product Regulation and the WTO: US– Clove Cigarettes”, O’Neill Institute for
National and Global Health Law, Georgetown Law, diakses: 15 Desember 2015,
http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09 12_O'Neill
%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-
%20Clove%20Cigarettes.pdf.

Theresia, Bernadetha. “Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara Indonesia
dan Amerika Serikat,” diakses: 12 Desember 2015,
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKE
TA_ROKOK_KRETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA.

Anda mungkin juga menyukai