Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota
masyarakat dan antar bangsa. Melihat hal itu, sangat diperlukan menjalin hubungan
perdagangan antar negara yang tertib dan adil.1 Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
antar negara, dewasa ini negara-negara cenderung membentuk blok-blok perdagangan baik
bilateral, regional, maupun multilateral sehingga peran perjanjian internasional menjadi
semakin penting.2
1
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia).7 Terbentuknya WTO menghasilkan banyak perubahan dan perjanjian-
perjanjian baru dalam pengaturan aspek-aspek perdagangan dalam hukum perdagangan
internasional untuk produk dan servis, beberapa contoh aspek perdagangan di antaranya yaitu
agrikultur, regulasi kesehatan untuk produk-produk perkebunan, investasi, standar produk,
anti-dumping, lisensi impor, safeguards, tarif, dan bea cukai. Dengan terbentuknya WTO,
diharapkan mampu menjadi wadah dan pengayom guna tercapainya suatu perdagangan dunia
yang lebih tertib, lancar, bebas, dan transparan terutama dalam upaya penyelesaian sengketa
perdagangan antarbangsa secara adil.8
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tidak sedikit negara yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan WTO atau pun merugikan negara lain melalui kebijakan luar negeri yang
diterapkan, sehingga memicu lahirnya sengketa dengan negara lain. Sengketa dapat muncul
ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu yang bertentangan
dengan komitmennya di WTO. Salah satu kasus sengketa perdagangan yang terjadi adalah
sengketa rokok kretek antara Indonesia dan Amerika. Sengketa rokok antara Indonesia dan
Amerika Serikat ini berawal dari disahkannya regulasi Family Smooking Prevention and
Tobacco Control Act Public Law 111-31. Section 907 yang kemudian berlaku mulai
September 2009 dan telah disahkan oleh Presiden Obama tanggal 22 Juni 2009. Kathleen
Sebelius, US Health and Human Services Secretary mengatakan dalam sebuah rilis berita
bahwa Presiden Obama berkomitmen untuk melindungi anak-anak dan rakyat Amerika
Serikat dari bahaya penggunaan tembakau.
7
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi (Ghalia Indonesia, 2005), 163.
8
M. Rafiqul Islam, International Law of the WTO. (Oxford University Press, 2006), 2.
2
turut dilarang.9Diberlakukannya Undang-Undang Family Smoking Prevention and Tobacco
Control Act yang mulai berlaku efektif pada 22 September 2009 mengakibatkan terhentinya
kegiatan ekspor rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat. Dan hal ini merugikan
perdagangan ekspor Indonesia karena Indonesia menganggap bahwa Undang-Undang
tersebut tidak konsisten apabila alasan dari lahirnya Undang-Undang tersebut adalah untuk
melindungi masyarakatnya terutama melindungi para remaja dan anak muda sebagai perokok
pemula di Amerika Serikat, akan tetapi mengecualikan rokok menthol. Dan rokok menthol
ini merupakan rokok yang hasil produksi dalam negerinya sendiri sehingga hal ini merupakan
tindakan menguntungkan negaranya sendiri.
9
RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek, diakses: 16 Desember 2015.
10
Siaran Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri, dalam http://www.depdag.go.id, diakses: 16 Desember
2015.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah poin utama rumusan masalah untuk membantu penyusunan
makalah ini supaya penulisan makalah ini menjadi lebih terstruktur. Yaitu: Bagaimana
penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat?.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi lebih lanjt bagi
teman teman mahasiswa, para akademisi, atau pembaca yang lain dengan memberikan
informasi mengenai penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika
Serikat.
BAB I
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah yang terdapat dalam
penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Beserta rumusan
masalah, tujuan pembahasan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan yang akan
dijelaskan secara rinci dan teratur.
BAB II
Pada bab ini penyusun akan memaparkan perspektif toeri dalam konsep ----- ini yang
mendukung pemahaman dari topik yang akan dibahas lebih rinci selanjutnya di bab
pembahsan.
BAB III
Pada bab ini penyusun akan memaparkan pokok bahasan dari tema yang diambil,
yaitu penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
BAB IV
4
BAB II
Namun akan berbeda dalam prinsip-prinsip dasar WTO dimana salah satu acuannya
adalah National Treatment, yaitu negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan
sama atas barang-barang impor dan lokal. Perlakuan nasional meliputi bidang jasa, merek,
paten, dan hak kekayaan intelektual yang diterapkan pada saat suatu produk memasuki pasar
domestic. Namun begitu, pengenaan terhadap perlakuan nasional, bahkan apabila produk-
produk lokal tidak dikenakan pajak yang setara (pasal 3 GATT, pasar 17 GATS, dan pasal 3
TRIPs). 12
BAB III
11
Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work (New York: Penguin, 2006).
12
Anak Agung Banyu Perwita, Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014).
5
3.1. Persaingan Dagang Indonesia AS dalam bidang Tembakau
Kretek atau rokok memang menjadi salah satu barang yang menjadi bahan
pembicaraan bagi masyarakat dunia bukan hanya bagi para perokok namun juga bagi para
aktivis-aktivis, apabila membicarakan produk tembakau, Produk tembakau yang
diperdagangkan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu daun tembakau sebagai bahan
baku industri olahan dan produk olahan tembakau. Produk olahan tembakau utama adalah
rokok sigaret dan jenis rokok lainnya seperti Cigar, Tobacco, dan lainnya. Produk olahan
rokok di setiap negara berbeda-beda menurut jenis, kategori ukuran hingga mereknya.
Peningkatan produksi rokok di dunia terjadi pada tahun 1960-2007. Produksi rokok
meningkat dengan laju 1,72 persen/tahun, peningkatan terbesar terjadi sampai tahun 1995-an.
Dari tahun 1995 hingga 2001 produksi rokok cenderung stagnan berfluktuatif dan setelah itu
cenderung menurun. Laju peningkatan produksi rokok yang pada tahun 1960-2007 mencapai
1,72 persen pertahun lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan penduduk dunia yang hanya
mencapai 1,69 persen/tahun. Tapi pada dekade ini seiring dengan maraknya berbagai gerakan
anti rokok, maka produksi rokok cenderung turun hingga -0,45 persen/tahun.13
Di Indonesia sendiri Selama tahun 1961-2007 ekspor tembakau yang telah di olah
menjadi tembakau konsumsi seperti rokok mengalami peningkatan sebesar 6,44% pertahun,
ekspor sigaret meningkat 6,26% pertahun dan ekspor cerutu meningkat hingga 4,58%
pertahun. Peningkatan ekspor produk tembakau cukup signifikan dan sangat didominasi oleh
pergerakan volume ekspor sigaret, Bahkan menurut perkirakan di dunia pada tahun 2030
dapat mencapai 10 juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini
50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila hal ini terus terjadi maka
sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berada pada berusia
produktif yaitu antara 20 sampai 25 tahun.14
Tak heran rokok atau kretek yang menjadi salah satu komoditas penting didunia
memiliki atau menimbulkan permasalahan-permasalahan di negara dunia yang melahirkan
sebuah sengketa dengan contoh kasusnya melibatkan Indonesia dan Amerika Serikat, namun
persengketaan ini menimbulkan kecaman karena adanya upaya penyadapan dan Intelejen AS.
Terbongkarnya upaya penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Australia
terkait kretek dan udang terhadap Indonesia dikecam berbagai pihak. Menurut penuturan
13
Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi
Indonesia (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2009), 76.
14
Kinarsih Herjuno, Tembakau Negara dan Keserakahan Modal Asing (Jakarta: Indonesia Berdikari, 2012), 7.
6
kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen Purnawirawan Marciano Norman, motif
Amerika menyadap adalah persaingan bisnis rokok kretek dan udang. Memang, selama ini
ada persaingan dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan Australia, salah satunya
adalah bisnis kretek.15
Lantas terjadinya sengketa dagang di bisnis rokok antara Amerika dan Indonesia ini
berawal ketika Amerika mulai khawatir dengan perdagangan Kretek didalam negeri mereka
sendiri, mereka menilai bahwa rokok asli buatan Indonesia, ini dinilai membahayakan
sejumlah produsen rokok putih di Amerika. Akibatnya, industri rokok di negeri Paman Sam
ingin menerapkan aturan anti kretek. Keinginan ini difasilitasi oleh Negara. Akhirnya
Amerika melarang penjualan rokok Kretek di Amerika. Konflik dagang antara Amerika dan
Indonesia meruncing ketika Amerika Serikat melarang penjualan rokok kretek asal Indonesia
selama beberapa tahun. Kretek di larang dengan alasan berbahaya bagi kesehatan. Indonesia
pun keberatan akan hal ini, dan mengadukan hal ini ke Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) dengan beralasan bahwa rokok mentol sama saja dengan rokok kretek dan masih
dijual bebas di AS.
Ada sebuah alasan mengapa Amerika serikat begitu khawatir dengan bisnis kretek
dengan Indonesia ini faktanya, Kretek sangat disukai oleh masyarakat Amerika. Tetapi
karena bisa mengancam industi rokok putih di sana, Amerika akhirnya berusaha menghambat
produk kretek. Namun semenjak diterapkannya UU anti kretek di Amerika pada 2010, ekspor
petani dan pelaku industri kretek nasional langsung terhenti. meskipun permintaan kretek di
Amerika masih sangat tinggi.16 Amerika juga mencari cara agar menang dalam persengketaan
dan tetap leluasa menjalankan ketentuan anti kretek di negaranya. Salah satunya menggali
informasi lewat penyadapan.
15
Kretek indonesia.or.id. Standar Ganda Tembakau Amerika Diakses: 16 Desember 2015.
16
Ibid
7
penyadapan itu, bukan untuk tujuan komersil, tetapi untuk melindungi rakyat dalam negeri
mereka dan rakyat negara lain.
Dari rangkaian fragmen di atas ada rasa kekhawatiran yang besar Amerika terhadap
bisnis Kretek dari Indonesia, karena bisa menghancurkan bisnis rokok putih di Amerika.
Penyadapan oleh Amerika ke Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu
bentuk usaha Amerika untuk menghancurkan sejumlah komoditas penting nasional agar tidak
menguasai perdagangan. Disamping itu, untuk kepentingan bisnisnya, Amerika
menggunakan standar ganda. Di negaranya, Amerika menerapkan berbagai proteksi untuk
melindungi rokok putih. Sementara di luar negaranya, misalnya di Indonesia, Amerika
melarang proteksi kretek dan menuntut berlakunya mekanisme pasar, agar rokok putih bisa
tersebar luas. Kasus ini telah membuktikan, bahwa Kretek adalah sektor nasional yang
sekarang masih sangat menjanjikan.17
Pada sekitar tahun 2009 lalu Indonesia dengan AS tengah mengalami sengketa
perdagangan rokok kretek. Hal ini berawal dari kekhawatiran AS terkait perdagangan rokok
kretek Indonesia di AS yang dinilai membahayakan bagi sejumlah produsen rokok putih di
AS. Kekhawatiran ini menjadikan AS menerapkan sebuah aturan anti rokok kretek, AS
melarang penjualan rokok kretek di AS sendiri. Mengapa AS begitu khawatir akan rokok
kretek Indonesia? Karena ternyata nilai ekspor kretek Indonesia ke AS terus mengalami
peningkatan selama lima tahun sejak sekitar tahun 2005 hingga 2010. Hal ini berarti bahwa
rokok kretek Indonesia memiliki banyak peminat namun karena keberadaannya yang dapat
mengancam rokok putih di AS maka mereka berupaya untuk mencegah arus ekspor rokok
kretek yang semakin meningkat tiap tahunnya. AS takut apabila nanti Indonesia dapat
menguasai pasar rokok mereka. 18
17
Kretek indonesia.or.id. Standar Ganda Tembakau Amerika Diakses pada 16 Desember 2015
18
Kretek Rempah Indonesia, http://cigarskruie.com/standar-ganda-Amaerika-pada-sektor-tembakau, diakses:
15 Desember 2015.
8
19
kretek dari Indonesia dan memberi keuntungan yang tidak adil bagi rokok mentol. Pada
Aprill 2010 lalu, Indonesia mengadukan kebijakan AS tersebut ke Disputte Settlement Body
di WTO. Kemudian kedua pihak menjalankan serangkaian konsultasi dan proses
pemeriksaan. WTO menyatakan bahwa AS bersalah karena memberlakukan kebijakan
diskriminatif yang dapat merugikan Indonesia. Namun setelah diajukan ke WTO, AS tidak
melakukan penyesuaian kebijakan sesuai dengan hasil putusan dari WTO karena menurut
pihak AS hal itu hanyalah berupa himabuan kampanye bahaya rokok non mentol dan tidak
melarang penjualannya di pasar AS. 20
Kemudian pada tahun 2013 Indonesia meminta otorisasi kepada arbitrase WTO untuk
melakukan retaliasi kepada AS. Dengan nilai retaliasi yang dicarikan otorisasi yaitu sekitar
55 juta dollar AS. 21 Retaliasi adalah tindakan pembalasan dibidang perdagangan antar negara
dlam kerangka WTO yang dilakukan oleh suatu negara sebagai akibat dari tidak tercapainya
suatu kesepakatan dalam proses penyelesaian sengketa. Jadi, retaliasi merupkana upaya akhir
dalam suatu penyelesaian sengketa. 22
19
RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok kretek,
http://bisniskeuangan.kompas.com/RI.dan.AS.Akhiri.Sengeketa.Dagang.Rokok.Kretek, diakses: 15 Desember
2015
20
Ibid.
21
RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok, http://mission-indonesia.org, diakses: 16 Desember 2015.
22
Retaliasi WTO sebagai bentuk perlindungan hukum dalam ranah perdagangan internasional,
http://etd.repository.ugm.ac.id, diakses: 16 Desember 2015.
23
Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS, http://jurnalhet.com, diakses: 16
Desember 2015.
24
Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,
http://academia.edu/5678902, diakses: 16 Desember 2015.
9
3.3. Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia-AS
Amerika mengatakan bahwa tujuan utama dari disahkannya Tobacco Control Act
tersebut adalah, untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan rokok yaitu dengan
mengurangi konsumsi rokok pada anak muda. Menanggapi hal ini Indonesia melayangkan
keberatannya kepada WTO pada juni 2010 yang berisi protes terhadap kebijakan AS atas
larangan terhadap produk-produk tembakau yang mengandung zat adiktif tambahan, seperti
cengkeh yang dinilai Indonesia cukup diskriminatif. Pada tahap awal sebenarnya Indonesia
sudah menempuh jalur Konsultasi pada tanggal 7 Maret 2010 dalam upaya untuk mencari
solusi bersama atas undang-undang yang dikeluarkan pemerintah AS. Pada tanggal 13 Mei
2010, Indonesia dan AS telah melakukan konsulasi formal dalam kerangka DSB WTO.
25
Theresia, Bernadetha. Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara Indonesia dan
Amerika Serikat, diakses dari
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKETA_ROKOK_KR
ETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA , diakses: 12 Desember 2015.
10
Namun proses konsultasi tersebut berlangsung sangat panjang tanpa diakhiri kata
kesepakatan dan tidak ada itikad baik dari pihak AS26.
Panel telah menemukan pelanggaran Pasal 2.1 TBT Agreement , yaitu bahwa
kebijakan Amerika Serikat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan WTO karena rokok kretek
dan rokok mentol adalah produk sejenis dan keduanya memiliki daya tarik yang sama bagi
kaum muda27. Menurut WTO, kebijakan yang membedakan perlakuan terhadap dua produk
sejenis merupakan tindakan yang tidak adil, dalam Pasal 2.1 TBT Agreement juga
menetapkan prinsip non-diskriminasi dimana tiap anggota harus memastikan bahwa dalam
hal regulasi teknis, produk import dari Negara lain harus diperlakukan sama dengan produk
domestik dan produk yang disukai dari Negara lain. Pelanggaran terhadap prinsip non
diskriminasi dapat terjadi jika adanya diksriminasi terhadap barang-barang yang sejenis.
Tetapi panel tidak mengabulkan gugatan kedua Indonesia pada Pasal 2.2 TBT
Agreement tentang perlu atau tidaknya pelanggaran rokok kretek tersebut. Panel menilai
bahwa Indonesia tidak membawa bukti yang cukup bahwa pelarangan rokok kretek oleh
Amerika Serikat lebih bersifat menghambat perdagangan dari pada karena persaingan
26
Siaran Pers Kemendag, diakses dari http://www.depdag.go.id, pada tanggal 14 Desemberr 2015.
27
Tobacco Product Regulation and the WTO: US Clove Cigarettes, ONeill Institute for National and Global
Health Law, Georgetown Law, diakses dari http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09-
12_O'Neill%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-%20Clove%20Cigarettes.pdf, diakses: 15 Desember
2015.
11
perdagangan dan tidak bertujuan untuk mengurangi jumlah konsumen muda di Amerika
Serikat. Pada akhirnya, panel mencatat bahwa pelarangan penjualan rokok beraroma
sebenarnya adalah salah satu dari langkah-langkah yang telah direkomendasikan dalam
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang terkandung dalam Pedoman
Partial World Health Organization (WHO)28.
28
Ibid.
12
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
AK, Syahmin. Hukum Dagang Internasional. RajaGrafindo Persada, 2007.
Banyu Perwita, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014.
Herjuno, Kinarsih. Tembakau Negara dan Keserakahan Modal Asing. Jakarta: Indonesia
Berdikari, 2012.
Rachmat, Muchjidin dan Sri Nuryanti. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan
Implikasinya Bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian,2009.
Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi. Ghalia
Indonesia, 2005.
INTERNET
RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok, diakses: 16 Desember 2015,
http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-
gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek.
Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS, diakses: 16 Desember
2015, http://jurnalhet.com.
13
Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,
diakses: 16 Desember 2015, http://academia.edu/5678902.
Siaran Pers Kemendag, diakses: 14 Desember 2015, http://www.depdag.go.id.
Tobacco Product Regulation and the WTO: US Clove Cigarettes, ONeill Institute for
National and Global Health Law, Georgetown Law, diakses: 15 Desember 2015,
http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09
12_O'Neill%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-
%20Clove%20Cigarettes.pdf.
Theresia, Bernadetha. Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara
Indonesia dan Amerika Serikat, diakses: 12 Desember 2015,
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKE
TA_ROKOK_KRETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA.
14