Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1.1. Latar Belakang Masalah

Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota
masyarakat dan antar bangsa. Melihat hal itu, sangat diperlukan menjalin hubungan
perdagangan antar negara yang tertib dan adil.1 Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
antar negara, dewasa ini negara-negara cenderung membentuk blok-blok perdagangan baik
bilateral, regional, maupun multilateral sehingga peran perjanjian internasional menjadi
semakin penting.2

Indonesia, sejak tahun 1980-an telah melakukan proses pembangunan yang


menguntungkan dan ekspor sebagai penggeraknya.3 Dalam hal ini keberhasilan perdagangan
luar negeri semakin menentukan proses pembangunan nasional. Guna meningkatkan sistem
perekonomiannya, Indonesia sangat bergantung pada sistem perekonomian negara lain dan
sistem ekonomi internasional, karena itu harus terdapat keselarasan di antara sistem-sistem
ekonomi tersebut. Adanya hubungan perdagangan antar negara atau perdagangan
internasional adalah sebagai akibat dari adanya saling ketergantungan antar negara dan
negara-negara pun mulai sadar akan pentingnya pengaturan hukum perdagangan
internasional.4 Kesadaran akan pentingnya pengaturan hukum perdagangan internasional dari
negara-negara ini pun memicu lahirnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT)
tahun 1947 untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masing-masing negara.5 Tujuan
pembentukan GATT adalah untuk menciptakan suatu iklim perdagangan internasional yang
aman dan jelas bagi masyarakat bisnis, serta untuk menciptakan liberalisasi perdagangan
yang berkelanjutan, lapangan kerja dan iklim perdagangan yang sehat.6

Dengan ditandatanganinya hasil perundingan Uruguay Round, yaitu WTO sebagai


organisasi perdagangan dunia yang merupakan penerusan dari GATT, telah membawa
konsekuensi yuridis bagi Indonesia, artinya Indonesia harus melakukan harmonisasi
peraturan perundang-undangan nasional sesuai hasil kesepakatan WTO, seperti dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang aksesi Agreement

1
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional (RajaGrafindo Persada, 2007), 16.
2
M. Rafiqul Islam, 1999, International Trade Law, (NSW:LBC) dalam Huala Adolf, 2009, Hukum
Perdagangan Internasional (Rajawali Pers), 21.
3
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, (Rajawali Pers, 2009), 3.
4
Ibid., hlm 25.
5
Syahmin AK, op.cit., hlm. 41.
6
Huala Adolf, op.cit., hlm. 97-98.

1

Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia).7 Terbentuknya WTO menghasilkan banyak perubahan dan perjanjian-
perjanjian baru dalam pengaturan aspek-aspek perdagangan dalam hukum perdagangan
internasional untuk produk dan servis, beberapa contoh aspek perdagangan di antaranya yaitu
agrikultur, regulasi kesehatan untuk produk-produk perkebunan, investasi, standar produk,
anti-dumping, lisensi impor, safeguards, tarif, dan bea cukai. Dengan terbentuknya WTO,
diharapkan mampu menjadi wadah dan pengayom guna tercapainya suatu perdagangan dunia
yang lebih tertib, lancar, bebas, dan transparan terutama dalam upaya penyelesaian sengketa
perdagangan antarbangsa secara adil.8

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, tidak sedikit negara yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan WTO atau pun merugikan negara lain melalui kebijakan luar negeri yang
diterapkan, sehingga memicu lahirnya sengketa dengan negara lain. Sengketa dapat muncul
ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan tertentu yang bertentangan
dengan komitmennya di WTO. Salah satu kasus sengketa perdagangan yang terjadi adalah
sengketa rokok kretek antara Indonesia dan Amerika. Sengketa rokok antara Indonesia dan
Amerika Serikat ini berawal dari disahkannya regulasi Family Smooking Prevention and
Tobacco Control Act Public Law 111-31. Section 907 yang kemudian berlaku mulai
September 2009 dan telah disahkan oleh Presiden Obama tanggal 22 Juni 2009. Kathleen
Sebelius, US Health and Human Services Secretary mengatakan dalam sebuah rilis berita
bahwa Presiden Obama berkomitmen untuk melindungi anak-anak dan rakyat Amerika
Serikat dari bahaya penggunaan tembakau.

Tujuan utama dari pemberlakuan Undang-Undang tersebut adalah untuk mengatasi


masalah kesehatan yang ditimbulkan dari rokok, yaitu dengan mengurangi konsumsi rokok
pada anak muda. Undang-Undang ini juga mengatur mengenai larangan penjualan semua
jenis rokok yang mengandung aroma dan rasa (flavoured cigarettes), termasuk rokok kretek
di Amerika Serikat, terkecuali rokok jenis menthol. Rokok kretek dianggap sebagai pintu
masuk bagi perokok pemula sehingga menjadi ketagihan dan selanjutnya menjadi perokok
permanen, terlebih konsumen rokok kretek umumnya berusia di bawah 30 tahun. Produk
rokok terutama rokok kretek yang dianggap mengandung zat aditif, berupa cengkeh sehingga


7
Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi (Ghalia Indonesia, 2005), 163.
8
M. Rafiqul Islam, International Law of the WTO. (Oxford University Press, 2006), 2.

2

turut dilarang.9Diberlakukannya Undang-Undang Family Smoking Prevention and Tobacco
Control Act yang mulai berlaku efektif pada 22 September 2009 mengakibatkan terhentinya
kegiatan ekspor rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat. Dan hal ini merugikan
perdagangan ekspor Indonesia karena Indonesia menganggap bahwa Undang-Undang
tersebut tidak konsisten apabila alasan dari lahirnya Undang-Undang tersebut adalah untuk
melindungi masyarakatnya terutama melindungi para remaja dan anak muda sebagai perokok
pemula di Amerika Serikat, akan tetapi mengecualikan rokok menthol. Dan rokok menthol
ini merupakan rokok yang hasil produksi dalam negerinya sendiri sehingga hal ini merupakan
tindakan menguntungkan negaranya sendiri.

Indonesia kemudian mengajukan gugatan ke badan penyelesaian sengketa


internasional di bidang perdagangan yaitu melalui WTO (World Trade Organization). Pada
tahap awal Indonesia telah menempuh jalur konsultasi pada tanggal 7 April 2010 dalam
upaya untuk mencari solusi bersama atas undang-undang yang dikeluarkan pemerintah
Amerika Serikat. Indonesia dan Amerika Serikat juga telah melakukan konsultasi formal
dalam kerangka Dispute Settlement Body (DSB) WTO. Namun menurut sumber yang
diperoleh dari Kementrian Perdagangan Dalam Negeri, proses konsultasi yang berlangsung
panjang tanpa mencapai kesepakatan dan tidak adanya respon maupun itikad baik dari
Amerika Serikat untuk menyelesaikan sengketa ini.10 Menanggapi permasalahan yang terjadi
antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam hal sengketa perdagangan internasional melalui
WTO, maka kami akan membahas mengenai Bagaimana penyelesaian sengketa tembakau
antara Indonesia dengan Amerika Serikat?.


9
RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok, dalam http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek, diakses: 16 Desember 2015.
10
Siaran Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri, dalam http://www.depdag.go.id, diakses: 16 Desember
2015.

3

1.2. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah poin utama rumusan masalah untuk membantu penyusunan
makalah ini supaya penulisan makalah ini menjadi lebih terstruktur. Yaitu: Bagaimana
penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat?.

1.3. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengantarkan pemahaman lebih lanjut mengenai


penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

1.4. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi lebih lanjt bagi
teman teman mahasiswa, para akademisi, atau pembaca yang lain dengan memberikan
informasi mengenai penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika
Serikat.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah yang terdapat dalam
penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Beserta rumusan
masalah, tujuan pembahasan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan yang akan
dijelaskan secara rinci dan teratur.

BAB II

Pada bab ini penyusun akan memaparkan perspektif toeri dalam konsep ----- ini yang
mendukung pemahaman dari topik yang akan dibahas lebih rinci selanjutnya di bab
pembahsan.

BAB III

Pada bab ini penyusun akan memaparkan pokok bahasan dari tema yang diambil,
yaitu penyelesaian sengketa tembakau antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

BAB IV

Berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang ada dimakalah ini.

4

BAB II

2.1. Kerangka Teori

Dalam konteks perdagangan internasional, Joseph E. Stiglitz menegaskan hubungan


yang tidak adil bagi negara berkembang di era globalisasi ini. Liberalisasi perdagangan bukan
hanya meguntungkan negara maju yang menjual produk hasil olahan teknologi yang
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar, namun juga memaku posisi negara
berkembang untuk tetap menjadi produsen bahan mentah dan produk yang dihasilkan oleh
tenaga kerja murah. Dalam kaitan ini Stiglitz menyerukan pentingnya reformasi sistem
perdagangan internasional menuju perdagangan yang lebih adil fair trade dilihat dari posisi
negara berkembang. Dimana harus adanya kemauan politik dari negara-negara maju untuk
memberikan perlakuan yang lebih menguntungkan negara berkembang dalam perdagangan
internasionalnya.11

Namun akan berbeda dalam prinsip-prinsip dasar WTO dimana salah satu acuannya
adalah National Treatment, yaitu negara anggota diwajibkan untuk memberikan perlakuan
sama atas barang-barang impor dan lokal. Perlakuan nasional meliputi bidang jasa, merek,
paten, dan hak kekayaan intelektual yang diterapkan pada saat suatu produk memasuki pasar
domestic. Namun begitu, pengenaan terhadap perlakuan nasional, bahkan apabila produk-
produk lokal tidak dikenakan pajak yang setara (pasal 3 GATT, pasar 17 GATS, dan pasal 3
TRIPs). 12

BAB III


11
Joseph E. Stiglitz, Making Globalization Work (New York: Penguin, 2006).
12
Anak Agung Banyu Perwita, Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014).

5

3.1. Persaingan Dagang Indonesia AS dalam bidang Tembakau

Kretek atau rokok memang menjadi salah satu barang yang menjadi bahan
pembicaraan bagi masyarakat dunia bukan hanya bagi para perokok namun juga bagi para
aktivis-aktivis, apabila membicarakan produk tembakau, Produk tembakau yang
diperdagangkan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu daun tembakau sebagai bahan
baku industri olahan dan produk olahan tembakau. Produk olahan tembakau utama adalah
rokok sigaret dan jenis rokok lainnya seperti Cigar, Tobacco, dan lainnya. Produk olahan
rokok di setiap negara berbeda-beda menurut jenis, kategori ukuran hingga mereknya.
Peningkatan produksi rokok di dunia terjadi pada tahun 1960-2007. Produksi rokok
meningkat dengan laju 1,72 persen/tahun, peningkatan terbesar terjadi sampai tahun 1995-an.
Dari tahun 1995 hingga 2001 produksi rokok cenderung stagnan berfluktuatif dan setelah itu
cenderung menurun. Laju peningkatan produksi rokok yang pada tahun 1960-2007 mencapai
1,72 persen pertahun lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan penduduk dunia yang hanya
mencapai 1,69 persen/tahun. Tapi pada dekade ini seiring dengan maraknya berbagai gerakan
anti rokok, maka produksi rokok cenderung turun hingga -0,45 persen/tahun.13

Di Indonesia sendiri Selama tahun 1961-2007 ekspor tembakau yang telah di olah
menjadi tembakau konsumsi seperti rokok mengalami peningkatan sebesar 6,44% pertahun,
ekspor sigaret meningkat 6,26% pertahun dan ekspor cerutu meningkat hingga 4,58%
pertahun. Peningkatan ekspor produk tembakau cukup signifikan dan sangat didominasi oleh
pergerakan volume ekspor sigaret, Bahkan menurut perkirakan di dunia pada tahun 2030
dapat mencapai 10 juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini
50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila hal ini terus terjadi maka
sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berada pada berusia
produktif yaitu antara 20 sampai 25 tahun.14

Tak heran rokok atau kretek yang menjadi salah satu komoditas penting didunia
memiliki atau menimbulkan permasalahan-permasalahan di negara dunia yang melahirkan
sebuah sengketa dengan contoh kasusnya melibatkan Indonesia dan Amerika Serikat, namun
persengketaan ini menimbulkan kecaman karena adanya upaya penyadapan dan Intelejen AS.
Terbongkarnya upaya penyadapan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dan Australia
terkait kretek dan udang terhadap Indonesia dikecam berbagai pihak. Menurut penuturan

13
Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti, Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya Bagi
Indonesia (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2009), 76.
14
Kinarsih Herjuno, Tembakau Negara dan Keserakahan Modal Asing (Jakarta: Indonesia Berdikari, 2012), 7.

6

kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen Purnawirawan Marciano Norman, motif
Amerika menyadap adalah persaingan bisnis rokok kretek dan udang. Memang, selama ini
ada persaingan dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan Australia, salah satunya
adalah bisnis kretek.15

Lantas terjadinya sengketa dagang di bisnis rokok antara Amerika dan Indonesia ini
berawal ketika Amerika mulai khawatir dengan perdagangan Kretek didalam negeri mereka
sendiri, mereka menilai bahwa rokok asli buatan Indonesia, ini dinilai membahayakan
sejumlah produsen rokok putih di Amerika. Akibatnya, industri rokok di negeri Paman Sam
ingin menerapkan aturan anti kretek. Keinginan ini difasilitasi oleh Negara. Akhirnya
Amerika melarang penjualan rokok Kretek di Amerika. Konflik dagang antara Amerika dan
Indonesia meruncing ketika Amerika Serikat melarang penjualan rokok kretek asal Indonesia
selama beberapa tahun. Kretek di larang dengan alasan berbahaya bagi kesehatan. Indonesia
pun keberatan akan hal ini, dan mengadukan hal ini ke Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) dengan beralasan bahwa rokok mentol sama saja dengan rokok kretek dan masih
dijual bebas di AS.

Ada sebuah alasan mengapa Amerika serikat begitu khawatir dengan bisnis kretek
dengan Indonesia ini faktanya, Kretek sangat disukai oleh masyarakat Amerika. Tetapi
karena bisa mengancam industi rokok putih di sana, Amerika akhirnya berusaha menghambat
produk kretek. Namun semenjak diterapkannya UU anti kretek di Amerika pada 2010, ekspor
petani dan pelaku industri kretek nasional langsung terhenti. meskipun permintaan kretek di
Amerika masih sangat tinggi.16 Amerika juga mencari cara agar menang dalam persengketaan
dan tetap leluasa menjalankan ketentuan anti kretek di negaranya. Salah satunya menggali
informasi lewat penyadapan.

Amerika dibantu Australia melakukan penyadapan melalui firma-firma hukum,


pejabat eselon I dan eselon II pemerintahan, seperti di Kementerian Perdagangan,
Kementerian Luar Negeri, Kementrian Kelautan, dan Kemenko Perekonomian. Salah satu
yang disadap adalah biro hukum yang mewakili pemerintah Indonesia dalam sengketa rokok
dan udang dengan Negara Paman Sam itu. Seolah-olah, bagi Amerika, pemanfaatan intelijen
untuk kepentingan bisnis adalah sah untuk dilakukan. Karenanya Amerika menggunakan
intelijen untuk mengantisipasi langkah bisnis kompetitornya. Mereka berpendapat bahwa


15
Kretek indonesia.or.id. Standar Ganda Tembakau Amerika Diakses: 16 Desember 2015.
16
Ibid

7

penyadapan itu, bukan untuk tujuan komersil, tetapi untuk melindungi rakyat dalam negeri
mereka dan rakyat negara lain.

Dari rangkaian fragmen di atas ada rasa kekhawatiran yang besar Amerika terhadap
bisnis Kretek dari Indonesia, karena bisa menghancurkan bisnis rokok putih di Amerika.
Penyadapan oleh Amerika ke Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu
bentuk usaha Amerika untuk menghancurkan sejumlah komoditas penting nasional agar tidak
menguasai perdagangan. Disamping itu, untuk kepentingan bisnisnya, Amerika
menggunakan standar ganda. Di negaranya, Amerika menerapkan berbagai proteksi untuk
melindungi rokok putih. Sementara di luar negaranya, misalnya di Indonesia, Amerika
melarang proteksi kretek dan menuntut berlakunya mekanisme pasar, agar rokok putih bisa
tersebar luas. Kasus ini telah membuktikan, bahwa Kretek adalah sektor nasional yang
sekarang masih sangat menjanjikan.17

3.2. Awal Mula Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia-AS

Pada sekitar tahun 2009 lalu Indonesia dengan AS tengah mengalami sengketa
perdagangan rokok kretek. Hal ini berawal dari kekhawatiran AS terkait perdagangan rokok
kretek Indonesia di AS yang dinilai membahayakan bagi sejumlah produsen rokok putih di
AS. Kekhawatiran ini menjadikan AS menerapkan sebuah aturan anti rokok kretek, AS
melarang penjualan rokok kretek di AS sendiri. Mengapa AS begitu khawatir akan rokok
kretek Indonesia? Karena ternyata nilai ekspor kretek Indonesia ke AS terus mengalami
peningkatan selama lima tahun sejak sekitar tahun 2005 hingga 2010. Hal ini berarti bahwa
rokok kretek Indonesia memiliki banyak peminat namun karena keberadaannya yang dapat
mengancam rokok putih di AS maka mereka berupaya untuk mencegah arus ekspor rokok
kretek yang semakin meningkat tiap tahunnya. AS takut apabila nanti Indonesia dapat
menguasai pasar rokok mereka. 18

AS menerapkan undang undang yang melarang produksi dan memperdagangkan


rokok non mentol (termasuk kretek) sejak Juni 2009. Sejak penerapan undang undang
tersebut Indonesia merasa keberatan karena hal tersebut berpotensi mendiskriminasi rokok


17
Kretek indonesia.or.id. Standar Ganda Tembakau Amerika Diakses pada 16 Desember 2015
18
Kretek Rempah Indonesia, http://cigarskruie.com/standar-ganda-Amaerika-pada-sektor-tembakau, diakses:
15 Desember 2015.

8

19
kretek dari Indonesia dan memberi keuntungan yang tidak adil bagi rokok mentol. Pada
Aprill 2010 lalu, Indonesia mengadukan kebijakan AS tersebut ke Disputte Settlement Body
di WTO. Kemudian kedua pihak menjalankan serangkaian konsultasi dan proses
pemeriksaan. WTO menyatakan bahwa AS bersalah karena memberlakukan kebijakan
diskriminatif yang dapat merugikan Indonesia. Namun setelah diajukan ke WTO, AS tidak
melakukan penyesuaian kebijakan sesuai dengan hasil putusan dari WTO karena menurut
pihak AS hal itu hanyalah berupa himabuan kampanye bahaya rokok non mentol dan tidak
melarang penjualannya di pasar AS. 20

Kemudian pada tahun 2013 Indonesia meminta otorisasi kepada arbitrase WTO untuk
melakukan retaliasi kepada AS. Dengan nilai retaliasi yang dicarikan otorisasi yaitu sekitar
55 juta dollar AS. 21 Retaliasi adalah tindakan pembalasan dibidang perdagangan antar negara
dlam kerangka WTO yang dilakukan oleh suatu negara sebagai akibat dari tidak tercapainya
suatu kesepakatan dalam proses penyelesaian sengketa. Jadi, retaliasi merupkana upaya akhir
dalam suatu penyelesaian sengketa. 22

Dalam pengajuan kasus tersebut ke DSB WTO, Indonesia menggunakan peraturan


Technical Barries to Trade Agreement atau TBT agreement. TBT agreement ini merupakan
salah satu perjanjian yang termasuk dalam covered agreements. TBT agreement adalah
dimana suatu negara yang memutuskan untuk menjadi anggota WTO, maka negara yang
bersangkutan otomatis terkait kepada perjanjian-perjanjian yang ada dalam covered
agreements tersebut. TBT agreement mengakui hak setiap negara untuk membuat regulasi
23
teknis untuk melindungi kepentingan negara tersebut. Namun kebijakan AS dinilai tidak
konsisten dengan pasal dlam perjanjian TBT karena pelarangan rokok ini hanya berimplikasi
kepada rokok kretek Indonesia saja dan tidak melarang produksi dan penjualan rokok
menthol sebgai produk yang sama. Dan dalam hal ini WTO memenangkan Indonesia secara
penuh. 24


19
RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok kretek,
http://bisniskeuangan.kompas.com/RI.dan.AS.Akhiri.Sengeketa.Dagang.Rokok.Kretek, diakses: 15 Desember
2015
20
Ibid.
21
RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok, http://mission-indonesia.org, diakses: 16 Desember 2015.
22
Retaliasi WTO sebagai bentuk perlindungan hukum dalam ranah perdagangan internasional,
http://etd.repository.ugm.ac.id, diakses: 16 Desember 2015.
23
Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS, http://jurnalhet.com, diakses: 16
Desember 2015.
24
Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,
http://academia.edu/5678902, diakses: 16 Desember 2015.

9

3.3. Upaya Penyelesaian Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia-AS

Keberhasilan ekonomi dalam industri rokok telah membawa banyak keberuntungan


bagi para indutri kecil. Khususnya industri rokok di Indonesia, dalam perkembangannya
dimana telah merambah ke pasar dunia. Industri rokok Indonesia telah sampai ke Malaysia,
Singapore, Philipina, Amerika serikat. Akan tetapi sejak tahun 2009 industri rokok kretek
Indonesia mulai mengalami keterpurukannya. Setelah Amerika serikat dibawah
kepemimpinan Barack Obama mengeluarkan suatu kebijakan baru mengenai pengendalian
tembakau sehubungan dengan regulasi AS mengenai Family Smoking Prevention and
Tobacco Control Act yang isinya melarang produksi dan penjualan rokok dengan ciri aroma
seperti kretek, Strawberry, anggur, jeruk, kopi, vanilla dan coklat. Ketentuan baru ini
membuat Indonesia mengalami kerugian kotor sebesar 200 juta dolar yaitu jumlah impor
rokok kretek Indonesia ke Amerika25. Selain mengenai penurunan pemasukan yang drastis,
hal yang menjadi ganjalan besar bagi Indonesia yaitu mengenai kebijakan yang dibuat oleh
AS, dimana tidak menyebutkan mengenai jenis aroma rokok menthol sebagai produksi dari
negara tersebut. Kebijakan baru AS ini dinilai tidak konsisten dalam realisasinya dengan
melindungi produk negaranya sendiri juga dianggap telah melakukan terhadap diskriminasi
produksi rokok kretek.

Amerika mengatakan bahwa tujuan utama dari disahkannya Tobacco Control Act
tersebut adalah, untuk mengatasi masalah kesehatan terkait dengan rokok yaitu dengan
mengurangi konsumsi rokok pada anak muda. Menanggapi hal ini Indonesia melayangkan
keberatannya kepada WTO pada juni 2010 yang berisi protes terhadap kebijakan AS atas
larangan terhadap produk-produk tembakau yang mengandung zat adiktif tambahan, seperti
cengkeh yang dinilai Indonesia cukup diskriminatif. Pada tahap awal sebenarnya Indonesia
sudah menempuh jalur Konsultasi pada tanggal 7 Maret 2010 dalam upaya untuk mencari
solusi bersama atas undang-undang yang dikeluarkan pemerintah AS. Pada tanggal 13 Mei
2010, Indonesia dan AS telah melakukan konsulasi formal dalam kerangka DSB WTO.


25
Theresia, Bernadetha. Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara Indonesia dan
Amerika Serikat, diakses dari
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKETA_ROKOK_KR
ETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA , diakses: 12 Desember 2015.

10

Namun proses konsultasi tersebut berlangsung sangat panjang tanpa diakhiri kata
kesepakatan dan tidak ada itikad baik dari pihak AS26.

Pada akhirnya tanggal 22 Juni 2010 Pemerintah Indonesia mengajukan suatu


pembentukan Panel ke Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) WTO
atas dasar Amerika Serikat sebagai anggota WTO melanggar ketentuan WTO mengenai
prinsip National Treatment Obligation yang tercantum dalam Technical Barrier to Trade
Agreement (TBTA). Pada tanggal 24 Juli 2010 secara resmi WTO menyetujui pembentukan
panel yang diajukan Indonesia dimana ditetapkan tiga orang yang akan menduduki anggota
panel, yaitu Ronal Soborio dari Costa Rica sebagai ketua, Mr. Ichiro Araki dari Jepang dan
Mr. Hugo Cayrius dari Uruguay sebagai anggota. Anggota panel tersebut dipilih berdasarkan
kualitas dan pengalaman mereka dalam menangani kasus yang sama sebelumnya. Adapun
negara yang dipilih untuk menjadi pihak ketiga, yaitu Brazil, Kolombia, Republik Dominika,
Uni Eropa , Guetamaa, Meksiko, Norwegia dan Turki. Dibentuknya panel tersebut agar kasus
sengketa dapat terselesaikan dengan objektif sesuai aturan yang berlaku dan menengakkan
keadilan diantara negara anggota WTO khususnya dalam hal ini Indonesia sebagia pihak
yang dirugikan.

Panel telah menemukan pelanggaran Pasal 2.1 TBT Agreement , yaitu bahwa
kebijakan Amerika Serikat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan WTO karena rokok kretek
dan rokok mentol adalah produk sejenis dan keduanya memiliki daya tarik yang sama bagi
kaum muda27. Menurut WTO, kebijakan yang membedakan perlakuan terhadap dua produk
sejenis merupakan tindakan yang tidak adil, dalam Pasal 2.1 TBT Agreement juga
menetapkan prinsip non-diskriminasi dimana tiap anggota harus memastikan bahwa dalam
hal regulasi teknis, produk import dari Negara lain harus diperlakukan sama dengan produk
domestik dan produk yang disukai dari Negara lain. Pelanggaran terhadap prinsip non
diskriminasi dapat terjadi jika adanya diksriminasi terhadap barang-barang yang sejenis.
Tetapi panel tidak mengabulkan gugatan kedua Indonesia pada Pasal 2.2 TBT
Agreement tentang perlu atau tidaknya pelanggaran rokok kretek tersebut. Panel menilai
bahwa Indonesia tidak membawa bukti yang cukup bahwa pelarangan rokok kretek oleh
Amerika Serikat lebih bersifat menghambat perdagangan dari pada karena persaingan


26
Siaran Pers Kemendag, diakses dari http://www.depdag.go.id, pada tanggal 14 Desemberr 2015.
27
Tobacco Product Regulation and the WTO: US Clove Cigarettes, ONeill Institute for National and Global
Health Law, Georgetown Law, diakses dari http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09-
12_O'Neill%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-%20Clove%20Cigarettes.pdf, diakses: 15 Desember
2015.

11

perdagangan dan tidak bertujuan untuk mengurangi jumlah konsumen muda di Amerika
Serikat. Pada akhirnya, panel mencatat bahwa pelarangan penjualan rokok beraroma
sebenarnya adalah salah satu dari langkah-langkah yang telah direkomendasikan dalam
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang terkandung dalam Pedoman
Partial World Health Organization (WHO)28.

WTO menilai Amerika Serikat telah melakukan diskriminasi terhadap produk


rokok kretek Indonesia yang merupakan produk impor dan melanggar ketentuan WTO,
sehingga WTO pun memenangkan rokok kretek Indonesia dalam perselisihan sengketa
perdagangan di Appellate Body (AB). Pada tanggal 2 September 2011 WTO telah
memperkuat keputusan Panel, hingga pada 5 Januari 2012 Amerika Serikat mengajukan
banding ke Appellate Body WTO. Sampai pada akhirnya AB memutuskan untuk kembali
memperkuat keputusan Panel bahwa Amerika Serikat telah melanggar prinsip non
diskriminasi dan mengeluarkan kebijakan yang tidak konsisten. Akibat dari tindakan non
compliance Amerika Serikat tersebut, maka Indonesia juga menanggung sebuah kerugian
yang diperkirakan lebih dari $160 juta US Dollar dalam kurun waktu tiga tahun, sejak AS
memberlakukan undang-undang anti tembakau tersebut. Maka dari itu Indonesia berhak
mendapatkan sebuah konpensasi tersebut.


28
Ibid.

12

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
AK, Syahmin. Hukum Dagang Internasional. RajaGrafindo Persada, 2007.

Adolf, Huala. Hukum Perdagangan Internasional. Rajawali Pers, 2009.

Banyu Perwita, Anak Agung dan Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014.

E. Stiglitz. Joseph. Making Globalization Work. New York: Penguin,2006.

Herjuno, Kinarsih. Tembakau Negara dan Keserakahan Modal Asing. Jakarta: Indonesia
Berdikari, 2012.

Islam, M. Rafiqul. International Law of the WTO. Oxford University Press,2006.

Rachmat, Muchjidin dan Sri Nuryanti. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan
Implikasinya Bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian,2009.

Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global Edisi Revisi. Ghalia
Indonesia, 2005.

INTERNET
RI tetap gugat as ke WTO terkait rokok, diakses: 16 Desember 2015,
http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/ekonomi/10/06/26/121726-ri-tetap-
gugat-as-ke-wto-terkait-rokok-kretek.

Siaran Pers Kementrian Perdagangan Dalam Negeri, diakses: 16 Desember 2015,


http://www.depdag.go.id.

Kretek Rempah Indonesia, diakses: 15 Desember 2015, http://cigarskruie.com/standar-


ganda-Amaerika-pada-sektor-tembakau.

RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok kretek, diakses: 15 Desember 2015,


http://bisniskeuangan.kompas.com/RI.dan.AS.Akhiri.Sengeketa.Dagang.Rokok.Krete
k.

RI dan AS akhiri sengketa dagang rokok, diakses: 16 Desember 2015, http://mission-


indonesia.org.

Retaliasi WTO sebagai bentuk perlindungan hukum dalam ranah perdagangan
internasional, diakses: 16 Desember 2015, http://etd.repository.ugm.ac.id.

Analisis yuridis penyelesaian sengketa rokok kretek indo dan AS, diakses: 16 Desember
2015, http://jurnalhet.com.

13

Peran WTO dalam penyelesaian sengketa rokok kretek impor antara Indonesia dan AS,
diakses: 16 Desember 2015, http://academia.edu/5678902.
Siaran Pers Kemendag, diakses: 14 Desember 2015, http://www.depdag.go.id.

Tobacco Product Regulation and the WTO: US Clove Cigarettes, ONeill Institute for
National and Global Health Law, Georgetown Law, diakses: 15 Desember 2015,
http://www.law.georgetown.edu/oneillinstitute/documents/2011-09
12_O'Neill%20Institute%20Briefing%20Paper%20US%20-
%20Clove%20Cigarettes.pdf.

Theresia, Bernadetha. Peran WTO Dalam Penyelesaian Sengketa Rokok Kretek Impor antara
Indonesia dan Amerika Serikat, diakses: 12 Desember 2015,
https://www.academia.edu/5678902/PERAN_WTO_DALAM_PENYELESAIAN_SENGKE
TA_ROKOK_KRETEK_IMPOR_ANTARA_INDONESIA_DAN_AMERIKA.

14

Anda mungkin juga menyukai