Anda di halaman 1dari 4

A.

Proses Pembentukan Regionalisme Asia Selatan


1. Regionalisme

Kemunculan regionalisasi memiliki dua alasan yang saling berkaitan,


pertama adalah berakhirnya Perang Dingin, dan kedua adalah faktor Globalisasi
Sejak berakhirnya Perang Dingin, dunia internasional mulai menunjukkan
ketertarikan dalam sistem regionalisasi. 1 Hal ditandai dengan ekonomi nasional
tumbuh bersama politik nasional.

Sementara globaisasi dinilai sebagai faktor pendukung dalam maraknya


regionalisasi di hubungan internasional. Globalisasi dan regionalisasi dilihat
sebagai proses yang terartikulasi bersama mengikuti perubahan struktur global.
Globalisasi disini bukan hanya diartikan sebagai pola produksi, lingkungan yang
terintegrasi serta homogenitas namun juga dilihat dalam makna subjektivitas dan
bagaimana dunia dilihat.22

Dash melihat bahwa, pasca Perang Dingin kesuksesan Eropa dalam


regionalismenya memandang negara-negara dunia untuk menuai kesuksesan yang
sama. Melalui regionalisme negara akan memiliki akses yang terjamin dalam
pasar regional. Maraknya regionalisme, menurul Ernst Haas, merupakan "an
ideology of pragmatic antidependency dimana negara-negara kawasan mencari
ketergantungan secara regional tanpa memutuskan hubungan mereka dengan
lingkungan global. Regionaisme dilihat menguntungkan arena dengan adanya
regionalisasi dapat membantu stabilisasi negara tetangga dan menghindari
penyebarannya ke negara sendiri.

2. Kawasan

1
Kishorc C. Dash, Op. Ci, hal. 1-3

2
Bjorn Hettne dan Andras Inotai, The New Regionalism: Implications for Global Development
and International Security (UNU World Institute for Development Economics Research, 1994),
hal. 3
Kawasan merupakan sekelompok negara yang berbagi wilayah dalam satu
lingkup geografis. 3 Menurut Fawcett, kawasan juga dapat merupakan sebuah
kontinen besar ataupun sekelompok kecil negara yang saling bersebelahan.
Sementara Sheila Page melihat bahwa kawasan merupakan sekelompok negara
yang telah membuat kerangka kerja sama antara mereka. Page menjelaskan bahwa
"...region is a group of countries which have created a legal framework of
cooperation covering an extensive economic relationship, with the intention that it
will be of indefinite duration, and with the possibility foreseen that the region will
evolve or change. 4

Kawasan merupakan sebuah kumpulan dari komposi kapabilitas dan


aspirasi. Kawasan tidak dapat langsung bediri. Mereka dibentuk dengan segala
fenomena perubahan yang ada Dalam suatu kawasan penting bagi kita untuk
memperhitungkan level ketegantungan khususnya dalam hal keamanan, ekonomi
dan hubungan dalam kelompok-kelompok kepentingan. Regionalisme juga
bekerja lebih baik dalam lingkungan demokras dimana masyarakat sipil dapat
dikategorikan lebih maju.5

3. Regionalisme

Dalam tulisannya, Fawcett melihat bahwa Regionalisme merupakan


sebuah kebijakan dimana negara dan aktor non-negara bekerjasama dan
berkoordinasi strategi dalam suatu kawasan. Tujuan dari regionalisme adalah
untuk mendapatkan dan mempromosikan tujuan bersama dalam satu (atau
beberapa) isu. Regionalisme dapat mempromosikan kawasan dalam suatu
komunitas atau yang dsebut dengan soft regionalism melalui gabungan kelompok
dan jaringan atau melalui kerjasama dan pengaturan dalam organisasi dimana
hubungan antar-negara di dalarmya diatur secara sah atau yang disebut dengan
hard regionalism.

3
"Louise Fawcett, "Exploring Regionalism: a Comparative History of Regionalism in
International affairs No. 3 (2004)
4
Sheila Page, Regionalism Developing Countries (New York: St. Martin's ness, 2000) hal 19
5
Louise Fawcett, Op. Cit.
Menurut John Ravenhill, regionalisme mengacu pada proses kolaborasi
antar dua negara atau lebih, sementara regionalisasi merupakan saling
ketergantungan dalam area geografis yang dekat. Sebuah kawasan juga
merupakan konstruksi sosial yang dibangun oleh negara-negara anggotanya.
6
Revenhill menambahkan bahwa Integrasi ekonomi regional juga distimulasi
untuk memaksimalkan kejasama keamanan di dalam kawasan untuk
meminimalisasi ancaman dari negara-negara di luar keanggotaan regionalisme.
Studi Bank Dunia menyatakan bahwa bentuk diplomasi dalam perjanjian regional
dapat mendorong negara-negara berkembang untuk mendapatkan tujuan yang
lebih besar dibandingkan jika mereka bergerak sendiri diikuti dengan peningkatan
dalam posisi mereka di organisasi internasional.

Menurut Hettne dan inotai, regionalisme dapat didefinisi kan sebagai suatu
proses multidimensi dalam integrasi regiona yang meliputi ekonomin aspek
politik, sosial dan budaya. Regionalisme adalah proses dari bawah dan tidak
selalu difokuskan pada kepentingan sekelompok negara.7

4. Regionalisasi

Jika regionalisme merupakan sebuah kebijakan maka regionalisasi


merupakan rangkaian kebijakan dan proses regionalisme itu sendiri. Regionalisasi
dapat menghasilkan aliansi perdagangan, blok dan lembaga formal. Dalam aspek
keamanan, regionalisasi digunakan untuk memberikan respon kepada konflk yang
yang terjadi di kawasan. Menurut Fawoett, dalam proses regionalisasi bukan
hanya terdapat aspek geografis, politis, ekonomi, strategis dan budaya yang
merupakan faktor spesifik, namun juga dalam suatu norma-norma nilai dan
praktis yang berhubungan dengan kawasan yang berbeda. Fawcett melanjutkan
bahwa regionalisme,

6
John Ravenhill, US and EURegionalisn The Case of Western Pacijc RIM diakses dari
ww.sandego. Raverhi pdf pada hari Minggu 22 Desember 2012, pk. 22.33
7
Bjorn Hettne dan Andrasinotai, The New Regionalism Implications for Global Development and
International Security (UNU World Institute for Development Economics Research 1994) hal. 11
"aside from promoting economic political and security cooperation and
community, it can consolidate state-building and democratization check
heavy-handed behavior by strong states, create and lock in norms and
values, increase transparency, make states and international institutions
more accountable, and help to manage the negative effects of
globalization.8

Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351780-TA-Hindun
Harahap.pdf

https://aric.adb.org/emergingasianregionalism/pdfs/KRA%20Indonesia.pd
f

Dash, Kishore C. (2008) Regionalism in South Asia: Negotiating Cooperation,


Institutional Structures. New York: Routledge.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5994/bab%20ii.pd
f?sequence=2&isAllowed=y

8
Louis Famoett, Op Cit.

Anda mungkin juga menyukai