disusun oleh:
XII IPS 2
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karuniaNya tugas makalah geografi dengan judul ‘Regionalisasi Kawasan Dunia
Berdasarkan Pusat Pertumbuhan Ekonomi’ dapat selesai tepat dengan waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Drs. Syarifudin pada mata pelajaran geografi. Dan juga, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.
Saya ucapkan kepada Bapak Syarifudin selaku guru mata pelajaran
geografiyang telah memberikan tugas ini kepada saya, sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan saya selaku penulis sesuai mata pelajaran yang ditekuni.
Saya juga ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuan dan membantu syaa dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya nantikan demi membuat
makalh ini menjadi semakin baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara praktis, konsep regionalisme sering digunakan secara silih
berganti dengan konsep region/kawasan, subregion/subkawasan, atau
subsistem. Pembahasan mengenai keterhubungan konsep keamanan dengan
kawasan terdiri dari aktor/ pelaku; lingkungan dan hubungan antara aktor dan
lingkungan. Suatu aktor (negara dan bangsa) akan selalu berinteraksi dengan
lingkungan eksternalnya baik yang secara geografis berdekatan maupun
berjauhan.
Kebijakan pembangunan wilayah di seluruh dunia meliputi bidang
ekonomi, sosial, politik, serta bidang lain, baik di negaranya masing-masing
secara menyeluruh maupun di dunia internasional. Analisis ini sangat penting
artinya dalam rangka menerapkan teori dan konsep yang ada untuk
memepercepat pertumbuhan negaranya, salah satunya dalam bidang ekonomi
seperti meningkatkan penyediaan lapangan kerja, dan pertumbuhan di
negaranya masing-masing. Semua itu diperlukan untuk peningkatan proses
pembangunan dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, masing-masing negara tidak semuanya bisa memenuhi
kebutuhan ekonomi dari sumber daya alamnya sendiri. Masing-masing negara
membutuhkan sumber daya alam serta mebutuhkan bantuan tenaga ahli dari
negara lain untuk percepatan ekonomi suatu negara dan kemajuan negaranya.
Salah satu cara dalam keterikatan dalam ekonomi dunia melalui konsep
regionalisasi ekonomi.
Konsep region diberikan pula oleh Louis Cantori dan Steven Spiegel
yang mendefinisikan kawasan sebagai dua atau lebih negara yang saling
berinteraksi dan memiliki kedekatan geogrfis, kesamaan etnis, bahasa, budaya,
keterkaitan sosial dan sejarah dan perasaan identitas yang seringkali meningkat
disebabkan adanya aksi dan tindakan dari negara-negara diluar kawasan. Lebih
jauh, mereka membagi subordinate system kedalam tiga bagian, yaitu core
sector (negara inti kawasan), peripheral sector (negara pinggiran kawasan) dan
4
1
intrusive system (negara eksternal kawasan yang dapat berpartisipasi dalam
interaksi kawasan).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari Regionalisasi Ekonomi?
2. Bagaimana Regionalisasi Ekonomi kawasan di dunia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan maslah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep dari Regionalisasi Ekonomi
2. Memahami Regionalisasi Ekonomi kawasan di dunia
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
permasalahan. Negara-negara di dunia secara tidak langsung telah sepakat
bahwa regionalisme diperlukan untuk menjawab tantangan di depan.
Meskipun pada mulanya perkembangan regionalisme tidak terlepas dari
kerangka permasalahan yang dihadapi dalam sebuah region itu sendiri.
Sejarahpun telah mencatat perkembangan seputar regionalisasi yang
termanifestasi dalam kerjasama ekonomi, politik maupun keamanan.
Contoh konkritnya adalah menjamurnya organisasi-organisasi
internasional di tingkat kawasan atau global.
Menurut Sitepu (2003: 1) Munculnya suatu prioritas baru (peran
dunia) dalam bentuk integrasi regional yang dijadikan sebagai dasar pada
sebuah paradigma, di mana kepentingan kelompok menjadi yang utama
atau dengan perkataan lain, paradigma kepentingan regional yang ada.
Pada gilirannya akan memberikankontribusi bagi kepentingan nasional
masing-masing. Paradigma atas kepentingan regional yang diformulasi-
kan ke dalam kerjasama regional di beberapa kawasan/wilayah dunia saat
ini yang akan mengarah kepada sifat pengelompokan diri ke dalam
konstelasi kepentingan regional/global.
Kerjasama ekonomi pun menjadi pilihan yang banyak diminati
oleh negara-negara di dunia mengingat kebutuhan negara dalam
berekskalasi di era gloalisasi saat ini. Meski dalam kurun waktu tersebut
banyak pula kerjasama-kerjasama di tingkat kawasan yang muncul dengan
mengusung semangat berbeda (ekonomi). Namun seperti yang dapat
dilihat bahwa kerjasama dalam sebuah kawasan tersebut tetap saja terkena
ekses dari rivalitas dua kekuatan besar. Regionalisme pun mulai
mendiaspora di dekade 70-an keseluruh belahan bumi.
Berakhirnya perang dingin serta ditambah proses globalisasi telah
menjadikan dekade 90-an semakin memicu akselarasi kerjasama kawasan.
Kondisi ini oleh beberapa pakar disebut sebagai era new regionalism.
Terdapat beberapa indikator yang dapat menjelaskan perkembangan
regionalism, yakni:
a. Adanya persamaan pengalaman sejarah dan share problem antar
negara-negara dalam sebuah kawasan (region)
7
b. Meningkatkanya keterikatan antar satu negara dengan negara lain
daripada dengan negara di luar kawasan
c. Berkembangnya organisasi internasional sebagai media dalam
pembentukan aturan main bersama.
Regionalisme muncul dapat dilihat dari dua sisi, yaitu eksternal dan
internal. Dari sudut pandang eksternal, regionalisme merupakan salah satu
respondari globalisasi serta reaksi dari proses global yang lainnya.
Sedangkan disisi internal dapat dilihat regionalisme merupakan ekses dari
perkembangan dinamika internal kawasan yang juga dipengaruhi main
actors dari kawasan tersebut baik dari internal maupun aktor eskternal.
Merujuk Milner, laju regionalisme telah mengalami beberapa
gelombang, yaitu:
a. Gelombang pertama di era 1800-an hingga 1900-an awal ditandai
dengan sentralisasi aktivitas di kawasan Eropa baik melalui ekonomi
dan perdagangan, perang dunia pertama hingga krisis ekonomi Eropa.
b. Gelombang kedua dicirikan efek krisis Eropa (great depression) yang
kemudian muncullah kebijakan proteksionis, hingga muncul wacana
perdagangan kawasan karena kegagalan perdagangan multilateral.
c. Gelombang ketiga ditandai dengan meningkatnya perdagangan
internasional yang terjadi di Eropa Barat dan Asia Timur serta
munculnya blok-blok perdagangan di beberapa kawasan.
d. Gelombang keempat, regionalisme ditandai dengan munculnya
kerjasama-kerjasama ekonomi antarnegara berkembang, penguatan
investasi asing serta penguatan kerjasama multilateral melalui support
lembaga multilateral.
Sedangkan menurut Fawcet pembagian perkembangan
regionalisme cukup singkat yaitu regionalisme lama dan baru.
Regionalisme lama bercirikan kerjasama regional yang berorientasi ke
dalam yang dilakukan oleh negara-negara dengan level yang sama melalui
proses politik, sedangkan regionalisme baru berorientasi ke luar, integrasi
dilakukan oleh negara-negara yang bervariasi serta melalui proses
ekonomi.
8
2. Kriteria Pengelompokan Regionalisasi
Berikut ini adalah kriteria yang paling umum digunakan untuk
mengelompokkan negara-negara ke dalam kawasan:
a. Kriteria Geografis: mengelompokkan negara-negara berdasarkan
lokasinya dalam benua, sub-benua, dan lain-lain.
b. Kriteria politik/militer: mengelompokkan negara-negara berdasarkan
keikutsertaannya dalam berbagai aliansi atau berdasarkan orientasi
ideology dan politik.
c. Kriteria ekonomi: mengelompokkan negara-negara berdasarkan
kriteria-kriteria terpilih mengenai perkembangan (pembangunan)
ekonomi.
d. Kriteria Transaksional: mengelompokkan negara-negara berdasarkan
jumlah dan frekuensi pertukaran penduduk, barang-barang dan jasa.
(Coulumbis & Wolfe, 1999:312-313)
9
Analisis ini sangat penting artinya dalam rangka menerapkan teori dan
konsep yang ada untuk memepercepat pertumbuhan negaranya, salah satunya
dalam bidang ekonomi seperti meningkatkan penyediaan lapangan kerja, dan
pertumbuhan di negaranya masing-masing. Semua itu diperlukan untuk
peningkatan proses pembangunan dan sekaligus untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
10
antarnegara Eropa Barat di Roma Italia. Tujuannya adalah menyusun
dan melaksanakan politik perdagangan bersama dan mendirikan
daerah perdagangan bebas di Eropa. Selain itu, MEE juga
mengadakan kerja sama di bidang perdagangan dengan negara-negara
Asean termasuk Indonesia.
MEE berdiri pada tahun 1957 setelah ditandatanganinya
Perjanjian Roma tanggal 25 Maret 1957. Pada awal berdirinya, MEE
bercita-cita untuk menyerasikan gerak kegiatan ekonomi,
pengembangan yang mantap dan seimbang, stabilitas ekonomi yang
lebih mantap, dan perbaikan taraf hidup masyarakat Eropa. Namun,
cita-cita itu terhalang oleh munculnya paham nasionalisme yang
sempit di beberapa negara Eropa. Perwujudan MEE diawali dengan
pembentukan Pan Eropa. Tujuan terbentuknya Pan Eropa adalah
untuk dapat menghindarkan Eropa dari peperangan dan perpecahan
yang terjadi antara bangsa Eropa sendiri. Cita-cita Pan Eropa ini
dikemukakan oleh Richard Caudehov dari Austria (1923). Ia
menganjurkan terbentuknya suatu Eropa Serikat, sebagai suatu badan
yang dapat menghindarkan terjadinya perang dan perpecahan antar
bangsa Eropa. Namun, rencana pembentukan Pan Eropa tidak dapat
berjalan lancar. Hal ini disebabkan karena timbul berbagai peristiwa
yang mengundang perhatian bangsa-bangsa Eropa, seperti munculnya
gerakan Nazi-Hitler, yang ingin menguasai dunia dengan politik
lebensraum atau perluasan wilayah. Di samping itu munculnya
gerakan fasisme-Mussollini dengan tujuan yang tidak jauh berbeda
dengan gerakan Nazi-Hitler juga merupakan hambatan bagi
pembentukan Pan Eropa. Kedua gerakan inilah yang menjadi pelopor
munculnya Perang Dunia II.
11
3) Menghapuskan semua halangan yang menghambat lajunya
perdagangan internasional.
4) Memperluas hubungan dengan negara-negara selain anggota
MEE. Untuk mewujudkan tujuannya, MEE membentuk Pasar
Bersama Eropa (Comman Market), keseragaman tarif, dan
kebebasan bergerak dalam hal buruh, barang, serta modal.
MEE merupakan organisasi penting karena meliputi sektor
ekonomi. Melainkan juga karena pelaksanaannya memerlukan
pengaturan bersama yang meliputi industri, keuangan, dan
perekonomian. MEE menegaskan tujuannya seperti Integrasi Eropa
dengan cara menjalin kerja sama ekonomi, memperbaiki taraf hidup,
dan memperluas lapangan kerja serta memajukan perdagangan dan
menjamin adanya persaingan bebas serta keseimbangan perdagangan
antarnegara anggota. Untuk mencapai tujuan di atas MEE membentuk
badan-badan yaitu sebagai berikut:
1) Assembly, jumlah anggotanya 142 yang dipilih oleh parlemen
negara anggota. Tugasnya memberikan nasihat, usul, dan
mengawasi pekerjaan komisi MEE serta meminta
pertanggungjawaban.
2) Council (Dewan Menteri MEE), mempunyai kekuasaan tertinggi
untuk merencanakan dan memberikan keputusan atas semua
rencana baru.
3) Commission (Badan pengurus harian MEE), yang beranggotakan
9 orang dengan masa jabatannya 4 tahun.
4) The Court of Justice (Mahkamah Peradilan MEE), beranggotakan
7 orang dengan masa jabatan 6 tahun.
12
Lembaga Masyarakat Ekonomi Eropa atau MEE ini akhirnya
berganti nama menjadi Uni Eropa setelah ditandatanganinya perjanjian
Maastrich oleh 12 negara anggota MEE pada tanggal 7 Febuari 1992.
Perubahan nama MEE menjadi Uni Eropa ini juga mengubah pola
organisasi yang lebih terbuka pada negara non anggota. Perjanjian
tersebut membawa Masyarakat Ekonomi Eropa menjadi Uni Eropa
melalui The Treaty on European Union yang mulai dilaksanakan pada
1 Januari 1993.
10 13
tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan
terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.
Pada saat itu, Kepala Negara sepakat mengumumkan suatu
kawasan perdagangan bebas di ASEAN dalam jangka waktu 15 tahun.
Inti pokoknya adalah kerjasama antar Negara-Negara ASEAN dalam
membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan
daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN.
14
ASEAN. Keempat pendatang baru tersebut dibutuhkan untuk
menandatangani persetujuan AFTA untuk bergabung ke dalam
ASEAN, namun diberi kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban
penurunan tarif AFTA.
AFTA secara resmi dimulai pada tanggal 1 Januari 1993.
Dengan AFTA diharapkan negara anggota lebih meningkatkan
penghasilan ekspor masing-masing anggota; mengingkatkan investasi
dalam kegiatan produksi dan jasa antaranggota. Selain itu, negara
anggota AFTA diharapkan dapat meningkatkan investasi dari negara
bukan anggota
15
membentuk suatu organisasi internasional yang bisa dijadikan wadah
kerjasama terutama di bidang ekonomi antar negara dalam satu
wilayah seperti kawasan Asia Pasifik.
Situasi itulah yang mendorong negara-negara di kawasan Asia
Pasifik untuk membentuk kerjasama antar negara terutama di bidang
ekonomi, yang disebut dengan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC). APEC atau kerjasama Ekonomi Asia Pasifik, dibentuk pada
tahun 1989 berdasarkan gagasan perdana menteri Australia, Bob
Hawke. Tujuan forum ini selain untuk memperkuat pertumbuhan
ekonomi kawasan juga untuk mempererat komunitas negara-negara di
Asia Pasifik.
Sebagai forum regional, APEC memiliki karakteristik yang
membedakannya dari berbagai forum kerjasama ekonomi kawasan
lainnya, yakni sifatnya yang tidak mengikat (non-binding). Berbagai
keputusan diperoleh secara konsensus dan komitmen pelaksanaan-nya
didasarkan pada kesukarelaan (voluntarism). Selain itu APEC juga
dilandasi oleh prinsip-prinsip konsultatif, komprehensif, fleksibel,
transparan, regionalisme terbuka dan pengakuan atas perbedaan
pembangunan antara ekonomi maju dan ekonomi berkembang.
16
kapasitas Ekonomi anggota. Untuk itu, telah ditetapkan suatu target
“the Bogor Goals”, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Tingkat
Tinggi APEC di Bogor pada tahun 1994 dengan komitmen sebagai
berikut:
“… with the industrialized economies achieving the goal of
free and open trade and investment no later than the year 2010 and
developing economies no later than the year 2020.”
17
merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia); Narciso Ramos (Menteri
Luar Negari Filiphina); S. Rajaratman (Menteri LUar Negeri
Singapura); Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand). Adapun
Isi dari Deklarasi Bangkok yakni:
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
2) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
3) Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk
kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu
pengetahuan, dan administrasi
4) Memelihara kerjasama yang erat di tengah-tengah organisasi
regional dan internasional yang ada
5) Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan,
dan penelitian di kawasan Asia Tenggara
ASEAN didirikan bermula dari hasrat untuk menciptakan
kawasan yana damai, Negara-negara penandatanganan deklarasi
Bangkok menginginkan kerja sama untuk mencapai pertumubuhan
ekonomi, perkembangan social-budaya, serta perdamaian, dan
stabilitas dalam wadah ASEAN.
c. Negara-negara Anggota ASEAN
ASEAN beranggotakan hampir semua Negara yang berada di
Asia Tenggara kecuali Timor Leste dan Papua New giunea, adapun
anggota dari ASEAN yaitu:
1) Indonesia (sejak 8 Agustus 1967);
2) Malaysia (sejak 8 Agustus 1967);
3) Singapura (sejak 8 Agustus 1967);
4) Thailand (sejak 8 Agustus 1967);
5) Filipina (sejak 8 Agustuus 1967);
6) Brunei Darussalam (7 Januari 1984);
7) Vietnam (28 Juli 1995);
8) Laos (23 Juli 1997);
9) Myanmar (23 Juli 1997);
18
10) Kamboja (16 Desember 1998).
19
Washington DC (Amerika Serikat),
Ottawa (Kanada) dan Mexico City
(Meksiko)
Luas Wilayah:
21.578.137 km²
Gambar 2.8 Profil NAFTA
b. Sejarah Terbentuknya NAFTA
NAFTA merupakan salah satu bentuk regionalisme yang ada
di Amerika, tepatnya di wilayah Amerika Utara. Menurut Putra
(2014:2) NAFTA merupakan organisasi multilateral regional yang
kerjasama ekonomi perdagangan anggotanya terdiri dari beberapa
negara yang berada di kawasan Amerika Utara. Kesepakan kerjasama
perdagangan bebas ini terjadi antara Amerika Serikat (AS), Kanada
dan Meksiko. Kesepakatan ini digagas sejak 5 Februari 1991 dan
ditandatangani pada 17 Desember 1992 antara PM Brian Mulroney,
Presiden Carlos Salinas de Gortari dan Presiden George Bush.
Sebelumnya, pernah terjadi kesepakatan perdagangan bebas antara
Kanada dan AS, yaitu Canada-United States Free Trade Agreement
(CUFTA) pada 1988.
NAFTA (North America Free Trade Area) semula merupakan
perjanjian bilateral antara Amerika Serikat Dengan Kanada (CFTA)
berubah menjadi perjanjian multilateral dikarenakan masuknya
Meksiko sebagai anggota ketiga. Meksiko membutuhkan kerjasama
dengan Amerika Serikat dan Kanada untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negaranya agar terlepas dari krisis dan mampu
bersaing dengan negara berkembang lainnya. NAFTA merupakan
kelanjutan dari liberalisasi perdagangan yang komprehensif dan
program reformasi ekonomi yang dimulai pada akhir 1980-an setelah
sebelumnya Meksiko sempat bergabung dengan GATT (General
Agreement on Tarrifts and Trade) (Kose, 2004). Hufbauer, Schott, dan
Wong (2003), memandang NAFTA sebagai alat yang digunakan
20
Meksiko untuk mendapatkan legitimasi kelembagaan untuk menarik
arus investasi asing (Agasi 2013: 196).
NAFTA menghilangkan semua batas batas non-tarif bagi
ekspor pertanian antara Amerika dan Meksiko. Ketentuan-ketentuan
agrikultural Amerika-Kanada (CanadaUnited State Free Trade
Agreement) berdampak sejak 1989 digabungkan dengan NAFTA.
Dengan ketentuan ini semua tarif ekspor pertanian antara Kanada dan
Amerika dicakup oleh tariff-rate quotas (TRQ’s) dihapus sejak 1
Januari 1998. Meksiko dan Kanada mencapai kesepakatan NAFTA
bilateral yang terpisah pada akses pasar bagi produk-produk sektor
pertanian. Perjanjian Kanada-Meksiko menghilangkan hampir semua
tarif baik secara langsung atau selama 15 tahun.
21
4) Memberikan perlindungan yang memadai dan efektif dan
penegakan hak kekayaan intelektual dalam setiap wilayah partai.
5) Menciptakan prosedur yang efektif untuk pelaksanaan dan
penerapan perjanjian ini untuk administrasibersama dan untuk
penyelesaian sengketa.
6) Membentuk kerangka kerja untuk kerjasama lebih lanjut
trilateral, regional dan multilateral untuk memperluas dan
meningkatkan manfaat dari perjanjian ini.
19
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam bahasa Indonesia, region ini biasa dipergunakan padanan kata dari
wilayah. Istilah region dipergunakan untuk menyebut ruang geografis yang
menunjukkan keterlibatan ruang (spatial) beberapa wilayah administratif, baik
sebagian maupun seluruhnya. Pengertian Region dalam konteks Supra-nasional
misalnya: Uni Eropa, ASEAN dan sebagainya.
Regionalisasi adalah pertumbuhan interaksi sosial di dalam suatu kawasan
dan proses interaksi sosial serta ekonomi secara tidak langsung. Regionalisasi
biasa juga disebut sebagai ekonomi yang berdampak pada adanya ketergantungan
di antara negara-negara dalam suatu kawasan.
Kebijakan pembangunan wilayah di seluruh dunia meliputi bidang
ekonomi, sosial, politik, serta bidang lain, baik di negaranya masing-masing
secara menyeluruh maupun di dunia internasional. Analisis ini sangat penting
artinya dalam rangka menerapkan teori dan konsep yang ada untuk memepercepat
pertumbuhan negaranya, salah satunya dalam bidang ekonomi seperti
meningkatkan penyediaan lapangan kerja, dan pertumbuhan di negaranya masing-
masing. Semua itu diperlukan untuk peningkatan proses pembangunan dan
sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, masing-masing negara tidak semuanya bisa memenuhi
kebutuhan ekonomi dari sumber daya alamnya sendiri. Masing-masing negara
membutuhkan sumber daya alam serta mebutuhkan bantuan tenaga ahli dari
negara lain untuk percepatan ekonomi suatu negara dan kemajuan negaranya.
Salah satu cara dalam keterikatan dalam ekonomi dunia melalui konsep
regionalisasi ekonomi.
23
DAFTAR PUSAKA
Abdul, Qayyum M Suhaimi dan Mohd Roslan Mohd Nor. (2013). Penentangan
Rakyat Palestin Terhadap Israel Dalam Intifadah Pertama 1987: Kronologi
dan Kesannya ke atas Konflik di Palestin. Jurnal Al-Muqaddimah 1(1), 27-
43.
Abdul, Qayyum M Suhaimi. (2014). Intifadah Al-Aqsa (2000) dan Kesannya ke
atas Proses Damai di Palestin. Disertasi Sarjana. Kuala Lumpur: Universiti
Malaya.
Anonim. (-). Problematika Keamanan Regional Asia Selatan. Jurnal: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. [Online] diakses dari laman web
repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5994/bab%20ii.pdf?.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (2015). Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC). [Online] diakses dari laman web
https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-
regional/Pages/APEC.aspx.
Mahendra, Yustika Citra. (-). Regionalisme Menjawab Human Security (Studi
kasus ASEAN dalam permasalahan Human Security). Jurnal Transportasi
Global Volume 3 Nomor 1.
Polii, Restilia. (-). Analisis Kepentingan Indonesia Bergabung Dalam APEC.
Jurnal.
Sitepu, Anthonius. (2003). Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan
Internasional. Jurnal: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara. [Online] diakses dari laman web
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3799/fisip-
anthonius3.pdf?.
Utusan Online. (2011). Pembentukan Liga Arab. Akses pada 11 Mei 2015,
http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2011&dt=0524&pub=Utusa
n_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_03.htm.
24