Anda di halaman 1dari 6

TEORI REGIONALISME D

REVIEW LIMA GAGASAN AHLI TERKAIT REGIONALISME DAN INTEGRASI


KERJASAMA INTERNASIONAL

OLEH:

Refinalditya Devatra Brilianto

201810360311028

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya zaman, yang mana juga diikuti dengan semakin meningkatnya
hubungan antar negara – negara dalam berbagai bidang. Hubungan-hubungan inilah yang
akhirnya membawa negara atau bisa disebut sebagai aktor utama dalam hubungan
internasional mulai melakukan sebuah bentuk kerja sama internasional guna merealisasikan
kepentingan nasional dari negara yang bersangkutan. Dalam hal ini, Saya mereview lima
gagasan dari para ahli terkait ide pokok dari integrasi dan kerjasama Internasional.

5 PENDAPAT PARA AHLI TENTANG INTEGRASI DAN IDE POKOK DARI


KERJASAMA INTERNASIONAL

Pada dasarnya suatu negara tidak pernah bisa lepas dari yang namanya bantuan dari
negara lain, ada banyak hal yang mndassari ngara-ngara mlakukan suatu bntuk kerja
sama regional, baik itu dari tekanan-nekanan yang brsifat politik maupun non politik
sehingga mendorong negara-negara tersebut saling berkoalisi dan berkerjasama untuk
mencapai sebuah integritas. Begitupun dalam hubungan internasional, pasca terjadinya
perang dingin, baik dalam studi maupun fenomena-fenomna internasional selalu
diwarnai dengan yang namanya integrasi, di mana setiap negara berintegrasi antar satu
dengan yang lain. Integrasi menjadi penting karna menjadi faktor bagi negara untuk
mencapai tujuan atau kepentingan nasionalnya. Akhir-akhir ini, bahkan paham atau
prespektif terkait dengan integrasi telah dijadikan sebagai sebuah paradigma. Paradigma
tersebut menganalisis tentang kepentingan dari suatu negara ketika melakukan sebuah
hubungan intrgrasi atau kerjasama dengan negara lain. Berikut adalah beberapa pendapat
ahli terkati dengan integrasi :

1. Leon N. Lindberg
Pendapat yang pertama merupakan pandangan dari salah satu ahli yaitu Leon
N. Lindberg yang mana mendefinisikan integrasi sebagai proses – proses yang
ditempuh oleh bangsa – bangsa didalam mencegah keinginan maupun kemauan untuk
mengarahkan kebijakan luar negeri maupun kebijakan – kebijakan domestik yang
bersifat bebas satu sama lain. Dan integrasi itu sendiri lebih mengarah kepada mencari
jalan untuk membuat kebijakan bersama atau untuk mewakilkan pembuatan
keputusan pada para politisi yang berada di tingkat regional. Bisa dikatakan bahwa
proses tersebut membuat para aktor yang berada di bagian atau pengaturan yang
berbeda terdorong untuk saling menggeserkan tujuan maupun aktivitas politiknya
kesbuah pusat yang baru. Selain itu, Lindberg juga memandang integrasi internasional
sebagai suatu pengelompokan yang bersifat luas yang mana, terciptanya intergrasi
tersebut pada level antar bangsa atau negara tampa adanya tindak kekerasan. Didalam
intgrasi internasional, Lindberg mengatakan bahwa ada peran serta bersama dalam
pembuatan kebijakannya yang berkelanjutan dan tertata sebagai hasil dari volusi yang
pandang dari suatu sistem pembuatan kebijakan yang bersifat kolektif antar bangsa. 1
Yang saya tangkap dari gagasan yang disampaikan oleh Leon N. Lindberd
adalah bahwasannya Lindberg memandang integrasi politik sebagai bagian dari
proses yang lebih luas dari integrasi internasional tempat “pengelompokan yang lebih
luas muncul atau tercipta pada level antar bangsa tanpa menggunakan tindak
kekerasan,” dan tempat beradanya “peran serta bersamadalam pembuatan keputusan
berkelanjutan yang tertata,” sebagai suatu hasil, atau suatu bagiandari “evolusi
sepanjang masa dari suatu sistem pembuatan keputusan kolektif antarbangsa.” Selain
itu, menurut saya lindberg berpendapat integrasi internasional itu merupakan sebuah
proses yang dibuat oleh sekelompok negara untuk mencegah munculnya politik luar
negeri yang bersifat bebas dan paa akhirnya akan menjadi boomerang bagi mreka
disuatu saat. Untuk itulah, diperlukannya sebuah integrasi yang mana memunculkan
rasa atau paham – paham bahwa harapan maupun tujuan politik mereka searah. Dan
dari hal tersebut muncul rasa sukarela dari tiap negara yang terlibat untuk
menggeserkan aktivitas politikanya pada sebuah pusat pusat baru yang mana proses
pengambilan keputusannya brsifat kolktif antar bangsa dan tentunya disepakati oleh
negara – negara yang terlibat.
2. Karl W Deutsh
Definisi dari integrasi regional yang selanjutnya adalah Karl W Deutsh. Ahli
teorisi integrasi ini menjabarkan bahwa integrasi politik merupakan suatu proses yang
dapat memunculkan suatu kondisi dimana kelompok individu telah mencapai suatu
perasaan tentang adanya sekomunitas yang sifatnya mampu menjamin pengharapan
yang digantungkan pada perubahan damai dalam suatu wilayah dan hal tersebut
berlaku dalam jangka waktu yang lama. Karl juga berpendapat bahwa integrasi
politik dapat dibandingkang melalui kekuatan, dimana seorang aktor akan bertindak

1
Leon N. Linberg, The Political Dynamics of European Economic Integration (Stanford: Stanford University
Press, 1963), hal. 6. Dikutip dalam, Bambang Wahyu Nugroho, Ibid.
berbeda dibanding dengan apa yang dilakukannya dalam kondisi lain, sebut saja jika
kekuatannya tidak ada.2
Menurut saya, Karl berpendapat jika integrasi dapat mengubah serta
memunculkan kondisi terkait perasaan seorang individu, di mana integrase politik
dapat dibandingkan melalui kekuatan, sehingga dapat dikatakan seorang individu
tersebut akan bertindak berbeda saat kekuatannya tidak ada
3. K. D Vree
Gagasan yang ketiga berasal dari salah satu ahli juga, yakni dari johan K. D
Vree, beliau berpendapat bahwa integrasi dapat didefinisikan sebagai proses
pembentukan dan pengembangan dari lembaga melalui tata – nilai tertentu dan
dialokasikan secara otoritatif bagi kelompok – kelompok tertentu dari aktor maupun
unit – unit politik. Dapat dikatakan bahwa integrasi pada level antar bangsa
dikonsepkan sebagai pelembagaan proses politik antara dua atau lebih negara –
negara. 3
Dari penjelasan di atas. Yang saya tangkap tentang integrasi adalah proses
pengembangan dari suatu lembaga dengan melalui aturan atau nilai – nilai tertentu.
Yang mana hasil dari pros terebut dialokasikan kepada aktor maupun unit tertentu.
Singkatnya integrasi internasional adalah proses pelembagaan dari dua negara atau
lebih.
4. Ronald J. Puchala
Gagasan yang keempat yaitu berasal dari Ronald J. Puchala. Ronald yang
mendefinisikan integrasi sebagai kumpulan proses yang mana proses – proses tersebut
dapat menghasilkan maupun menjadi pendukung dalam sistem konkordinasi di
tingkat internasional. Dimana aktor – aktor yang terlibat menemukan proses yang
memungkinkan mereka untuk secara konsisten menyamakan kepentingan –
kepentingan mereka, kemudian brkompromi terkait perbedaan – perbedaan pada

2
Karl W. Deutsch dkk., Political Community and the North Atlantic Area (Princeton: Princeton University
Press, 1957), hal. 5. Di kutip dalam, Bambang Wahyu Nugroho, Ibid.

3
Johan K. De Vree, di kutip dalam Bambang Wahyu Nugroho, Ibid. Hal. 5
pandangan mereka dan mendapatkan keuntungan dari proses atau timbal – balik yang
terjadi diantara aktor – aktor tersebut.4
Menurut saya gagasan yang dikemukakan oleh Ronald J. Puchala adalah di
mana actor-aktor yang terlibat dalam integrasi menemukan proses yang
memungkinkan mereka untuk menyamakan kepentingan-kepentingan mereka
sehingga mereka dapat mencapai keputusan final yang saling menguntungkan. Selain
itu
5. Ernst B. Haas

Gagasan yang kelima yaitu Ernst Haas. Beliau mendefinisikan integrasi sebagai
sebuah proses yang didalamnya melibatkan aktor – aktor politik yang berasal dari negara
– negara yang terdorong atau terpengaruh untuk menggeserkan tujuan, harapan,
dukungan maupun kegiatan – kegiatan perpolitikannya kedalam sebuah pusat atau
lembaga baru yang mana memiliki atau menuntut jurisdiksi atas negara – negara
kebangsaan yang telah ada sebelumnya. Selain itu, Haas juga menyatakan secara jelas
bahwa integrasi adalah sebuah proses yang berkaitan dengan meningkatnya interaksi dan
percampuran yang terjadi sedemikian rupa hingga mengaburnya batas – batas antara
sistem organisasi internasional dan lingkungannya yang dibentuk oleh negara - negara
kebangsaan yang menjadi anggota mereka. 5
Pendapat yang dikemukakan Ernst Haas adalah beliau mendefinisikan integrasi itu
sebagai suatu proses interaksi antara negara maupun aktor politik yang mewakili
negarannya didalam sebuah wilayah regional. Negara – negara yang terlibat saling
berinteraksi dan menggerakan kegiatan prpolitikannya kedalam sebuah wadah baru atau
lmbaga baru yang menaungi mereka dalam satu harapan maupun tujuan yang sama.
Melalui pembentukan lembaga regional tersebut membuat kaburnya batas – batas antara
sistem organisasi internasional maupun lingkungan yang dibentuk oleh aktor yang
terlibat.

4
Donald J. Puchala, “Of Blind Men, Elephants and International Integration,” Journal of Common Market
Studies, X, No. 3 (Maret, 1972), hal. 277. Di kutip dalam, Bambang Wahyu Nugroho, Ibid Hal. 4.

5
Ernst B. Haas, The Uniting of Europe, Stanford: Stanford University Press, 1958, hal. 16. Di kutip dalam
jurnal, Bambang Wahyu Nugroho, Memahami Asean Comunnity dengan teori- teori integrasi Internasional :
Fungsionalisme, Neofungsionalisme, dan Kontruktivisme” Yogyakarta, Univrsitas Muhammadiyah
Yogyagkarta. Di akses pada ( 16/10/2019, 02:27 WIB).
REFERENSI
Leon N. Linberg, The Political Dynamics of European Economic Integration
(Stanford: Stanford University Press, 1963), hal. 6. Dikutip dalam, Bambang Wahyu
Nugroho, Ibid.
Karl W. Deutsch dkk., Political Community and the North Atlantic Area (Princeton:
Princeton University Press, 1957), hal. 5. Di kutip dalam, Bambang Wahyu Nugroho, Ibid.

Johan K. De Vree, di kutip dalam Bambang Wahyu Nugroho, Ibid. Hal. 5


Donald J. Puchala, “Of Blind Men, Elephants and International Integration,” Journal
of Common Market Studies, X, No. 3 (Maret, 1972), hal. 277. Di kutip dalam, Bambang
Wahyu Nugroho, Ibid Hal. 4.

Ernst B. Haas, The Uniting of Europe, Stanford: Stanford University Press, 1958, hal.
16. Di kutip dalam jurnal, Bambang Wahyu Nugroho, Memahami Asean Comunnity dengan
teori- teori integrasi Internasional : Fungsionalisme, Neofungsionalisme, dan
Kontruktivisme” Yogyakarta, Univrsitas Muhammadiyah Yogyagkarta. Di akses pada (
16/10/2019, 02:27 WIB).

Anda mungkin juga menyukai