Anda di halaman 1dari 7

KONSEP REGION, REGIONALISME DAN

REGIONALISASI
Ajeng Rizqi Rahmanillah S.IP., S.Hum., M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


HUBUNGAN INTERNASIONALI
Faktor Pendorong Kerjasama Regional

 Kerjasama Regional merupakan respon dari Globalisasi. Globalisasi mengikis batas


teritorial dan kedaulatan sehingga tantangan dari luar akan sangat mempengaruhi
stabilitas dan intedependensi regional. Tidak semua negara siap untuk menghadapi
globalisasi, kemunculan global civil society atau global governance. Ketidaksiapan
tersebut tentunya akan membawa dampak bagi negara-negara di dalam kawasan.Jika
salah satu negara mengalami krisis atau konflik maka effectnya akan dengan mudah dan
cepat dirasakan oleh negara-negara di sekitarnya. Oleh karena itu, kerjasama regional
diharapkan akan menjaga stabilitas kawasan.
 Didorong oleh kepentingan negara-negara di dalam regional tersebut. W. S. Jones,
integrasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan di proses dan di bentuk dengan
sengaja oleh para anggotanya. Kondisi-kondisi itu merupakan pra kondisi bagi tujuan
yang yang hendak dicapai melalui proses integrasi, dalam konteks ini, integrasi dipahami
sebagai tujuan yang disadari. W. S. Jones menyebutkan tujuan-tujuan itu antara lain: (1)
maksimalisasi potensi ekonomi; (2) maksimalisasi potensi politik; dan (3) penyelesaian
konflik regional. (Hettne, 2000, p. 438-439)
FAKTOR PENDORONG KERJASAMA
REGIONAL
 Di beberapa kawasan, kerjasama regional merupakan sebuah peace project untuk
menjaga stabilitas keamanan. Traumatic terhadap perang membuat negara-negara
tersebut saling bekerjasama, membentuk entitias yang terintegrasi sehingga dapat
meminimalisasi terjadinya perang terbuka.
 Ernst Hass mengatakan bahwa proses integrasi terjadi secara kuasi otomatis karena
banyaknya tuntutan dari negaranegara,hal tersebut dikarenakan banyaknya
tuntutan kebutuhan untuk integrasi.Dengan demikian, kegiatan sektor-sektor yang
sudah terintegrasi akan melimpahkan ke sektor-sektor yang belum terintegrasi,
atau yang biasa disebut dengan “spillover” (Ernst B Haas, 1957, p. 13). Neo-
fungcionalis beranggapan bahwa ‘Spill-over effect’ akan menyebabkan terjadinya
perluasan kerjasama dam berbagai bidang yang dipengaruhi oleh kondisi internal
dan external kawasan. Oleh karena itu, kerjasama akan cederung untuk
berkembang dalam berbagai bidang mengikuti kebutuhan dan kepentingan yang
sedang terjadi dalam konstelasi regional.
REGION
 Konsep Region secara bahasa mengacu pada kondisi geografis yang biasa dikenal dengan
“kawasan”. Kawasan sendiri merupakan sekelompok negara yang memiliki kedekatan wilayah
yang teridentifikasi memiliki pola perilaku yang sama. Hal ini dikemukakan oleh Joseph Nye
yang mengatakan bahwa region sebagai kelompok negara-negara yang saling berhubungan
dalam konteks hubungan geografis dan hubungan saling ketergantungan. Setiap region, baik
yang mengidentifikasikan dirinya sendiri atau yang diidentifikasi oleh pihak lain, sama-sama
mempunyai kerakteristik-karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun biasanya
mempunyai perbedaan dari segi jumlah dan kombinasi dari karakteristiknya.
 Fawcett mengatakan bahwa region hanya mengacu pada batas geografis, biasanya didefinisikan
sebagai kelompok dari beberapa negara yang berada pada wilayah yang sama dalam peta.
Bentuk region yang seperti ini bisa berbentuk daratan luas, atau sekelompok negara-negara
yang saling berdekatan. Namun, konsep region seperti ini kurang menjelaskan interaksi dan
kemungkinan untuk membentuk kerja sama. Karena itu, muncul lagi pengertian konsep region
dari perspektif lain yang melihat bahwa region merupakan suatu unit atau zona yang terdiri
dari kumpulan negara-negara atau wilayah, yang anggotanya mempunyai identifikasi pola
perilaku yang sama. Unit ini lebih kecil dari sistem kumpulan negara-negara internasional,
namun lebih besar dari ranah setiap negara. Unit ini ada yang bersifat permanen dan
sementara, ada juga yang terinstitusionalisasi dan tidak terinstitusionalisasi.
REGIONALISME

 Regionalisme merupakan bentuk kerjasama yang disengaja oleh para


anggotanya di kawasan tersebut. Regionalisme juga dapat dikatakan sebagai
bentuk kebijakan para anggota untuk melakukan kerjasama dan
mengkoordinasikan stategi dalam region. Fawcett mengatakan bahwa
regionalisme ini mengacu pada kebijakan atau projek-projek yang dihasilkan
oleh negara-negara dalam konteks regional.
 Regionalisme memiliki rentang dari soft regionalism menjadi hard
regionalism. Rentang tersebut menunjukkan bahwa dalam regionalisme ada
proses pendalaman atau deepening process dan proses perluasan atau
broadening process.
REGIONALISME

 Regionalisme dapat mempromosikan terbentuknya komunitas dan berbagai


kerja sama dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
 Regionalisme juga dapat mengkonsolidasikan proses pembangunan negara
atau state building dan demokratisasi, meningkatkan transparansi, serta
membuat negara dan institusi menjadi lebih akuntabel.

[ Louise Fawcett, “Regionalism from an Historical Perspective”, dalam Mary


Farrell et all, Global Politics of Regionalism: Theory and Practice, (London: Pluto
Press, 2005), hal 21.] Oleh sebab itu, menurut Fawcett, regionalisme dapat
bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan demokratis, dimana masyarakat sipil
dapat berperan lebih aktif.
REGIONALISASI

 Regionalisasi merupaka proses kerjasama regional yang terjadi dengan sendiri


seperti yang terjadi di Asia Timur. Secara fungsional, konsep regionalisasi
dapat berpotensi menjadi proses regionalisme.
 Regionalisasi bisa dilihat sebagai pemusatan kegiatan yang terbentuk secara
spontan akibat tantangan globalisasi tetapi tidak mengalami spill over effect.
 Biasanya dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai