0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
82 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep region, regionalisme, dan regionalisasi. Secara ringkas:
1. Region merujuk pada kawasan geografis dengan pola perilaku serupa antar negara.
2. Regionalisme adalah bentuk kerjasama yang disengaja oleh negara-negara di suatu region.
3. Regionalisasi adalah proses kerjasama spontan antar negara akibat tantangan globalisasi.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
SECTION 2 KONSEP REGION REGIONALISME DAN REGIONALISASI.pptx
Dokumen tersebut membahas konsep region, regionalisme, dan regionalisasi. Secara ringkas:
1. Region merujuk pada kawasan geografis dengan pola perilaku serupa antar negara.
2. Regionalisme adalah bentuk kerjasama yang disengaja oleh negara-negara di suatu region.
3. Regionalisasi adalah proses kerjasama spontan antar negara akibat tantangan globalisasi.
Dokumen tersebut membahas konsep region, regionalisme, dan regionalisasi. Secara ringkas:
1. Region merujuk pada kawasan geografis dengan pola perilaku serupa antar negara.
2. Regionalisme adalah bentuk kerjasama yang disengaja oleh negara-negara di suatu region.
3. Regionalisasi adalah proses kerjasama spontan antar negara akibat tantangan globalisasi.
HUBUNGAN INTERNASIONALI Faktor Pendorong Kerjasama Regional
Kerjasama Regional merupakan respon dari Globalisasi. Globalisasi mengikis batas
teritorial dan kedaulatan sehingga tantangan dari luar akan sangat mempengaruhi stabilitas dan intedependensi regional. Tidak semua negara siap untuk menghadapi globalisasi, kemunculan global civil society atau global governance. Ketidaksiapan tersebut tentunya akan membawa dampak bagi negara-negara di dalam kawasan.Jika salah satu negara mengalami krisis atau konflik maka effectnya akan dengan mudah dan cepat dirasakan oleh negara-negara di sekitarnya. Oleh karena itu, kerjasama regional diharapkan akan menjaga stabilitas kawasan. Didorong oleh kepentingan negara-negara di dalam regional tersebut. W. S. Jones, integrasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan di proses dan di bentuk dengan sengaja oleh para anggotanya. Kondisi-kondisi itu merupakan pra kondisi bagi tujuan yang yang hendak dicapai melalui proses integrasi, dalam konteks ini, integrasi dipahami sebagai tujuan yang disadari. W. S. Jones menyebutkan tujuan-tujuan itu antara lain: (1) maksimalisasi potensi ekonomi; (2) maksimalisasi potensi politik; dan (3) penyelesaian konflik regional. (Hettne, 2000, p. 438-439) FAKTOR PENDORONG KERJASAMA REGIONAL Di beberapa kawasan, kerjasama regional merupakan sebuah peace project untuk menjaga stabilitas keamanan. Traumatic terhadap perang membuat negara-negara tersebut saling bekerjasama, membentuk entitias yang terintegrasi sehingga dapat meminimalisasi terjadinya perang terbuka. Ernst Hass mengatakan bahwa proses integrasi terjadi secara kuasi otomatis karena banyaknya tuntutan dari negaranegara,hal tersebut dikarenakan banyaknya tuntutan kebutuhan untuk integrasi.Dengan demikian, kegiatan sektor-sektor yang sudah terintegrasi akan melimpahkan ke sektor-sektor yang belum terintegrasi, atau yang biasa disebut dengan “spillover” (Ernst B Haas, 1957, p. 13). Neo- fungcionalis beranggapan bahwa ‘Spill-over effect’ akan menyebabkan terjadinya perluasan kerjasama dam berbagai bidang yang dipengaruhi oleh kondisi internal dan external kawasan. Oleh karena itu, kerjasama akan cederung untuk berkembang dalam berbagai bidang mengikuti kebutuhan dan kepentingan yang sedang terjadi dalam konstelasi regional. REGION Konsep Region secara bahasa mengacu pada kondisi geografis yang biasa dikenal dengan “kawasan”. Kawasan sendiri merupakan sekelompok negara yang memiliki kedekatan wilayah yang teridentifikasi memiliki pola perilaku yang sama. Hal ini dikemukakan oleh Joseph Nye yang mengatakan bahwa region sebagai kelompok negara-negara yang saling berhubungan dalam konteks hubungan geografis dan hubungan saling ketergantungan. Setiap region, baik yang mengidentifikasikan dirinya sendiri atau yang diidentifikasi oleh pihak lain, sama-sama mempunyai kerakteristik-karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun biasanya mempunyai perbedaan dari segi jumlah dan kombinasi dari karakteristiknya. Fawcett mengatakan bahwa region hanya mengacu pada batas geografis, biasanya didefinisikan sebagai kelompok dari beberapa negara yang berada pada wilayah yang sama dalam peta. Bentuk region yang seperti ini bisa berbentuk daratan luas, atau sekelompok negara-negara yang saling berdekatan. Namun, konsep region seperti ini kurang menjelaskan interaksi dan kemungkinan untuk membentuk kerja sama. Karena itu, muncul lagi pengertian konsep region dari perspektif lain yang melihat bahwa region merupakan suatu unit atau zona yang terdiri dari kumpulan negara-negara atau wilayah, yang anggotanya mempunyai identifikasi pola perilaku yang sama. Unit ini lebih kecil dari sistem kumpulan negara-negara internasional, namun lebih besar dari ranah setiap negara. Unit ini ada yang bersifat permanen dan sementara, ada juga yang terinstitusionalisasi dan tidak terinstitusionalisasi. REGIONALISME
Regionalisme merupakan bentuk kerjasama yang disengaja oleh para
anggotanya di kawasan tersebut. Regionalisme juga dapat dikatakan sebagai bentuk kebijakan para anggota untuk melakukan kerjasama dan mengkoordinasikan stategi dalam region. Fawcett mengatakan bahwa regionalisme ini mengacu pada kebijakan atau projek-projek yang dihasilkan oleh negara-negara dalam konteks regional. Regionalisme memiliki rentang dari soft regionalism menjadi hard regionalism. Rentang tersebut menunjukkan bahwa dalam regionalisme ada proses pendalaman atau deepening process dan proses perluasan atau broadening process. REGIONALISME
Regionalisme dapat mempromosikan terbentuknya komunitas dan berbagai
kerja sama dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Regionalisme juga dapat mengkonsolidasikan proses pembangunan negara atau state building dan demokratisasi, meningkatkan transparansi, serta membuat negara dan institusi menjadi lebih akuntabel.
[ Louise Fawcett, “Regionalism from an Historical Perspective”, dalam Mary
Farrell et all, Global Politics of Regionalism: Theory and Practice, (London: Pluto Press, 2005), hal 21.] Oleh sebab itu, menurut Fawcett, regionalisme dapat bekerja dengan lebih baik dalam lingkungan demokratis, dimana masyarakat sipil dapat berperan lebih aktif. REGIONALISASI
Regionalisasi merupaka proses kerjasama regional yang terjadi dengan sendiri
seperti yang terjadi di Asia Timur. Secara fungsional, konsep regionalisasi dapat berpotensi menjadi proses regionalisme. Regionalisasi bisa dilihat sebagai pemusatan kegiatan yang terbentuk secara spontan akibat tantangan globalisasi tetapi tidak mengalami spill over effect. Biasanya dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dan perdagangan.