Anda di halaman 1dari 5

AL Faurisa Saputri / 201810360311309

Teori Regionalisme

Paham regionalism memiliki kata dasar regional yang berarti wilayah yang jelas dan teridentifikasi
menjadi suatu bagian yang terintegrasi. Sehingga regionalism adalah ideology politik yang
menyoroti kepentingan suatu kawasan, kelompok kawasan atau entitas subnasional lain yang
memiliki tujuan meningkatkan kekuasaan politik dan pengaruh untuk seluruh atau beberapa
penduduk dari suatu kawasan. Dalam Hubungan Internasional regionalism adalah hubungan,
interaksi dan kegiatan yang dilakukan oleh individu, LSM, media, barang ataupun finansial, serta
hubungan politik dan kerja sama militer di sebuah kawasan untuk mencapai tujuan tertentu.
Regionalism dalam hubungan internasional juga dimaknai sebagai hubungan antar Negara dalam
suatu kawasan tertentu dan untuk tujuan tertentu. Dapat disederhanakan bahwa makna dari
regionalism adalah pengelompokan Negara-negara yang saling berinteraksi, memiliki kedekatan
geografis, kesamaan entis, budaya dan keterkaitan social serta sejarah.

Regionalism sudah muncul sejak jaman kerajaan, sebagai contoh yang sudah diketahui oleh
mayoritas masyarakat di daerah Asia Tenggara adalah kerja sama yang terjadi antara Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan kecil disekitarnya untuk menyerang Ayodya.
Contoh tersebut dapat dikategorikan sebagai regionalism kuno. Setelah melewati masa kerajaan,
regionalism semakin berkembang mengikuti perkembangan jaman. Regionalism terjadi karena
adanya interest group atau kelompok kepentingan dan pimpinan politik atau pemerintahan.

Dapat diidentifikasikan kembali bahwa regionalism terbagi menjadi dua, yaitu regionalism klasik
dan regionalism baru. Regionalism klasik mulai ada sejak terbentuknya organisasi-organisasi kerja
sama regional yang muncul pada tahun 1960an dengan membawa sifat high politics atau
menjadikan politik sebagai objek yang mendominasi kinerja suatu organisasi. Yang menjadi tolak
ukur dalam pembentukan regionalism adalah yang pertama dengan melihat factor kohesi atau daya
ikat yang membuat Negara-negara disuatu kawasan tertarik untuk melakukan kerja sama regional,
yang kedua melihat terbentuknya sebuah institusi regional sebagai wijud kerja sama regional di
suatu kawasan. Legalitas regionalism klasik dapat dilihat dalam piagam PBB yang mengakui
eksistensi kerjasama regional sebagai actor penting dalam menyelesaikan sengketa atau konflik
yang terjadi.

Regionalism baru adalah paham regional yang berkembang pasca perang dingin awal tahun 90an
dan membawa sifat low politics yaitu tidak mementingkan aspek politik sehingga aspek ekonomi
dan budaya menjadi dominasi dalam kerja sama anter Negara. Terdapat tigat factor yang
mendominasi kemunculan regionalism baru yaitu:

1. Respon Terhadap Berakhirnya Perang Dingin


Akhir dari perang dingin menyebabkan perubahan sikap terhadap actor dalam hubungan
internasional. Baik Negara, organisasi internasional maupun individu terhadap kerja sama
internasional. Ketidaknyamanan Negara-negara terhadap perang atau ekspansi wilayah
menjadikan actor dalam hubungan internasional lebih ingin menata kehidupan domestic
yang aman, damai dan sejahtera. Sehingga para actor mulai menganggap kerja sama dalam
berbagai aspek kegiatan dan multilevel sangatlah penting.
2. Terjadinya Perubahan Ekonomi Dunia
Akhir tahun 1980-an, negara menaganggap marjinalisasi ekonomi lebih mengancam
daripada marjinalisasi keamanan. Permasalahan ekonomi menjadi penting karena
menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan manusia, baik primer maupun skunder.
3. Demokratisasi
Liberalisai politik atau demokratisasi yang telah melanda beberapa negara juga telah
menghasilkan suatu lingkungan yang lebih mendukung interdependensi pada tatanan
regional dan global.

Hal tersebut memancing kritik terhadap regionalism baru, diantaranya adalah fashionable than
desirable (trend dan keinginan), kemampuan yang meragukan oleh organisasi regional dalam
menangani konflik regional serta kohesi atau daya ikat ialah mempertajam perbedaan antara
inside/outside kawasan.

Untuk menentukan suatu kawasan dikatakan sebagai kesatuan region dapat diklasifikasikan dalam
beberapa teori

1. Kedekatan Wilayah atau Geographical Proximity


Regionalism berdasarkan kedekatan wilayah geografi merupakan suatu hal yang lazim
namun juga perlu dilihat dari kekuatan dan prinsip dari beberapa wilayah tersebut dalam
mengkoordinir kesatuan regionya.
2. Konsepsi Multidemensional atau Multidementional Conception
Adanya kesamaan dibidang social, ekonomi, politik serta kesatuan dalam
mempertahankan keamanan juga bias menjadi sebab organisasi regional terbentuk.
3. Neofungsionalis
Jika suatu Negara memiliki permasalahan internal yang tidak bias ditangani sendiri oleh
Negara tersebut maka membutuhkan organisasi yang bias menyelesaikan masalah dari
salah satu Negara yang menjadi bagian dari organisasi tersebut sehingga masalah bias
diselesaikan bersama-sama sesuai tujuan yang diinginkan.
4. Teologis
Persetujuan sebuah perjanjian oleh Negara yang terdapat pada awal pembentukan
sebuah organisasi regional. Dapat dikatakan pula sebagai persatuan beberapa Negara
yang memiliki tujuan bersama dengan menyetujui tujuan awal dibentuknya organisasi
regional. Jadi apabila suatu Negara tidak searah dan tidak setuju dengan perjanjian yang
dibuat maka tidak bias bergabung dengan organisasi regional.

Pembabagan teoritis ini didasarkan pada pemetaan regionalism dalam peringkat analisis. Indicator
yang dapat dilihat dalam setiap tahap peringkat analysis, yaitu:

1. Pada tingkatan system akan akan menganalisis karakteristik structural, hubungan power,
pola-pola ekonomi dan norma perilaku system.
2. Tingkat Negara atau organizational menganalisis system dalam pemerintahan; situasi,
kebijakan, budaya politik, serta actor yang membuat kebijakan.
3. Tingkat individu akan melihat manusia sebagai a species, perilaku dlam organisasi dan
karakter kepemimpinanya.

Terjadi pertentangan antara kaum universalisme dan regionalism. Keduanya menyetujui system
internasional tetapi ada modifikasi dari Negara-negara utama terkait dengan penyerahan sebagian
kedaulatan kepada unit politik yang lebih besar. Kaum regionalis mengutarakan klaim-klaim
terkait seperioritas regioanalisme terhadap universalisme.
1. Terdapat dominasi dalam regionalism berdasarkan kesamaan dalam kepentingan, tradisi,
nilai-nilai dalam kelompok kecil dari Negara-negara yang saling bertetangga.
2. Integrasi politik, ekonomi, social dan budaya akan mudah dicapai oleh Negara-negara
dalam jumlah sedikit yang terbatas dalam aspek geografis wilayah dibandingkan secara
global.
3. Kerja sama ekonomi regional menjadi wadah perekonomian yang lebih efektif dan efisien
bagi Negara, dan entitas regional, diharapkan bias berhasil dalam persaingan pasar dunia
secara global.
4. Ancaman local terkait perdamaian lebih tepat ditangani oleh pemerintahan di wilayah
tersebut daripada oleh Negara lain dengan jarak yang jauh dan tidak tertarik pada
permasalahan tersebut.
5. Dengan adanya regionalism maka keseimbangan kekuasaan global akan terpelihara
sehingga dapat mendukung perdamaian dan keamanan secara global.
6. Dunia belum siap untuk mendirikan otoritas secara global guna memelihara perdamaian
dan kesejahteraan dunia.
7. Kaum universalis tidak tepat dalam memperhitungkan keberagaman factor-faktor politik,
ekonomi, social dan geografis di seluruh dunia yang menghalangi kesatuan global.

Kerja sama regional memiliki berbagai macam bentuk, misalnya 1) kerja sama fungsional
mengacu pada area isu terbatas yang disepakati oleh Negara-negara guna bekerja sama dalam isu-
isu tertentu; 2) kerja sama ekonomi mengacu pada tatanan meramalkan atau mengangankan
terciptanya suatu derajat komersial, namun tanpa adanya harmonisasi dalam aturan domestic
maupun obligasi bagi tindakan bersama dalam urusan-urusan internasional; 3) kerja sama politik
meliputi dukungan dan komitmen bersama dalam menghargai penerapan nilai dan praktik-praktik
tertentu dalam suatu Negara; 4) Kerja sama dalam masalah luar negeri dan kebijakan keamanan
yang berarrti bahwa para pemerintah secara sistematis saling memberitahu dan berkonsultasi satu
sama lain.

Dalam keragaman bentuk kerja sama regional tidak memerlukan hubungan antara wilayah-
wilayah kerja sama ini. Setiap kerja sama memiliki konsekuensi dan status internasional masing-
masing. Organisasi regional merupakan suatu bagian dari dunia yang sama-sama diikat oleh
kesamaan tujuan berdasarkan ikatan geografis, social, budaya, ekonomi atau politik dan struktur
formal yang memberikan arahan pada kesepakatan intergovernmental secara formal. Tingkatan
kerja sama regional dapat diketahui dalam empat jenis, yakni asosiasi, koordinasi, harmonisasi dan
integrasi.

Sebagai contoh adalah sub bagian dari Benua Asia yang terdiri dari Negara Indonesia, Malaysia,
Singapura, Laos, Vietnam, Filiphina, Thailand, Myanmar, Kamboja dan Brunei. Asia Tenggara
memiliki posisi strategis yakni berada di sebelah selatan China dan sebelah timur India. Untuk
pertama kali Negara-negara di kawasan Asia Tenggara mengenal organisasi Internasional yaitu
SEATO (South East Asia Treaty Organization). Organisasi ini dibentuk untuk membendung
pengaruh komunis di Asia Tenggara terutama dari Sovyet melalui China, organisasi ini dibentuk
oleh Amerika Serikat.

Tanggal 5-8 Agustus tahun 1967 lima menteri luar negeri Asia Tenggara mengadakan pertemuan
di Bangkok untuk menyepakati terbentuknya ASEAN (Association of South East Asian Nation).
Pada KTT ASEAN ke-9 tahun 2003 para pemimpin ASEAN setuju untuk membentuk ASEAN
Community yang dijelaskan kembali pada KTT ke-12 pada Januari 2007. ASEAN Community
terdiri dari tiga poin utama yang dijadikan pilar yakni ASEAN Economic Community (AEC),
ASEAN Socio Cultural Community, dan ASEAN Political Security Community. Dalam AEC juga
mempunyai poin yang dijadikan pilar, yakni pasar tunggal ASEAN, pengembangan perekonomian
di ASEAN, pemerataan ekonomi dan peningkatan daya saing global.

Anda mungkin juga menyukai