Anda di halaman 1dari 18

Regionalisme:

Format Baru Tata Pemerintahan Dunia


Kuliah 12

Team Teaching PSP


Pengantar
• Globalisasi berimplikasi pada perubahan dalam konteks politik-
ekonomi internal maupun eksternal negara
• Terjadi perubahan dalam pola relasi antarnegara dalam satu kawasan
yang makin terintegrasi, tidak hanya karena pertukaran atas dasar
keunggulan komparatif, tapi juga atas dasar eksternalitas barang-
barang publik, seperti kesehatan, ketenagakerjaan, human security, dll
• Kecenderungan terintegrasinya kawasan ini direspon dengan lahirnya
berbagai bentuk aliansi strategis kawasan (regionalisme), seperti Uni
Eropa dan ASEAN Plus.
• Kebangkitan regionalisme di Asia menarik diamati karena tidak hanya
mencerminkan interdependensi negara-negara Asia, tapi juga menjadi
kekuatan tandingan bagi negara-negara Eropa (EU) dan Amerika Utara
(NAFTA), pascakrisis ekonomi global 1997
Konsep Region dan Regionalisme
• Region menunjuk pada pengelompokan negara-
negara yang berada dalam satu kawasan tertentu
(misalnya: Eropa, Timur Jauh, Asia Timur)
• Ada 2 kategori definisi region:
– Definisi Kognitif
Region merupakan kompleksitas sikap, loyalitas, dan ide
yang berpusat pada individu dan pikiran kolektif dari
individu-individu tentang apa yang mereka pahami sebagai
wilayah
– Definisi Fungsional
Region merupakan relasi yang mengikat berbagai negara
berdasarkan latar belakang politik, ekonomi, dan budaya,
bahkan juga berdasarkan keunggulan geografi.
‘Region’ tidak terbatas Wilayah Geografi

• Kasus 1 “East Asia Summit”


– ASEAN + 3
• ASEAN + Jepang, Cina, Korea (3)
– East Asia Summit
• ASEAN + 3 + Australia, Selandia Baru,
India

Wilayah mana yang menunjukkan Asia Timur?


Mengapa Australia mengidentifikasikan dirinya
sebagai negara Asia Timur?
‘Region’ melampaui Ikatan Kultural

• Kasus 2: “ekspansi EU ke Turki”


– Negara-negara anggota EU:
beragama Kristen
– Turki: beragama Islam

Jika sebuah kawasan meluas melampaui


ikatan kultural, prinsip-prinsip apa yang
mendasari pembentukan sebuah kawasan?
Regionalisme Fungsional
• Economic Integration (Edward L. Mansfield, Helen V. Milner 1997)
– Free Trade Area, customers union, common markets
– Economic interdependence

• Security Complex (David A. Lake and Patrik Morgan 1997)


– Region united by common security problems
– “A group of states whose primary security concerns link
together sufficiently closely…”

• Functional relations
– Environment, Transnational Issues…etc.
Regionalisme dalam Perspektif Studi
Ilmu Pemerintahan
• Tantangan-tantangan yang muncul akibat globalisasi, yakni berkembangnya pusat-
pusat kekuasaan, otoritas serta kompetensi yang baru di luar kerangka negara-bangsa.
• Salah satu situs kekuasaan, otoritas dan kompetensi yang sangat penting dalam
konteks globalisasi adalah pasar. Globalisasi telah memberikan kekuatan yang semakin
besar kepada kekuatan produksi dan finansial dalam berhadapan dengan negara
teritorial.
• Berangkat dari asumsi bahwa globalisasi menimbulkan krisis politik tradisional,
kebutuhan akan mekanisme atau fungsi yang equivalen dengan pemerintahan menjadi
sangat besar. Konsep global governance atau ‘governance without government’
merupakan gagasan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
• Global governance merupakan tatanan politik yang berkembang sebagai respon
terhadap globalisasi atau, lebih khusus lagi, merupakan mekanisme atau sarana
institusional bagi kerjasama berbagai aktor baik negara maupun bukan negara untuk
mengatasi masalah-masalah yang muncul sebagai konsekuensi dari globalisasi
• Global governance diasumsikan akan mengambil alih peran regulasi yang tidak lagi bisa
dimainkan oleh negara-negara teritorial
Implikasi terhadap Institusi Pemerintah
• Perubahan mekanisme pengelolaan sumber daya:
– Government  governance
– Vertikal, hirarkhis  horisontal, jejaring
– Intra-organization  intergovernmental (collective action)
– Kontrol dan koordinasi  kerjasama dan kolaborasi
– Rasional  pertukaran
– Regulasi  negosiasi dan sinergi
– State-led  market-friendly
• Perubahan konsepsi barang publik:
– Ada barang publik yang dikelola murni oleh negara secara hirarkhis
berbasis regulasi (yakni barang publik yang tidak boleh dimiliki individu dan
tidak boleh dikelola secara pertukaran)
– Ada barang privat yang dikelola pasar
– Ada common pool resources, yakni barang publik yang dikelola secara
kolektif (bersama-sama antara negara, pasar, dan masyarakat) yakni
barang publik yang terbatas jumlahnya tapi kemanfaatannya tinggi
Global Governance sebagai Esensi Regionalisme
• Dua perspektif global governance:
– Sebagai tatanan/sistem/rezim yang dibentuk dan bekerja atas dasar mekanisme
pasar
– Sebagai institusi yang muncul untuk mengatasi kegagalan pasar atau masalah-
masalah yang berkaitan dengan perilaku kolektif di tingkat global
• Konsep global governance adalah tentang proses dan strategi collective action untuk
memecahkan masalah-masalah global ataupun masalah-masalah yang melintasi batas-
batas negara
• Kerangka pemecahan masalah tsb akan melahirkan pola dan bentuk regulasi yang
berbeda dalam arsitektur global governance, sehingga suatu negara tidak mungkin
membuat regulasi atau institusi yang tidak kompatibel dengan rezim global governance
• Pola relasi tidak bisa lagi bersifat hirarkhis berbasis kontrol negara, tapi mengarah pada
pola horisontal berbasis kerjasama bahkan kolaborasi
• Maka, strategi yang dikembangkan adalah soft power, negosiasi, konsensus, dan sinergi
(bukan regulasi)
• Konteks negara-negara
Asia sangat beragam:
ada yang merupakan
bagian dari negara-
negara terkaya di dunia
tapi ada juga yang
termiskin, negara
benua yang luas dan
negara kota yang kecil,
Mengapa Asia?

serta negara-negara
yang selalu merdeka
dan negara yang
pernah menjadi koloni
• Kekuatan Asia jelas
berasal dari
keterbukaan,
keragaman, dan
dinamika negara-
negara yang saling
berhubungan
• Negara-negara Asia
pada prinsipnya
dihubungkan melalui
pasar—melalui
perdagangan, arus
keuangan, investasi
langsung, dan bentuk-
bentuk lain dari
pertukaran ekonomi
dan sosial
Sumber: ADB, 2008
Dinamika Perdagangan Integrasi Ekonomi Regional di
Intraregional 3 Region Asia Sebelum dan Sesudah Krisis

Sumber: ADB, 2008


Tujuan Regionalisme Asia
• menyediakan barang publik regional yang baru, seperti mekanisme untuk mengatasi
epidemi; sumber daya untuk menangani krisis keuangan; dan peraturan yang
memungkinkan negara-negara untuk memadukan pasar-pasar keuangan, barang dan
jasa;.
• mengelola dampak di negara-negara akibat dari hubungan makro-ekonomi yang lebih
erat, arus modal dan aliran tenaga kerja yang lebih deras, serta kerusakan lingkungan;
• menggunakan pengaruh Asia dalam forum ekonomi global untuk membantu
memelihara pasar global yang terbuka dan kompetitif;
• melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi melebihi tingkat yang dapat dicapai
melalui negosiasi global
• memberi nilai tambah dalam pembuatan keputusan nasional, terutama dengan
berbagi “praktek terbaik” dan menggarisbawahi prioritas yang mungkin ditentang
oleh kepentingan tertentu domestik—seperti tindakan untuk meningkatkan kompetisi
dan pengawasan peraturan, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan, serta
mengendalikan eksternalitas lingkungan hidup.
Arsitektur
Regionalisme Asia
Apa yang Diintegrasikan?
• Integrasi produksi  keunggulan komparatif
• Integrasi keuangan  memperkuat pasar keuangan,
standarisasi pasar keuangan, dan stabilitas keuangan regional
• Interdependensi ekonomi makro  meningkatkan investasi dan
pertumbuhan di negara-negara yang pertumbuhannya lebih
lambat
• Pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan  menurunkan tingkat
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, meningkatkan
jaringan sosial pengaman dan menyediakan dukungan bagi
manula, memerangi epidemi dan meminimumkan dampak
bencana, dan menangani isu-isu lingkungan
Institusi (Regulasi dan Lembaga) yang Disiapkan

• Berbeda dengan regionalisme Eropa dan Amerika Utara yang


memberikan sepenuhnya kewenangan pengambilan
kebijakan pada institusi regional, regionalisme Asia cenderung
menerapkan regulatory state, dengan ciri:
– Asean telah mempunyai komitmen untuk meningkatkan kapasitas
sekretariatnya dan akan mendirikan Komunitas Ekonomi Asean.
– Pembentukan Dialog Stabilitas Keuangan Asia dan Sekretariat Asia bagi Kerja
Sama Ekonomi sebagai prioritas penting.
– Institusi lain yang akan muncul di kawasan ini nampaknya akan cenderung
ramping, ditata dengan berhati-hati untuk mencapai maksud
pembentukannya serta memiliki kewenangan terbatas.
– Dengan kata lain, bahkan dengan struktur institusional yang mendalam,
konsultasi dan pembuatan keputusan antar pemerintah tampaknya akan
tetap menjadi karakteristik utama dalam kerja sama regional Asia
Lanjutan
• Ada 3 pengaturan kerjasama regional Asia yang dikembangkan dalam rangka
mengkompromikan tuntutan liberalisasi perdagangan dan keberlanjutan politik-
ekonomi domestik (berbasis hubungan politisi-pengusaha):

APEC AFTA EAS


Open regionalism Negotiated flexibility Possible adoption of domestic
context
Minimal regional autonomy More regional autonomy Most regional autonomy
Economic liberalization Economic cooperation Compromizing liberalization
and cooperation
Regional consolidation Regional consolidation Regional fragmentation
• Arsitektur yang fleksibel dengan beragam jalur juga menanggapi tantangan
keragaman politik, ekonomi dan budaya yang luar biasa dari kawasan ini. Ekonomi
dan politik Asia tak selalu bersekutu, tetapi mereka saling tergantung. Kerja sama
ekonomi yang lebih erat dalam Asia akan memberikan kerangka kerja yang lebih kuat
untuk mengelola penyesuaian ekonomi di masa mendatang, baik dalam kawasan ini
maupun dengan dunia.
Referensi
• Asian Development Bank. 2008. Kebangkitan Regionalisme Asia: Kemitraan
bagi Kemakmuran Bersama. Mandaluyong City Filipina: ADB.
• Haughton, Graham dan David Counsell. 2004. Regions, Spatial Strategies, and
Sustainable Development. London dan NY: Routledge.
• Jayasuriya, Kanishka. 2004. Asian Regional Governance: Crisis and Change.
London dan NY: RoutledgeCurzon.
• Sugiono, Muhadi. Tanpa tahun. Global Governance Sebagai Agenda Penelitian
dalam Studi Hubungan Internasional. Diunduh dari
http://msugiono.staff.ugm.ac.id/publikasi/agendariset.pdf
• Stubbs, Richard. 2002. “ASEAN Plus Three: Emerging East Asian Regionalism?”.
Dalam Asian Survey, 42:3, hal. 440-455.
• Van Hoa, Tran. 2002. “New Asian Regionalism and ASEAN+3 Free Trade
Agreement: Theoretical Foundation, Policy Challenges, and Growth Prospects”.
Dalam Chulalongkorn Journal of Economics 14(3), September 2002: 366-384.

Anda mungkin juga menyukai