Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi

DISUSUN OLEH:
Brevi Aprillia
050769458

PROGRAM STUDI S1 Akuntansi


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
TERBUKA
2023 BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan salah satu pilar demokrasi yang memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
kemakmuran daerah. Dalam era globalisasi, otonomi daerah menghadapi berbagai
tantangan, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Tantangan-tantangan
tersebut dapat menghambat pelaksanaan otonomi daerah dan menghambat pembangunan
daerah. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya-upaya dari
berbagai pihak, baik pemerintah daerah, pemerintah pusat, maupun masyarakat
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas,
dan akun tabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi daerah, daerah dituntut
untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan
masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari Pemerintah Pusat dan menggunakan
dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi mesyarakat. Dengan kondisi seperti ini,
perananan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai
pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah (enginee of growth).
Daerah juga diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong pertumbuhan.
Adanya otonomi daerah maka terjadi desentralisasi yang menyangkut pengelolaan
keuangan daerah, perencanaan ekonomi termasuk menyusun program-program
pembangunan daerah dan perencanaan lainnya yang dilimpahkan dari pusat ke daerah.
Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya pembagian
kewenangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (bidang moneter dan
fiskal nasional yang didesentralisasikan kepada daerah). Desentralisasi dalam konteks
harafiah adalah lawan dari kata sentralisasi yang berarti pemusatan kekuasaan.
Desentralisasi merupakan sebuah alat untuk mencapai salah satu tujuan bernegara, yaitu
terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses
pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis .
Pada konteks pembangunan nasional, bangsa Indonesia menghadapi dua
tantangan besar yakni globalisasi dunia sekaligus kemajuan daerah melalui otonomi
daerah. "Wajah pembangunan Indonesia telah berubah sejak kedua hal itu menjadi sistem
yang amat berpengaruh pada penataan sistem sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia,
globalisasi dunia telah memaksa Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain di
dunia dalam memanfaatkan kekayaan alam, perdagangan barang dan jasa, serta hubungan
internasional pada umumnya. Sedangkan era otonomi daerah adalah formulasi baru
konsep pembangunan yang didasarkan atas filosofi partisipasi pada era demokrasi saat
ini. Artinya, otonomi daerah memberikan ruang yang lebih luas bagi daerah untuk
membangun daerahnya sendiri maupun berperan lebih jauh dalam pembangunan nasional
pada umumnya. Menghadapi kondisi masalah tersebut negara harus mendesain ulang
prioritas pembangunan Indonesia, dengan memprioritaskan pada pembangunan sumber
daya manusia serta dalam sistem perekonomian indonesia agar dapat bersaing
dimancanegara .

• Rumusan Masalah
• Apa Pengertian dari Otonomi Daerah ?
• Apa Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah ?
• Bagaimana Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi ?
• Bagaimana Strategi Mengatasi Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi ?

• Tujuan Penulisan
• Untuk mengetahui Definisi Otonomi Daerah
• Untuk mengetahui Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah
• Untuk mengetahui Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi
• Untuk mengetahui Strategi Mengatasi Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA


• Definisi Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Definisi ini masih bisa diperdebatkan. Apakah peraturan
perundangundangan yang berlaku justru membingkai hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, ataukah justru peraturan
perundangundangannya yang harus menyesuaian diri dengan hakekat dari otonomi itu
sendiri. Untuk menghilangkan kerancuan atas persepsi di atas kiranya perlu untuk
memahami hakekat atau makna filosofis dari prinsip keotonomian. Otonomi yang hakiki
hanya memiliki pijakan yang kuat dalam kerangka negara federal. Keotonomian daerah
memungkinkan daerah mengeksploitasikan keunikannya masing-masing semaksimal
mungkin sehingga memiliki keunggulan komparatif dan bahkan bisa juga keunggulan
absolut di dalam kancah persaingan global, mengingat otonomi yang hakiki niscaya akan
memberikan peluang bagi daerah untuk memiliki tempat di pasar. Semakin mampu suatu
daerah menopang bagi terbentuknya kompetensi yang kian kuat di bidang harga dan
kualitas pada kalangan pengusahanya, semakin mampu daerah tersebut menyejahterakan
rakyatnya lewat pengaktualisasian potensi keunggulan komparatif atau pun keunggulan
absolut yang dimilikinya. Sudah barang tentu tidak semua daerah akan memiliki
kemampuan yang sama dalam menghadapi persaingan bebas, adalah tugas pemerintah
pusat untuk mengembangkan daerahdaerah yang belum mampu memenuhi prasyarat
minimum untuk bisa "berdiri sendiri". Dengan begitu kita bisa berharap globalisasi akan
memberi dampak yang lebih merata dari terjadinya expansion of wealth, bukan
konsentrasi kekayaan sebagaimana terjadi selama ini di bawah naungan negara kesatuan
yang sangat sentralistik dan eksploitatif itu. Otonomi diharapkan akan mendorong
kemampuan daerah untuk berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik ekonomis,
geogragfis dan sosial budayanya. Perkembangan seperti ini akan dapat mengurangi
kesenjangan antar daerah yang terakumulasi selama ini dan mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa .

• Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


Berdasarkan ide yang hakiki dalam konsep otonomi daerah, tujuan otonomi
daerah setidak-tidaknya meliputi empat kewenangan utama yakni dari aspek politik,
manajemen pemerintahan, kemasyarakatan dan aspek ekonomi pembangunan. Pemberian
kewenangan ini seharusnya di berikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
suatu hubungan kewenangan sebagai konsekuensi logis untuk tercapainya maksud dan
tujuan pemberian otonomi daerah kepada daerah serta untuk imbalan terhadap kewajiban
tanggung jawab pemerintahan daerah dalam melaksanaan kebijakan otonomi daerahnya.
Dengan demikian, maksud dan tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi,
keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan
daerah serta antara daerah dalam kerangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah
yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan .
Terdapat beberapa prinsip elemen penting dari otonomi daerah yang perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya pencapaian kepemerintahan yang baik
(good governance), diantaranya adalah:
• Otonomi berhubungan erat dengan demokratisasi (khususnya grass roots democracy).
• Dalam otonomi terkandung makna self-initiative untuk mengambil keputusan dan
memperbaiki nasib sendiri.
• Karena dalam konsep otonomi terkandung kebebasan dan kemandirian masyarakat
daerah untuk mengambil keputusan dan berprakarsa, berarti pengawasan atau kontrol
dari pemerintah pusat tidak boleh dilakukan secara langsung yang dapat mengurangi
kebebasan masyarakat daerah, atau menjadikan beban bagi daerah.
• Daerah otonom harus memiliki power (termasuk dalam sumber-sumber keuangan)
untuk menjalankan fungsi-fungsinya, memberikan pelayanan publik serta sebagai
institusi yang mempunyai pengaruh agar ditaati warganya.
• Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intern,
akan tetapi juga faktor ekstern.Dapat dikatakan bahwa good governance menunjuk
pada proses pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan stakeholders yang luas
dalam bidang ekonomi, sosial dan politik suatu negara dan pendayagunaan sumber
daya alam, keuangan dan manusia menurut kepentingan semua pihak dengan cara
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi,
transparansi dan akuntabilitas.
Good governance merupakan prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang universal,
karena itu harusnya diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia,
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

• Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi


Globalisasi, sebuah kata yang sering kita dengar, membawa dampak yang luas
bagi pemerintahan daerah di Indonesia. Dari mulai persaingan global yang ketat,
keterbatasan sumber daya, hingga perubahan sosial dan budaya. Semua ini menjadi
tantangan yang harus dihadapi dengan kebijakan yang cerdas dan inovatif .
Tantangan yang Dihadapi Otonomi Daerah di Era Globalisasi :
• Perubahan Sosial dan Budaya
Globalisasi juga mempengaruhi aspek sosial dan budaya suatu daerah. Pemerintah
daerah harus berusaha menjaga identitas lokal sambil tetap terbuka terhadap
perubahan dan integrasi global.
• Tantangan Teknologi
Perkembangan teknologi memengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk
pemerintahan daerah. Menghadapi perkembangan ini memerlukan investasi dalam
infrastruktur teknologi dan keahlian sumber daya manusia yang memadai.
• Keterbatasan Sumber Daya Finansial
Pemerintah daerah seringkali menghadapi kendala dalam mengelola sumber daya
finansial untuk memenuhi kebutuhan lokal. Di tengah persaingan global, sumber daya
yang terbatas dapat menjadi hambatan serius dalam menjalankan program
pembangunan yang berkelanjutan. Daerah harus pintar-pintar dalam mengalokasikan
sumber daya yang ada, baik sumber daya alam maupun manusia, untuk mencapai
efesiensi dan efektivitas. Mengadopsi teknologi terkini dan inovasi bisa menjadi salah
satu solusinya.
• Ketergantungan pada Pemerintah Pusat
Ketergantungan pada pemerintah pusat seringkali menjadi batu sandungan dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Ini membutuhkan keseimbangan yang baik antara
pemerintah pusat dan daerah dalam hal alokasi anggaran, kebijakan, dan pelaksanaan
program. Koordinasi yang efektif dan efisien menjadi kunci dalam hal ini.
• Perubahan Sosial dan Budaya
Globalisasi juga mempengaruhi aspek sosial dan budaya suatu daerah. Pemerintah
daerah harus berusaha menjaga identitas lokal sambil tetap terbuka terhadap
perubahan dan integrasi global.
• Kesenjangan Pembangunan
Globalisasi membawa perubahan yang tidak merata di berbagai wilayah. Tantangan
utamanya adalah menangani kesenjangan pembangunan antar wilayah, yang bisa
memperbesar divisi sosial-ekonomi di masyarakat.

• Strategi Mengatasi Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi


Beberapa cara mengatasi tantangan otonomi daerah di era globalisasi, yaitu:
• Peningkatan Pengelolaan Keuangan
Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah, menggali sumber
daya lokal, serta menjalankan kebijakan yang efisien dan inklusif.
• Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Melibatkan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat
meningkatkan partisipasi mereka dalam pembangunan lokal, serta menciptakan solusi
yang lebih sesuai dengan kebutuhan riil daerah.
• Kolaborasi antar Daerah
Kerjasama antar-daerah atau jika memungkinkan antar-negara dapat membantu
bertukar pengalaman serta sumber daya untuk mengatasi masalah yang bersifat lintas
batas.
• Pendidikan dan Pengembangan SDM
Investasi dalam pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang handal
dan berpengetahuan luas akan menjadi modal penting dalam menghadapi perubahan
global.
• Pelestarian Identitas Budaya Lokal
Mengembangkan kebijakan yang menjaga dan mempromosikan identitas budaya
lokal sambil juga terbuka terhadap pengaruh global yang positif dan memperkaya
budaya.

BAB III PEMBAHASAN

Pendapatan asli daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kota sudah berjalan tetapi belum optimal. Adapun faktor
penghambat dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah, yaitu; rendahnya kompetensi
sumber daya manusia, penggunaan kapasitas jaringan database wajib pajak belum optimal,
pengawasan kurang maksimal, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,
retribusi dan pungutan lainnya. Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
yaitu pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi Aparatur Sipil Negara, menambah
kapasitas jaringan dan pemeliharaan terhadap fasilitas perangkat keras yang mendukung,
Penggunaan Perangkat Tapping Box, Sosialisasi atau penyuluhan terhadap masyarakat wajib
pajak . Hal tersebut sesuai dengan penelitian ini yaitu strategi pengelolaan keuangan dengan cara
meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah, menggali sumber daya lokal,
serta menjalankan kebijakan yang efisien dan inklusif.
Sebuah penelitian menghasilkan bahwa tugas dan kewenangan kepala desa sebagai
perwujudan Otonomi Desa dengan adanya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
dapat mendorong terwujudnya otonomi desa. Hal ini terlihat dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa yang dapat diartikan sebagai kewajiban Pemerintah Desa untuk
mempertanggungjawabkan atas pengelolaan dan pelaksanaan pemerintahan desa yang sudah
dijalankan untuk mewujudkan otonomi desa. Berikutnya, implementasi UU No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa terhadap Tugas dan Kewenangan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat
Desa sebagai perwujudan Otonomi Desa di Desa Jetak Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
dengan adanya pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Jetak Sejahtera dalam
perwujudan otonomi Desa dengan melibatkan masyarakat yang bergabung di BUMDes dalam
melaksanakan program-program BUMDes . Hal tersebut sejalan dengan temuan pada kajian ini
yang menyebutkan bahwa strategi pelaksanaan tantangan otonomi daerah, yaitu memerdayakan
masyarakat lokal dengan melibatkan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam pembangunan lokal, serta menciptakan solusi yang
lebih sesuai dengan kebutuhan riil daerah.
Pemerintah memiliki kewenangan dalam hal: 1) penetapan standar kompetensi siswa dan
warga belajar, serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional,
serta pedoman pelaksanaannya, 2) penetapan standar materi pelajaran pokok, 3) penetapan
persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik, 4) penetapan pedoman pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan, 5) penetapan persayaratan penerimaan, perpindahan sertifikasi
siswa, warga belajar dan mahasiswa, 6) penetapan persayaratan peningkatan/zoning, pencarian,
pemanfaatan, pemindahan, penggandaan, sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar
budaya, serta persyaratan penelitian arkeologi, 7) pemanfaatan hasil penelitian arkeologi nasional
serta pengelolaan museum nasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah sumber arsip,
danmonumen yang diakui secara internasional, 8) penetapan kalender pendidikan dan jumlah
jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah, 9) pengaturan
dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh, serta pengaturan sekolah
internasional, 10) pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia . Hal tersebut
sejalan dengan kajian ini yang menyebutkan bahwa strategi pelaksanaan otonomi daerah dalam
pendidikan dan pengembangan SDM yaitu dengan investasi dalam pendidikan dan
pengembangan sumber daya manusia yang handal dan berpengetahuan luas akan menjadi modal
penting dalam menghadapi perubahan global.
BAB IV PENUTUP
• Simpulan
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dari segi ekonomi pembangunan, adalah untuk melancarkan pelaksanaan
program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat
dengan demikian, inti pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan
pemerintah daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintah sendiri
atas dasar prakarsa, kreativitas dan peranserta aktif masyarakat dalam rangka
mengembangkan dan memajukan daerah.

• Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, berikut ini adalah beberapa saran untuk
mengatasi tantangan otonomi daerah di era globalisasi. Peningkatan kapasitas pemerintah
daerah, peningkatan kapasitas pemerintah daerah perlu dilakukan secara berkelanjutan.
Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur
daerah, meningkatkan profesionalisme aparatur daerah, dan meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas pemerintah daerah. Peningkatan daya saing daerah, pemerintah daerah
perlu mengembangkan potensi daerah dan memperkuat sektor-sektor unggulan daerah.
Selain itu, pemerintah daerah perlu meningkatkan kerja sama antardaerah untuk
meningkatkan daya saing daerah. Peningkatan partisipasi masyarakat, pemerintah daerah
perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya otonomi daerah dan
meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah. Dukungan pemerintah
pusat, pemerintah pusat perlu memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dalam
mengatasi tantangan otonomi daerah. Dukungan tersebut dapat berupa pelatihan dan
peningkatan kapasitas aparatur daerah, pemberian subsidi dan insentif, serta peningkatan
pengawasan terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. Selain saran-saran tersebut,
diperlukan juga upaya-upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah daerah, pemerintah
pusat, maupun masyarakat, untuk mengatasi tantangan otonomi daerah di era globalisasi.
Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan agar
otonomi daerah dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai