Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERAN MAHASISWA DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH


PADA MASA ORDE BARU

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pembimbing: Ibu.Rossyana Septyasih, S.Kp., M.Pd.

Disusun oleh:

Rahul Nurcholik

P17210223144

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI

JURUSAN KEPERAWATAN MALANG

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

TAHUN 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan otonomi daerah kelihatannya memang sederhana. Namun sebenarnya


mengandung pengertian yang cukup rumit, karena didalamnyatersimpul makna
pendemokrasian dalam arti pendewasaan politik rakyat daerah, pemberdayaan masyarakat,
dan sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat berkeadilan. Sejalan dengan di
berlakukanya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan
pemerintah daerah yang lebih luas, nyata,dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan
tugas fungsi dan peran antar pemerintah pusat dan pemerintah daerahtersebut menyebabkan
masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki
sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan
pemerintah daerah. Dengan demikian di harapkan masing- masing daerah akan dapat lebih
maju,mandiri,sejahtera dan kompetetif di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun
pem,bangunan daerahnya masing-masing. Otonomi Daerah adalah suatu keadaan yang
memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya
secara oftimal. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Muin, n.d.)

1.2 Rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan implementasi daerah?

1.3 Tujuan

Agar mahsiswa dapat berkontribusi dalam hal mensukseskan otonomi daerah


Bab II

TINJAUAN TEORITIS

Kepentingan yang terpengaruh (interest affected) juga mempunyai peranan


penting dalam implementasi kebijakan melalui upaya koordinasi dalam rangka
menggerakan kelompok kepentingan terkait secara terorganisir khususnya masyarakat.
Menggerakkan atau menstimulus partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara
melakukan sosialisasi secara langsung yang dilakukan secara berkala oleh pemerintah
daerah sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan
pembangunan, kreatif, mempunyai insiatif, inovatif, berperan aktif memberikan input,
berperan dalam formulasi kebijakan, pengambilan keputusan, pelaksaan pembangunan dan
evaluasi pelaksanaan pem- bangunan, sehingga hubungan yang sinergis antara pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat merupakan kata kunci yang strategis dalam
memecahkan berbagai persoalan dan mengarahkan kepentingan yang terpengaruh ke arah
yang tepat juga merupakan salah satu teknik untuk mempengaruhi berbagai kepentingan
agar dapat saling mendukung ke arah pencapaian tujuan pelaksanaan program prioritas
dalam rangka implementasi kebijakan otonomi daerah. Perbaikan dan penyempurnaan hasil
dari program kebijakan otonomi daerah merupakan salah satu bentuk akuntabilitas dari
pemerintah daerah dalam mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki termasuk pemerintah
Kabupaten Bandung Barat yang memiliki sumber daya yang cukup banyak dengan
melibatkan berbagai stakeholders dengan membentuk simpul atau jaringan aspirasi di
berbagai wilayah sehingga semua kebutuhan masyarakat bisa terakomodir dalam
perencanaan pembangunan selanjutnya. (Lambelanova, n.d.)

Otonomi daerah di Indonesia pasca reformasi adalah upaya nyata merespon


tuntutan masyarakat terkait dengan isu sharing power, distribution of income, dan
empowering. Kebijakan desentralisasi dan pemberian otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab adalah upaya nyata empowerment manajemen dan administrasi pemerintahan
daerah. Diberikannya otonomi kepada pemerintah daerah merupakan upaya nyata
pemberdayaan manajemen dan administrasi pemerintah daerah. Hubungan pusat dan
daerah dapat dilihat dari beberapa pendekatan yakni, a) Pendekatan sistem, dimana
hubungan pusat dan daerah merupakan hubungan dalam kerangka sistem pemerintahan
negara. b) Pendekatan kewilayahan, dimana hubungan pusat dan daerah merupakan
hubungan kewilayahan. Suatu wilayah administratif sebagai bagian dari wilayah kesatuan.
Suatu daerah otonom merupakan daerahnya negara kesatuan. c) Pendekatan administratif,
hubungan pusat dan daerah merupakan hubungan dalam kerangka satu sistem administrasi
secara nasional. d) Pendekatan manajemen pemerintahan, terdapat beberapa jenis
hubungan pusat dan daerah yakni, hubungan tugas, hubungan fungsional, hubungan
hirarkis, hubungan keuangan, dan hubungan tanggung jawab. Selain itu, ada dua model
utama dalam hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yakni model pelaksana,
dan model kemitraan. Pemerintah daerah model pelaksana ciri yang menonjol adalah
pemerintah daerah hanya berkewajiban melaksanakan kebijakan yang dibuat secara
terpusat dengan diskresi yang sangat kecil dengan tanpa hak untuk berbeda. [8]
Implikasinya pemerintah daerah hanya berkedudukan sebagai obyek yang bergantung
kepada pejabat birokrasi yang terpusat. Pemerintah dengan ciri model kemitraan adalah
pemerintah daerah yang diakui memiliki legitimasi politik dan berwenang menguasai
sumber daya dan berwenang dalam bidang perundang-undangan. Dalam model ini
pemerintah daerah berkedudukan sebagai subyek penyelenggaraan pemerintahan daerah,
meskipun demikian dalam hubungan kemitraan ini pemerintah daerah tetap dalam posisi
subordinasi terhadap pemerintah pusat. Hal tersebut adalah logis karena dalam negara
kesatuan, pemerintah pusat yang memiliki kewenangan tertinggi dan tidak ada negara
dalam negara.(Ismail, n.d.)

BAB III

TINJAUAN KASUS

Otonomi daerah merupakan kebijkan suatu daerah dalam mengurus serta mengatur
pemerintah dan kepetingan masyrakatnya secara mandiri berdasar peraturan dan caranya
sendiri dengan tidak melanggar perundang-undang pusat yang sudah berlaku (adilahputri,
2021). Bukan hanya dampak positif yang dibawa karena adanya peraturan mengenai
otonomi daerah, dampak negatif dari otonomi daerah turut serta mengiringi dalam
pelaksanaannya. Pertama, korupsi di daerah. Hal yang paling diwanti-wanti terkait
pelaksanaan otonomi daerah. Bergesernya praktik-praktik tikus berdasi atau korupsi yang
semula berawal dari pihak-pihak terkait pada pemerintahan pusat akan bergeser ke
pemerintahan daerah. Berita mengenai adanya korupsi dari para pejabat pemerintahan
menjadi makanan disetiap hari. Kasus adanya pihak perjabat pemerintahan yang tidak
bertanggung jawab atas apa yang diamanatkan. Uang rakyat yang diperoleh dengan
matimatian dihamburkan untuk happy-happyan. elain itu, terdengar juga berita mengenai
adanya kerja sama antara anggota legislatif yang menggunakan kekuasaanya dengan
menyetujui anggaran rutin yang sudah dibengkakkan. Naas bukan. Ada juga kasus
mengenai penggadaan barang dan jasa daerah. Seringkali terjadi dalam praktik
pencatatanya mengenai harga sebuah item barang lebih besar daripada harga pasar
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam periode masa orde baru, terjadi banyak perubahan-perubahan politik dan ekonomi.
Ekonomi Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan praktik korupsi yang
merajalela. Lewat beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi negara juga semakin kuat.
Namun kondisi ini menurun ketika di tahun 1997 saat terjadi krisis moneter.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi
demo mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah
menaikkan harga BBM di tanggal 4 Mei 1998.

Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di depan Universitas
Trisakti yang semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah. Tahun
1997-1998 merupakan periode orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.

Berikut ini beberapa hal yang dicanangkan oleh mahasiswa untuk melaksanakan reformasi
tahun 1998 yang tertuang dalam 6 Agenda Reformasi.

1. Mengadili Soeharto dan para pengikutnya

2. Melakukan amendemen UUD 1945

3. Melakukan otonomi daerah yang seluas-luasnya

4. Menghapus dwifungsi ABRI

5. Menghapus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

6. Menegakkan supremasi hukum

Tahun 1998 merupakan salah satu tonggak perubahan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Dengan adanya krisis multidimensi, terjadi upaya dalam perubahan keadaan sosial, politik
dan ekonomi yang dimotori oleh gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998
ini didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa, dan kemudian benar-benar
menjadi sesuatu gerakan perubahan yang efektif. Aksi demonstrasi besar- besaran digelar
para pemuda dan mahasiswa untuk meyuarakan tuntutan perbaikan kondisi Indonesia
(reformasi). Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang
menuntut perubahan di beberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan yang saat itu
penuh dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotism

Usaha dalam mencegah maraknya praktik korupsi harus dilakukan oleh seluruh elemen
masyarakat, tak terkecuali kaum muda. Dalam menstabilkan ekonomi bangsa peran
mahasiswa juga tidak kalah penting dibutuhkan. Mulai dari perannya merebut kemerdekaan
dan mengawal jalannya pemerintahan. Seperti awal 1970-an terdapat gerakan kaum muda
dalam hal ini mahasiswa, yang dimotori oleh Arif Budiman melakukan protes terhadap
kenaikan BBM dan maraknya praktik korupsi.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Mahasiswa layak kita disebut sebagai agen of change, sosial control, kaum intelektual,
insan akademis, ataupun Kita mengenal dengan slogan “Maju mundurnya suatu bangsa
tergantung pada pemudanya, peran mahasiswa sebagai actor, educator, motivator, dan
akseletor akan membuat dampat dampak kemajuan bangsa.Sifat optimis mahasiswa juga
mempengaruhi kesuksesan dalam pembangunan daerah, seperti sikap untuk mengasah
kemampuan reflektif, membangun kebiasaan bertindak, melatih kemampuan kerja teknis,
serta dari potensi mereka juga bisa dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan
penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki akan memperluas
cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan
masalah.

Saran

sebagai mahasiswa dapat bisa menunjukkan kepedulian dalam pembangunan daerah


dengan berbagai cara, seperti ikut membangun citra yang baik, berprestasi di bidang
keilmuan masing-masing dan membawa nama baik daerah
Daftar Pustaka

Ismail, G. (n.d.). IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DALAM PENANGANAN

PANDEMI COVID-19. JURNAL LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA, 8.

Lambelanova, R. (n.d.). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH

BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PEREKONOMIAN DI

KABUPATEN BANDUNG BARAT. Sosiohumaniora, 19.

Muin, F. (n.d.). OTONOMI DAERAH DALAM PERSEPEKTIF PEMBAGIAN URUSAN

PEMERINTAH PEMERINTAHAN DAERAH DAN KEUANGAN

DAERAH. Fiat Justisia Ilmu Hukum, 8, 68–79.

Anda mungkin juga menyukai