Nim : 11010115410053
UNIVERSITAS DIPONEGORO
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...............................................................................................................2
b. Rumusan Masalah…......................................................................................................4
c. Tujuan…………….........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
Perdagangan Internasional...................................................................................5
BAB V PENUTUP
a. Simpulan.......................................................................................................................17
b. Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cukup pesat baik dari industri rokok skala besar, menengah ataupun industri rokok skala
kecil. Indonesia adalah negara pengekspor rokok terbesar di dunia yang telah bertahan
sejak tahun 2004 lewat jenis rokok kretek yang telah mendunia pemasarannya.
Perekonomian Indonesia lewat industri rokok juga telah mendapatkan tempat yang sangat
istimewa baik bagi aspek pelebaran lapangan kerja juga pemasukannya bagi pemerintah.
Industri rokok berhasil menyumbangkan pemasukan cukai terbesar setelah cukai kotor
dibandingkan dengan cukai lainya seperti, cukai etil alkohol, cukai minuman
mengandung etil alkohol seperti yang dilansir oleh Diektorat bea dan cukai untuk skala
waktu 2012-2014. Keberhasilan industri juga banyak membawa dampak yang baik bagi
keberuntungan bagi para indutri kecil. Khusus industri rokok Indonesia perkembangannya
telah merambah di pasar dunia. Industri rokok Indonesia telah sampai ke Malaysia,
Singapore, Philipina, Amerika serikat dan masih banyak lagi. Dan dimulai dengan jumlah
yang cukup besar ke Malaysia, Australia dan Singapore. Akan tetapi selain membawa
dampak positif bagi indonesia juga membawa dampak negarif. Salah satunya adalah
pengaruh dari kebijakan pemerintah Australia atas kemasan polos rokok Indonesia.
2
Kebijakan Australia dalam mengendalikan epidemi tembakau mengalami
perkembangan baru yang signifikan pada masa pemerintahan Julia Gillard, terutama
ditetapkan. Australia telah memiliki beberapa peraturan merokok terberat di dunia. Rokok
harus dijual di balik pintu tertutup di gerai ritel Australia. Selanjutnya, kebijakan
mengenai bungkus rokok diatur secara sentralistik oleh kementerian kesehatan. Kebijakan
dalam memperkenalkan kemasan polos rokok merupakan upaya pertama di dunia yang
tembakau yang akan mulai diterapkan pada 1 Januari 2012 dengan implementasi penuh
sejak 1 Desember 2012. Pemerintah Australia membatasi penjualan rokok dan produk
tembakau di negaranya dengan menerbitkan aturan The Tobacco Plain Packaging Act.
Sebagai negara yang memberlakukan aturan tersebut, Australia membatasi seluruh rokok
dan produk tembakau wajib dikemas dalam kemasan polos tanpa mencantumkan warna,
mencabut kebijakan kemasan polos produk rokok. Kebijakan Australia itu dinilai telah
1
http://rri.co.id/voi/post/berita/172983/fokus/indonesia_gugat_australia_terkait_kemasan_rokok_polos.html
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
Pemerintah Australia mengeluarkan aturan the Tobacco Plain Packaging Act yang
disahkan pada tahun 2011 dan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012, didalam
aturan disebutkan, untuk seluruh produk tembakau harus dibungkus dalam kemasan polos
berwarna hijau yang menampilakan satu jenis huruf dan kemasan juga harus
menampilkan gambar grafis dari seorang perokok yang menderita penyakit parah akibat
karena penerapan kebijakan akan menyebabkan daya saing menurun. Data Kementrian
Perindustrian bahwa kinerja ekspor tembakau dan rokok pada tahun 2009 menyentuh
angka 52.515 ton, pada tahun 2012 mencapai 37.110 ton. 2 Terdapat penurunan hingga
15.405 ton. Akibat kebijakan baru Pemerintah Australia tersebut, Ukraina, Honduras,
Republik Dominika, Kuba, dan terakhir Indonesia selaku negara pengimpor rokok
Australia, telah mengajukan gugatan terhadap Australia ke WTO. Kelima negara tersebut
(General Agreement on Tariffs and Trade). Persetujuan ini lahir pada tahun 1947 yang
didukung oleh 23 negara termasuk Amerika Serikat. GATT bukanlah suatu oganisasi
2
http://www.kemenperin.go.id/
3
Ria Yohana. Kajian terhadap Kebijakan Kemasan Polos Rokok di Australia Merugikan Perusahaan Tembakau.
Jurnal Ilmiah. 2014
5
Interim Commission for the International Trade Organization (ICITO) yang berada di
Jenewa.4
Prinsip MFN adalah prinsip dimana tidak ada perilaku diskriminasi diantara
produk impor (negara pengekspor 1 dengan negara pengekspor lainnya). Prinsip ini diatur
produk import dengan produk lokal (ada perlakuan tidak adil antara produk dalam negeri
Perlindungan melalui tarif adalah diijinkan, karena tarif dinilai rasionaldan dapat
diprediksi. Biasanya perlidungan melalui tarif ditandai dengan adanya kenaikan harga
barang.
Bahwa harus ada perlakuan timbal balik diantara mitra dagannya. Misalnya, ada
perlakuan dari mitra dagang yang mengancam produk lokal (untuk barag yang sejenis),
maka negara itu dapat melakukan tindakan safeguard untuk mengamankan produk
lokalnya.
4
Dr. FX. Joko Priyono, SH, M.Hum, HUKUM PERDAGANGAN BARANG DALAM GATT/WTO, hlm 3.
6
5. Prinsip perlakuan khusus dan berbeda bagi negara berkembang
Prinsip ini adalah keuntungan bagi negara berkembang, dimana negara maju
misalnya dengan membebaskan tarif bea impor. Namun produk tersebut harus memenuhi
ketentuan yang diatur oleh negara maju, yang dapat berbeda-beda dengan negara maju
lainnya.
merupakan negara anggota WTO, oleh karena itu mereka wajib menaati setiap peraturan
yang dibuat WTO dengan itikad baik (asas pacta xunt servanda). Sifat mengikat
organ negaranya. Apabila ada sengketa maka dapat diselesaikan melalui badan
penyelesaian sengketa (dispute settlement body). Pada tahun 1999, WTO mulai menyusun
framework FCTC (Frame Convention on Tobacco Control. FCTC adalah suatu aturan
pengendalian masalah tembakau yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum bagi
hingga tahun 2013 ada 177 negara yang sudah meratifikasi FCTC, Australia salah satu
diantaranya, sedangkan Indonesia hingga saat ini belum meratifikasi FCTC. Adapun
tujuan FCTC adalah melindungi generasi sekarang dan yang akan datang dari kerusakan
kesehatan, sosial, lingkungan, dan konsekuensi ekonomi dari konsumsi tembakau. Ada 6
7
3. Pemberian label bahaya rokok
6. Perdagangan ilegal
berdasarkan asas pacta sunt servanda, Australia wajib tunduk pada peraturan didalamnya
dan dengan diratifikasinya FCTC berarti Australia juga setuju untuk mencapai tujuan dari
dibentuknya FCTC. Hal ini tentu membuat Indonesia yang belum meratifikasi FCTC
merasa terusik dengan kebijakan yang dikeluarkan Australia, mengingat selama ini
generik” atau “standar kemasan” sebenarnya bukanlah suatu ide baru. Asal-usul dari ide
ini dapat ditelusuri yang mana akan berawal pada September 1989 ketika laporan Dewan
Zat Beracun Selandia Baru memberikan sebuah rekomendasi bahwa semua produk
tembakau sebaiknya dijual dalam kemasan polos, yaitu dalam kemasan putih polos
dengan pencetakan huruf hitam dan tidak ada warna lain yang diijinkan baik dalam huruf
yang dicetak maupun kemasan itu sendiri dan tidak diijinkan adanya logo dalam bentuk
apapun.5
kebijakan pengemasan polos beserta “efek domino” yang akan bersama menyertainya
5
Patrick Basham & Dr. John C. Luik, 2011, Erasing Intellectual Property “Plain Packaging” For Consumer
Products And The Implications For Trademark Rights, Washington Legal Foundation, Washington, hlm. 1
8
apabila penerapan kebijakan pengemasan polos berhasil maka akan diikuti oleh banyak
negara di seluruh dunia. Industri tembakau juga telah lama menegaskan bahwa
pelaksanaan kemasan polos akan melanggar berbagai hukum domestik dan internasional.
kebijakan pengemasan polos yaitu dengan menunjukkan bahwa terdapat sejumlah hukum
pengemasan polos di Australia. Salah satu keberatan yang diajukan indstri tembakau yaitu
dengan kewajiban Australia dibawah WTO, khususnya dalam The Agreement on Trade-
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS Agreement) dan The Agreement
Pihak Australia merasa kebijakan yang dikeluarkannya adalah benar dan tidak
menyalahi aturan internasional. Adapun dasar hukum yang dipakai oleh pemerintah
Australia adalah :
menyesatkan
9
f. Perlindungan kekayaan nasional dengan nilai seni, sejarah, atau nilai arkeologi
resources)
• Annex 1 C Pasal 8 :
dapat, dalam rangka pembentukan dan penyesuaian hukum dan peraturan perundang-
perlindungan kesehatan dan gizi masyarakat dan dalam rangka menunjang kepentingan
masyarakat pada sektor-sektor yang sangat penting bagi pembangunan sosio-ekonomi dan
teknologi.
Standar minimal :
negara-negara anggota WTO. Dengan ini negara-negara anggota WTO dapat menerapkan
ketentuan nasional yang lebih ketat dibandingkan apa yang telah diatur dalam TRIPs
Agreement. TRIPs memberikan wewenang kepada negara untuk membatasi hak eksklusif
rokok ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk kepentingan kesehatan
masyarakat dan mendorong orang berhenti merokok, mencegah anak-anak merokok, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok. Selain itu pajak yang
diterima negara atas pajak rokok tidaklah sebanding dengan pengeluaran negara untuk
10
Sebagai negara yang berorientasi ekonomi ekspor dan sebagai ketua Cairns Group
perdagangan merupakan suatu komponen yang penting bagi kerangka kebijakan ekonomi
Australia dan juga bagi liberalisasi perdagangan unilateral yang sudah menjadi bagian
integral dari perubahan struktural yang telah mendukung kekuatan ekonomi dan
antar negara termasuk Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.
pengertian HKI merupakan hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena
6
Petros C. Mavriodis, George A. Bermann & Mark Wu, 2010, The Law Of The World Trade Organization (WTO)
Documents, Cases & Analysis, Thomson Reuters, Minnesota, hlm. 1192
11
teknologi, yang dilahirkan atau diciptakan dengan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran
dan juga seringkali dengan biaya yang besar. Oleh karena itu karya yang
dihasilkan menjadi memiliki nilai dengan manfaat ekonomi yang tinggi, sehingga
HKI ( Hak Kekayaan Intelektual) adalah merupakan bagian dari hukum harta
yang sifatnya tidak berwujud (intangible). HKI bersifat sangat abstrak dibandingkan
dengan hak atas benda bergerak pada umumnya, seperti hak kepemilikan atas tanah,
Hukum HKI berkembang secara bertahap dan pasti, mulai melekat dan
menjadi bagian dari sistem hukum nasional sebagai konsekuensi pergaulan bangsa
negara berkembang lainnya, lebih-lebih setelah Indonesia ikut serta dalam Organisasi
Perdagangan Dunia / World Trade Organization (WTO) yang antara lain mencakup
(General Agreement on Tariff and a Trade (GATT) sebagai bagian dari pembentukan
12
2. Merek (trademarks, service marks, and names)
circuits)
information);
dibedakan lagi menjadi dua, yakni hak cipta dan hak terkait dengan hak
a. Patent (paten)
sederhana
13
e. Trade names (nama niaga atau nama dagang)
asal)
Dapat diartikan bahwa hal – hal yang dilindungi dalam merek dagang adalah
tanda-tanda, atau kombinasi dari tanda-tanda, mampu membedakan barang atau jasa
dari satu usaha dari usaha lainnya, harus mampu merupakan merek dagang. Tanda-
tanda seperti, kata tertentu termasuk nama pribadi, surat, angka, unsur figuratif dan
kombinasi warna serta kombinasi dari tanda-tanda tersebut, harus memenuhi syarat
untuk pendaftaran sebagai merek dagang. Di mana tanda-tanda tidak inheren mampu
membedakan barang atau jasa yang relevan, Anggota mungkin membuat registrability
Australia juga menjadi anggota FCTC, bagi negara-negara yang menjadi anggota
14
produk yang berkaitan dengan tembakau. Secara ringkas kewajiban-kewajiban yang
tampilan utama tidak kurang dari 30% dari setiap kemasan satuan serta
tembakau atau jika sebuah negara anggota Konvensi ini tidak dalam posisi
tunduk pada perajanjian yang sudah ada. Hal ini menjadi pertentangan tersendiri,
karena di satu sisi Australia merupakan anggota WTO yang harus taat pada setiap
kebijakan WTO tetapi di satu sisi juga harus taat kepada FCTC karena Australia juga
konsumsi rokok dan pembatasan akses rokok bagi anak muda serta perokok pemula.
Tujuan dari kebijakan Australia tersebut juga sejalan dengan kebijakan yang
11
Masabumi Suzuki, 2011, Domestic Measures IP/Trade Law, The Case of the Australian Plain Packaging Act,
Doshisha Law Review, Nagoya, hlm. 371
15
mencapai tujuan dari kebijakannya tersebut melalui penerapan kemasan polos produk
rokok tidak melindungi hak kekayaan intelektual (HKI) atas merek dagang produk
rokok yang dimiliki produsen rokok. Hal ini dapat merugikan para produsen tersebut
dan akan memberi pengaruh atas kompetisi dagang produk rokok yang dijual di
Australia dikarenakan hilangnya daya pembeda antara produk rokok yang satu dengan
produk rokok lainnya. Selain itu konsumen memiliki hak untuk mengetahui produk
yang akan dikonsumsi dan di sisi lain produsen juga memiliki hak untuk
Australia.
bertentanggan dengan isi perjanjian ini. Sebagai anggota WTO, Australia wajib
menaati semua perjanjian yang telah dibauat. Akan tetapi perjanjian tersebut
dilanggar oleh Australia. Jadi disini ada pelanggaran hak kekayaan intelektual yang
BAB III
16
PENUTUP
A. Simpulan
untuk peningkatan kesehatan masyarakat, antara lain dengan cara mengurangi jumlah
individu yang akan memulai merokok dan mengkonsumsi produk tembakau. Hal ini
perdangangan internasional, dimana tidak boleh ada diskrimanasi atas produk dari
negara anggota lainnya. Akan tetapi TRIPs memberikan wewenang kepada negara
penerapan kemasan polos produk rokok tidak melindungi hak kekayaan intelektual
(HKI) atas merek dagang produk rokok yang dimiliki produsen rokok. Selain itu
konsumen memiliki hak untuk mengetahui produk yang akan dikonsumsi dan di sisi
lain produsen juga memiliki hak untuk menggunakan merek dagangnya secara bebas
B. Saran
Dalam hal ini WTO mempunyai dispute settlement body sebagai badan yang akan
Australia, lebih baik diselesaikan lewat jalur hukum yang sudah disediakan oleh WTO
DAFTAR PUSTAKA
17
Ade Manan Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global , Ghalia
Dr. FX. Joko Priyono, SH, M.Hum, Hukum Perdagangan Barang Dalam GATT/
Masabumi Suzuki, Domestic Measures IP/Trade Law, The Case of the Australian
Petros C. Mavriodis, George A. Bermann & Mark Wu, The Law Of The World Trade
2010.
Sylvia Ostry dan Michael Gestrine dalam Ahmad M. Ramli, Perlindungan Rahasia
Bandung, 1999.
http://rri.co.id/voi/post/berita/172983/fokus/
2016, 15:40]
18