1 . INDONESIA AMERIKA
Kasus rokok kretek antara Indonesia dan AS, berawal dari diberlakukannya Family Smoking
Prevention and Tobacoo Control Act di AS. Undang-undang tersebut bertujuan untuk
menurunkan tingkat perokok muda di kalangan masyarakat AS, dengan melarang produksi
dan perdagangan rokok beraroma, termasuk rokok kretek dan rokok beraroma buah-buahan.
Namun, ketentuan tersebut mengecualikan rokok beraroma mentol produksi dalam negeri
AS.
Setelah proses konsultasi yang berlangsung panjang tanpa mencapai kesepakatan, Indonesia
akhirnya mengajukan pembentukan Panel ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO (Dispute
Settlement Body DSB) atas dasar AS melanggar ketentuan WTO mengenai National
Treatment Obligation. Hal itu tercantum dalam Pasal 2.1 Technical Barrier to
Trade (TBT) Agreement.
Dalam prinsip National Treatment, setiap negara anggota WTO berkewajiban untuk
memberikan perlakuan yang sama terhadap produk sejenis, baik yang diproduksinya di dalam
negeri maupun yang berasal dari impor negara anggota WTO lainnya.
Panel WTO menemukan bahwa kebijakan AS tersebut tidak sesuai dengan ketentuan WTO,
karena rokok kretek dan rokok mentol adalah produk sejenis (like products), dan keduanya
memiliki daya tarik yang sama bagi kaum muda. Menurut WTO, kebijakan yang
membedakan perlakuan terhadap dua produk sejenis, merupakan tindakan yang tidak adil
(less favourable).
Pemerintah AS yang tidak puas terhadap keputusan panel yang dikeluarkan pada 2 September
2011, melakukan banding ke WTO pada 5 Januari 2012. Hasil banding yang dikeluarkan AB
kemarin, menegaskan kembali bahwa keputusan panel sebelumnya adalah benar, dan
pemerintah AS telah mengeluarkan kebijakan yang tidak konsisten dengan ketentuan WTO.
2 . INDONESIA AUSTRALIA
Gugatan Indonesia atas kebijakan kemasan rokok polos (plain packaging) Australia di Badan
Perdagangan Dunia (WTO) mendapatkan perhatian banyak negara. Tidak hanya Indonesia,
sebanyak 36 negara juga terlibat baik langsung maupun tidak dalam kasus ini.
Dengan banyaknya negara yang terlibat, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI)
Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bachrul Chairi menyebut, sengketa dagang ini
merupakan sengketa dagang terbesar yang pernah ditangani WTO sampai saat ini.
Selain 36 negara lain yang terlibat, terdapat tiga anggota WTO lainnya yang mengikuti jejak
yang sama dengan Indonesia. Yaitu menggugat kebijakan yang diberlakukan Australia terkait
kemasan rokok ini. Ketiga negara itu adalah Honduras, Republik Dominika, dan Kuba.
Jadi ada 36 negara yang disebut pihak terpati, atau negara-negara yang bakal terkena dampak
baik langsung maupun tidak. Bachrul merinci, dari total 36 negara tersebut hanya 20 negara
yang mau menentukan pilihan suaranya.
3 . INDONESIA-ARGENTINA
Badan Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Body) WTO pada tanggal 14 Desember
1999 dalam Tingkat Banding (Appellate Body) kasus tindakan safeguards Argentina atas
impor produk alas kaki yang berasal dari Uni Eropa, Amerika Serikat dan Indonesia, telah
memutuskan bahwa tindakan safeguards yang diterapkan Argentina tersebut melanggar
ketentuan dalam pasal XIX: 1 (a) GATT 1994 dan Persetujuan Safeguards WTO.
Sengketa dagang antara Argentina melawan Uni Eropa, Indonesia dan Amerika Serikat,
berawal dari tindakan investigasi Argentina atas impor sepatu dari berbagai negara termasuk
Indonesia pada tanggal 14 Februari 1997 yang diikuti dengan pengenaan tindakan safeguards
yang bersifat sementara pada bulan September 1997 yang sangat merugikan pihak eksportir
sepatu Indonesia. Tindakan safeguards Argentina yang merupakan hambatan perdagangan
serius (trade barrier) bagi ekspor Indonesia di tetapkan dalam bentuk specific duty yang
cukup tinggi dimana untuk alas kaki dengan HS.
Sebagai negara produsen dan eksportir alas kaki, maka Indonesia sangat berkepentingan
dalam sengketa ini. Dengan demikian, keputusan dari Tingkat Banding WTO ini
menunjukkan bahwa dalam melaksanakan ekspor khususnya alas kaki, Indonesia tidak
pernah melanggar ketentuan perdagangan dalam kerangka WTO.
Sebagai ilustrasi, Indonesia adalah negara pengekspor alas kaki nomor 3 ke Argentina dengan
nilai ekspor sebesar USD 22,030,351 pada tahun 1997, USD 15,516,357 pada tahun 1998 dan
USD 4,558,332 untuk periode Januari Juni 1999. Sedangkan pangsa pasar produk alas kaki
Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 14,06%, untuk tahun 1998 sebesar 8,72% dan
untuk periode Januari Juni 1999 sebesar 5,4%.
Keputusan Appellate Body WTO tersebut merupakan keberhasilan yang kedua kalinya untuk
Indonesia dalam menghadapi sengketa perdagangan dengan pihak Argentina, dimana
sebelumnya Indonesia telah berhasil menggagalkan rencana pihak Argentina untuk
mengenakan tindakan safeguards transisi dalam rangka persetujuan tekstil dan pakaian jadi .
Indonesia berharap agar pihak Argentina segera melaksanakan keputusan WTO tersebut dan
memberikan komitmennya pada pertemuan Badan Penyelesaian Sengketa Dagang WTO
yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 Januari 2000.
4 . INDONESIA-AUSTRALIA
Langkah Indonesia melaporkan Australi ke WTO dinilai sebagai langkah yang tepat.
Kebijakan ini sudah diperhitungkan sejak dikeluarkan Tobacco Plain Packaging Act oleh
Australia tahun 2012 lalu.
Dalam peraturan tersebut dikatakan, seluruh rokok dan produk tembakau yang diproduksi
sejak Oktober 2012 dan dipasarkan sejak 1 Desember 2012 wajib dikemas dalam kemasan
polos tanpa mencantumkan warna, gambar, logo, dan slogan produk.
Indonesia adalah negara produsen rokok kretek terbesar di dunia dan secara peringkat,
Indonesia menempati posisi nomor 2 terbesar di dunia, setelah Uni Eropa, sebagai negara
produsen-pengekspor produk tembakau manufaktur.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, kinerja ekspor tembakau dan rokok pada 2009
menyentuh angka 52.515 ton dan pada 2012 mengalami penurunan 15.405 ton menjadi
37.110 ton. Sementara kapasitas produksi rokok nasional hingga akhir tahun mencapai 308
miliar batang, meningkat 6 miliar batang dibandingkan realisasi tahun lalu sebanyak 302
miliar batang.
Kebijakan kemasan polos untuk seluruh produk tembakau dinilai sebagai ancaman nyata bagi
produk tembakau dari Indonesia, karena dengan penerapan peraturan terkait kemasan polos
tersebut, daya saing produk diyakini akan menurun.
5 . INDONESIA-PAKISTAN
Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah membawa masalah kebijakan pajak tinggi yang
diterapkan Pakistan terhadap kertas duplex asal Indonesia ke forum Penyelesaian Sengketa di
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Menurut catatan Kemendag, kasus ini bermula sejak November 2011, Pakistan telah
melakukan memberlakukan kebijakan anti-dumping dan anti-subsidi terhadap produk kertas
Indonesia yang dinilai menerapkannya tak sesuai dengan kaidah-kaidah WTO.
6 . INDONESIA-UNI EROPA
Sementara ini, keinginan Indonesia untuk membawa masalah ini ke sidang panel (dispute
settlement) Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO tinggal menunggu waktu. Delegasi
Indonesia sudah mempersiapkan bukti-bukti yang cukup sambil menunggu negosiasi bilateral
antara Indonesia dan Uni Eropa.
Seperti diketahui, awal Mei 2013 lalu produk turunan sawit yaitu biodiesel asal Indonesia
kena anti dumping oleh Uni Eropa. Tercatat ada 4 dari 5 perusahaan di Indonesia dikenakan
bea masuk tambahan saat akan ekspor ke Uni Eropa.
Eropa menyimpulkan produk biodiesel asal Indonesia memiliki harga lebih murah bila
dibandingkan produk biodiesel dari bahan lain, seperti dari minyak kedelai, matahari,
Rapeseed, dan lain-lain. Hal ini dianggap tak wajar dan diskriminatif, karena produktivitas
minyak sawit lebih tinggi dari tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Sementara menurut data Kementerian Perdagangan, ekspor CPO Indonesia ke Eropa cukup
besar. Bahkan Indonesia adalah pemasok utama kebutuhan CPO Eropa. Setiap tahun rata-rata
ekspor CPO Indonesia ke Eropa mencapai 3,5 juta ton, sedangkan kebutuhan CPO Eropa
mencapai 6,3 juta ton.
7 . JEPANG-INDONESIA
Berbeda dari kasus sebelumnya, Jepang berniat gugat Indonesia ke World Trade Organization
(WTO) terkait pelarangan ekspor tambang mentah. Jepang melaporkan Indonesia ke WTO
karena mendapatkan tekanan dari salah satu produsen otomotif terbesar Jepang Mitsubishi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengakui, Jepang keberatan atas aturan pelarangan
ekspor tambang mentah. Oleh sebab itu, kehadiran Menlu Marty di Jepang adalah berupaya
keras meminta pengertian pemerintah Jepang atas konsekuensi dari pelarangan ekspor
tambang mentah itu.
Namun, hingga saat ini Jepang belum melaporkan keberatan atas aturan pelarang ekspor
tambang mentah ke Badan Perdagangan Dunia atau WTO.
Seperti diketahui, Mitsubhisi menyerap nikel sebagai bahan baku utama di sektor otomotif
yang cukup besar. Data dari Kementerian Keuangan Jepang tercatat, Jepang mengimpor 3,65
juta ton bijih nikel tahun 2011. Dari jumlah itu sebanyak 1,95 juta ton atau 53% berasal dari
Indonesia.
8 . INDONESIA-BRAZIL
Brasil kini tengah berupaya mengangkat status sengketanya dengan Indonesia ke ranah yang
lebih tinggi melalui campur tangan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sengketa tersebut
menyusul aksi pembatasan impor daging sapi ke Indonesia dari negara Amerika Selatan
tersebut.
Memanasnya sengketa tersebut muncul setelah beredar kabar bahwa pemerintah Indonesia
telah mencabut larangan impor ternak dan daging yang seharusnya berlaku selama empat
tahun dari Jepang. Brasil juga berharap Indonesia membuka akses ke pasar daging agar
negara tersebut mampu memperluas pilihan target impornya.
Sejumlah menteri terkait di Brasil akan menyerahkan kasus ini pada WTO guna
mengidentifikasi validitas aturan larangan imor yang ditentukan Mahkamah Agung di
Indonesia.
Asosiasi Ekportir Daging Brasil mengatakan, aturan yang dijatuhkan Indonesia berjalan tidak
efektif dan tidak adil karena melarang produk negaranya masuk ke Tanah air.
Aturan tersebut berkaitan dengan hukum perlindungan hewan yang dikeluarkan parlemen
Indonesia pada 2009. Dengan aturan tersebut, Indonesia hanya mengimpor daging dari
negara-negara yang bebas penyakit.
Brasil akan memberikan bantahan terhadap regulasi di Indonesia yang dianggap telah
melanggar kewajibannya di bawah sejumlah aturan perdagangan internasional. Sejauh ini,
Brasil telah berhasil membuat sejumlah kemajuan dalam usahanya membuka pasar Indonesia.
Tapi kasus tersebut kembali mengendap sejak awal tahun mengingat ramainya pemilihan
presiden di Indonesia.
Meski Brasil merupakan eksportir daging sapi terbesar di dunia, pasar Indonesia masih
tertutup pada produk kami dan Australia telah berkonsolidasi menjadi eksportir sapi ke
Indonesia, ungkap perwakilan CAMEX. ((Sis/Nrm)
9 . INDONESIA-JEPANG
Jepang menjadi salah satu negara yang merasa keberatan dengan penerapan undang-undang
mengenai larangan ekspor mineral mentah. Tak hanya keberatan, Jepang bahkan mengancam
akan membawa masalah tersebut ke World Trande Organisation (WTO).
Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan Republik Indonesia Muhammad Lutfi mengaku
siap jika nantinya Jepang membawa sikap keberatannya tersebut ke WTO.
Lutfi, Indonesia dan Jepang adalah dua negara yang memiliki hubungan yang baik dari sisi
politik maupun dari sisi bisnis. Untuk itu dia menegaskan bahwa permasalahan ini akan dapat
diselesaikan secara bermartabat.
Sebagai bukti, dirinya mencontohkan pada beberapa tahun lalu, Jepang juga pernah
memprotes Indonesia terkait kebijakan Pemerintah yang melarang ekspor kayu ke berbagai
negara manapun.
Di Tahun 1978 itu Indonesia melarang ekspor kayu ke luar negeri, yang terjadi tutup semua
perusahaan playwood di Jepang, tapi ya kita mesti mencari kerja sama baru, sehingga
persahabatan tetap berjalan .
Untuk menjelaskan persoalan kebijakan larangan ekspor mineral mentah kepada Jepang,
Indonesia telah mengirimkan Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa untuk bertemu dengan
pemerintah Jepang pada 13 April 2014.
SUMBER :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/04/06/17203199/WTO.Kembali.Menangkan.K
asus.Rokok.Kretek.Indonesia
http://finance.detik.com/read/2015/06/20/155929/2947769/1036/perang-ri-vs-australia-di-
wto-melibatkan-banyak-negara
http://depperindag.tripod.com/ind_2000/humas/pers/27121999.htm
http://finance.detik.com/read/2014/05/06/081643/2574147/4/5/ini-4-kasus-indonesia-dengan-
wto#bigpic
http://bisnis.liputan6.com/read/2098717/mengadu-ke-wto-brasil-berjuang-dobrak-pasar-
daging-ri
http://bisnis.liputan6.com/read/2040801/soal-uu-minerba-indonesia-siap-ladeni-jepang-di-
wto
Kasus tuna Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa kena tarif tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya menjadi salah satu pertimbangan pemerintahan
Jokowi mengevaluasi kerjasama perdagangan bebas. Dalam kasus tuna, justru
Indonesia tertinggal dengan negara lain karena belum menjalin Free Trade
Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.
"Akibat 22,5% itu kita sudah sulit besaing dengan mereka. Alasannya, mereka sudah
melakukan apa yang disebut FTA dengan Eropa. Indonesia ketinggalan dalam hal
ini," kata Bachrul usai rakor soal FTA di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta,
Selasa (17/3/2015)
Kasus serupa juga terjadi di Jepang, tuna asal Indonesia harus kena bea masuk
impor 7,5%, sedangkan di negara lain hanya 0%. Padahal Indonesia dan Jepang
sudah ada kerjasama perdagang bebas bilateral dengan Jepang yaitu Indonesia
Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Menurut Bachrul dengan posisi Indonesia yang belum masuk FTA dengan kawasan
lain, dan adanya FTA yang sudah berlaku namun belum memberikan keuntungan,
maka investor kurang tertarik masuk Indonesia. Alasannya investor akan memilih
masuk ke negara yang sudah banyak perdagangan bebas, sehingga pasarnya akan
lebih luas dan besar.
"Walau Indonesia punya demografi tenaga kerja yang cukup, infrastruktur akan
membaik, tetap kalau pasarnya cuma 250 juta jiwa mereka kurang tertarik, karena
mereka mampu lebih dari 250 juta penduduk," jelasnya.
Bachrul mengatakan, posisi pemerintahan saat ini terus mendukung adanya FTA
namun akan dievaluasi dari sisi keuntungan bagi Indonesia, terutama dari
mendorong ekspor dan menarik investasi ke dalam negeri.
"Kalau kita tidak terbuka, kita kehilangan 'kereta' dengan negara lain, kita kehilangan
investasi, kita kehilangan kemampuan mendorong ekonomi yang kita harapkan,"
katanya.
"Umumnya masalah FTA tidak jalan tadi karena masalah transposisi, belum
disetujuinya kesepakatan dengan negara. Contohnya, misal perdagangan untuk
pulpen, disepakati 0%, waktu kita lakukan transposisi justru dikenakan jadi 15% bea
masuk. Harusnya itu 0%," katanya.