Anda di halaman 1dari 2

Nama : Zarah Sarosa

NIM : 20190610383
Kelas : H

Analisa SWOT Lingkungan Hukum Adat

Hukum adalah seperangkat norma dan aturan adat atau kebiasaan yang berlaku di suatu
wilayah. Istilah “kebiasaan” adalah terjemahan dari bahasa Belanda “gewoonte”, sedangkan istilah
“adat” berasal dari istilah Arab yaitu “adah” yang berarti juga kebiasaan. Sejarah perundang-undangan
di Indonesia membedakan pemakaian istilah kebiasaan dan adat, yaitu adat kebiasaan di luar
perundangan dan adat kebiasaan yang diakui oleh perundangan. Sehingga menyebabkan munculnya
istilah hukum kebiasaan / adat yang merupakan hukum tidak tertulis dan hukum yang tertulis.
Istilah hukum adat sendiri berasal dari istilah Arab “Huk’m” dan “Adah”. Kata huk’m
mengandung arti perintah atau suruhan, sedangkan kata adah berarti kebiasaan. Jadi hukum adat adalah
aturan kebiasaan. Di Indonesia hukum adat diartikan sebagai hukum Indonesia asli yang tidak tertulis.

Lingkungan Hukum Adat Aceh


1. Profil Hukum Adat
Adat bersendikan syari’at merupakan dua unsur penting dalam masyarakat Aceh yang
tidak dapat dipisahkan. Disahkannya UU No. 44 Tahun 1999, UU RI No. 18 Tahun 2001 dan
UU RI No. 11 Tahun 2006 merupakan payung hukum pelaksanaan syari’at Islam di Aceh.
Apalagi dengan diundangkannya UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh telah
memberikan landasan yang lebih kuat dalam pembinaan kehidupan adat dan adat istiadat di
Aceh. Pasal 99 Undang-Undang tersebut memerintahkan untuk melaksanakan pembinaan
kehidupan adat dan adat istiadat dengan membentuk suatu Qanun Aceh, bahwa adat dan adat
istiadat yang bersumber pada syari’at islam merupakan kekayaan nasional menunjukkan
identitas bangsa yang perlu dilestarikan, dikembangkan dan dilindungi keberadaannya.
Masyarakat Aceh dikenal dengan masyarakat yang memiliki budaya yang khas dan
mengakar sejak masa pemerintahan kerajaan, masa penjajahan sampai masa sekarang. Dalam
Perda No. 7 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan kehidupan adat, dijelaskan antara lain
peranan dan kewenangan lembaga-lembaga adat yang ada di Aceh. Peraturan Daerah tersebut
merupakan penjabaran salah satu ciri keistimewaan dan otonomi khusus Aceh, seperti terlihat
dalam UU No. 44 Tahun 1999, Perda tentang penyelenggaraan kehidupan adat juga dirumuskan
selaras dengan semangat pemberlakuan syari’at islam. Dengan demikian adat yang
dimaksudkan dalam Perda ini adalah adat yang selaras dengan islam.
2. Strenght
Di Aceh masyarakatnya diberi kewenangan untuk meyelesaikan sengketa antar warga,
mulai dari pertengkaran antar warga, permasalahan keluarga, warisan, dan bahkan sengketa
pertanahan. Dasar hukumnya yaitu dalam pasal 13 ayat (1) Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat dinyatakan terdapat 18 jenis
sengketa/perselisihan yang dapat diselesaikan secara adat.
3. Weakness
Dalam menyelesaikan perkara, lembaga adat di Aceh merujuk pada qanun adat dan
penyelesaian sengketa/perselisihan sesuai dengan sistem peradilan dalam qanun adat. Tetapi
jika perkara sudah masuk ke dalam pengadilan negeri kekuatan hukum putusan lembaga adat
sangat lemah dibandingkan dengan putusan pengadilan negeri,
4. Opportunity
Jika tidak dilestarikan, dikembangkan dang dilindungi akan menjadi kesempatan bagi
beberapa pihak untuk merusak hukum adat di Aceh bahkan menghilangkan hukum adat di
Aceh.
5. Threats
Hukum adat Aceh yang terlalu detail dan ketat karena harus sesuai syari’at islam bisa
menyebabkan beberapa masyarakatnya untuk keluar atau tinggal di luar Aceh karena tidak
betah atau tidak sesuai dengan mereka.

Anda mungkin juga menyukai