Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SENGKETA PERDAGANGAN

DISUSUN OLEH:
Elsa
Glenviano Sambiri
Maria Magdalena Siregar
Christian Batara Wishnu
Yoseph Romora
Benito Samuel
Yehezkiel Radyden Mandiri Siregar
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Dalam suatu negara pastilah terdiri atas beberapa aspek yang salah satunya pendapatan
sebagai perekonomian suatu negara. Perdagangan sebagai sumber pendapatan ekonomi
bagi suatu negara dalam seiring jalannya suatu perdagangan pastilah timbul suatu
sengketa. Sengketa sendiri muncul ketika terjadi manifestasi terhadap kepentingan antar
pihak pada objek yang sama. Selain itu dalam suatu hubungan pasti ada akibat hukum baik
di kehendaki maupun tidak dikehendaki. Namun sejalannya hubungan itu terkadang akibat
hukum yang dikehendaki dari hubungan tersebut tidak terjadi hal tersebut karena tidak
terpenuhinya salah satu prestasi dari salah satu pihak atau karena adanya suatu perbedaan
pendapat dianatara para pihak dalam hal yang diperjanjikan sebelumnya.
 Pelaku usaha dalam perdagangan tidak dapat dipungkiri banyaknya, sehingga timbulnya
suatu sengketa perdagangan tidak dapat dihindari. Dengan sebab yang beragam yang
terjadi diantara para pihak menuntut pemerintah untuk menyediakan penyelesaian sengketa
yang dianggap efektif bagi suatu sengketa perdagangan yang dinilai dapat menyelesaikan
sengketa antara para pihak. Salah satunya ialah penyelesaian sengketa diluar pengadilan
baik negosiasi maupun mediasi. Dimana para pihak yang dipertemukan dengan adanya
pihak ketiga sebagai penengah sebagai negosiator ataupun mediator. Salah satu
penyelesaian sengketa perdagangan yang dinilai efektif karena mengikat dan final adalah
arbitrase. Namun semua penyelesaian sengketa dikembalikan pada pilihan para pihak.
Maka dalam makalah kami akan membahas tentang sengketa perdagangan baik pengertian,
contoh kasus maupun penyelesaian sengketa perdagangan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
 Pengertian Sengketa Perdagangan
 Contoh Kasus Sengketa Perdagangan
 Penyelesaian Sengketa Perdagangan
C. Tujuan
 Mengetahui Arti Sengketa Perdagangan
 Mengetahui Jenis Kasus Dalam Sengketa Perdagangan
 Mengetahui Jenis – jenis Penyelesaian dalam Sengketa Perdagangan
BAB II
PEMBAHASAN
 

1. Pengertian Sengketa Perdagangan


 Perdagangan sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi suatu negara, selain itu
perdagangan juga merupakan salah satu sector jasa yang menunjangkegiatan ekonomi
dalam masyarakat dan negara.
 Penjelasan mengenai Sengketa Perdagangan terdapat dalam Penjelasan Pasal 66 Huruf b
UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yaitu,
“Sengketa Bisnis atau Sengketa Perdagangan adalah sengketa yang ruang lingkupnya
adalah hukum perdagangan, yang dimaksud dengan “ruang lingkup hukum perdagangan”
adalah kegiatan – kegiatan dibidang perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal,
industri dan Hak Kekayaan Intelektual.
 Menurut Abdul Bari Azed (Abdul Bari Azed, 2006: 50 - 51) yang dimaksud dengan sengketa
perdagangan adalah sengketa yang ruang lingkupnya adalah hukum perdagangan, dan yang ruang
lingkup hukum perdagangan adalah sebagai berikut:
1) Perniagaan,
Perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang dan jasa atau keduanya.
2) Perbankan,
Perbankan adalah kegiatan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya yang bertujuan meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
3) Keuangan,
Keuangan adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, mengalokasi
dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu dan juga menghitung resiko dalam
menjalankan proyek mereka.
4) Penanaman modal,
Penanaman modal adalah suatu yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi, berkaitan dengan
akumulasi suatu bentuk artinva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.
5) Industri
Industri adalah kelompok bisnis tertentu yang memiliki teknik dan metode yang sama dalam
menghasilkan laba.
6) Hak kekayaan intelektual.
Hak kekayaan intelektual (HaKI) adalah hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HaKI
adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual.
2. Contoh Kasus Sengketa Perdagangan
 Sengketa pembatasan impor untuk produk makanan dan hewan termasuk daging sapi dan
unggas atau hortikultural antara Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia memasuki babak
baru. AS telah meminta organisasi perdagangan dunia (WTO) untuk mengambil sikap
menjatuhkan sanksi tahunan ke Indonesia lantaran dituding tidak menjalankan putusan. AS
Tuntut Ganti Rugi 350 Juta Dolar ke Indonesia. Kasus ini berawal dari adanya 18
peraturan baru mengenai perdagangan yang dikeluarkan oleh Indonesia. 18 kebijakan
tersebut adalah sebagai berikut (Voice of America, 2019):
1. Memberikan akses dan masa berlaku yang terbatas atas produk impor untuk produk Hortikultura;
2. Syarat impor berkala dan tetap untuk produk hortikultura;
3. Persyaratan realisasi 80% untuk produk hortikultura;
4. Permintaan jangka waktu masa panen;
5. Permintaan kepemilikan dan kapasitas penyimpanan;
6. Persyaratan penggunaan, penjualan, dan distribusi untuk produk hortikultura;
7. Harga referensi dari cabai dan bawang merah segar untuk dikonsumsi;
8. Kebutuhan panen enam bulan;
9. Peraturan perizinan impor untuk produk hortikultura secara keseluruhan;
10. Larangan impor hewan dan produk hewani tertentu, kecuali dalam keadaan darurat;
11. Memberikan akses dan masa berlaku yang terbatas atas produk impor untuk hewan dan produk
hewani;
12. Syarat impor berkala dan tetap untuk hewan dan produk hewan;
 13. Persyaratan realisasi 80% untuk hewan dan produk hewani;
 14. Penggunaan, penjualan dan distribusi daging sapi impor dan persyaratan jeroan;
 15. Kebutuhan pembelian dalam negeri;
 16. Harga referensi daging sapi;
 17. Regulasi lisensi impor untuk hewan dan produk hewani secara keseluruhan;
 18. Kecukupan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
 Maka dari itu keputusan Majelis Panel WTO yang diumumkan pada 22 Desember 2016
setuju dengan gugatan Amerika Serikat, bahwa prosedur perizinan impor hewan, dan
produk hewan bersifat restriktif, berdampak pada perdagangan internasional, dan tidak
konsisten dengan ketentuan WTO, khususnya Article III dan Article XI:1 GATT 1994,
Article 4.2 Agreement on Agriculture, dan Agreement on Import Licensing Procedures.
Pada tanggal 17 Februari 2017 Indonesia mengajukan banding terhadap putusan yang
menghukum Indonesia untuk mengganti ketentuan perdagangan internasional pada impor
hewan maupun produk hewan. Sampai pada tahap terakhir untuk bagian Implementasi dari
keputusan yang ada Pada tanggal 17 Januari 2019, Indonesia memberitahukan bahwa DSB
telah mengambil langkah yang tepat untuk mengimplementasikan rekomendasi dan hukum
DSB. Namun, Amerika Serikat menganggap Indonesia gagal memenuhi kesepakatan.
Beberapa poin perubahan kebijakan perdagangan juga telah dilakukan oleh pemerintah,
seperti tidak mengatur pembatasan waktu pengajuan permohonan ijin impor yang
berkaitan dengan persyaratan masa panen.
Keputusan itu juga sudah disampaikan secara detail kepada WTO. Adapun dua Permentan
baru yang mengubah aturan sebelumnya yakni, Permentan Nomor 23 Tahun 2018 tentang
perubahan atas Permentan Nomor 34 Tahun 2016 tentang pemasukan karkas, daging, jeroan,
dan/atau olahannya ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Kedua, Permentan Nomor
24 Tahun 2018 tentang perubahan atas Permentan Nomor 38 Tahun 2017 tentang Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura (RIPH) (World Trade Organization, 2018). Setelah itu semua,
Indonesia melancarkan implementasinya guna menaati kesepakatan bersama, antara Amerika
Serikat dan WTO. Hingga pada saat pertemuan pada tahun 2019 Indonesia dengan Amerika
Serikat membahas hal ini dengan Rifial Febrianto Alit, Penyelesaian Sengketa Perdagangan
Sapi Impor (Studi Kasus: Amerika Serikat dan Indonesia Tahun 2012 – 2019) masih melihat
bahwasannya Indonesia harus tetap melaksanakan Implementasinya. Dengan dilanjutkan pada
pembukan keran impor kembali dengan Amerika Serikat.
3. Penyelesaian Sengketa Perdagangan
Terdapat beberapa cara penyelesaian sengketa perdagangan;
 Negosiasi yaitu cara untuk penyelesaian masalah melalui diskusi (musyawarah) secara langsung
antara pihak-pihak yang bersengketa yang hasilnya diterima oleh para pihak tersebut. Jadi,
negosiasi tampak sebagai suatu seni untuk mencapai kesepakatan dan bukan ilmu pengetahuan
yang dapat dipelajari. Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 alasan, yaitu :
1) untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi
jual beli, pihak penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini
tidak terjadi sengketa; dan
2) untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul diantara para pihak.
 Mediasi, yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga netral, yang tidak
memiliki kewenangan mengambil keputusan, yang membantu pihak-pihak yang bersengketa
mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak. Jika dicermati pengaturan
tentang mediasi berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 sangat kurang memadai, sehingga memicu
dikeluarkannya peraturan terkait seperti Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan, yang memberikan pengertian mengenai tahap pramediasi, proses
mediasi, serta tempat dan biaya mediasi.
 Konsiliasi
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah melibatkan pihak ketiga
untuk menyelesaikan sengketanya secara damai. Konsiliasi dan mediasi sulit untuk dibedakan.
Istilahnya acap kali digunakan dengan bergantian. Konsiliasi bisa juga diselesaikan oleh
seorang individu atau suatu badan yang disebut dengan badan atau komisi konsiliasi. Komisi
konsiliasi bisa yang sudah terlembaga atau ad hoc (sementara) yang berfungsi untuk
menetapkan persyaratanpersyaratan penyelesaian yang diterima oleh para pihak. Namun,
putusannyatidaklah mengikat para pihak. Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri
dari dua tahap yaitu tahap tertulis dan tahap lisan. Pertama, sengketa (yang diuraikan secara
tertulis) diserahkan kepada badan konsiliasi. Kemudian, badan ini akan mendengarkan
keterangan lisan dari para pihak. Para pihak dapat hadir pada tahap pendengaran tersebut,
tetapi bisa juga diwakili oleh kuasanya. Berdasarkan faktafakta yang diperolehnya, konsiliator
atau badan konsiliasi akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan
kesimpulan dan usulan-usulan penyelesaian sengketanya. Sekali lagi, usulan ini sifatnya
tidaklah mengikat.
Oleh karena itu, diterima tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada para pihak.
Contoh komisi konsiliasi yang terlembaga adalah badan yang dibentuk oleh Bank Dunia untuk
menyelesaikan sengketa-sengketa penanaman modal asing, yaitu the ICSID Rules of
Procedure for Conciliation Proceedings (Conciliation Rules) Namun dalam praktiknya,
penggunaan cara ini kurang populer. Sejak berdiri (1966), badan konsiliasi ICSID hanya
menerima dua kasus. Kasus pertama diterima pada 5 Oktober 1982. (Jadi selama 16 tahun
kosong). Namun, sebelum badan konsiliasi terbentuk, para pihak sepakat mengakhiri
persengketaannya.
 Arbitrase, merupakan cara penyelesaian sengketa di luar peradilan, berdasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh arbiter yang dipilih
dan diberi kewenangan mengambil keputusan. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
BAB III
PENUTUP
 

A. KESIMPULAN
 Sengketa Perdagangan adalah sengketa yang ruang lingkupnya adalah hukum perdagangan,
yang dimaksud dengan “ruang lingkup hukum perdagangan” adalah kegiatan – kegiatan
dibidang perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan Hak Kekayaan
Intelektual. Penyelesaian sengketa perdagangan diatur didalam UU No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Penyelesaian Sengketa Perdagangan
dapat ditempuh melalui beberapa metode atau cara yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
arbitrase.
B. SARAN
 Segala jenis sengketa terkhusus sengketa perdagangan pasti memiliki jalan keluar yang
dapat mendamaikan para pihak. Dengan begitu kami memberi saran sekiranya para pihak
yang bersengketa dapat memiliki penyelesian sengketanya dengan ujung berdamai agar
setiap pihak tidak merasa dirugikan. Dengan disediakannya beberapa alternative
penyelesaian seharusnya pihak yang bersengketa dapat memilih cara penyelesaiannya
dengan bijak agar tidak timbul kembali sengketa yang sama.
C. Daftar Pustaka
 Kresna Konsultan (Konsultasi) Skripsi Yogyakarta: Pengertian Sengketa Perdagangan (
skripsi dan tesis) (skripsi-konsultasi.blogspot.com)
 Rifial Febrianto Alit, Penyelesaian Sengketa Perdagangan Sapi Impor (Studi Kasus:
Amerika Serikat dan Indonesia Tahun 2012 – 2019)
 Sengketa Dagang Produk Holtikultura, AS Tuntut Ganti Rugi 350 Juta Dolar ke
Indonesia - Tribunnews.com

Anda mungkin juga menyukai