Anda di halaman 1dari 2

Sengketa Dagang Rokok Kretek Indonesia Dengan

Amerika Serikat

Pada sekitar tahun 2009 lalu Indonesia dengan AS tengah mengalami sengketa
perdagangan rokok kretek. Hal ini berawal dari kekhawatiran AS terkait perdagangan
rokok kretek Indonesia di AS yang dinilai membahayakan bagi sejumlah produsen
rokok putih di AS. Kekhawatiran ini menjadikan AS menerapkan sebuah aturan anti
rokok kretek, AS melarang penjualan rokok kretek di AS sendiri. Mengapa AS begitu
khawatir akan rokok kretek Indonesia? Karena ternyata nilai ekspor kretek Indonesia ke
AS terus mengalami  peningkatan selama lima tahun sejak sekitar tahun 2005 hingga
2010. Hal ini berarti bahwa rokok kretek Indonesia memiliki banyak peminat namun
karena keberadaannya yang dapat mengancam rokok putih di AS maka mereka
berupaya untuk mencegah arus ekspor rokok kretek yang semakin meningkat tiap
tahunnya. AS takut apabila nanti Indonesia dapat menguasai pasar rokok mereka. AS
menerapkan undang Ð undang yang melarang produksi dan memperdagangkan rokok
non mentol (termasuk kretek) sejak Juni 2009. Sejak penerapan undang -undang
tersebut Indonesia merasa keberatan karena hal tersebut berpotensi mendiskriminasi
rokok kretek dari Indonesia dan memberi keuntungan yang tidak adil bagi rokok mentol.
Pada Aprill 2010 lalu, Indonesia mengadukan kebijakan AS tersebut ke Disputte
Settlement Body di WTO. Kemudian kedua pihak menjalankan serangkaian konsultasi
dan proses  pemeriksaan. WTO menyatakan bahwa AS bersalah karena
memberlakukan kebijakan diskriminatif yang dapat merugikan Indonesia. Namun
setelah diajukan ke WTO, AS tidak melakukan penyesuaian kebijakan sesuai dengan
hasil putusan dari WTO karena menurut  pihak AS hal itu hanyalah berupa himabuan
kampanye bahaya rokok non mentol dan tidak melarang penjualannya di pasar AS.
 Kemudian pada tahun 2013 Indonesia meminta otorisasi kepada arbitrase WTO untuk
melakukan retaliasi kepada AS. Dengan nilai retaliasi yang dicarikan otorisasi yaitu
sekitar 55 juta dollar AS. Retaliasi adalah tindakan pembalasan dibidang
perdagangan antar negara dlam kerangka WTO yang dilakukan oleh suatu negara
sebagai akibat dari tidak tercapainya suatu kesepakatan dalam proses
penyelesaian sengketa. Jadi, retaliasi merupkana upaya akhir dalam suatu
penyelesaian sengketa.

 Dalam pengajuan kasus tersebut ke DSB WTO, Indonesia menggunakan


peraturan Technical Barries to Trade Agreement atau TBT agreement. TBT agreement
ini merupakan salah satu perjanjian yang termasuk dalam covered agreement s. TBT
agreement adalah dimana suatu negara yang memutuskan untuk menjadi anggota
WTO, maka negara yang  bersangkutan otomatis terkait kepada perjanjian-perjanjian
yang ada dalam covered agreementstersebut. TBT agreement mengakui hak setiap
negara untuk membuat regulasi teknis untuk melindungi kepentingan negara tersebut.
Namun kebijakan AS dinilai tidak konsisten dengan pasal dlam perjanjian TBT karena
pelarangan rokok ini hanya berimplikasi kepada rokok kretek Indonesia saja dan tidak
melarang produksi dan penjualan rokok menthol sebgai produk yang sama. Dan dalam
hal ini WTO memenangkan Indonesia secara  penuh.

Anda mungkin juga menyukai