net/publication/357619711
CITATIONS READS
0 883
1 author:
Allifia Nurulmahmuda
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Allifia Nurulmahmuda on 06 January 2022.
DENGAN BRAZIL
Allifia Nurulmahmuda
20190610407
Pengadilan Internasional/ D
BAB I
I. PENDAHULUAN
Setiap negara pasti memiliki ciri dan karakter yang berbeda dengan negara-negara
lain, dilihat dari segi sumber daya alam atau dilihat dari segi sumber daya manusia. Dalam
perbedaan pada produk yang dihasilkan bisa itu dari sisi kualitasnya ataupun kuantitas
produk tersebut. Adapun dari segi biaya juga dapat menjadi perbedaan dalam proses
produksi negara satu dengan negara yang lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk
setiap kegiatannya, dimana diawali dengan terbentuknya General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) pada tahun 1947 dan mulai diberlakukan pada tahun 1948. Dibentuknya
GATT dengan bertujuan untuk memberikan jaminan berupa adanya kepastian dari segala
aturan hukum yang ada didalam suatu perdagangan internasional bagi seluruh masyarakat
1
dengan bisnis internasional dan juga memiliki tujuan untuk terciptanya liberalisasi dalam
perdagangan yang berkelanjutan. GATT memiliki fungsi utama yaitu menjadi forum
negosiasi, forum penyelesaian sengketa, dan juga berfungsi sebagai peraturan perdagangan
dibentuklah suatu organisasi perdagangan dunia yaitu World Trade Organization (WTO)
sebagai wadah perundingan perdagangan antar negara. GATT yang berperan sebagai
Legal Framework, oleh WTO dioperasikan dengan sebagai instrumen yang digunakan
untuk melancarkan proses terjadinya perdagangan internasional bagi para negara anggota
WTO.2
kebijakan yang menyebabkan terjadinya sengketa dengan negara lain. Kebijakan tersebut
kerjasama impor daging ayam yang berasal dari Brazil. Pada tahun 2009, Indonesia terjerat
masalah sengketa impor daging ayam dengan brazil, dimana Indonesia menutup akses
pasar Brazil ke Indonesia. Hal itu berdampak sangat buruk bagi Brazil dimana saat tidak
bisa melakukan eskpor daging ayam dari negaranya masuk ke Indonesia, Brazil mengalami
kerugian yang sangat besar. Dari kebijakan impor daging ayam di Indonesia ini, Brasil
melakukan beberapa penuntutan bahwa Indonesia diduga sudah melakukan suatu bentuk
proteksi dalam perdagangan yang mana hal tersebut dianggap melanggar banyak aturan
2
Trade, Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures, Agreement on Agriculture,
Procedures.3
Dispute Settlement Body (DSB) yang mana merupakan salah satu bentuk badan
penyelesaian sengketa WTO. Pada akhirnya, sengketa ini dimenangkan oleh Brazil dimana
yang mana dugaan tersebut tidak sesuai dengan berbagai aturan yang ada pada WTO. Oleh
karena itu, menurut keputusan final report pada 7 Oktober 2017 sengketa ini dimenangkan
1) Bagaimana latar belakang terjadinya sengketa impor daging ayam antara Indonesia
dengan Brazil?
2) Bagaimana penyelesaian sengketa impor daging ayam antara Indonesia dengan Brazil?
BAB II
PEMBAHASAN
Brazil
3
Siska Amelia F Deil, Brasil Adukan RI ke WTO, Liputan6, diakses pada 18 Desember 2021 pukul 15:25
WIB dari URL; https://m.liputan6.com/bisnis/read/2120434/brasil-adukan-ri-ke-wto-soal-impor-daging.
3
Pada tahun 2009, dalam kegiatan perdagangan Internasional Indonesia sempat
terlibat konflik dengan Brazil. Konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Brazil adalah
Konflik mengenai ekspor daging ayam yang terjadi antara Brazil kepada Indonesia. Hal
yang menjadi penyebab utama konflik ekspor daging ayam dari Brazil ke Indonesia dimulai
sejak terdapat dugaan bahwa Indonesia melakukan kebijakan baru, yaitu melarang adanya
kegiatan perdagangan ekspor impor ayam antara Brazil dan Indonesia, dimana hal utama
Dalam permasalahan yang terjadi ini, Indonesia menyatakan bahwa tidak berniat
untuk menghalangi atau memberikan batasan dalam proses kegiatan perdagangan impor
daging ayam yang berasal dari Brazil tersebut. Indonesia sendiri memiliki alasan mengapa
menerapkan kebijakan tersebut, alasan yang utama adalah Indonesia hanya ingin
memastikan bahwa daging ayam yang masuk dari Brazil ke Indonesia tersebut memenuhi
standar konsumsi yang telah ditetapkan yaitu Baik, Aman, dan pastinya Halal untuk
dikonsumsi.
yang masuk dari Brazil ke Indonesia tersebut aman dan layak untuk dikonsumsi dan
terjamin setiap mutu dan kualitasdari daging ayamnya dengan memenuhi standar yang telah
Dibuatnya suatu ketetapan dalam peraturan di Indonesia bahwa ayam yang akan
diimpor ke Indonesia diharuskan dalam kondisi masih hidup yang kemudian juga harus
dipotong di Indonesia. Diharuskan dalam keadaan masih hidup dan dipotong setelah berada
4
di Indonesia, karena Indonesia memiliki standar tertentu dalam cara pemotongan ayam
yaitu seperti dengan cara yang manual yang dilalukan oleh seseorang yang ahli atau juru
sembelih yang dengan cara pemotongannya dapat membuat daging ayam tersebut
Namun, Brazil memiliki anggapan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Indonesia
tersebut malah menghambat proses ekspor ayamnya untuk masuk ke Indonesia. Brazil juga
yang telah ditetapkan oleh WTO tentang Perdagangan Bebas. Karena merasa dirugikan atas
dihambatnya proses ekspor impor daging ayam, Brazil mengajukan gugatan kepada WTO
atas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Indonesia. Pada 16 Oktober 2014, Brazil
menggugat dengan alasan daging ayamnya tidak diizinkan untuk masuk ke dalam pasar
perdagangan Indonesia.4
memastikan kualitas daging ayam tersebut dalam segi keamanan dan juga kesehatan serta
jelas kehalalannya untuk dikonsumsi yang menjadi penyebab terhentinya kegiatan impor
daging ayam dari Brazil masuk ke Indonesia. Menurut kementerian perdagangan, Indonesia
dianggap sesuai dengan ketentuan Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) yang
4
Yordan Gunawan, Verocha Jayustin Sastra, Adyatma Tsany Prakosa, Mutia Ovitasari, Lathifah Yuli
Kurniasih, 2020, “The Validity of Turkey-Libya’s Agreement on Maritime Boundaries in International Law”,
Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 9 No. 2, hlm. 170-185.
5
menyatakan hanya membuat suatu ketentuan yaitu sertifikasi kesehatan dan halal pada
impor daging ayam yang berasal dari Brazil masuk ke Indonesia yang dalam hal ini Brazil
merasa adanya upaya proteksi dalam perdagangan ekspor impor. Hal-hal tersebut telah
2.Larangan Impor berupa potongan daging ayam ataupun daging ayam yang
sanitasi.
ketentuan yang telah dtetapkan oleh WTO tersebut, dengan beberapa klaim hukum
yaitu:6
5
Fadhil Arkaan Katili, Karen Yohana, Natalia Yeti Puspita , 2021, “World Trade Organization: Penyelesaian
Sengketa Dagang Impor Ayam (Brazil V. Indonesia)”, Jurnal Cakrawala Hukum Vol. 23.
6
a. Klaim yang berkaitan dengan adanya tindakan perbatasan sehingga menghasilkan
melakukan suatu larangan umum kepada produk Brazil dengan adanya daftar
produk yang bisa dimpor dimana tidak sesuai dengan artikel XI GATT 1994 dan
Artikel XX (d) GATT 1994. Hal ini melanggar Pasal XI: 1 GATT 1994 dan juga
impor Indonesia juga termasuk dari rezim lisensi non otomatis yang administrasi
perbedaan kebijakan dari Indonesia terhadap Brazil, membuat Brazil tidak memiliki
distribusi paling penting di negaranya. Ekspor daging ayam dari Brazil ke Indonesia
yang seharusnya akan digunakan dibeberapa tempat makan di Jakarta tidak bisa
disalurkan ke pasar perdagangan yang lain seperti hotel, restoran bahkan pasar
tradisional sekalipun. Karena hal itu Indonesia diklaim melanggar syarat yang telah
ditentukan karena mempunyai dampak yang berbeda yang juga melanggar kedua
6
Yordan Gunawan, 2021, Introduction to Indonesian Legal System, Yogyakarta, UMY Press, hlm.79.
7
c. Klaim yang berkaitan dengan adanya Hambatan Sanitasi. Didalam terjadinya
permasalahan sengketa impor ini, tidak adanya respon yang jelas setelah proposal
tujuh tahun pertama yang merupakan bukti yang cukup jelas bahwa pihak yang
memiliki wewenang dari Indonesia telah menunda prosedur secara tidak adil guna
yang akan memiliki kemungkinan untuk melakukan suatu ekspor produk Brazil.
Tidak adanya respon dan jawaban dari pihak yang berwenang Indonesia, Indonesia
dianggap telah melanggar salah satu Lampiran yaitu C (1) (a) dari Perjanjian SPS.
Permasalahan sengketa impor ini diselesaikan dengan melalui WTO sebagai Badan
Penyelesaian Sengketa, dimana sengketa ini diselesaikan dengan melalui berbagai cara
yang diantaranya:
Konsultasi
Panel
Apellate Body
mengenai kesehatan dan keamanan pangan dan juga beserta uji kehalalannya terhadap
seluruh produk yang masuk ke Indonesia. Adanya syarat suatu produk harus dengan
kategori halal juga harus sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh Indonesia yaitu
Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mentaur tentang penyembelihan halal pada unggas.
8
Untuk memenuhi standar tersebut, dalam setiap proses pemotongan ayam
diharuskan untuk dipotong oleh juru sembelih dengan dilakukan secara manual satu
persatu. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku apabila para negara pengirim (Eskpor) mau dan
bisa memenuhi syarat-syarat teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
tersebut. Jika mampu memenuhi syarat-syarat ketentuan yang telah ditetapkan Indonesia
tidak bisa melarang lagi praktek impor ayam atau produk daging olahannya.
Dalam permasalahan sengketa impor ini, dari pihak Brazil mengklaim bahwa
Indonesia telah mengambil keputusan dan langkah yang keliru, dimana Indonesia dianggap
seperti menutup peluang perdagangan ekspor dagingnya untuk masuk ke pasar perdagangan
Indonesia dengan telah menetapkan suatu langkah yang dianggap Diskriminatif Pelabelan
Halal atau Halal Labelling. Karena hal itu, pihak Brazil menganggap bahwa ketentuan yang
ditetapkan oleh Indonesia telah melanggar aturan dan ketentuan yang telah diatur didalam
Dalam permasalahan sengketa impor daging ayam yang terjadi antara Indonesia
dengan Brazil ini, pihak Brazil menuntut pihak Indonesia karena dianggap melakukan
proteksi perdagangan dengan melarang masuknya produk daing ayam dari Brazil ke
Indonesia, yang mengakibatkan pihak Brazil mengalami kerugian yang sangat besar karena
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh WTO. Belum lagi, sebelumnya
9
tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau
seluruh ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati di WTO, sebagai bentuk patuh
terhadap hasil dari kesepakatan yang didapat saat dirundingkan didalam forum WTO.
Terdapat judul artikel yaitu Nontariff Barriers to Trade yang menjelaskan bahwa
apabila terdapat hambatan non tarif termasuk juga mengenai regulasi tentang sertifikasi
hambatan tersebut mempunyai peluang lebih besar untuk kalah dalam permasalahan
Dalam kasus persengketaan ini, penyelesaian yang ditempuh oleh Indonesia dan
Brazil adalah dengan melalui badan penyelesaian sengketa WTO yaitu Dispute Settlement
pengurangan hak serta kewajiban dari pihak-pihak negara yang terdaftar dalam perjanjian,
termasuk juga yang terdapat didalam daftar, sebagai perjanjian yang bisa diusulkan dengan
7
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
8
Ringkang Gumiwang, 2019,“Impor daging ayam kekalahan indonesia di WTO dan polemik impor daging
ayam”, Tirto, diakses pada 29 Desember 2021 pukul 10:15 WIB dari https://tirto.id/ef9v .
10
1. Konsultasi
3. Proses Panel
yang diperbolehkan untuk dilakukan ketika para negara anggota tidak berhasil
Pada akhir hasil dari proses penyelesaian sengketa impor daging ayam yang terjadi
antara Indonesia dengan Brazil ini menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia,
Indonesia memenangkan tiga (3) ketentuan karena menganggap Brazil tidak dapat
yaitu:
11
Tetapi , Brazil tetap memenangkan beberapa ketentuan karena dianggap tidak selaras
bersepakat dengan Brazil dengan tidak mengajukan banding. Karena tidak dilakukan
banding, maka Indonesia diwajibkan untuk menerapkan putusan final Panel WTO dan
disesuaikan apa yang akan dilakukan dengan adanya perubahan serta penyederhanaan
seperti yang tertera didalam Peraturan Menteri Pertanian No. 34 Tahun 2016.10 Oleh karena
itu, dalam akhir negosiasi Brazil menerima permintaan Indonesia dan menyepakati untuk
tidak lagi melakukan impor daging ayam ke Indonesia yang disebabkan oleh Indonesia
telah mengalami terlalu banyak produksi. Indonesia tetap memberikan kesempatan kepada
brazil dengan memberikan penawaran yaitu untuk bisa mengekspor daging sapi dari Brazil
ke Indonesia yang diseratai dengan berbagai kerjasama lainnya yang juga dapat
BAB III
9
Kurniasih Budi, 2018, “Indonesia Tidak Akan Impor Daging Ayam Brasil”, Kompas.com, diakses pada 29
Desember 2021 pukul 11:50 WIB dari (https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/09/133921826/indonesia-
tidak-akan-impor-daging-ayam-dari-brasil) .
10
Lidya Yuniarta, 2018, “Kemtan Tegaskan Tidak Akan Mengimpor Daging Ayam dari Brasil”, Kontan.co.id,
Diakses pada 29 Desember 2021 pukul 12:10 WIB dari URL: https://m.kontan.co.id/news/kemtan-tegaskan-
tidak-akan-mengimpor-daging-ayam-dari-brasil.
12
PENUTUP
1. Kesimpulan
Brazil disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan baru dari Indonesia yaitu menghentikan
semua akses masuk impor daging ayam dari Brazil dari tahun 2009 yang mengakibatkan
pihak Brazil mendapati begitu banyak kerugian. Brazil memberikan tuntutan kepada
menurut DSU yang diputuskan pada 7 Oktober 2017 dalam keputusan final report yang
akhirnya dimenangkan oleh Brazil. Indonesia dan Brazil juga membentuk kesepakatan
untuk tidak mengajukan banding. Tidak hanya itu, Brazil diberikan penawaran lain berupa
kerjasama ekspor daging sapi ke Indonesia beserta kerjasama lainnya yang memberikan
2. Saran
suatu kebijakan baru serta mematuhi dan menepati kesepakatan dengan badan
pemerintahan lain sangat penting, terutama terhadap suatu kebijakan yang berhubungan
dengan kerjasama dengan negara-negara lain. Pentingnya mematuhi suatu ketetapan yang
13
telah dibentuk secara bersama terutama yang bersifat Internasional sangat mempengaruhi
berjalannya kerjasama Internasional antara Indonesia dengan negara lain, agar tidak terjadi
bisa tetap melakukan kerjasama dengan baik dan damai dengan negara lain dengan tetap
sesuai dengan kebijakan yang telah disepakati baik secara internasional maupun nasional
DAFTAR PUSTAKA
Hukum.
Siswanto, Ari. 2021. Isu Kesehatan Salam Sengketa Impor Daging Ayam Antara
Luh Made J D, I Gede Putra A. Penyelesaian Sengketa Impor Daging Ayam Antara Brazil
Impor Daging Ayam Antara Indonesia dan Brazil di WTO). Jurnal Lex Privatum
14
Fairuzzaman, Fahmi. 2018. Dampak Penerapam Agreement On Application Of Sanitary
Muhammad, Taufik Hadris and Dwi, Astuti Palupi and Deswita, Rosra. 2020. Analisis
Yuridis Tentang Sengketa Impor Daging Ayam Antara Brazil dan Indonesia Tahun
2014 Melalui Dispute Settlement Body (DSB) World Trade Organization (WTO).
Kasus Indonesia dan Brazil 2014). Abstrak, Diploma Thesis, Universitas Andalas.
Konoras, Dr. Abdurrahman. 2017. Jaminan Produk Halal di Indonesia Perspektif Hukum
M. Arafat, Anisa Budi. 2020. Dampak Penghapusan Kewajiban Label Halal Pada
Kebijakan Sertifkat Halal LPPOM MUI Yogyakarta. Jurnal At Thullab UII Vol. 2,
15
Suherman, Ade M. 2012. Dispputte Settlement Body-WTO Dalam Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional. Jurnal Hukum dan Pembangunan Vol. 42, No. 1 Hlm
3-6.
Octaviani, Sandra Nur. 2018. Politik sengketa Restriksi Daging Ayam Impor Brazil di
Hadad, Ahmad Farhan. 2020. Barrier to Entry dalam Kebijakan Undang-Undang Nomor
Settlement Body Nomor 484 Tentang Kasus Impor Daging Ayam dan Olahan
Studi Penerapan Less Trade Restrictive Way dalam WTO. Jurnal Vol. 6, No. 4.
Gunawan Y, Sastra VJ, Prakosa AT, Ovitasari M, Kurniasih LY, 2020, “The Validity of
Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
16
Gunawan Y, 2021, Introduction to Indonesian Legal System, Yogyakarta: UMY Press. Hlm
79.
Media Internet:
https://m.liputan6.com/bisnis/read/2120434/brasil-adukan-ri-ke-wto-soal-impor
Ringkang Gumiwang. 2019. Impor daging ayam kekalahan indonesia di WTO dan polemic
Kurniasih Budi, 2018, “Indonesia Tidak Akan Impor Daging Ayam Brasil”, Kompas.com,
(https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/09/133921826/indonesia-tidak-akan-
WIB.
Lidya Yuniarta, 2018, “Kemtan Tegaskan Tidak Akan Mengimpor Daging Ayam dari
12:10 WIB.
17
Allifia Nurulmahmuda 20190610407
ORIGINALITY REPORT
18 %
SIMILARITY INDEX
18%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
13%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1
ojs.unud.ac.id
Internet Source 7%
2
Submitted to Sriwijaya University
Student Paper 4%
3
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source 1%
4
tirto.id
Internet Source 1%
5
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
6
docplayer.info
Internet Source 1%
7
www.ppm.ejournal.id
Internet Source 1%
8
Submitted to Padjadjaran University
Student Paper 1%
9
ejournal.undip.ac.id
Internet Source 1%
View publication stats
10
journal.uinjkt.ac.id
Internet Source 1%