Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357619711

PENYELESAIAN SENGKETA IMPOR DAGING AYAM ANTARA INDONESIA


DENGAN BRAZIL

Article · January 2022

CITATIONS READS

0 883

1 author:

Allifia Nurulmahmuda
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Allifia Nurulmahmuda on 06 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENYELESAIAN SENGKETA IMPOR DAGING AYAM ANTARA INDONESIA

DENGAN BRAZIL

Allifia Nurulmahmuda

20190610407

Pengadilan Internasional/ D

BAB I

I. PENDAHULUAN

Setiap negara pasti memiliki ciri dan karakter yang berbeda dengan negara-negara

lain, dilihat dari segi sumber daya alam atau dilihat dari segi sumber daya manusia. Dalam

setiap kegiatan perdagangan internasional, proses produksi setiap negara nemiliki

perbedaan pada produk yang dihasilkan bisa itu dari sisi kualitasnya ataupun kuantitas

produk tersebut. Adapun dari segi biaya juga dapat menjadi perbedaan dalam proses

produksi negara satu dengan negara yang lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk

hubungan transaksi internasional melalui perdagangan internasional baik itu berbentuk

barang atau jasa.

Dalam perdagangan internasional juga memiliki kebijakan yang mengatur dalam

setiap kegiatannya, dimana diawali dengan terbentuknya General Agreement on Tariffs and

Trade (GATT) pada tahun 1947 dan mulai diberlakukan pada tahun 1948. Dibentuknya

GATT dengan bertujuan untuk memberikan jaminan berupa adanya kepastian dari segala

aturan hukum yang ada didalam suatu perdagangan internasional bagi seluruh masyarakat

1
dengan bisnis internasional dan juga memiliki tujuan untuk terciptanya liberalisasi dalam

perdagangan yang berkelanjutan. GATT memiliki fungsi utama yaitu menjadi forum

negosiasi, forum penyelesaian sengketa, dan juga berfungsi sebagai peraturan perdagangan

internasional di bidang barang.1 Seiring dengan terjadinya beberapa perkembangan,

dibentuklah suatu organisasi perdagangan dunia yaitu World Trade Organization (WTO)

sebagai wadah perundingan perdagangan antar negara. GATT yang berperan sebagai

Legal Framework, oleh WTO dioperasikan dengan sebagai instrumen yang digunakan

untuk melancarkan proses terjadinya perdagangan internasional bagi para negara anggota

WTO.2

Dalam melakukan kerjasama perdagangan internasional, Indonesia memiliki

kebijakan yang menyebabkan terjadinya sengketa dengan negara lain. Kebijakan tersebut

adalah protecsi sector unggas yang dilakukan dengan memberhentikan berjalannya

kerjasama impor daging ayam yang berasal dari Brazil. Pada tahun 2009, Indonesia terjerat

masalah sengketa impor daging ayam dengan brazil, dimana Indonesia menutup akses

pasar Brazil ke Indonesia. Hal itu berdampak sangat buruk bagi Brazil dimana saat tidak

bisa melakukan eskpor daging ayam dari negaranya masuk ke Indonesia, Brazil mengalami

kerugian yang sangat besar. Dari kebijakan impor daging ayam di Indonesia ini, Brasil

melakukan beberapa penuntutan bahwa Indonesia diduga sudah melakukan suatu bentuk

proteksi dalam perdagangan yang mana hal tersebut dianggap melanggar banyak aturan

menurut WTO, termasuk beberapa dintaranya yaitu Agreement on Technical Barriers to


1
Y. Triyana, 2009, “Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi”, Disertasi, Fakultas Hukum Universitas
Atmajaya, Yogyakarta, hlm 5.
2
Michael Anthony Wirasasmita, 2017, “Pengaturan Pengendalian dan Pengawasan Terhadap
PenjualanMinuman Beralkohol dalam Permendag No. 6 Tahun 2015: Studi Penerapan Less Trade Restrictive
Way dalam WTO”, Vol. 6, No. 4.

2
Trade, Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures, Agreement on Agriculture,

Agreement on Preshipment Inspection, dan the Agreement on import Licensing

Procedures.3

Dalam permasalahan sengketa ini, penyelesaiannya dilakukan dengan melalui

Dispute Settlement Body (DSB) yang mana merupakan salah satu bentuk badan

penyelesaian sengketa WTO. Pada akhirnya, sengketa ini dimenangkan oleh Brazil dimana

mekanisme penyelesaiannya menggunakan aturan-aturan dari Dispute Settlement

Understanding (DSU). Indonesia dianggap melakukan adanya suatu proteksi perdagangan

yang mana dugaan tersebut tidak sesuai dengan berbagai aturan yang ada pada WTO. Oleh

karena itu, menurut keputusan final report pada 7 Oktober 2017 sengketa ini dimenangkan

oleh Brazil dengan beberapa ketentuan yang dimenangkan.

II. RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana latar belakang terjadinya sengketa impor daging ayam antara Indonesia

dengan Brazil?

2) Bagaimana penyelesaian sengketa impor daging ayam antara Indonesia dengan Brazil?

BAB II

PEMBAHASAN

1) Penyebab Terjadinya Sengketa Impor Daging Ayam Antara Indonesia dengan

Brazil

3
Siska Amelia F Deil, Brasil Adukan RI ke WTO, Liputan6, diakses pada 18 Desember 2021 pukul 15:25
WIB dari URL; https://m.liputan6.com/bisnis/read/2120434/brasil-adukan-ri-ke-wto-soal-impor-daging.

3
Pada tahun 2009, dalam kegiatan perdagangan Internasional Indonesia sempat

terlibat konflik dengan Brazil. Konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Brazil adalah

Konflik mengenai ekspor daging ayam yang terjadi antara Brazil kepada Indonesia. Hal

yang menjadi penyebab utama konflik ekspor daging ayam dari Brazil ke Indonesia dimulai

sejak terdapat dugaan bahwa Indonesia melakukan kebijakan baru, yaitu melarang adanya

kegiatan perdagangan ekspor impor ayam antara Brazil dan Indonesia, dimana hal utama

yang dihambat adalah Ekspor ayam dari Brazil ke Indonesia.

Dalam permasalahan yang terjadi ini, Indonesia menyatakan bahwa tidak berniat

untuk menghalangi atau memberikan batasan dalam proses kegiatan perdagangan impor

daging ayam yang berasal dari Brazil tersebut. Indonesia sendiri memiliki alasan mengapa

menerapkan kebijakan tersebut, alasan yang utama adalah Indonesia hanya ingin

memastikan bahwa daging ayam yang masuk dari Brazil ke Indonesia tersebut memenuhi

standar konsumsi yang telah ditetapkan yaitu Baik, Aman, dan pastinya Halal untuk

dikonsumsi.

Pemberlakuan kebijakan tersebut hanya untuk memastikan bahwa daging ayam

yang masuk dari Brazil ke Indonesia tersebut aman dan layak untuk dikonsumsi dan

terjamin setiap mutu dan kualitasdari daging ayamnya dengan memenuhi standar yang telah

ditetapkan di Indonesia, sehingga aman dan baik untuk dikonsumsi.

Dibuatnya suatu ketetapan dalam peraturan di Indonesia bahwa ayam yang akan

diimpor ke Indonesia diharuskan dalam kondisi masih hidup yang kemudian juga harus

dipotong di Indonesia. Diharuskan dalam keadaan masih hidup dan dipotong setelah berada

4
di Indonesia, karena Indonesia memiliki standar tertentu dalam cara pemotongan ayam

yaitu seperti dengan cara yang manual yang dilalukan oleh seseorang yang ahli atau juru

sembelih yang dengan cara pemotongannya dapat membuat daging ayam tersebut

kemudian dalam kategori halal dan aman untuk dikonsumsi.

Namun, Brazil memiliki anggapan bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Indonesia

tersebut malah menghambat proses ekspor ayamnya untuk masuk ke Indonesia. Brazil juga

menganggap bahwa ketentuan yang ditetapkan Indonesia tersebut melanggar ketentuan

yang telah ditetapkan oleh WTO tentang Perdagangan Bebas. Karena merasa dirugikan atas

dihambatnya proses ekspor impor daging ayam, Brazil mengajukan gugatan kepada WTO

atas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Indonesia. Pada 16 Oktober 2014, Brazil

menggugat dengan alasan daging ayamnya tidak diizinkan untuk masuk ke dalam pasar

perdagangan Indonesia.4

Dalam sengketa ini penetapan peraturan oleh Indonesia semata-mata untuk

memastikan kualitas daging ayam tersebut dalam segi keamanan dan juga kesehatan serta

jelas kehalalannya untuk dikonsumsi yang menjadi penyebab terhentinya kegiatan impor

daging ayam dari Brazil masuk ke Indonesia. Menurut kementerian perdagangan, Indonesia

dianggap sesuai dengan ketentuan Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) yang

4
Yordan Gunawan, Verocha Jayustin Sastra, Adyatma Tsany Prakosa, Mutia Ovitasari, Lathifah Yuli
Kurniasih, 2020, “The Validity of Turkey-Libya’s Agreement on Maritime Boundaries in International Law”,
Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 9 No. 2, hlm. 170-185.

5
menyatakan hanya membuat suatu ketentuan yaitu sertifikasi kesehatan dan halal pada

produk yang diimpor masuk untuk dikonsumsi.5

Terdapat beberapa langkah-langkah oleh Indonesia dalam menghentikan kegiatan

impor daging ayam yang berasal dari Brazil masuk ke Indonesia yang dalam hal ini Brazil

merasa adanya upaya proteksi dalam perdagangan ekspor impor. Hal-hal tersebut telah

dijelaskan oleh Report of the Panel WTO, dengan sebagai berikut:

1. Larangan Umum dalam Impor Daging Ayam beserta Produk Ayam.

2.Larangan Impor berupa potongan daging ayam ataupun daging ayam yang

disiapkan atau diawetkan lainnya.

3. Batasan dalam menggunakan produk impor.

4. Prosedur dalam perizinan impor yang Ketat di Indonesia.

5. Penundaan yang tidak seharusnya yang berkaitan dengan persetujuan persyaratan

sanitasi.

6. Adanya batasan terhadap transportasi produk impor.

7. Diterapkannya bentuk diskriminatif dalam syarat pelabelan halal suatu produk.

Berdasarkan beberapa langkah penghentian yang dianggap telah melanggar

ketentuan yang telah dtetapkan oleh WTO tersebut, dengan beberapa klaim hukum

yaitu:6

5
Fadhil Arkaan Katili, Karen Yohana, Natalia Yeti Puspita , 2021, “World Trade Organization: Penyelesaian
Sengketa Dagang Impor Ayam (Brazil V. Indonesia)”, Jurnal Cakrawala Hukum Vol. 23.

6
a. Klaim yang berkaitan dengan adanya tindakan perbatasan sehingga menghasilkan

terjadinya suatu pembatasan dalam perdagangan, dimana Indonesia telah

melakukan suatu larangan umum kepada produk Brazil dengan adanya daftar

produk yang bisa dimpor dimana tidak sesuai dengan artikel XI GATT 1994 dan

Artikel XX (d) GATT 1994. Hal ini melanggar Pasal XI: 1 GATT 1994 dan juga

melanggar Pasal 4.2 Agreement on Agriculture serta adanya peraturan perizinan

impor Indonesia juga termasuk dari rezim lisensi non otomatis yang administrasi

dan penerapannya membuat efek pembatasan dalam perdagangan impor sehinggan

juga melanggar Pasal 3.2 Agreement on Import Licensing Procedures yang

kemudian disebut dengan ILA.

b. Klaim yang berkaitan dengan adanya suatu Perlakuan Diskriminatif. Adanya

perbedaan kebijakan dari Indonesia terhadap Brazil, membuat Brazil tidak memiliki

kesempatan untuk menempuh jalur distribusinya dimana termasuk salah satu

distribusi paling penting di negaranya. Ekspor daging ayam dari Brazil ke Indonesia

yang seharusnya akan digunakan dibeberapa tempat makan di Jakarta tidak bisa

disalurkan ke pasar perdagangan yang lain seperti hotel, restoran bahkan pasar

tradisional sekalipun. Karena hal itu Indonesia diklaim melanggar syarat yang telah

ditentukan karena mempunyai dampak yang berbeda yang juga melanggar kedua

Pasal XI:I dan III:4.

6
Yordan Gunawan, 2021, Introduction to Indonesian Legal System, Yogyakarta, UMY Press, hlm.79.

7
c. Klaim yang berkaitan dengan adanya Hambatan Sanitasi. Didalam terjadinya

permasalahan sengketa impor ini, tidak adanya respon yang jelas setelah proposal

tujuh tahun pertama yang merupakan bukti yang cukup jelas bahwa pihak yang

memiliki wewenang dari Indonesia telah menunda prosedur secara tidak adil guna

memeriksa serta memastikan adanya pemenuhan syarat-syarat mengenai sanitasi

yang akan memiliki kemungkinan untuk melakukan suatu ekspor produk Brazil.

Tidak adanya respon dan jawaban dari pihak yang berwenang Indonesia, Indonesia

dianggap telah melanggar salah satu Lampiran yaitu C (1) (a) dari Perjanjian SPS.

2) Penyelesaian Sengketa Impor Daging Ayam Antara Indonesia dengan Brazil

Permasalahan sengketa impor ini diselesaikan dengan melalui WTO sebagai Badan

Penyelesaian Sengketa, dimana sengketa ini diselesaikan dengan melalui berbagai cara

yang diantaranya:

 Konsultasi

 Panel

 Apellate Body

Indonesia memberikan beberapa syarat dalam semua ketentuan yang ditetapkan

mengenai kesehatan dan keamanan pangan dan juga beserta uji kehalalannya terhadap

seluruh produk yang masuk ke Indonesia. Adanya syarat suatu produk harus dengan

kategori halal juga harus sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh Indonesia yaitu

Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mentaur tentang penyembelihan halal pada unggas.

8
Untuk memenuhi standar tersebut, dalam setiap proses pemotongan ayam

diharuskan untuk dipotong oleh juru sembelih dengan dilakukan secara manual satu

persatu. Tetapi, hal tersebut tidak berlaku apabila para negara pengirim (Eskpor) mau dan

bisa memenuhi syarat-syarat teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia

tersebut. Jika mampu memenuhi syarat-syarat ketentuan yang telah ditetapkan Indonesia

tidak bisa melarang lagi praktek impor ayam atau produk daging olahannya.

Dalam permasalahan sengketa impor ini, dari pihak Brazil mengklaim bahwa

Indonesia telah mengambil keputusan dan langkah yang keliru, dimana Indonesia dianggap

seperti menutup peluang perdagangan ekspor dagingnya untuk masuk ke pasar perdagangan

Indonesia dengan telah menetapkan suatu langkah yang dianggap Diskriminatif Pelabelan

Halal atau Halal Labelling. Karena hal itu, pihak Brazil menganggap bahwa ketentuan yang

ditetapkan oleh Indonesia telah melanggar aturan dan ketentuan yang telah diatur didalam

World Trade Organization Agreement.

Dalam permasalahan sengketa impor daging ayam yang terjadi antara Indonesia

dengan Brazil ini, pihak Brazil menuntut pihak Indonesia karena dianggap melakukan

proteksi perdagangan dengan melarang masuknya produk daing ayam dari Brazil ke

Indonesia, yang mengakibatkan pihak Brazil mengalami kerugian yang sangat besar karena

ditutupnya akses ekspor daging ayamnya ke pasar Indonesia.

Brazil juga beranggapan bahwa Indonesia melakukan suatu penerapan ketentuan

yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh WTO. Belum lagi, sebelumnya

Indonesia telah menyepakati dengan meratifikasi Undang-Undang No 7 Tahun 1994

9
tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau

Agreement on Establishing The World Trade Organization.7

Dengan adanya ratifikasi undang-undang tersebut, Indonesia diwajibkan untuk

melakukan penyelarasan peraturan perundang-undanga nasionalnya menjadi sesuai dengan

seluruh ketentuan yang telah ditetapkan dan disepakati di WTO, sebagai bentuk patuh

terhadap hasil dari kesepakatan yang didapat saat dirundingkan didalam forum WTO.

Terdapat judul artikel yaitu Nontariff Barriers to Trade yang menjelaskan bahwa

apabila terdapat hambatan non tarif termasuk juga mengenai regulasi tentang sertifikasi

digunakan sebagai perlindungan suatu industry domestic, negara yang menggunakan

hambatan tersebut mempunyai peluang lebih besar untuk kalah dalam permasalahan

sengketa di World Trade Organization (WTO).8

Dalam kasus persengketaan ini, penyelesaian yang ditempuh oleh Indonesia dan

Brazil adalah dengan melalui badan penyelesaian sengketa WTO yaitu Dispute Settlement

Body (DSB). Dispute Settlement Body memberikan rumusan serta merekomendasikan

beberapa peraturan, tetapi tidak diperbolehkan untuk memberikan penambahan atau

pengurangan hak serta kewajiban dari pihak-pihak negara yang terdaftar dalam perjanjian,

termasuk juga yang terdapat didalam daftar, sebagai perjanjian yang bisa diusulkan dengan

memakai mekanisme penyelesaian sengketa yang tertulis didalam Pasal 3 Dispute

Settlement Understanding (DSU) yang terdiri dri beberapa tahap, yaitu:

7
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
8
Ringkang Gumiwang, 2019,“Impor daging ayam kekalahan indonesia di WTO dan polemik impor daging
ayam”, Tirto, diakses pada 29 Desember 2021 pukul 10:15 WIB dari https://tirto.id/ef9v .

10
1. Konsultasi

2. Penyelesaian sengketa dengan berdasarkan Pasal XXIII (Panel)

3. Proses Panel

4. Hasil keputusan World Trade Organization (WTO)

5. Dengan mellalui tahap Appelatte Body untuk naik banding

6. Implementasi dari hasil keputusan

7. Serta, Retaliasi sebagai bagian dari akhir mekanisme penyelesaian sengketa

yang diperbolehkan untuk dilakukan ketika para negara anggota tidak berhasil

mencapai kesepakatan dalam mendapatkan kompensasi. Mekanisme terakhir ini

sebagai bentuk dari pelaksanaan keputusan.

Pada akhir hasil dari proses penyelesaian sengketa impor daging ayam yang terjadi

antara Indonesia dengan Brazil ini menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia,

Indonesia memenangkan tiga (3) ketentuan karena menganggap Brazil tidak dapat

membuktikan bahwa ketentuan yang ditetapkan bertentangan dengan perjanjian WTO,

yaitu:

- Diskriminasi Halal Labelling.

- Persyaratan pengangkutan Langsung.

- Pelarangan umum dalam proses impor daging dan produk ayam.

11
Tetapi , Brazil tetap memenangkan beberapa ketentuan karena dianggap tidak selaras

dengan perjanjian WTO, yaitu:9

- Positif List atau daftar produk yang dapat di impor

- Itendeduse atau syarat penggunaan produk impor

- Prosedur dalam memberikan izin impor

- Unduedelay atau menunda proses persetujuan sertifikat kesehatan veteriner

Berdasarkan dengan keputusan yang memenangkan Brazil di WTO, Indonesia

bersepakat dengan Brazil dengan tidak mengajukan banding. Karena tidak dilakukan

banding, maka Indonesia diwajibkan untuk menerapkan putusan final Panel WTO dan

disesuaikan apa yang akan dilakukan dengan adanya perubahan serta penyederhanaan

seperti yang tertera didalam Peraturan Menteri Pertanian No. 34 Tahun 2016.10 Oleh karena

itu, dalam akhir negosiasi Brazil menerima permintaan Indonesia dan menyepakati untuk

tidak lagi melakukan impor daging ayam ke Indonesia yang disebabkan oleh Indonesia

telah mengalami terlalu banyak produksi. Indonesia tetap memberikan kesempatan kepada

brazil dengan memberikan penawaran yaitu untuk bisa mengekspor daging sapi dari Brazil

ke Indonesia yang diseratai dengan berbagai kerjasama lainnya yang juga dapat

memberikan keuntungan/laba bagi kedua negara yang bersangkutan.

BAB III

9
Kurniasih Budi, 2018, “Indonesia Tidak Akan Impor Daging Ayam Brasil”, Kompas.com, diakses pada 29
Desember 2021 pukul 11:50 WIB dari (https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/09/133921826/indonesia-
tidak-akan-impor-daging-ayam-dari-brasil) .
10
Lidya Yuniarta, 2018, “Kemtan Tegaskan Tidak Akan Mengimpor Daging Ayam dari Brasil”, Kontan.co.id,
Diakses pada 29 Desember 2021 pukul 12:10 WIB dari URL: https://m.kontan.co.id/news/kemtan-tegaskan-
tidak-akan-mengimpor-daging-ayam-dari-brasil.

12
PENUTUP

1. Kesimpulan

Terjadinya permasalahan sengketa impor daging ayam antara Indonesia dengan

Brazil disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan baru dari Indonesia yaitu menghentikan

semua akses masuk impor daging ayam dari Brazil dari tahun 2009 yang mengakibatkan

pihak Brazil mendapati begitu banyak kerugian. Brazil memberikan tuntutan kepada

Indonesia karena dianggap melakukan proteksi perdagangan dengan melanggar beberapa

aturan yang telah ditetapkan oleh WTO.

Dalam menangani permasalahan tersebut, cara penyelesaian yang ditempuh adalah

sengketa impor daging ayam Indonesia-Brazil diselesaikan dengan melalui Dispute

Settlement Body (DSB) WTO, yang penetapannya dengan menggunakan peraturan

menurut DSU yang diputuskan pada 7 Oktober 2017 dalam keputusan final report yang

akhirnya dimenangkan oleh Brazil. Indonesia dan Brazil juga membentuk kesepakatan

untuk tidak mengajukan banding. Tidak hanya itu, Brazil diberikan penawaran lain berupa

kerjasama ekspor daging sapi ke Indonesia beserta kerjasama lainnya yang memberikan

keuntungan bagi semua pihak.

2. Saran

Perlunya kejelasan serta kedisiplinan pada pemerintah Indonesia untuk menetapkan

suatu kebijakan baru serta mematuhi dan menepati kesepakatan dengan badan

pemerintahan lain sangat penting, terutama terhadap suatu kebijakan yang berhubungan

dengan kerjasama dengan negara-negara lain. Pentingnya mematuhi suatu ketetapan yang

13
telah dibentuk secara bersama terutama yang bersifat Internasional sangat mempengaruhi

berjalannya kerjasama Internasional antara Indonesia dengan negara lain, agar tidak terjadi

pula permasalahan-permasalahan sengketa perdagangan maupun lainnya. Dan Indonesia

bisa tetap melakukan kerjasama dengan baik dan damai dengan negara lain dengan tetap

sesuai dengan kebijakan yang telah disepakati baik secara internasional maupun nasional

tanpa memberatkan pihak negara manapun.

DAFTAR PUSTAKA

Media Jurnal dan Buku:

Fadhil Arkaan K, Karen Y, Natalia Y P. 2021. World Trade Organization: Penyelesaian

Sengketa Dagang Impor Ayam (Brazil V. Indonesia). Jurnal Cakrawala

Hukum.

Siswanto, Ari. 2021. Isu Kesehatan Salam Sengketa Impor Daging Ayam Antara

Indonesia-Brazil di WTO. Jurnal Arena Hukum Vol. 14.

Luh Made J D, I Gede Putra A. Penyelesaian Sengketa Impor Daging Ayam Antara Brazil

dengan Indonesia Melalui Disputte Settlement Body World Trade Organization.

Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Runtuwarow, Marcellino. 2020. Pemberlakuan Asas National Treatment Dalam Hukum

Ekonomi Internasional dan Implikasinya Bagi Kedaulatan Indonesia (Studi Kasus

Impor Daging Ayam Antara Indonesia dan Brazil di WTO). Jurnal Lex Privatum

Vol. 8, No. 3 Hlm 46-50.

14
Fairuzzaman, Fahmi. 2018. Dampak Penerapam Agreement On Application Of Sanitary

and Phsytosanitary Measures Terhadap Perdagangan di Indonesia. Jurnal Lex

Renaissance Vol. 3, No.2 Hlm 322-326.

Y. Triyana. 2009. Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi.

Disertasi, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Muhammad, Taufik Hadris and Dwi, Astuti Palupi and Deswita, Rosra. 2020. Analisis

Yuridis Tentang Sengketa Impor Daging Ayam Antara Brazil dan Indonesia Tahun

2014 Melalui Dispute Settlement Body (DSB) World Trade Organization (WTO).

Abstrak diploma thesis, Universitas Bung Hatta.

Fernasya, Ayu P. 2020. Analisa Hukum Terhadap Penyelesaian Sengketa Pembatasan

Impor Hewan Ternak Berdasarkan Perjanjian World Trade Organization (Studi

Kasus Indonesia dan Brazil 2014). Abstrak, Diploma Thesis, Universitas Andalas.

Konoras, Dr. Abdurrahman. 2017. Jaminan Produk Halal di Indonesia Perspektif Hukum

Perlindungan Konsumen. Buku. Hlm 1-2.

M. Arafat, Anisa Budi. 2020. Dampak Penghapusan Kewajiban Label Halal Pada

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 29 Tahun 2019 Pada

Kebijakan Sertifkat Halal LPPOM MUI Yogyakarta. Jurnal At Thullab UII Vol. 2,

No. 1 Hlm 227.

15
Suherman, Ade M. 2012. Dispputte Settlement Body-WTO Dalam Penyelesaian Sengketa

Perdagangan Internasional. Jurnal Hukum dan Pembangunan Vol. 42, No. 1 Hlm

3-6.

Koespitasari, Ara Heppy. 2015. Implementasi Penyelesaian Sengketa Perdagangan

Internasional Dalam World Trade Organization (WTO) Bagi Negara Berkembang.

Jurnal Katalogis UNTAD Vol. 3, No 3.

Octaviani, Sandra Nur. 2018. Politik sengketa Restriksi Daging Ayam Impor Brazil di

Indonesia. Abstrak, Skripsi Ilmu Hubungan Internasional.

Hadad, Ahmad Farhan. 2020. Barrier to Entry dalam Kebijakan Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Menurut Putusan Disputte

Settlement Body Nomor 484 Tentang Kasus Impor Daging Ayam dan Olahan

Daging Ayam Oleh Brazil. Repository, UIN Syarif Hidayatullah.

Michael Anthony Wirasasmita. 2017. Pengaturan Pengendalian dan Pengawasan

Terhadap Penjualan Minuman Beralkohol dalam Permendag No. 6 Tahun 2015:

Studi Penerapan Less Trade Restrictive Way dalam WTO. Jurnal Vol. 6, No. 4.

Gunawan Y, Sastra VJ, Prakosa AT, Ovitasari M, Kurniasih LY, 2020, “The Validity of

Turkey-Libya’s Agreement on Maritime Boundaries in International Law”, Jurnal

Hukum dan Peradilan, Vol. 9 No. 2, hlm. 170-185.

Gunawan Y, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi

Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.

16
Gunawan Y, 2021, Introduction to Indonesian Legal System, Yogyakarta: UMY Press. Hlm

79.

Media Internet:

Siska Amelia F Deil. Brasil Adukan RI ke WTO. Liputan6, URL;

https://m.liputan6.com/bisnis/read/2120434/brasil-adukan-ri-ke-wto-soal-impor

daging. Diakses pada 18 Desember 2021pukul 15:25 WIB.

Ringkang Gumiwang. 2019. Impor daging ayam kekalahan indonesia di WTO dan polemic

impor daging ayam. Tirto, https://tirto.id/ef9v. Diakses pada 29 Desember 2021

pukul 10:15 WIB.

Kurniasih Budi, 2018, “Indonesia Tidak Akan Impor Daging Ayam Brasil”, Kompas.com,

(https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/09/133921826/indonesia-tidak-akan-

impor-daging-ayam-dari-brasil) . Diakses pada 29 Desember 2021 pukul 11:50

WIB.

Lidya Yuniarta, 2018, “Kemtan Tegaskan Tidak Akan Mengimpor Daging Ayam dari

Brasil”, Kontan.co.id, URL: https://m.kontan.co.id/news/kemtan-tegaskan-tidak-

akan-mengimpor-daging-ayam-dari-brasil. Diakses pada 29 Desember 2021 pukul

12:10 WIB.

17
Allifia Nurulmahmuda 20190610407
ORIGINALITY REPORT

18 %
SIMILARITY INDEX
18%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
13%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
ojs.unud.ac.id
Internet Source 7%
2
Submitted to Sriwijaya University
Student Paper 4%
3
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source 1%
4
tirto.id
Internet Source 1%
5
scholar.unand.ac.id
Internet Source 1%
6
docplayer.info
Internet Source 1%
7
www.ppm.ejournal.id
Internet Source 1%
8
Submitted to Padjadjaran University
Student Paper 1%
9
ejournal.undip.ac.id
Internet Source 1%
View publication stats

10
journal.uinjkt.ac.id
Internet Source 1%

Exclude quotes On Exclude matches < 1%


Exclude bibliography Off

Anda mungkin juga menyukai