Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang

Indonesia mempunyai tujuan salah satunya adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan bangsa Indonesia, baik materiil maupun spiritual, yaitu dengan

menyediakan sandang(pakaian), pangan (makan), papan (tempat tinggal) yang

layak bagi rakyatnya. Pertumbuhan industri barang dan jasa membawa dampak

positif, antara lain tersedianya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, kualitas

yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan

kebutuhannya. Namun dilain pihak juga membawa dampak yang negatif seperti

dampak penggunaan dari teknologi itu sendiri serta persaingan usaha antara

pelaku bisnis sehingga menyebabkan kecurangan dalam melakukan bisnis.1

Isu belakangan adalah mengenai Pasar Bebas Asia atau disebut juga

dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA), Indonesia pada tahun 2015 ini akan

bergabung dalam AFTA dan menghadapi segala manfaat serta tantangannya. 2

Apabila tidak ingin distigma anti World Trade Organization (WTO), maka di era

perdagangan bebas saat ini semua pihak dituntut untuk berpikir realistis, dan

bersikap responsif, bahwa semua barang dan jasa yang berasal dari negara lain

harus bisa masuk ke Indonesia.3

Perdagangan bebas dikatakan akan membawa keuntungan ekonomi bagi

para pesertanya dan akan mengurangi kesenjangan antar negara. “Free Trade”

1
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Ctk. Pertama, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2006, hlm 1
2
Revli Orelius Mandagie, AFTA 2015: Perdagangan Bebas dan Kesiapan SDM Indonesia, terdapat
dalam, www.manadopostonline.com , Diakses tanggal 2 Febuari 2015, pukul 23.15 WIB
3
Adi Nugroho, Perilaku Konsumen, Ctk. Pertama, Studia Press, Jakarta, 2002,hlm 3

1
akan meningkatkan “economic growth” yang selanjutnya akan membawa

perbaikan standar kehidupan. Dalam kenyataannya, hal itu adalah sebagian dari

skenario. Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan disemua pasar yang

berdasarkan persaingan, selalu ada yang kalah dan yang menang. Perdagangan

bebas juga menambah kesenjangan antara negara-negara maju dan negara-negara

pinggiran, yang akan membawa akibat pada komposisi masyarakat dan kondisi

kehidupan mereka.4

Bila dilihat dari sisi perlindungan konsumen menghadapi sistem

perdagangan bebas, posisi konsumen ada pada dua sisi, yaitu sebagai berikut :5

1. Posisi konsumen diuntungkan

Hal ini disebabkan karena perdagangan bebas telah mengakibatkan begitu

banyaknya pilihan bagi konsumen mengenai jenis serta macam barang, mutu

maupun harga;

2. Posisi konsumen dirugikan

Masih lemahnya pengawasan di negara berkembang tentang standarisasi mutu

barang dan peraturan yang berlaku di Negara berkembang dapat

mengakibatkan Negara-negara berkembang menjadi sasaran tujuan bagi

barang-barang reject, yang di Negara maju tidak memenuhi persyaratan pasar.

Perlindungan atas kepentingan konsumen tersebut diperlukan mengingat

bahwa dalam kenyataan pada umumnya konsumen selalu berada pada pihak yang
4
Husni Syawali dan Neni Sri Imiyati, Hukum Perlindungan Konsumen, Ctk. Pertama, Mandar Maju,
Bandung, 2000, hlm 3
5
John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk
Pangan Kadaluwarsa, Ctk. Pertama, Pelangi Cendekia, Jakarta, 2007, hlm 12-13

2
dirugikan.6 Sekurang – kurangnya ada empat alasan pokok mengapa konsumen

perlu dilindungi:7

1. Melindungi konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa

sebagaimana yang diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

2. Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak

negatif penggunaan teknologi;

3. Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat

rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti juga

untuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional;

4. Melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana pembangunan

yang bersumber dari masyarakat konsumen.

Lemahnya posisi konsumen di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

tentang perlindungan konsumen. Sejarah gerakan perlindungan konsumen di

Indonesia baru benar – benar dipopulerkan sekitar 20 tahun lalu, yakni dengan

didirikannya suatu lembaga swadaya masyarakat (non governmental

organization) yang bernama Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Di

Yogyakarta yayasan ini sering disebut dengan Lembaga Konsumen Yogyakarta

(LKY). 8
Adapula Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), BPSK

adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku

6
Janus Sidabalok, op.cit., hlm 4
7
Ibid hlm 6
8
Ibid, hlm. 49

3
usaha dan konsumen. BPSK dibentuk oleh pemerintah daerah tingkat II

(kabupaten/kota) untuk penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan.

Sebagai badan penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, maka putusan

BPSK bersifat final dan mengikat, tanpa upaya banding dan kasasi.9

Dalam menghadapi pasar bebas, sangat rentan akan terjadinya

pelanggaran-pelanggaran terutama dalam hal perlindungan konsumen. Dalam hal

ini penulis akan memfokuskan pada perlindungan hukum bagi konsumen atas hak

informasi makanan yang impor masuk ke Indonesia terutama di Yogyakarta serta

bagaimana penyelesaian apabila terjadi sengketa antara konsumen dengan pelaku

usaha tersebut. Tidak sedikit toko maupun swalayan di Yogyakarta yang menjual

makanan import yang belum terdaftar pada Balai Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) yang tidak diketahui kandungan bahannya maupun tidak adanya

informasi pada kemasan yang tidak sesuai dengan peraturan pelabelan yang dapat

merugikan konsumen, maka dari itu konsumen perlu dilindungi secara hukum

dari kemungkinan yang dialaminya karena praktik bisnis curang tersebut.

Sebagian besar makanan-makanan tersebut tidak memenuhi standart untuk

diedarkan.

B. Rumusan Masalah

9
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi Pertama, Ctk. Pertama, Kencana, Jakarta, 2013, hlm
142

4
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin mengangkat

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi konsumen atas hak informasi

makanan impor di Yogyakarta?

2. Bagaimanakah upaya penyelesaian hukumnya apabila terjadi perselisihan

antara konsumen dengan pelaku usaha atas makanan impor di Yogyakarta ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen atas hak informasi

makanan impor di Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian hukumnya apabila terjadi sengketa

antara konsumen dengan pelaku usaha atas makanan impor yang beredar

di Yogyakarta.

D. Metode Penelitian

1. Objek Penelitian

a. Perlindungan hukum bagi konsumen atas hak informasi makanan impor di

Yogyakarta

b. Upaya penyelesaian hukumnya apabila terjadi perselisihan antara

konsumen yang dirugikan dengan pelaku usaha atas makanan impor di

Yogyakarta

2. Subjek Penelitian

5
Subjek dari penelitian ini adalah :

a. Konsumen

b. Pelaku usaha

c. Kepala Seksi Penyidikan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

(BBPOM) di Yogyakarta

d. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) di Yogyakarta

e. Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY)

3. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh peneliti

secara langsung melalui proses wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui buku-buku, literatur-

literatur, peraturan perundang-undangan, surat kabar, dan tulisan ilmiah

yang terkait dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan Tanya

jawab langsung dengan subjek penelitian. Jenis wawancara ini yakni

dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber baik secara bebas

maupun terpimpin

6
b. Studi kepustakaan, yaitu data yang diperoleh dengan menelusuri dan

mempelajari buku-buku, mengkaji berbagai peraturan perundang-

undangan atau literature yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian.

c. Studi dokumen, yaitu dengan mengkaji berbagai dokumen resmi

institusional yang berupa peraturan perundang-undangan, putusan

pengadilan, risalah sidang dan lain-lain yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dengan analisis kualitatif yaitu menganalisis

data-data yang ada berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah-masalah

yang sedang diteliti. Kemudian disajikan dengan menggunakan teknik

deskriptif, yaitu dengan menjelaskan dan menggambarkan kenyataan-

kenyataan yang terjadi pada objek penelitian secara tepat dan jelas. Hasil dari

penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif sehingga akan mendapatkan

gambaran dan penjelasan mengenai realitas yang terjadi dalam perlindungan

konsumen atas hak informasi terhadap obat Makanan impor di Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai