PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah kebutuhan manusia yang sangat penting, manusia akan
lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan
makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk
anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%.1 Oleh karena itu
pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang, dalam
pemenuhanya tersebut banyak orang yang menyukai cara mengkonsumsi
air dalam bentuk kemasan karena dianggap lebih praktis, mudah dibawa
kemana-mana dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah
diproses, dikemas, dan aman diminum mencakup air mineral dan air
demineral.2 Suatu produk minuman kemasan untuk sampai kepada
konsumen tidak terjadi secara langsung tetapi melalui jalur pemasaran
yaitu pelaku usaha atau media perantara.
Penyediaan air minum dalam kemasan yang sehat, bersih, aman
dan baik merupakan strategis yang penting untuk menjaga kesehatan
manusia. Mutu dan keamanan minuman kemasan tidak hanya berpengaruh
langsung terhadap produktifitas ekonomi dan perkembangan sosial baik
individu, masyarakat maupun negara. Selain itu persaingan pelaku usaha
1 Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, hlm, 172.
2 Serba Serbi, 2015, Pengertian Air Mineral, Air Demineral dan Air Minum Dalam
Kemasan, http://www.masihsaja.com/2015/08/pengertian-definisi-air-mineral-air.html,
akses tanggal 15 September 2016, Pukul 19.00 WIB
penyelesaian
masalahnya,
mengingat
semakin
kompleksnya
tidak sesuai dengan Mutu Standar Nasional Indonesia (SNI), dan yang
tidak memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), serta dapat membahayakan kesehatan manusia. Untuk
mewujudkan sistem pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif
di bidang air minum dalam kemasan serta melindungi masyarakat dari air
minum dalam kemasan yang dapat membahayakan kesehatan, diperlukan
suatu peraturan sebagai landasan hukum untuk pengaturan, pembinaan,
dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi, peredaran dan
atau perdagangan air minum dalam kemasan.
Dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan harapan besar bagi
masyarakat Indonesia, untuk dapat memperoleh perlindungan hukum atas
kerugian yang diderita oleh konsumen dalam transaksi suatu barang yang
dibeli maupun yang dikonsumsinya. Dengan adanya peraturan perundangundangan yang khusus mengatur mengenai perlindungan hukum terhadap
ha-hak konsumen tersebut, maka harapan besar dari masyarakat khususnya
para konsumen dimana pelaku usaha mampu menyadari hak dan
kewajiban yang mereka miliki dalam menjalankan kegiatan usaha mereka,
sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang menyebabkan kerugian
bagi orang lain atau konsumen.4 Dasar hukum mengenai perlindungan
hukum terhadap konsumen yang terdapat dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen ini tentu bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera tanpa harus menghadapi
berbagai permasalahan konsumen yang rumit.
4Ibid, hlm, 54.
pencemaran,
mengkonsumsi
barang
dan/atau
dan/atau
kerugian
jasa
yang
konsumen
akibat
dihasilkan
atau
diperdagangkan.
Setiap orang, pada suatu waktu dalam posisi sendiri maupun
berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi
konsumen untuk suatu produk barang dan atau jasa tertentu. Keadaan yang
universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan
pada konsumen sehingga konsumen tidak memiliki kedudukan yang aman.
Oleh kaerna itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan
perlindungan hukum yang sifatnya universal. Mengingat lemahnya
kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan
produsen yang relatif lebih kuat dalam banyak hal.5 Perlindungan atas
kepentingan konsumen tersebut diperlukan mengingat kenyataan bahwa
pada umumnya konsumen selalu berada dipihak yang dirugikan, akibat
perbuatan curang pelaku usaha seperti air minum dalam kemasan yang
tidak sesuai dengan Mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan keamanan
dari segi kesehatan serta kehalalan. Kasus pemakaian zat-zat berbahaya
dalam kemasan yang dapat mengancam keselamatan konsumen yang
5 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm, 5.
perlindungan
hukum
bagi
konsumen
yang
Sumatera
Barat,
dan
beberapa
konsumen
yang
Industrian
Air
Minum
Dalam
Kemasan
dan
Perdagangannya.
e. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
49/M-IND/PER/3/2012 tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia (SNI) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Secara
Wajib.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu karya ilmiah dari ahli hukum yang
memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer.10 Seperti
karya ilmiah, serta tulisan-tulisan yang erat hubungannya dengan
masalah yang diteliti.
3) Bahan hukum tersier, bahan-bahan yang memberikan petunjuk
terhadap sumber hukum primer dan sekunder yang berasal dari
kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
3.
9 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta. 1996.
hlm. 113.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11Adi Rianto, Op.Cit, hlm,72.
b. Konsumen Antara
10
tidak
untuk
diperdagangkan
kembali
dan/atau
mencari
keuntungan kembali.
2. Hak dan Kewajiban Konsumen
Setiap hubungan hukum menimbulkan hak dan kewajiban,
demikian juga antara konsumen dan pelaku usaha. Hak dan kewajiban
adalah dua sisi yang saling bertimbal balik dalam suatu transaksi.Yang
menjadi hak konsumen telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, yaitu:14
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi
barang/atau jasa
b. Hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan/atau jasa yang
sesuai dengan yang telah dijanjikan
c. Hak atas informasi yang benar dan jujur serta jelas mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/jasa
d. Hak untuk didengar pendapatnya
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen
g. Hak untuk diperlakukan secara benar dan jujur tidak diskriminatif
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi.
14 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm, 38.
11
Kalau ada hak pasti ada juga kewajiban yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Adapun kewajiban konsumen menurut Pasal 5 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah:15
a. Membaca dan mengikuti petunjuk serta mengikuti prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dam/atau jasa
b. Beritikad baik melakukan transaksi
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati
d. Mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan hukum konsumen
secara patut.
3. Pengertian Perlindungan Konsumen dan Dasar Hukum Perlindungan
Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia
memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan
adanya dasar hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen
bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Pengaturan tentang hukum
perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang
Perlindungan
Konsumen,
disebutkan
bahwa
12
13
harus
memberikan
manfaat
sebesar-besarnya
untuk
dari
pengaturan
serta
penegakan
hukum
terhadap
14
memberikan
jaminan
atas
kamanan,
kenyamanan
dan
serta
mengkonsumsi
barang
dan/atau
jasa
yang
15
harkat
dan
martabat
konsumen
dengan
cara
16
kesadaran
konsumen
pelaku
usaha
sehingga
mengenai
tumbuh
sikap
pentingnya
jujur,
dan
17
Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365, 1366, 1367, prinsip ini
dipegang dengan teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat
dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannya. Yang dimaksud kesalahan adalah unsur
yang bertentangan dengan hukum. Perngertian hukum disini bukan hanya
undang-undang, tetapi juga kepatuhan dan kesusilaan dalam masyarakat.
b. Prinsip praduga untuk selalu berangggung jawab
Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab,
sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Jadi beban
pembuktian ada pada sitergugat. Undang-Undang Perlindungan Konsumen
pun mengadopsi sistem pembuktian terbalik ini, sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 19, 22, dan 23.
c. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga
untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup
transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian
biasanya secara common sense dapat dibenarkan.
d. Prinsip tanggung jawab dalam pembatasan
Prinsip tanggung jawab dalam pembatasan sangat disenangi oleh
pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula dalam perjanjian yang
dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila
ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha.
B. Tinjauan Tentang Pelaku Usaha
1. Pengertian Pelaku Usaha
18
19
20
bahwa
Tiap-tiap
perbuatan
melawan
hukum
yang
21
22
23
kebijakan
dibidangnya
untuk
mendukung
24
lain
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
25
Indonesia dikenal
26
27
konsensus
memperhatikan
semua
syarat-syarat
pihak
keselamatan,
yang
terkait
keamanan,
dengam
kesehatan
Pengujian
Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan,
penentuan satu atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk bahan,
peralatan, organisme, fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis
dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Agar SNI memperoleh
keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan
dengan memenuhi syarat WTO Code of good practice, yaitu:
28
perkembangan
perkembangan
pasar
pasar
global
negara
dan
kita
tidak
memperlancar
terisolasi
dari
perdagangan
internasional.
6) Development dimension (berdimensi pembangunan) maksudnya harus
berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan
kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian
nasional.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam
29
30
31
32
33
membeli
minuman kemasan
adalah
34
sekali
disadari
oleh
konsumen,
sehingga
konsumen
tetap
35
Indonesia
(SNI)
adalah
standar
yang
ditetapkan
oleh
efisiensi dan
produktivitas
36
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37
konsumen
khususnya
disini
terhadap
konsumen
yang
38
39
40
41
42
teguran kemudian jika tidak ada itikad baik dari pelaku usaha maka
produk tersebut akan ditarik dari pasaran.
Air minum dalam kemasan merupakan pilihan praktis buat orangorang tertentu yang tidak mau repot dengan bawaannya. Selain mudah
diperoleh dimana saja, botol atau kemasan bekas air minum dalam
kemasan juga dapat dibuang langsung setelah penggunaannya. Konsumen
yang dapat dilindungi adalah konsumen akhir atau konsumen yang secara
lansgung menggunakan, memakai sendiri suatu barang aau jasa baik untuk
diri sendiri, keluarganya.
Kiat-kiat dalam memilih produk wajib SNI yang aman, yaitu:
1) Pastikan produk sesuai standar, harus ada tanda SNI
2) Pastikan produk tersebut sudah terdaftar di Kemendag yaitu terdapat
Nomor Registrasi Produk (NRP) untuk produk produksi Dalam
Negeri atau Nomor Pendaftaran Barang (NPB) untuk Produk Impor.
3) Periksa label:
a) Nama barang
b) Merek barang
c) Menggunakan label dalam bahasa Indonesia
d) Nama dan alamat produsen/importer
e) Spesifikasi barang.
Untuk produk pangan terutama produk barang yang dikemas dapat
dicek dengan:
1) Labelnya dan perhatikanlah tanggal kadaluarsa, serta alamat
produsen.
43
Sedangkan
pengusaha
membutuhkan
penghasilan
yang
44
memenuhi
standarisasi
yang
ditetapkan
oleh
Departemen
yang
bersangkutan
bahwa
apakah
produsen
tersebut
45
tentang
46
Saat ini standar nasional yang mengatur kualitas air minum dalam
kemasan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3553-2006 dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Persyaratan mutu air minum
dalam kemasan dapat dilihat sebagai berikut :36
NO
KRITERIA UJI
KEADAAN
SATUAN
PERSYARATAN
AIR M INERAL
AIR DEMINERAL
47
1.1
Bau
1.2
Rasa
1.3
Warna
Tidak berbau
Tidak berbau
Normal
Normal
Unit Pt-co
Maks.5
Maks.5
pH
6,0-8,5
5,0-7,5
Kekeruhan
NTU
Maks. 1,5
Maks. 1,5
mg/I
Maks. 500
Maks. 10
Zat organik(angka
mg/I
Maks. 1,0
mg/I
Maks. 0,5
mg/I
Maks. 45
mg/I
Maks. 0,005
mg/I
Maks. 0,15
mg/I
Maks. 200
mg/I
Maks. 250
mg/I
Maks. 1
mg/I
Maks. 0,05
mg/I
Maks. 0,1
mg/I
Maks. 0,05
mg/I
Mkas. 0,1
KMnO4)
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
48
17
Kromium (Cr)
mg/I
Maks. 0,05
18
Barium (Ba)
mg/I
Maks. 0,7
19
Boron (B)
mg/I
Maks. 0,3
20
Selenium (Se)
mg/I
Maks. 0,01
21
Cemaran logam
mg/I
21.
Timbal (Pb)
mg/I
Maks. 0,005
Tembaga (Cu)
mg/I
Maks.0,5
Kadmium (Cd)
mg/I
Maks. 0,003
Raksa (Hg)
mg/I
Maks. 0,001
Perak (Ag)
mg/I
Kobalt (Co)
mg/I
Cemaran arsen
mg/I
Maks. 0,01
21.
Cemaran mikroba:
koloni/ml
Maks 1,0x102
koloni/ml
Maks 1,0x105
APM/100m
<2
1
21.
2
21.
3
21.
5
21.
6
22
akhir**)
23
23.
49
23.
Salmonella
Negatif/100ml
Pseudomonas
Nol
aeregunesa
Koloni/ml
23.
3
23.
4
23.
5
50
kemasan
juga
mudah
dijumpai
dimana-mana.
Dalam
51
mengkonsumsi air minum dalam kemasan yang tidak sesuai dengan Mutu
Standar Nasional Indonesia (SNI) DiKota Padang, yaitu:
1. Karena air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan
dalam
pemenuhannya
tidak
sedikit
konsumen
yang
memilih
pengawasan
dari
pihak
internal
yang
diberikan
52
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
37Ibid.
53
konsumen
tentang
bahaya
yang
54
e. Air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar saat ini sangat
banyak macamnya dengan keunikan dan ragamnya yang berbedabeda yang dapat menarik konsumen untuk mengkonsumsi air
minum dalam kemasan tersebut.
f. Kurangnya pengawasan dari pihak internal .
B. Saran
Saran yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah
dikemukakan sebagai berikut:
1. Saran bagi pemerintah adalah menerapkan ketentuan khusus terhadap
pengawasan
dan
penjaminan
mutu
produk
AMDK
serta