Anda di halaman 1dari 39

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP BAHAYA

ETILEN GLIKOL PADA KEMASAN GALON SEKALI PAKAI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Proposa Pada
Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo

OLEH :

ALI AKBAR
H1A119138

BAGIAN HUKUM PERDATA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Diterima Dan Disetujui Oleh Pembimbing I Dan Pembimbing II Untuk

Dipertahankan Dihadapan Panitia Ujian Proposal Pada Program Studi Ilmu

Hukum Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Halu Oleo.

Judul : Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Bahaya Etilen Glikol Pada Kemasan Galon Sekali

Pakai

Nama Mahasiswa : Ali Akbar

Nomor Induk Mahasiswa : H1A119138

Program Studi/Jurusan : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Perdata

Kendari, Februari 2023

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Deity Yuningsih, S.H.,M.H Jumiati Ukkas, S.H., M.H


NIP. 19640101 199010 2 001 NIP. 19750125 200212 2 002
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

HALAMAN PERSETUJUAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

1. Pengertian perlindungan hukum

2. Macam-Macam Perlindungan Hukum

3. Unsur-Unsur Perlindungan Hukum

B. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

2. Asas-Asas Perlindungan Konsumen

3. Tujuan Perlindungan Konsumen

4. Hak Dan Kewajiban Konsumen


5. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha

C. Tinjauan Umum Mengenai Upaya Penyelesaian Sengketa Konsumen

1. Upaya Litigasi

2. Upaya Non Litigasi

D. Tinjauan Umum Mengenai Bahaya Etilen Glikol

1. Pengertian Etilen Glikol

2. Dampak Jika Tubuh Menyerap Etilen Glikol

3. Tahapan Ketika Tubuh Mengalami Keracunan Akibat Etilen Glikol

E. Tinjauan Umum Tentang Badan Pengawas Obat Dan Makanan

1. Pengertian Badan Pengawas Obat Dan Makanan

2. Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

BAB III METODE PENELITAN

A. Jenis Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Jenis Dan Sumber Bahan Hukum

D. Teknik Memperoleh Bahan Hukum

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

F. Langkah-Langkah Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Permasalahan mengenai perlindungan konsumen tidak akan pernah

habis diperbincangkan dikalangan masyarakat. Kondisi ini menunjukan

bahwa masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Perlindungan

konsumen pada hakikatnya bertujuan untuk mencapai maslahat dari hasil

transaksi ekonomi. Maslahat dalam kegiatan ekonomi adalah pencapaian

dalam sebuah keuntungan yang diperoleh apabila kegiatan ekonomi adalah

pencapaian dalam sebuah keuntungan yang diperoleh apabila kegiatan

usaha memberikan nilai tambah dari aspek ekonomi. Tujuan ini dapat

tercapai apabila pelaku usaha selalu mengedepankan perbuatan yang tidak

bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.1

Perlindungan atas kepentingan konsumen tersebut diperlakukan

mengingat bahwa kenyataannya konsumen rentan berada dipihak yang

dirugikan. Hal ini dikarenakan konsumen merupakan pemakai terakhir

dari produk yang diserahkan oleh pelaku usaha ini perlu dikompensasi

agar konsumen dapat mengonsumsi produk barang dan/atau jasa secara

lebih aman.

Produk barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia semakin lama semakin canggih, sehingga timbul

kesenjangan terhadap kebenaran informasi dan daya tanggap konsumen.

1
Hendra Kurniawan, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap
Masakan Laut Di Rumah Makan Kita Jember, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jember,
Jember,2020,hlm.1, https;//repository.unej.ac.od/handle/123456789/102234
Dengan posisi konsumen yang lemah ini, produsen/pedagang atau pelaku

usaha akan dengan mudah memasarkan setiap barang dan atau jasa tanpa

memperhatikan hak-hak konsumen. 2

Untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen maka perlu

ditingkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan

kemandirian konsumen untuk melindungi diri serta menumbuh

kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungjawab. Kewajiban

untuk menjamin keamanan suatu produk agar tidak menimbulkan kerugian

bagi konsumen dibebankan kepada pelaku usaha dan produsen, karena

pihak pelaku usaha dan produsen yang mengetahui komposisi dan

masalah-masalah yang menyangkut keamanan suatu produk tertentu.

Kenyamanan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk makanan

menjadi perhatian tersendiri bagi para konsumen pada khususnya dan

produsen pada umumnya. Banyak pertimbangan yang dilakukan

konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk khususnya produk makanan

agar konsumen mendapatkan kenyamanan maupun keamanan.

Pertimbangan tersebut antara lain bahan apa yang terkandung dalam

produk makanan, kandungan gizi dalam produk makanan, pengolahan

2
Tika Arrizkiya Harum, Perlindungan Konsumen Muslim Terhadap Restoran
Dalam Perspektiif Good Corparate Governance (GGC) Oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Jawa Barat, Skripsi, Fakultas
Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018, hlm. 1,
https;//repository.uinjkt.ac.id/dspace/browse?type=author&value=Tika+Arrizkiya+Harum
bahan makanan saat proses produksi, penyimpanan, pengemasan,

kehalalan, serta masa kadaluwarsa suatu produk makanan.3

Sebagai konsumen beberapa produk makanan, banyak orang sering

tidak mengetahui bagaimana menyeleksi produk yang akan dikonsumsi.

Perlindungan hukum terhadap konsumen, terkesan bersifat semantik

(pemandulan aturan) dan nominal (tidak dilaksanakan secara konsekuen).

Pihak produsen, penyalur dan penjual sering tidak mengindahkan

ketentuan hukum perlindungan konsumen. Pemerintah sebagai regulator

juga dalam banyak hal terlambat mengantisipasi pelanggaran-pelanggaran

hukum berupa penjualan makanan yang sudah kadaluarsa.4

Berbagai larangan telah dikenakan bagi para pelaku usaha, baik itu

pelaku usaha pabrikan dan atau distributornya, pelaku usaha periklanan,

maupun kegiatan yang terkait dengan kehumasan. Pada prinsipnya

konsumen berada pada posisi yang secara ekonomis kurang diuntungkan.

Konsumen semata-mata tergantung pada informasi yang diberikan dan

disediakan oleh pelaku usaha. Akan tetapi informasi yang diberikan tanpa

disertai dengan edukasi akan kurang dirasakan manfaatnya. Hal ini antara

lain dilakukan melalui pemasangan label atau standarisasi mutu. Adanya

pemasangan label atau pelabelan ataupun standardisasi mutu produk

sangat dirasa penting, khususnya terhadap produk makanan, karena hal ini

sangat berhubungan dengan nyawa manusia. Dalam hal ini sekurang-


3
Hamsyar, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan
Kadarluwarsa Di Kota Makassar, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar,
2017,hlm. http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
MjUwODljMzQ2ODU1N2FiZDFhZjViNzY1ZWVlMzUxMjJhODYxNTI4ZQ==.pdf
4
John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen
Terhadap Produk Pangan Kadaluarsa, Pelangi Cendikia, Jakarta, 2007, hlm 22.
kurangnya ada dua persoalan, yaitu pertama, masalah pelabelan sampai

sebarapa jauh suatu produk makanan menyantumkan informasi secara

lengkap tentang produk tersebut dalam pelabelan dan kedua, bagaimana

mutu produk itu sendiri.5

Salah satu produk yang ramai diperbincangkan adalah masalah Etilen

Glikol yang ada pada galon sekali pakai. Etilen glikol merupakan bahan

beracun yang sebenarnya tidak wajar untuk dikonsumsi manusia. Jika

etilen glikol tertelan, maka bisa mengakibatkan kerusakan organ seperti

gagal ginjal, bahkan mengancam jiwa.

Hal ini merupakan bertentengan dengan pasal 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen yang mengatakan

bahwa :

“hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengonsumsi barang atau jasa”

Kemasan galon sekali sendiri belum dilabeli ”Berpotensi Mengandung

Etilen Glikol”. Oleh karena itu, Ketua Komnas Perlindungan Anak

(Komnas PA), Arist Merdeka Sirait meminta Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) memberikan peringatan berupa pelabelan "Berpotensi

Mengandung Etilen Glikol" terhadap kemasan-kemasan pangan

berbahan etilen glikol.

5
Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen, Cetakan Kedua, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 1999, hlm 14
Dengan tidak adanya informasi yang dilakukan pada galon sekali

pakai, hal tersebutlah yang kemudian menjadi kerugian sendiri bagi

konsumen. Dimana apabila dilihat pada pasal 7 huruf a undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen :

“kewajiban pelaku usaha adalah beritikad baik dalam melakukan

kegiatan usahanya”.

Kemudian diatur pula pada pasal 7 huruf b UU No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen :

“kewajiban pelaku usaha adalah memberikan informasi yang benar,

jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

serta memberikan penjelesan penggunaan, perbaikan pemeliharan”

Sehingga berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, hal itulah

yang membuat penulis mengangkat judul ”Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen Terhadap Bahaya Etilen Glikol Pada Kemasan Galon

Sekali Pakai”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah yaitu :

1. Apakah perlindungan hukum bagi konsumen terhadap bahaya etilen glikol

pada kemasan galon sekali pakai ?

2. Apakah peran BPOM untuk menangani masalah bahaya etilen glikol pada

kemasan galon sekali pakai ?


C. Tujuan

Tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah perlindungan hukum bagi konsumen terhadap

bahaya etilen glikol pada kemasan galon sekali pakai.

2. Untuk mengetahui apakah peran BPOM untuk menangani masalah bahaya

etilen glikol pada kemasan galon sekali pakai.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Diharapakan dengan adanya hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu

sumber informasi yang sangat bermanfaat dan berguna terkhusus dalam

pemahaman ilmu hukum di era globalisasi dan cepatnya perkembangan

perekonomian yang terjadi saat ini yang berkaitan tentang perlindungan

hukum bagi konsumen terhadap bahaya etilen glikol pada kemasan galon

sekali pakai.

2. Manfaat praktis

a. Dengan adanya penulisan ini bisa menjadi koreksi yang perlu

diperhatikan bahwa dalam melakukan suatu usaha, pelaku usaha

diwajibkan untuk tetap beritikad baik dalam menjalankan usahanya

dan konsumen wajib mencari tahu terlebih dahulu informasi mengenai

produk/jasa yang akan dikonsumsi.

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi

penulisan ini.
c. Diharapkan menjadi pedoman untuk penelitian-penelitian yang

berkualitas berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penulisan hukum dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Konsumen

Terhadap Bahaya Etilen Glikol Pada Kemasan Galon Sekali Pakai adalah

asli dan dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan buku-buku, majalah

ilmiha, jurnal, peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta fakta-

fakta sosial yang terjadi.

Sebagai perbandingan dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian

oleh beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut :

1. Sevila Apriolem (10727000161) Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2013 dengan judul

“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Makanan Dalam Kemasan Yang Telah Kadaluwarsa Dikota Pekanbaru

(Studi di Kel. Sukaramai Kec. Pekanbaru Kota)”. Jenis pendekatan

yang digunakan adalah dalam melakukan penelitian adalah metode

yuridis-empiris. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa,

pelaksanaan perlindungan terhadap konsumen atas makanan dalam

kemasan yang telah kadaluwarsa yang dijual pedagang di kota

Pekanbaru adalah dilakukan pedagang dengan memberikan

penggantirugian dan agar pelaksanaan perlindungan konsumen itu

dapat terlaksana dengan baik dilakukan pengawasan oleh pemerintah.

Mengenai kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap pedagang


makanan dalam kemasan dalam usaha melindungi konsumen dikota

Pekanbaru adalah harus memenuhi kewajiban administratif dan

melakukan penggantirugian jika konsumen merasa dirugikan lalu

sebagai upaya penyelesaian sengketa antara konsumen dengan

pedagang dalam hal terjadinya sengketa yang berhubungan dengan

produk makanan dalam kemasan yang telah kadaluarsa yang

diperjualbelikan di kota Pekanbaru tidaklah pernah dilakukan di

peradilan umum atau pada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK), akan tetapi dilakukan dengan cara damai.

2. Imam Gigih Prabowo (15340102) Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kaliaga Yogyakarta 2019 dengan

judul ”Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Obat

Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya Dikabupaten Banyumas”.

Jenis pendekatan yang digunakan adalah dalam melakukan penelitian

adalah metode yuridis-empiris. Berdasarkan analisis data yang

dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa perlindungan yang dilakukan

lembaga pemerintah dibidang obat tradisional, yaitu dengan dua tahap

pengawasan pra-market atau sebelum produksi dan beredar, kemudian

yang kedua pengawasan post-market atau obat tradisional bereder di

pasaran. Pelanggaran terhadap obaat tradisional dikenai sanksi

administratif dan pidana. Ada konsumen yang melakukan upaya

hukum dan ada konsumen yang tidak. Alasan konsumen yang tidak

melakukan upaya hukum karena konsumen tidak mengetahui adanya


Undang-Undang perlindungan konsumen dan tidak tahu bagaimana

cara dan langkah-langkahnya melalui jalur hukum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Indonesia adalah negara hukum, diakui secara konstitusional dalam

pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Dengan demikian negara menjamin hak-hak hukum

warga negaranya dengan memberikan perlindungan hukum menjadi

hak bagi setiap warga negara. Beberapa definisi tentang perlindungan

hukum menurut para ahli antara lain :

a. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan

suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.6

b. Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk

mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan

manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.

c. Menurut Muchsin, perlindungan hukum adalah kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyeresikan hubungan nilai-nilai

atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan

6
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia, Kompas, Jakarta,
2003, hlm 121
dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup

antara sesama manusia.

d. Menurut Philips M. Hadjon selalu berkaitan dengan kekuasaan.

Ada dan kekuasaan-kekuasaan pemerintah, permasalahan ekonomi.

Dalam hubungan kekuasaan kekuasaan pemerintah, permasalahan

perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah), terhadap

pemerintah (yang memerintah). Dalam hubungan dengan

kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalah

perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat (ekonomi).

Misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.7

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi

subjek-subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan menggunakan suatu

sanksi. Pengertian perlindungan hukum adalah suatu bentuk pelayanan

wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan

untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada

korban sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekarasan dari pihak

maupun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan. Aturan hukum tidak hanya

kepentingan jangka pendek saja akan tetapi harus berdsarkan

kepentingan jangka panjang.8


7
Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan Area University Press,
Medan, 2012, hlm.10
8
Srikandi Rahayu, Seputar Pengertian Perlindungan Hukum,
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian-perlindungan-hukum,html.
2014 Ditanjau pada 23 Februari 2023
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap

hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan

itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak

yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum dalam kajian perdata

adalah suatu bentuk perlindungan hukum yang mengatur hak-hak dan

kewajiban-kewajiban antar kepentingan perseorangan yang dengan

kepentingan perseorangan yang lain, agar tercipta rasa aman serta

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang

dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati semua hak-hak yang diperoleh oleh hukum.9

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

terhadap subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang

bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis, dengan kata lain perlindungan hukum

sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum yaitu konsep dimana

hukum dapat memberikan suatu keadilan,kepastian,kemanfaatan, dan

keadamaian. Perlindungan hukum ini juga sebagai salah satu bentuk

ataupun upaya dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,

ketertiban, kepastian, kemanfaatam dan kedamaian.10

2. Macam-macam perlindungan hukum

9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2003 hlm. 74
10
Sahrudin, Perlindungan Hukum Perdata Terhadap Simpanan Angggota Koperasi
(Studi Kasus BMT (Dalam Penyelesaian) Sumber Sejahtera Bersama Gedung Wani Timur Kec.
Marga Tiga Lampung Timur). Skripsi, Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Metro,
Lampung 2018 hlm. 11 https://repository.metouniv.ac.id/id.eprint/2085/1/SAHRUDIN
Negara hukum harus memberikan perlindungan bagi warga

negaranya karena hukum telah ditetapkan menjadi pedoman kehidupan

berbangsa dan jalannya pemerintahan. Macam-macam perlindungan

hukum ada dua yaitu11:

a. Perlindungan hukum preventif, bentuk perlindungan hukum

kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atay

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat

bentuk yang difinitif. Tujuannya untuk mencegah sebelum

terjadinya suatu sengketa.

b. Perlindungan hukum represif, bentuk perlindungan hukum dimana

lebih diajukan dalam penyelsaian sengketa. Tujuannya untuk

menyelesaikan sengketa penanganan perlindungan hukum oleh

peradilan umum dan peradilan administriasi di Indonesia termasuk

kategori ini.

3. Unsur-unsur perlindungan hukum

Perlindungan hukum sebagai upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada warga

negara agar hak-hak sebagai warga negara tidak dilanggar., dan bagi

yang melanggar akan mendapatkan sanksi sesui peraturan yang

berlaku. Suatu perlindungan hukum dapat dikatakan sebagai

11
Philpus M. Hadjon, Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia, Bina ilmu,
Surabaya,1987, Hlm 84
perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai

berikut12:

a. Orang yang terbukti bersalah secara hukum dikenai sanksi yang

telah ditentukan oleh hukum.

b. Asas persamaan hukum dalam arti material yaitu hukum dituntut

sesuai dengan cita-cita dalam keadaan di masyarakat.

c. Tujuan dari hukum adalah untuk menciptakan dan

mempertahankan ketertiban dan keadilan bagi masyarakat.

d. Tidak adanya pihak yang mempunyai kekuasaan atau

kesewenangan atas hukum tersebut. Mengamati unsur-unsur yang

terdapat dalam hukum tersebut dapat dilihat adanya.

Mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam hukum tersebut dapat

dilihat adanya suatu perlindungan hukum. Apabila unsur-unsur

tersebut tidak tercermin maka dapat dipertanyakan akan terwujudnya

perlindungan hukum dan kepastian hukum.

B. Tinjaun Umum Mengenai Perlindungan Konsumen

1. Pengertian perlundungan konsumen

Pengertian perlindungan konsumen menurut pasal 1 Angka 1

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

12
Moh. Kosnardi dan Hamaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar
Bakti, Jakarta,1998, hlm.102,
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi kepada konsumen13

Menurut Business English Dictory, perlindungan konsumen adalah

protecting consumers against unfair or illegal traders, Adapun black`s

Law Dictionary mendefinisikan a statute that faseguard consumers in

the use goods and sarvices. Perlindungan konsumen adalah istilah

yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang

diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri.

Undang-undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa,

perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.14

2. Asas-Asas Perlinduangan Konsumen

Perlindungan hukum bagi konsumen diselenggarakan sebagai usaha

bersama yang didasari oleh 5 (lima) asas, dan asas hukum

perlindungan konsumen tersebut dicantumkan dalam pasal 2 UU

perlinungan konsumen yakni :

a. Asas manfaat, yakni untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam penyelenggara perlindungan hukum konsumen harus

memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan.

13
Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
14
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Prenada Media Group, Jakarta,
2013, hlm. 21
b. Asas keadilan, memiliki maksud agar partisipasi seluruh rakyat

dapat diwujudkan dengan maksimal dan memberikan kesempatan

kepada konsumen serta pelaku usaha untuk memperoleh haknya,

juga melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas keadilan juga

menghendaki bahwa melalui perarturan hukum perlindungan

konsumen , konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui

perolehan hak dan kewajiban. Maka dari itu, UUPK mengatur hal

dan kewajiban konsumen dan juga pelaku usaha.

c. Asas keseimbangan, merupakan asas guna memberukan

keseimbangan antara kepentingan konsumn, pelaku usaha, dan

pemerintah. Artinya, kepentingan antara konsumen, pelaku usaha

dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang

sesuai dengan masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.

d. Asas keamanan dan keselamatan, dimaksudkan untuk memberikan

jaminan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang serta jasa yang digunakan.

Artinya terdapat jaminan hukum bahwa, konsumen akan

memperoleh manfaat dari produk yang dipakai, dan produk tidak

akan mengancam keselamatan konsumen.

e. Asas kepastian hukum, yakni bertujuan agar pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam


penyelenggara perlindungan hukum konsumen. Kemudian, negara

hal ini turut menjamin adanya kepastian hukum tersebut.15

3. Tujuan Perlindungan Konsumen

Dalam pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yakni

sebagai berikut16 :

a. Meningkatakan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri.

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa.

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan dan menuntuk hak-haknya sebagai konsumen.

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendatkan informasi.

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbun sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha.

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan.atau jasa. Kesehatan.

Kenyamanan. Keamanan, dan keselamatan konsumen.

15
Renata Christian Auli, 3 Prinsip Dan 5 Asas Hukum Perlindungan Konsumen,
https://www.hukumonline.com/klinik/a/3-prinsip-dan-5-asas-hukum-perlindungan-konsumen-
lt62e0d9cc75e23, ditinjau pada tanggal 23 Februari 2023
16
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen
4. Hak Dan Kewajiban Konsumen

Indonesia melalui Undang-Undang Perlindungan Konsumen

menetapkan, hak-hak konsumen sebagai berikut17 :

a. Hak atas keamanan, kenyamanan, keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesui dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas berang dan/atau

jasa yang digunakannya.

e. Hak untuk mendaptkan advokasi, perlindungan dan upaya-upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan perlindungan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara

tidak diskriminatif

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya

Selain hak-hak konsumen tersebut, UUPK juga mengatur hak-hak

konsumen yang dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, yakni


17
Zulham, Op,Cit,hlm 48
tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak sesungguhnya

merupakan antinomi dal hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha

dapat dilihan dan sebagai (merupakan bagian dari) hak konsumen.

Selain memperoleh hak-hak tersebut, konsumen memliki

kewajiban untuk :

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosesdur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan.

b. Beriitikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa.

c. Membayar sesui dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

5. Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pelaku usaha juga memeliki hak-hak yang harus dilindungi. Hak-

hak pelakua usaha ini juga merupakan bagian dari kewajiban

konsumen, yaitu18 :

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang tidak beritikad baik.

18
Zulham, Op,Cit,hlm 49
c. Hak melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak dilibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan dengan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha antaran lain :

a. Beritikad baik dalam melakuakn kegaitan usahanya.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memneri penjelasan

penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarlan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji. Dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas berang yag dibuat dan/atau diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau

jasa yang diperdagangkan.


g. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesusi

perjanjian.19

C. Tinjauan Umum Mengenai Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa

Konsumen

Uapaya hukum untuk menyelesaikan sengketa, secara garis besar terdapat

dua model penyelesaian sengketa keperdataan, yaitu litigasi dan non litigasi.

1. Upaya Hukum Non Litigasi

Penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan secara non litigasi

dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara sesuai dengan yang diatur dalam

pasal 4 keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

350/Kep/12/2001 tenteng Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan

Penyelesaian sengketa Konsumen. ”Penyelesaian sengketa oleh Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui cara konsilasi atau mediasi

atau artbitrase sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a, dilakukan

atas dasar pilihan dan persetujuan para pihak yang bersangkutan”.

a. Konsilasi, ketentuan pada pasal 1 angka 9 SK Menpeindig No.

350/MPP/Kep/12/2001 konsilasi adalah proses penyelesaian

sengketa konsumen diluar pengadilan dengan perantaraan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk mempertemukan para

pihak yang bersengketa, dan penyelsaiannya diserahkan kepada

para pihak. Pasal 5 ayat (1) SK Memperindag No.

19
Zulham, Op,Cit,hlm 50
350/MPP/Kep/12/2001 menyebutkan penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara konsilasi dilakukan sendiri oleh para pihak

yang bersengketa dengan didampingi oleh Majelis yang bertindak

pasif sebagai Konsiliator

b. Mediasi, Berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka 10 SK

Memperindag No. 350/MPP/Kep/12/2001 mendefinisikan mediasi

merupakan proses penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan dengan perantaraan Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan

kepada para pihak. Pasal 5 ayat (2) SK Memperindag No.

350/MPP/Kep/12/2001 menyebutkan penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara mediasi dilakukan sendiri oleh para pihak

yang bersengketa dengan didampingi oleh Majelis yang bertindak

aktif sebagai Mediator.

c. Arbitrase, berdasarkan pada ketentuan pasal 1 angka 11 SK

Memperindag No. 350/MPP/kep/12/2001 mendefinisikan arbitrese

adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan

yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan

sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada Badan Penyelesaian

Sengekta Konsumen. Pasal 5 ayat (3) 11 SK Memperindag No.

350/MPP/kep/12/2001 menyebutkan penyelesaian sengketa

konsumen dengan cara arbitrase dilakukan sepenuhnya dan

diputuskan oleh majelis yang bertindak sebagai Arbiter.


2. Upaya Hukum Secara Litigasi

Dalam peraturan perundang-undangan tidak ada yang memberikan

definisi mengenai litigasi, namun dapat dilihat di dalam pasal 6 Ayat

(1) UU No. 30 Tahun 1999 tentang arbritase pada intinya mengatakan

bahwa sengketa dalam bidang perdata dapat diselesaikan para pihak

melalui alternatif penyelesaian sengketa yang dilandasi itikad baik

dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di pengadilan

Negri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa litigasi merupakan proses

menyelesaikan perselisihan bahwa litigasi merupakan proses

menyelesaikan perselisihan hukum dipengadilan yang mana setiap

pihak bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang sama baik untuk

mengajukan gugatan maupun membantah gugatan melalui jawaban.20

Penyelesaian sengketa secara litigasi merupakan upaya

penyelesaian sengketa melalui Lembaga Pengadilan. Menurut Fans

Hendra Winarta dalam bukunya yang berjudul Hukum Penyelesaian

Sengketa mengatakan bahwa lititgasi merupakan penyelesaian

sengkata secara konvesional dalam dunia bisnis seperti dalam bidang

perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minya dan gas,

energi, infrastruktur, dan sebagainya. Proses litigasi menempatkan

para pihak saling berlawanan satu sama lain. Selaian itu, penyelesaian

20
Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi Dan Non-Litigasi (Tinjaun
Terhadap Mediasi Dalam Pengadulan Sebagai Alternatif Penyelesaian Di Luar Pengadilan,
Https://Www.Academia.Edu/29831296/Penyelesaian Sengketa Litigasi Dan Non Litigasi Tinjauan
Terhadap Mediasi Dalam Pengadilan Sengketa Sebagai Alternatif. Ditinjau pada 23 Feberuari
2023
sengketa secara litigasi merupakan saran akhir (ultimjm remedium)

setelah upaya alternatif penyelesaian sengketa tidak membuahkan

hasil.21

D. Tinjauan Umum Mengenai Bahaya Etilen Glikol

1. Pengertian Etilen Glikol

Etilen glikol merupakan salah satu dati beberapa alkohil beracun

yang digunakan untuk kepentingan medis dan toksiologi. Etilen glikol

juga digunakan sebagai bahan utama hampir semua produk cairan

radiator di Amerika Serikat. Keuganannya untuk meningkatkan titik

didih dan menurunkan titik beku (antifreeze) cairan radiator, yang

bersirkulasi melalui radiator otomotof. Dari sini kita dapat

mengetahuo bahwa etilen glikol bukanlah bahan yang wajar untuk

dikonsumsi oleh manusia.

2. Dampak Jika Tubuh Menyerap Etilen Glikol

Etilen glikol adalah bahan kimia yang tidak berwarna, tidak

berbau, dan memiliki rasa manis. Namun. Bahan tersebut akan

beracun jika tertelan, keracunan etilen glikol seharusnya menjado

kasus yang jarang terjadi, karena bahan tersebut seharusnya jauh dari

jangkuan. Terjadinya keracunan etilen glikol disebabkan adanya zat

antifrezee di dalamnya.

”secara sifat dia sangat larut didalam air dan alkohol. Dia bisa

menurunkan freezing point jadi sering digunakan sebagai senyawa anti

21
Frans Hendra Winata. Hukum Penyelesaian Sengketa Artbtrase Nasional
Indonesia Dan Internasional, Sinar Grafika, Jakrta,2012,hlm 2
beku. Dia menurunkan titik beku dari air. Istilahnya sebagai

antifreeze,” jelas pakar farmasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof,

Dr, Zulies.

Gejalan awal menelan etilen glikol mirip dengan ketika minum

alkohol (etanol). Dalam beberapa jam kemudian, efel toksik

(keracunan) menjadi semakin jelas terasa. Gejalanya dapat berupa

mual, sakit kepala, muntah, kejang, pingsan dan koma. Keracunan

etilen glikol juga mengakibatkan gangguan pada kimia ttbuh.

Termasuk asidoses metabolik (peningkatam asam dalam aliran darah

dan jaringan). Asidiosis metabolik adalah konsdisi yang mengancam

jiwa. Gagal ginjal, bahkan kematian.

Pasalnya bahan etilen glikol sangat cepat dan mudah diserap

oleh saluran cerna dan diaborsi secara perlaham melalui kulit dan

paru-paru. Karena bahannya sangat mudah larut dalam air, etilen

glikol yang sudah masuk ke tubuh didistribusikan ke seluruh air tubuh

secara total.

3. Tahapan Ketika Tubuh Mengalami Keracunan Akibat Etilen Glikol

Melansir center for diseases control and prevention (CDC)

Amerika Serikat, ada sebuah teori tiga tahap keracunan etilen glikol’

tahapan tersebut merupakan deskripsi teoiritis dari keracunan etilen

glikol, tapi omset dan perkembangan perjalanan klinis sering kali tidak

konsisten atau dapat diprediksi.


Satu tahap mungkin sering terjadi, sedangkan tahap intinya

mungkin tidak ada. Ketiga tahapan tersebut, yaitu :

a. Tahap 1 (tahapan neurologis) terjadi dalam 30 menit sampai 12

jam setelah tertelan etilen glikol.

b. Tahap 2 (tahap carfiopulmonary) terjadi antara 12 sampai 24 jam

setelah tertelan.

c. Tagap 3 (tahap ginjal) terjadi antara 24 sampai 72 jam setelah

tertelan.22

1. Tinjauan Umum Tentang Badan Pengawas Obat Dan Makanan

1. Pengertian Pengawas Obat Dan Makanan

Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Merupakan

Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND), yaitu sesuai

keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 2013 tahun 2001

merupakan lembaga pemerintahan pusat yang dibentuk untuk

melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari presiden serta

bertanggung jawab langsung kepada presiden. Latar belakang

terbentuknya Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) adalah

dengan nelihat kamajuan teknologi telah membawa perubahan-

22
Airindya Bella, Memahami Efek Samping Etilen Glikol Pada Ginjal,
https://www.alodokter.com/memahami-efe-samping-etilen-glikol-pada-ginjal, Ditinjau pada 4
Maret 2023
perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli

indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan kemajuan

tektnologi tersebut produk-produk dari dalam dan luar negri dapat

tersebar cepat secara luas dan menjangkau seluruh strata masyarakat.

Semakin banyaknya produk yang ditawarkan mempengaruhi gaya

hidup masyarakat dalam mengonsumsi produk. Sementara itu

pengetahuan masyarakat masih belum menandai untuk dapat memilih

dan menggunakan produk secara tepat, benar, dan aman. Di lain pihak

iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk

mengonsumsi secara berlebihan dan seringkali rasional.23

2. Fungsi dan Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

a. Pengakajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan oleh obat dan makanan.

b. Pelaksnaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan

makanan.

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap

kegiatan instansi pemerintahan di bidang pengawasan obat dan

makanan.

e. Penylenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum,ketatausahaan, organisasi dan tata


23
Imelda Martineli, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Lembaga Penelitian
& Pengembangan Universitas Tarumanegara, 2007, hlm.53
laskana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian.

Perlengkapan dan rumah tangga.

Diatur pula dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001

Pasal 69 Tentang Wewenag Badan Pengawas Obat Dan Makanan

yaitu24:

a. Penyusunan rancan nasional secara makro di bidangnya.

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung

pengembangan secara makro.

c. Penetepan sistem informasi dibidangnya.

d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat adiktif)

tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

peredaran obat dan makanan.

e. Pemberian izin dan pengwasan peredaran obat serta pengawasan

industri farmasi.

f. Penetapan pedoman penggunaan konversi, pengembangan dan

pengawasan tanaman obat.

24
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Wewenang Badan
Pengawas Obat Dan Makanan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

(normative legal research) atau yang biasa disebut dengan penelitian

hukum. Penelitian normatif (normative legal research) atau yang biasa

disebut dengan penelitian hukum ini merupakan penelitian yang dilakukan

untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi dengan membutuhkan

kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran

hukum, menganalisa masalh yang dihadapi dan kemudian memberikan

pemecahan atas masalah tersebut dengan merujuk pada peraturan-

peraturan yang tertulis maupun bahan-bahan hukum yang lain.25

B. Pendekatan Penelitian

jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan

dua macam pendekatan, yaitu pendekatan undang-undang (statute

approuch) dan pendekatan konseptual (conceptual approach)

1. Pendekatan undang-undang (statute approuch) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang diganti.

2. Pendekatan konseptual (conceptual approuch) merupakan pendekatan

yang beranjak dari pendangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

25
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Media Group, 2013,
hlm. 56
berkembang dalam ulmu hukum.26 Pendekatan konseptual dilakukan

mana kala penelitian tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal

itu dilakukan karena memang belum ada atau tidak ada aturan hukum

untuk masalah yang dihadapi.27

C. Jenis dan Sumber bahan hukum

Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat secara yuridis, yang terdari dari pancasila, batang tubuh

UUD, TAP MPR, peraturan perundang-undangan, hukum yang tidak

dikodifikasi, hukum adat, hukum islam, yurisprudensi, Traktat.28

Adapun bahan hukum yang penulis gunakan antara lain :

a. Kitab Undang-Undang Hukum perdata (KUHPerdata)

b. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganilisis dan

memahami bahan hukum primer, dapat berupa : Rancangan peraturan

perundang-undangan, perundang-undangan yang tidak berlaku, hasil

26
Ibid, hlm.133

27
Ibid, hlm 177
28
Suteki dan galang taufani, Metode Penelitian Hukum, PT PRAJAGAFINDO
PERSADA, 2018, hlm. 216
karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan lain

sebagainya.29

D. Teknik Memperoleh Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang penulis gunakan untuk

memperoleh data dan informasi yaitu melalui penelitian kepustakaan

(library research). Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara

mempelajari, mengidentifikasi, dan menganalisis bahan hukum primer

yaitu peraturan perundang-undangan yang relevan dan bahan hukum

sekunder yaitu buku-buku (literatur-literatur hukum), makalah, artikel,

jurnal, skripsi dan karya para pakar yang berhubungan dengan penelitian

penulis.

E. Teknik Analisis Bahan hukum

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi fakta hukum dan hal-hal yang tidak relevan untuk

menetapkan isu hukum yang hendak dipecahkan.

2. Mengumpullkan bahan-bahan hukum dan sekiranya dipindahkan

mempunyai relevensi juga bahan-bahan hukum.

3. Melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarlan bahan-

bahan yang telahh dikumpulkan

29
Ibid 216
4. Menarik kesimpulan dalam bentuk aargumentasi yang menjawab isu

hukum.

5. Memberikan preskripsi berdasarkan argumntasi yang telah dibangun

dalam kesimpulan.

Langkah-langkah ini sesuai dengan karekter ilmu hukum sebagai

ilmu yang bersifat preskriptif dan teraoan. Sebagai ilmu yang bersifat

preskripsi, ilmu hukum mempelajari tujuan, nilai-nilai keadilan,

validasi aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norman

hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2015

Frans Hendra Winata. Hukum Penyelesaian Sengketa Artbtrase Nasional


Indonesia Dan Internasional, Sinar Grafika, Jakrta,2012

Imelda Martineli, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Lembaga Penelitian


& Pengembangan Universitas Tarumanegara, 2007

John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen
Terhadap Produk Pangan Kadaluarsa, Pelangi Cendikia, Jakarta, 2007
John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen
Terhadap Produk Pangan Kadaluarsa, Pelangi Cendikia, Jakarta, 2007
Moh. Kosnardi dan Hamaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti,
Jakarta,1998
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Media Group, 2013
Suteki dan galang taufani, Metode Penelitian Hukum, PT PRAJAGAFINDO
PERSADA, 2018

Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia, Kompas, Jakarta,


2003

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. 2003

Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen, Cetakan Kedua, Bandung, Citra


Aditya Bakti, 1999

Syamsul Arifin, Pengantar Hukum Indonesia, Medan Area University Press,


Medan, 2012
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Prenada Media Group, Jakarta, 2013

Peraturan perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Wewenang Badan


Pengawas Obat Dan Makanan
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan konsumen

Sumber lain :
Airindya Bella, Memahami Efek Samping Etilen Glikol pada Ginjal,
https://www.alodokter.com/memahami-efek-samping-etilen-glikol-pada-
ginjal#:~:text=Jika%20terlambat%20terdeteksi%20atau%20tidak,jantung
%20dan%20gagal%20ginjal%20akut. Ditinjau pada 4 Maret 2023
Eka Alisa Putri, Galon Sekali Pakai Berpotensi Mengandung Etilen Glikol, Bukan
Solusi Tepat Tangani Sampah Plastik, 22 Februari 2023,
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-015713107/galon-sekali-
pakai-berpotensi-mengandung-etilen-glikol-bukan-solusi-tepat-tangani-
sampah-plastik

Hamsyar, Perlindungan Hukum Konsumen Terhadap Peredaran Makanan


Kadarluwarsa Di Kota Makassar, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2017,hlm.
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
MjUwODljMzQ2ODU1N2FiZDFhZjViNzY1ZWVlMzUxMjJhODYxN
TI4ZQ==.pdf

Hendra Kurniawan, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap


Masakan Laut Di Rumah Makan Kita Jember, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Jember,
Jember,2020,https;//repository.unej.ac.od/handle/123456789/102234

Renata Christian Auli, 3 Prinsip Dan 5 Asas Hukum Perlindungan Konsumen,


https://www.hukumonline.com/klinik/a/3-prinsip-dan-5-asas-hukum-
perlindungan-konsumen-lt62e0d9cc75e23, ditinjau pada tanggal 23
Februari 2023

Sahrudin, Perlindungan Hukum Perdata Terhadap Simpanan Angggota Koperasi


(Studi Kasus BMT (Dalam Penyelesaian) Sumber Sejahtera Bersama
Gedung Wani Timur Kec. Marga Tiga Lampung Timur). Skripsi,
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Metro, Lampung 2018
hlm. 11 https://repository.metouniv.ac.id/id.eprint/2085/1/SAHRUDIN

Srikandi Rahayu, Seputar Pengertian Perlindungan Hukum,


http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian-
perlindungan-hukum,html. 2014 Ditanjau pada 23 Februari 2023
Tika Arrizkiya Harum, Perlindungan Konsumen Muslim Terhadap Restoran
Dalam Perspektiif Good Corparate Governance (GGC) Oleh Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Syariah Dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018,
https;//repository.uinjkt.ac.id/dspace/browse?
type=author&value=Tika+Arrizkiya+Harum

Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi Dan Non-Litigasi (Tinjaun Terhadap


Mediasi Dalam Pengadulan Sebagai Alternatif Penyelesaian Di Luar
Pengadilan, Https://Www.Academia.Edu/29831296/Penyelesaian
Sengketa Litigasi Dan Non Litigasi Tinjauan Terhadap Mediasi Dalam
Pengadilan Sengketa Sebagai Alternatif. Ditinjau pada 23 Feberuari 2023

Anda mungkin juga menyukai