KONSUMEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen
dengan dosen pengampu :
Disusun oleh:
BANDUNG
2020
BAB 15. Tanggung Jawab Sosial terhadap Konsumen
Ringkasan Materi :
Teori Perilaku Konsumen => membantu para pemasar dan produsen untuk
memahami perilaku konsumen
Keputusan ada di tangan konsumen
Sebaik apapun produk tidak akan dibeli jika bukan kebutuhan konsumen
Walaupun kebutuhan jika tidak dikomunikasikan tidak akan dikenali
konsumen
Dampak pemahaman perilaku konsumen
Positif => Proses komunikasi dapat diterima konsumen
Negatif => Produsen memanipuasi konsumen
1. Manipuasi harga pangan yang tiba-tiba manakala terjadi kenaikan gaji pegawai
negeri atau manakala menghadapi hari raya. Seringkali permainan harga ini
karena spekulasi dari para pedagang.
2. Promosi pengurangan harga yang tidak benar. Seringkali pedagang memberikan
potongan harga seolah-olah harga telah dikurangi, padahal kenyataannya harga
masih tetap seperti semula.
3. Biaya kemasan. Biaya kemasan meningkatkan harga makanan, biaya ini bisa
mencapai 11 persen dari harga makanan. Seringkali produsen membuat ber- bagai
rupa kemasan menarik agar konsumen tertarik untuk membeli produk, yang bagi
konsumen merupakan hal yang berlebih-lebihan.
4. Shortweighting and slackfilling. Shortwighting adalah berat makanan yang
sebenarnya adalah lebih kecil dan berat yang tertera pada label kemasan.
Slackfilling adalah suatu impresi yang diberikan oleh kemasàn yang seolah- olah
produk yang terisi penuh, padahal kenyataannya tidak penuh, yaitu terdapatnya
ruang kosong yang tidak berguna dalam kemasan.
5. Penempatan produk yang mentah atau rusak. Konsumen seringkali begitu cepat
tergiur untuk membeli buah-buahan yang tampak matang pada bagian atas
kemasan. Akan tetapi, begitu tiba di rumah kita kecewa karena sebagian besar
buah-buahan yang kita beli belum matang atau bahkan rusak. Ini tidak terlihat
karena para pedagang menempatkannya pada bagian bawah rak buah tersebut.
6. Manipulasi timbangan. Para pedagang seringkali melakukan berbagai macam
modifikasi pada alat timbang, sehingga makanan yang dibeli beratnya tampak
lebih besar dari yang sebenarnya.
7. Pemberian harga yang ganjil. Restaurant fast food dan supermarket sering
mencantumkan harga yang ganjil misalnya harga sepotong ayam goreng Rp 2999
atau Rp 4508 atau sebungkus snak Rp 975. Manakala kita membayar dan
memperoleh kembalian, yang kita dapatkan bukan kembalian sebesar Rp 1 atau
92 atau Rp 25, tetapi adalah sepotong permen. Bayangkan berapa keun- tungan
pedagang apabila 2000 orang konsumen dirugikan setiap harinya. 8. Tanpa
tanggal kadaluarsa. Konsumen menghadapi risiko yang sangat besar dalam
mengkonsumsi makanan atau minuman, karena masih banyaknya produk- produk
makanan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Produsen seharusnya
mencantumkan salah satu alternatif tangga berikut: pull date (tanggal produk
harus sudah terjual), expiration date (tanggal produk harus sudah dikonsumsi).
Konsumen dan Keamanan Makanan
1. November 1988, 54 orang murid SD di Bekasi harus masuk rumah sakit karena
keracunan makanan jajanan yang mereka beli di sekolahnya. Pada bulan yang
sama, 30 orang di Tanggerang di rumah sakitkan karena usai menyantap makanan
yang disajikan dalam suatu kenduri
2. Tahun 1984, seorang gadis cilik Dewi Mulyani meninggal dunia akibat makan
pisang sale. Hasil pengecekan YLKI menunjukkan bahwa kemasan pisang sale
tersebut terbuat dari karton bekas kemasan insektisida. Ini sesuai dengan visum
dokter bahwa Dewi meninggal karena keracunan insektisida yang tertelan
bersama pisang sale.
3. Konsumen di Jawa Tengah sudah berulang kali dirugikan oleh produsen tempe
bongkrek karena banyaknya konsumen yang keracunan akibat mengkonsumsi
tempe tersebut.
4. April 1994, beberapa orang keracunan mi instan di Sumatra Selatan, bahkan
beberapa di antaranya meninggal dunia.
1. Klaim Objektif
2. Klaim Subjektif
Informasi ini sukar dibuktikan kebenarannya bukan karena
ketidakcukupan pengetahuan, tetapi kriteria yang akan digunakan
bersifat sangat subjektif sehingga sukar diukur secara objektif.
Hak konsumen yang pertama adalah hak untuk memperoleh rasa aman
(the right to be safety). Konsumen berhak untuk memperoleh kemananan dari
berbagai produk dan jasa yang dikonsumsinya. Produk makanan dan minuman
yang dikonsumsi harus aman tidak membahayakan fisik konsumen. Makanan pun
harus aman dikonsumsi sesuai dengan keyakinan konsumen.
https://bisnis.tempo.co/read/1295731/paling-banyak-dikomplain-ini-
alasan-bukalapak-dan-jd-id?page_num=2
Analisis :
Berdasarkan informasi dari artikel yang telah dipaparkan,
YLKI menemukan keluhan-keluhan pelanggan pada transaksi jual
beli online kepada beberapa e-commerce, yang terbanyak yaitu
Bukalapak dan JD.ID. Keluhan ini sebagian besar tentang
komunikasi dengan Customer Service yang tidak menanggapi
keluhan pelanggan, salah satunya mengenai barang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi dan pengembalian dana atau refund.
Walaupun adanya pembelaan dari pihak bukalapak dan
JD.ID, tetap saja disini pelanggan yang merasa dirugikan dan hal
tersebut melanggar Undang-Undang N0.8 tahun 1999 pasal 7
tentang kewajiban pelaku usaha. Karena informasi yang
diberikan tidak benar maka dari itu, berdasarkan Undang-Undang
tersebut, seharusnya pihak pelaku usaha memberikan
kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas kerugian
pelanggan apabila barang atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Selain Bukalapak dan JD.ID, ada juga beberapa sistem
belanja online yang mendapatkan komplain. Seharusnya hal ini
memberikan dorongan kepada para penjual usaha online untuk
meningkatkan dan memaksimalkan pelayanannya kepada
konsumen agar hal ini tidak terulang lagi. Kita juga sebagai
konsumen hendaknya bisa memilih dan memilah barang
sebelum dibeli sehingga tidak menimbulkan kerugian dan
komplain.
Berita Internasional :
KOMPAS.com
JERNIH MELIHAT DUNIA
https://internasional.kompas.com/read/2017/11/13/14152121/komplain
-rasa-masakan-pelanggan-warung-di-india-disiram-minyak-panas
Analisis :
Berdasarkan isi artikel tersebut, dipaparkan sebuah
kronologis kejadian pada saat transaksi jual beli yan berdampak
pada kekerasan hingga berujung di pengadilan. Kasus tersebut
melibatkan antara seorang pembeli dan penjual yang pada
awalnya terlibat adu mulut hingga terjadi insiden saling
melempar barang dan minyak panas antara penjual dan pembeli
hingga pelanggan yang menjadi korban penyiraman minyak
panas dilarikan ke rumah sakit dan menderita luka yang serius.
Setelah adanya tuntutan dari korban, akhirnya pedagang yang
menjadi tersangka ditahan, dan kasus ini masih diselidiki.
Masalah utama dari rangkaian kejadian diatas adalah
ketidakpuasan konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh
pedagang dan karyawannya, sehingga pelanggan mengajukan
complain kepada pemilik warung, tetapi karena tidak bisa
menjaga emosinya, si pelanggan melempar barang kearah salah
satu karyawan disana dan dibalas dengan penyiraman minyak
oleh karyawan kepada pelanggan. Hal tersebut melanggar UU
No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen . Dalam kasus
ini kedua pihak sebenarnya salah dalam bersikap, mereka lebih
memikirkan hak daripada kewajiban dalam proses jual beli.
Sebagai konsumen memang menjadi hak kita untuk
mendapatkan produk yang sesuai dari transaksi yang dilakukan,
tetapi jangan lupa juga kewajiban kita untuk bersikap baik dan
tidak menimblkan keributan, jadi hendaknya jika ingin complain
seharusnya complain dengan cara yang baik. Begitupun sebagai
pelaku usaha, harus mendengar keluhan dari konsumen, dan
menjaga nama baik usaha yang sedang dirintis. Kita juga harus
mempertanggungjawabkan produk yang telah kita jual.