Anda di halaman 1dari 17

PERAN PEMERINTAH TERHADAP PENYELENGGARAAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS IKLAN MENYESATKAN PADA


PRODUK SUSU KENTAL MANIS
Kirana Pasya Mazaya
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung)
(kiranapasya14@gmail.com)

ABSTRACT

Some people cannot fulfill their food needs to fulfill their child's nutrition completely. Low-income
parents will generally choose to buy affordable food to buy. Sweetened condensed milk products
provided by business actors whose products contain very high sugar content will cause health
problems. Accompanied by visualization of advertisements on SKM products showing that the product
is brewed to be drunk, that it is considered to have misled consumers. The purpose of this thesis is to
find out the responsibility of sweetened condensed drinks for dairy business actors in the distribution
of their products according to Law no. 8/1999 and what is the form of BPOM's supervision of the
circulation of sweetened condensed milk that provides protection to consumers in accordance with the
Consumer Protection Act. Therefore, responsibility and honesty become one of the main obligations
for business actors in running their business. With this responsibility, it is hoped that the business
actors will be able to build public trust as consumers in consuming the products of business actors.

Keywords: Consumer Protection, Product Supervision, Advertising, Sweetened Condensed Milk

ABSTRAK

Beberapa orang tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya untuk memenuhi gizi anaknya secara
lengkap. Orangtua ekonomi bawah umumnya akan memilih untuk membeli makanan yang terjangkau
untuk dibeli. Produk susu kental manis yang disediakan oleh pelaku usaha yang kandungan produknya
mengandung gula yang sangat tinggi dengan kandungan ini akan menyebabkan masalah pada
kesehatan. Disertai dengan visualisasi iklan pada produk SKM yang menunjukan bahwa produk
diseduh untuk diminum, bahwa hal tersebut dinilai telah menyesatkan para konsumen. Tujuan dari
penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab dari minuman kental manis pelaku
usaha susu dalam pendistribusian produknya menurut UU no. 8/1999 dan apa bentuk pengawasan
BPOM sebagai peran dari pemerintah terhadap peredaran susu kental manis yang memberikan

1
perlindungan kepada konsumen sesuai dengan UU Perlindungan Konsumen. Oleh karena itu, tanggung
jawab dan kejujuran menjadi salah satu kewajiban utama bagi para pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya. Dengan Adanya tanggung jawab Pelaku Usaha ini diharapkan dapat membangun
kepercayaan masyarakat sebagai konsumen dalam mengkonsumsi produk Pelaku Usaha.

Kata Kunci: Perlindungan Konsumen, Pengawasan Produk, Iklan, Susu Kental Manis

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum yang menganut Pancasila, sehingga


rakyatnya memiliki jiwa kemandirian yang bisa dilihat dari adanya implementasi
konsep yang dianutnya. Konsep ini harus disesuaikan dengan kondisi Indonesia yang
majemuk dan beragam suku bangsa.

Muh. Kusnardi dan Bintar R. Saragih menyatakan bahwa konsep negara hukum
Pancasila “artinya suatu sistem hukum yang didirikan berdasarkan asas-asas dan
kaidah atau norma-norma yang terkandung atau tercermin dari nilai yang ada dalam
pancasila sebagai dasar kehidupan bermasyarakat. Negara berdasarkan atas hukum
ditandai dengan beberapa asas diantaranya adalah bahwa semua perbuatan atau
tindakan seseorang baik individu maupun kelompok, rakyat maupun pemerintah
harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan atau didasarkan pada
peraturan yang berlaku.”1

Salah satu peraturan yang hukum yang ada di Indonesia adalah “Hukum
perlindungan konsumen dimana berkaitan dengan upaya untuk mensejahterakan
masyarakat dalam pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan
khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional yang menghasilkan

1
Muh. Kusnardi dan Bintar R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001),
hal. 173

2
barang atau jasa yang dapat dikonsumsi yang berkaitan dengan Undang-Undang
Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).”2

Undang-Undang Perlindungan Konsumen merupakan suatu bentuk perlindungan


hukum yang diberikanbagi para konsumen di Indonesia yang pada awal mulanya
tidak memiliki kedudukan yang seimbang dengan pelaku usaha. Keadaan tersebut
menurut doktrin disebut caveat emptor dimana pelaku usaha yang melindungi dirinya
sendiri terhadap jual beli yang dilakukan dengan pelaku usaha. Hal ini menimbulkan
cacat kerugian.

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta


pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum
berdasarkan ketentuan hukum dari keseawenangan atau sebagai kumpulan peraturan
atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan
konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari
sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hakhak tersebut.3

Walaupun telah terdapatnya undang-undang yang mengatur perihal perlindungan


pada konsumen namun dapat dikatakan kedudukan konsumen saat ini masih
mengalain ketidak seimbangan dengan pelaku usaha hal ini berpengaruh pada
perkembangan era perdagangan bebas yang menimbulkan banyak celah bagi para
pelaku usaha untuk berbuat curang.

Dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi tersebut, semakin


beragamnya produk dan inovasi yang bermunculan. Untuk mempromosikan produk-
produknya, diperlukan suatu media iklan agar masyarakat khalayak banyak
mengetahui jenis-jenis dan kegunaan serta kemanfaatan produk itu sendiri, karena

2
Ahmadi, Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Bagi Konsumen di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers,
2001), hal. 103
3
Ibid, hlm 44

3
pada zaman yang semakin maju pada saat ini kehadiran iklan sangat penting untuk
perkembangan dan kemajuan para pelaku usaha.

Iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan pelaku usaha untuk


menyampaikan informasi mengenai barang atau jasa kepada konsumen melalui media
massa. Pengaruh iklan terhadap konsumen secara umum dapat menambah
pengetahuan dan memberikan informasi, sedangkan secara khusus setelah melihat
tayangan iklan tersebut diharapkan konsumen secara langsung dapat terpengaruh
sehingga dapat mengerti isi pesan yang terdapat pada iklan tersebut, dan akhirnya
dapat memberikan respon yang positif karena seringnya iklan tersebut ditayangkan4

Sebutan iklan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999


Tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut UUPK adalah promosi.
Promosi menurut Pasal 1 angka 6 UUPK adalah kegiatan pengenalan atau
penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli
konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.
Sebutan iklan dalam beberapa perundang-undangan cukup berbeda-beda tetapi
dengan pengertian yang sama. Seperti dalam Undang-Undang No 7 Tahun 1996
tentang Pangan dan Undang-Undang No 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan
Pangan sebutan iklan adalah iklan pangan dan dalam Undang-Undang No 24 Tahun
1997 Tentang Penyiaran disebut dengan Siaran Iklan Niaga, maka sebutan iklan,
promosi, siaran iklan niaga memiliki arti yang sama.

Muatan pada iklan tidak boleh menyesatkan mengenai mutu, asal, isi, ukuran,
sifat, komposisi maupun keaslian suatu produk. Contoh dalam iklan produk makanan
maka iklan harus mencantumkan informasi mengenai komposisi produk makanan
tersebut

4
Hastuti, S. (2013). Efektivitas iklan layanan masyarakat di televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 67-
72.

4
Seiring zaman yang semakin modern dengan berbagai kreatifitas dalam
pembuatan iklan yang ditampilkan, sering kali ditemukan iklan-iklan yang menipu
konsumen dengan visualisasi yang sedimikian rupa agar konsumen tertarik dengan
produk-produk tersebut, para pelaku usaha menampilkan iklan-iklan yang bersifat
manipulatif agar dapat menarik perhatian para konsumen, karena iklannya yang
menarik dan harganya yang relative terjangkau membuat konsumen tertarik untuk
mengkonsumsi produk tersebut. Ketidaktahuan konsumen terhadap efek samping
yang dakan ditimbulkan dari produk tersebut dijadikan suatu alasan mengapa
konsumen tetap mengkonsumsi produk tersebut. Kebiasaan besar konsumen yang
tidak teliti dalam membeli suatu produk, adalah factor yang mempengaruhi produk
tersebut laku keras di pasaran.

Salah satu kasusnya adalah kasus Susu Kental Manis dimana pelaku usaha
menyebut sebagai susu dalam bentuk cairan kental dimana kenyataannya Susu Kental
Manis bukanlah merupakan produk susu. Hal tersebut menyebabkan salah kaprah
terhadap persepsi masyarakat terhadap susu kental manis. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan penelitian terhadap 12 kabupaten dan pemerintah kota di 6 provinsi oleh
YAICI yang menyatakan bahwa banyak responden yang menganggap bahwa susu
kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi oleh balita mereka.”5

Selain itu, penelitian 2018 menemukan “4 kasus gizi buruk pada anak rentang
usia 0 – 23 bulan yang disebabkan oleh konsumsi susu kental manis sejak bayi di
Batam, Kendari dan Sulawesi Selatan. Satu orang diantaranya meninggal pada usia
10 bulan.Dapat diketahui bahwa orang tua memberikan susu kental manis untuk anak
karena beranggapan produk tersebut adalah susu yang dapat memenuhi gizi anak,

5
Salim, S., & Anggraini, A. T. (2021). Tanggungjawab Pelaku Usaha Atas Informasi Yang Benar Dan
Jelas Atas Produk Susu Kental Manis Menurut Uu No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. Jurnal Hukum Adigama, hal 1603

5
harga yang ekonomis dan kemasan iklan yang menampilkan susu kental manis
sebagai minuman susu.” 6

Kementrian Kesehatan yang menyatakan bahwa kandungan gula dan karbohidrat


pada kental manis sangat tinggi dan rendah protein. Sebagai ilustrasi jika anak telah
mengkonsumsi susu kental manis 2 kali dalam sehari, itu artinya konsumsi gulanya
telah melawati batasan kebutuhan gula harian. Berdasarkan Peraturan Menter
Kesehatan Nomor 63 Tahun 2015 Tentang Penetapan BatasanBatasan Konsumsi
Gula, Natrium dan Lemak, maksimal konsumsi harian manusia adalah gula 50 gram,
natrium 2.000 miligram dan lemak 67 gram, jika dikonsumsi melebihi batas harian
yang telah ditentukan maka akan berisiko terrkena penyakit hipertensi, stroke,
diabetes dan serangan jantung. 7

Hasil dari penelusuran yang dilakukan oleh CNN bahwa warga selama ini merasa
tertipu dengan iklan susu kental manis, mereka mengira susu kental manis yang
mereka konsumsi sebagai salah satu menu sarapan pagi merupakan susu yang aman
dan bermanfaat bagi keluarga.8

Karena kasus-kasus sejenis seperti ini semakin marak terjadi dan dalam rangka
melindungi konsumen, terutama anak-anak. Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) melalui konferensi pers mengeluarkan surat edaran bernomor
HK.06.5.51.511.05.18.2000 tahun 2018 tentang Label dan Iklan pada Produk Susu
Kental dan Analognya (Kategori Pangan 01.3).

6
Ibid hal 1603
7
Rokom, “Susu Kental Manis Bukan Untuk Diminum Setiap Hari”,
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180705/1926416/susu-kental-manis-bukan-
dikonsumsi-setiap-hari/, accessed 4 january 2022
8
DZA, “Warga Mengaku Kena 'Tipu-tipu' ala Susu Kental Manis”,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180704200711-20-311586/warga-mengaku-kena-
tipu-tipu-ala-susu-kental-manis, accessed 4 january 2022

6
Manipulasi iklan yang dilakukan oleh para pelaku usaha susu kental manis,
merupakan salah satu bentuk yang bertentangan dengan beberapa peraturan yang
telah ditetapkan dalam penyelenggaraan iklan yang baik dan benar serta dapat
menjadi edukasi bagi masyarakat.

Hak konsumen untuk mengakses informasi dari penayangan iklan sudah diatur
dengan tegas, yaitu berupa informasi-informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi barang dan/atau jasa. Informasi yang benar, jelas, dan jujur wajib diberikan
pelaku usaha, secara hukum mutlak harus diinformasikan. Kewajiban pelaku usaha
sebagai timbal balik hak konsumen menjadi kewajiban bagi pelaku usaha untuk
menginformasikannya dengan benar, jelas dan jujur. Hak konsumen juga
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian barang dan/atau jasa
apabila barang dan/atau jasa tidak sesuai dengan iklan yang ditayangkan. Kewajiban
pelaku usaha juga untuk memberikan kompesasi ganti rugi dan/atau penggantian
barang dan/atau jasa jika tidak sesuai dengan produk yang dibeli konsumen.

B. Pemasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahannya ialah:


Bagaimanakah Peran Pemerintah Dalam Melaksanakan Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Akibat Dugaan Manipulasi Iklan Menyesatkan Pada Produk
Susu Kental Manis?

C. Metode Penelitian

Menurut Parsons penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan
penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan.9 Penelitian hukum merupakan suatu hal yang terdapat dalam ilmu hukum
untuk dapat mencari solusi atas suatu permasalahan serta memperoleh kebenaran

9
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12-13

7
10
terhadap suatu hal yang tidak dilakukan sebagaimanamestinya atau seharusnya.
Sehingga metode penelitian hukum adalah hal yang didasarkan pada suatu metode,
serta pemikiran tertentu dengan tujuan untuk mencari solusi atas permasalahan agar
diketahui hal apa yang seharusnya dilakukan

Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan peraturan


perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan studi literatur. Beberapa Investigasi
bahan hukum dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi dan analisis konten.

II. PEMBAHASAN
A. Karakteristik Iklan yang Menyesatkan

Iklan yang menyesatkan adalah suatu berita pesanan yang mendorong, membujuk
konsumen mengenai suatu barang atau jasa yang dijual oleh pelaku usaha, yang
ditayangkan di media periklanan seperti koran, televisi, radio, majalah, brosur,
internet dan lain-lain, namun isi berita yang disajikan tidak sesuai kebenarannya
sehingga dapat merugikan konsumen. Bagi pelaku usaha, promosi niaga merupakan
sarana yang bertujuan meningkatkan keuntungan. Promosi lewat iklan merupakan
bentuk kegiatan promosi niaga. Kalau dikaitkan ketentuan yang merupakan asas
umum tata krama periklanan dengan promosi niaga, maka selayaknya iklan harus
memuat peryataan produk yang dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.

Iklan menyesatkan adalah cara promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha
periklanan di media massa dengan tujuan untuk menarik minat para konsumen untuk
menggunakan barang dan/atau jasa yang ditawarkan, namun dalam hal menyesatkan
bearti ada informasi-informasi yang tidak benar atau juga ada pesan yang diberikan
dalam iklan tersebut yang dapat menyesatkan atau membohongi konsumen sehingga
dapat merugikan kosumen. Padahal jelas asas-asas yang harus dimuat dalam
periklanan menurut Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, yaitu iklan

10
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016),
hal. 59-69.

8
harus jujur, bertanggung jawab,tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, iklan
tidak boleh menyinggung perasaan dan merendahkan martabat negara, agama, adat
budaya, hukum, golongan dan iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.

Berikut adalah karakteristik dari iklan yang menyesatkan antara lain:

1. Iklan yang mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan,


kegunaan, harga, tarif, jaminan, dan garansi barang dan/atau jasa dimana
pelaku usaha tidak bisa bertanggungjawab dan memenuhi janji-janji
sebagaimana yang telahi dinyatakan.
2. Mendeskripsikan atau memberikan informasi secara keliru, salah, maupun
tidak tepat mengenai barang.
3. Memberikan gambaran secara tidak lengkap mengenai informasi barang.
4. Memberikan informasi yang berlebihan mengenai kualitas, sifat, kegunaan,
kemampuan barang.

Kasus yang terjadi pada iklan susu kental manis yang beredar disebut-sebut
sebagai iklan menyesatkan. Hal ini mencuat berawal dari statement Kementrian
Kesehatan, Doddy Izwardi (Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan)
menuturkan bahwa kental manis tidak untuk dikonsumsi oleh balita, karena memiliki
kadar gula yang tinggi. Dari pernyataan tersebut masyarakat merasa tertipu dengan
iklan yang terlah dikeluarkan oleh pelaku usaha susu kental manis. Pada visualisasi
iklan susu kental manis diperagakan dengan cara di seduh dan diminum oleh balita.

Hal tersebut tentu saja merugikan pihak konsumen, ketentuan mengenai iklan
diatur dalam pasal 17 ayat 1 poin a UUPK dimana mengatur larangan produksi iklan
yang mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga
barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa.
Dengan perilaku pelaku usaha yang memproduksi iklan menyesatkan tentu saja
muncul kerugian yang harus diderita konsumen, akan hal itu diperlukannya tanggung

9
jawab dari pelaku usaha itu sendiri serta tindakan pemerintah agar hal tersebut tidak
lagi terulang.

B. Peran Pemerintah Atas Perlindungan Konsumen Serta Tanggung Jawab


Pelaku Usaha Atas Iklan Menyesatkan

Atas kasus iklan menyesatkan yang terjadi, peran pemerintah disini ditunjang
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang merupakan lembaga di
Indonesia yang berwenang dan bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan
makanan. Dalam rangka melindungi konsumen, terutama anak-anak. Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui konferensi pers mengeluarkan surat
edaran bernomor HK.06.5.51.511.05.18.2000 tahun 2018 tentang Label dan Iklan
pada Produk Susu Kental dan Analognya (Kategori Pangan 01.3). Surat edaran
tersebut ditujukan untuk para produsen, importir, distributor produk Susu Kental dan
Analognya (Kategori Pangan 01.3). Surat Edaran tersebut berisi :

BPOM menegaskan, bahwa ada 4 poin penting dalam surat edaran terkait
produk susu kental manis tersebut :

1. Iklan dan label dilarang menampilkan anak-anak usia balita


2. Tidak menyamakan susu kental manis dengan susu lainnya.
3. Dilarang menvisuailisasikan gambar susu kental manis diseduh dan diminum
didepan anak-anak.
4. Harus menyesuaikan produk dengan ketentuan BPOM yang telah
diberitahukan.

Selain dengan dikeluarkannya surat edaran tersebut, Badan Pengawas Obat dan
Makanan juga telah melakukan upaya-upaya dalam hal memberikan perlindungan
hukum yang maksimal kepada konsumen terhadap produk susu kental manis yang
beredar di masyarakat dengan melarang seluruh pelaku usaha untuk memproduksi
iklan yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh

10
BPOM, iklan yang diawasi tidak hanya iklan yang berada dalam media elektronik
saja tetapi mengcakup iklan pada media cetak. BPOM pun juga terjun langsung ke
para pelaku usaha agar segera memperbaiki produknya dengan standar ketentuan
yang sudah diatur dalam peraturan BPOM. Untuk pengawasan terhadap iklan susu
kental manis agar tidak kembali ditayangkan BPOM bekerja sama dengan Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) agar masalah iklan susu kental manis dapat teratasi
sehingga para konsumen agar tidak khawatir terhadap produk tersebut.

Representasi dari produk dan klaim manfaat yang ditampilkan dalam iklan
tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataan kandungan yang tercantum pada
produk susu kental manis. Dari hasil wawancara dengan BPOM menyatakan bahwa
sebenarnya susu kental manis merupakan bentuk dari susu yang dicairkan dan di
tambahkan gula sebagai bahan pendukungnya. Hanya saja kurangnya protein dan
banyaknya kandungan gula pada susu kental manis jika dikonsumsi dalam jangka
panjang dan berlebih akan memberikan dampak negatif bagi konsumen khususnya
anak-anak apabila diminum secara rutin dan melebihi dosis harian. Dampak yang
ditimbulkan tidak main-main karena dapat memicu terjadinya obesitas, diabetes dini
dan berbagai penyakit lainnya. Kandungan gula yang ada dalam susu kental manis
menimbulkan rasa ketagihan pada konsumen terlebih lagi susu kental manis dapat
dijadikan sebagai bahan tambahan makanan maupun minuman11

Iklan yang memanipulasi kepada masyarakat, yang mana informasi tersebut


dapat menimbulkan kekeliruan ataupun kesalahpahaman kepada konsumen. Iklan
tersebut sangat jelas melanggar Etika Pariwara Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan periklanan. Konten iklan yang ditampilkan dalam susu
kental manis yang di dalamnya terdapat ketidaksesuaian dari segi representasi
ataupun ilustrasi secara audio visual dan klaim atas kemanfaatannya dengan

11
Rasyid, Z., & Fahamsyah, E. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akibat Dugaan Manipulasi
Iklan Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Jurnal Hukum Adigama, 2(2), 1hal 13

11
kandungan yang sesungguhnya dalam susu kental manis, telah melanggar asas utama
yang tercantum dalam Etika Pariwara Indonesia yang menyatakan bahwa iklan itu
harus jujur, benar dan bertanggung jawab, manipulasi dari konten iklan yang
ditampilkan oleh susu kental manis berakibat konsumen terkelabui, sehingga dapat
dinilai bahwa iklan tersebut tidak jujur dan benar, yang menimbulkan kerugian bagi
konsumen.

Kemudian apabila iklan yang ditampilkan menimbulkan kerugian bagi


konsumen, maka ada peluang bagi konsumen untuk meminta pertanggung jawaban.
Bentuk dari pertanggung jawaban tersebut merupakan suatu konsekuensi hukum yang
lahir akibat iklan yang menyimpang dan melanggar dari ketentuan dan perundang-
undangan yang berlaku. Pembebanan tanggung jawab atas hal tersebut jatuh kepada
pihak yang memiliki peran paling besar dalam pembuatan iklan. Pada kenyataannya
pembuatan suatu iklan berasal dari produsen atau pelaku usaha, karena umumnya
pihak produsenlah yang memiliki ide tentang media apa yang digunakan untuk
beriklan, siapa yang menjadi model iklannya dan bagaimana harusnya iklan tersebut
ditampilkan sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli produknya yang
ditawarkan melalui media iklan yang dibuat tersebut.

UUPK telah mengatur mengenai beberapa tanggung jawab yang terdapat dalam
Bab IV UUPK tentang tanggung jawab pelaku usaha yang pada intinya adalah pelaku
usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi kepada konsumen atas produk yang
telah dipublikasikan dalam peredaran, yang menyebabkan/menimbulkan kerugian
atas kerusakan barang, kecacatan barang, penjelasan, ketidaknyamanan dan
penderitaan yang dialami konsumen karena mengkonsumsi produk tersebut.

Bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh setiap pelaku usaha


sebagai bentuk konsekuensi dari perbuatannya yang melawan hukum yakni
memproduksi pangan yang tidak memenuhi standar keamanan dan mutu pangan
sehingga menimbulkan kerugian berupa masalah kesehatan kepada konsumen yang

12
mengkonsumsinya adalah pelaku usaha yang bertanggung jawab mengganti kerugian
yang setara dengan kerugian yang dialami sebagaimana yang diatur didalam Pasal 19
UUPK.

Pasal 19 ayat (1) dan (2) UUPK yang menyebutkan bahwa “pelaku usaha
bertanggung jawab dengan memberikan suatu ganti rugi atas kerusakan barang,
pencemaran barang, dan atau kerugian yang dialami oleh konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan oleh pelaku
usaha.” . Ayat (2) menyatakan bahwa “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/ atau jasa yang
sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.” Dan
Pasal 19 Ayat (3) UUPK menyatakan bahwa “Pemberian ganti rugi dilaksanakan
dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.”

Berdasarkan pasal tersebut pelaku usaha dianggap telah melakukan kerugian


yang apabila terdapat konsumen yang terganggu akan hak-haknya maka ia dapat
menggugat dengan memintakan tanggungjawab kepada pelaku usaha atas iklan
menyesatkan.

Keluarnya surat edaran Badan POM dalam rangka memberikan perlindungan


hukum bagi konsumen dari iklan yang sesat. Namun sayangnya masyarakat menilai
tindakan dari BPOM terbilang lambat, banyak iklan produk susu kental manis sejak
dahulu kala yang menyebutkan bahwa susu kental manis adalah produk susu
minuman yang bergizi dan berprotein tinggi yang bermanfaat bagi anak-anak.
representasi iklan yang menjadikan anak-anak sebagai tokoh utama dalam iklan susu
kental manis tersebut disinyalir menjadi faktor utama yang membuat para orang tua
masih memberikan susu kental manis sebagai asupan gizi dan protein untuk anak-
anaknya untuk memenuhi kebutuhan sarapan sehari-harinya.

13
III. PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan, penulis menarik kesimpulan bahwa:

1. Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap manipulasi iklan susu kental


manis yang dilakukan pelaku usaha yang beredar di masyarakat, dalam
praktiknya belum sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam UUPK serta
peraturan perundang undangan lain yang berlaku. Meski peraturannya sudah
ada, namun praktik penerapannya masih kurang dilaksanakan.
2. Walaupun BPOM sudah melakukan upaya perlindungan hukum secara
represif dengan mengeluarkan surat edaran tekait susu kental manis,
memberikan sanksi administratif kepada para pelaku usaha, dengan
mewajibkan pelaku usaha menarik produk dan iklannya, namun dalam
pelaksanaannya dirasa kurang optimal dan maksimal, karena masih ada
konsumen yang tidak mengetahui tentang permasalahan susu kental manis
tersebut.
3. Tanggungjawab langsung atau strict liability dibebankan secara langsung
kepada pelaku usaha sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas
kerugian yang diderita atas diproduksinya iklan menyesatkan tersebut.

B. SARAN

Berdasarkan pemaparan permasalahan singkat di atas, maka Penulis menarik saran


yang ditujukan:

1. Bagi Pelaku Usaha


Untuk segera melakukan pertanggungan jawaban atas peredaran produknya
demi kebaikan pihak pelaku usaha maupun konsumen. Di sisi lain, konsumen
diharapkan bersikap dengan bijak dalam menanggapi masalah ini. Konsumen

14
diharapkan dapat memberitahukan perihal tersebut kepada pelaku usaha susu
kental manis melalui suara konsumen yang terdapat pada kemasan produk.
2. Untuk Pemerintah
Terkhusus kepada BPOM harus lebih menekankan pada pengawasannya
terhadap suatu iklan pelaku usaha dan produk yang diperdagangkan oleh
pedagang apakah sudah memenuhi persyaratan. Dan menciptakan keseimbangan
antara pelaku usaha dan konsumen agar terciptanya perlindugan hukum sesuai
dengan UUPK. Ketika BPOM menemukan produk yang tidak sesuai dengan
ketentuan dan peraturan maka jangan hanya mengeluarkan surat edaran ataupun
pernyataan saja, tetapi harus mengsosialisasikan dan memberikan kepada
masyarakat secara langsung
3. Untuk Konsumen
Harus lebih teliti dan cerdas dalam memberi suatu barang dan/atau jasa apalagi
jika barang tersebut berbentuk makanan dan minuman yang tujuannya untuk
dikonsumsi, maka harus diteliti terlebih dahulu apakah kandungan yang terdapat
didalamnya tercantum sama persis BPOM. Dan jika ada yang tidak sesuai
seperti kasus susu kental manis diharapkan masyarakat melapor kepada BPOM
agar ditindak lanjuti kebenarannya.

15
IV. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmadi, Miru. Prinsip-prinsip Perlindungan Bagi Konsumen di Indonesia. (Jakarta:


Rajawali Pers, 2001).

Amiruddin dan H. Zainal Asikin. (20. Pengantar Metode Penelitian Hukum,


Cetakan ke-1. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004)

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. (Bandung: PT Citra


Aditya Bakri, 2014).

Kusnardi, Moh. dan Bintar R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001).

Moh. Nazir, “Metode Penelitian”. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005)

Ahmadi, Miru. Prinsip-Prinsip Perlindungan Bagi Konsumen di Indonesia. (Jakarta:


Rajawali Pers, 2001)

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cetakan ke-7. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2016)

B. Jurnal
Hastuti, S. (2013). Efektivitas iklan layanan masyarakat di televisi. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 2(2), 67-72.
Salim, S., & Anggraini, A. T. (2021). Tanggungjawab Pelaku Usaha Atas Informasi
Yang Benar Dan Jelas Atas Produk Susu Kental Manis Menurut Uu No. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jurnal Hukum Adigama, hal
1603
Rasyid, Z., & Fahamsyah, E. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akibat
Dugaan Manipulasi Iklan Pelaku Usaha Berdasarkan Undang-Undang Nomor

16
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jurnal Hukum
Adigama, 2(2), 1hal 13
Nurizky, F. (2019). Tanggung Gugat Pelaku Usaha Atas Iklan Yang Menyesatkan
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
C. Data Elektronik

Rokom, “Susu Kental Manis Bukan Untuk Diminum Setiap Hari”,


https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180705/1926416/susu-
kental-manis-bukan-dikonsumsi-setiap-hari/, accessed 4 january 2022
DZA, “Warga Mengaku Kena 'Tipu-tipu' ala Susu Kental Manis”,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180704200711-20-311586/warga-
mengaku-kena-tipu-tipu-ala-susu-kental-manis, accessed 4 january 2022
D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3821)

17

Anda mungkin juga menyukai