Anda di halaman 1dari 13

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

PEREDARAN OBAT ILLEGAL DITINJAU DARI HUKUM


PERLINDUNGAN KONSUMEN

Hijawati
Fakultas Hukum Universitas Palembang
E-mail: hijawati@unpal.ac.id

Abstract
Every person has the right to live a healthy life, various efforts or methods if someone is sick
and wants to deal with his complaint or illness with various medicines in order to recover his
condition. In the era of globalization, free trade occurs which results in goods and or services
in circulation that do not guarantee the security, safety and health of consumers. The free
circulation of illegal drugs is still in demand by some consumers, this is because these drugs
are easy to obtain and sell freely at any drug store. Law Number 8 of 1999 concerning
Consumer Protection, the Government of Indonesia regulates consumer rights that must be
protected. In the Consumer Protection Act, it provides appreciation for consumer rights
universally, because consumer protection is part of protecting human rights.
Keywords: consumer protection; illegal drugs

Abstrak
Setiap orang memiliki hak hidup sehat, berbagai upaya atau cara apabila seseorang sakit
berkeinginan mengatasi keluhan atau sakitnya dengan berbagai macam obat agar dapat pulih
keadaannya. Era globalisasi terjadi perdagangan bebas yang mengakibatkan barang dan atau
jasa yang beredar belum tentu terjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen.
Bebasnya peredaran obat-obatan illegal masih diminati sebagian konsumen, ini disebabkan
karena obat-obatan tersebut mudah di dapat dan di jual bebas pada setiap toko obat yang ada.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pemerintah
Indonesia mengatur hak-hak konsumen yang harus dilindungi. Dalam Undang-Undang
Perlindungan konsumen memberikan apresiasi terhadap hak-hak konsumen secara universal,
karena perlindungan konsumen adalah bagian dari perlindungan hak asasi manusia.
Kata Kunci: perlindungan konsumen; obat illegal

PENDAHULUAN Berdasarkan penjelasan dalam


Kesehatan merupakan salah satu Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
modal untuk berlangsungnya kehidupan tentang Kesehatan, maka kesehatan
manusia, produktivitas dan aktivitas merupakan hak asasi manusia dan salah
seseorang dipengaruhi oleh kondisi satu unsur kesejahteraan yang harus
kesehatan orang tersebut. Kesehatan diwujudkan sesuai dengan cita-cita
merupakan keadaan sejahtera dari badan, bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
jiwa, dan sosial yang memungkinkan dalam Pancasila dan Pembukaan
setiap orang hidup produktif secara Undang- Undang Dasar Negara
sosial dan ekonomis. Republik Indonesia Tahun 1945.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 394


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

Kesehatan sangat memberikan untuk keuntungan sebesar-besarnya.


pengaruh yang besar dalam semua Kenyataannnya pada saat ini sudah
sektor kehidupan, karena tujuan dari banyak sekali produsen yang muncul
pemerintah dalam pelaksanaan dengan produk barang atau jasa yang
pemeliharaan kesehatan adalah mencapai sangat bersaing di pasar, mereka
derajat kesehatan baik individu maupun berlomba-lomba untuk menarik
masyarakat secara optimal.1 perhatian konsumen agar memperoleh
Keberhasilan upaya kesehatan ini penjualan yang tinggi sehingga
tergantung pada ketersediaan sumber mendapatkan laba yang tinggi pula.
daya kesehatan yang berupa tenaga, Dalam Era globalisasi ini dimana
sarana, dan prasarana dalam jumlah dan perdagangan bebas cenderung
mutu yang memadai. 2 Setiap orang pasti mengakibatkan barang dan atau jasa
mengingkan hidup sehat, dan dengan yang beredar belum tentu menjamin
berbagai upaya atau cara apabila keamanan, keselamatan dan kesehatan
seseorang sakit ingin cepat mengatasi konsumen, terlebih lagi mengingat
keluhan atau sakitnya dengan berbagai keadaan konsumen yang rata-rata kurang
macam obat agar dapat cepat bersikap hati-hati, kondisi tersebut
memulihkan keadaannya. Terkadang ada dikarenakan posisi pihak konsumen
juga sebagian dari orang agar tetap berada di pihak yang lemah dalam
terlihat tampil cantik rela mengorbankan menghadapi pihak produsen. Keadaan
uang untuk dapat memperoleh yang seperti ini, dapat mengakibatkan
kecantikannya tersebut dengan kedudukan dari konsumen dan pelaku
menggunakan berbagai macam obat. usaha menjadi tidak seimbang. Di mana
Perekonomian merupakan sektor yang dalam hal ini, kedudukan konsumen
sangat penting untuk berlangsungnya berada dalam posisi yang lemah.
perekonomian yang baik adalah Konsumen hanya menjadi objek
konsumen. Hal tersebut dikarenakan aktivitas bisnis untuk meraup
konsumen mempunyai posisi sebagai keuntungan yang sebesar-besarnya oleh
objek bisnis yang dapat dijadikan ladang pelaku usaha, serta banyaknya produsen
yang bersaing dalam meraup untung dari
1
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran para konsumen, sehingga tidak sedikit
(Bandung: Mandar Maju, 2001).
2
Sri Praptianingsih, Kedudukan Hukum perawat dari mereka yang melakukan kecurangan
Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 395


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

untuk hal itu. Dari hal kecurangan yang undang tentang perlindungan terhadap
mereka lakukan bisa dari segi promosi, konsumen, tetapi tetap saja dalam
penjualan atau penerapan perjanjian prakteknya masih banyak sekali kasus-
standar yang merugikan konsumen.3 kasus dalam perdagangan yang sangat
Sehingga pemberlakuan undang-undang merugikan konsumen. Pada saat ini
ini diharapkan dapat menjadi landasan penegakan undang-undang perlindungan
bagi konsumen dan lembaga konsumen terutama dalam hal
perlindungan konsumen untuk pengawasan terhadap barang beredar
memberdayakan dan melindungi yang dilakukan oleh pemerintah masih
kepentingan konsumen, menanggapi hal kurang. Contohnya saja produk-produk
itu pemerintah Indonesia telah kadaluarsa yang beredar di pasaran.
mengesahkan Undang-undang tentang Keberadaan zat kimia berbahaya yang
perlindungan konsumen, agar dapat terjual dan beredar bebas di supermarket
membuat pelaku usaha lebih dan pasar tradisional. Dan hal ini sangat
bertanggung jawab. Adapun tujuan dari memudahkan para produsen-produsen
undang-undang ini adalah untuk nakal yang ingin meraup keuntungan
melindungi hak-hak konsumen, yaitu: lebih dengan cara menipu para
hak atas keyamanan, keamanan, dan konsumen dengan cara membuat atau
keselamatan dalam mengkonsumsi menggunakan zat-zat kimia berbahaya
barang dan/atau jasa. Undang- Undang seperti boraks, formalin, dan zat pewarna
Nomor 8 Tahun 1999 tentang tekstil untuk bahan makanan yang
Perlindungan Konsumen, diharapkan dijualnya.
dapat menjamin tercapainya Sebenarnya karena faktor
penyelenggaraan perlindungan kurangnya pengawasan terhadap para
konsumen di masyarakat. pelaku usaha yang berlaku curang,
Pada prakteknya peran mereka tidak pernah memikirkan
pemerintahan di Indonesia masih kurang dampak dari ulahnya tersebut, mereka
dalam menegakan undang-undang hanya memikirkan kepentingannya
perlindungan konsumen ini, terbukti semata tanpa memikirkan dampak bagi
walaupun telah disahkannya undang- orang lain. Dan di sisi lain masyarakat
juga mudah sekali tertipu oleh produk
3
Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Hukum tiruan yang justru kualitasnya jauh dari
Perlindungan Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003).

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 396


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

produk yang asli. Padahal hal ini sangat Perlindungan Konsumen dan merugikan
membahayakan karena obat dan kepentingan konsumen.
makanan illegal tersebut berhubungan Perlindungan konsumen bukan
langsung dengan kesehatan tubuh. Akan hanya tugas pemerintah, tapi juga
tetapi justru produk yang menggunakan pengusaha ikut andil dalam melindungi
bahan-bahan berbahaya tersebut mudah konsumen. Di sini pemerintah berperan
sekali kita jumpai di sekitar kita. dalam membentuk peraturan dan
Disamping itu juga, produk jasa yang penegakan hukum melalui berbagai
ada selama ini juga banyak yang aktivitas pengawasan barang. Namun,
merugikan konsumen. Melihat hal ini pelaku usaha juga berperan penting
seharusnya Pemerintah lebih tegas untuk berkomitmen pada aturan
dalam melindungi konsumen, akan tetapi perlindungan konsumen. Undang-
sampai saat ini kepedulian Pemerintah undang perlindungan konsumen tidak
masih sangat kurang. dapat berjalan hanya dengan
Bebasnya peredaran obat-obatan mengandalkan peran pemerintah dalam
illegal ternyata banyak diminati membentuk peraturan dan penegakan
konsumen, ini disebabkan karena obat- hukum melalui berbagai aktivitas
obatan tersebut mudah di dapat dan di pengawasan barang. Tetapi ini saatnya
jual bebas pada setiap toko obat yang pelaku usaha sebagai “sahabat”
ada. Karena pada sisi lain sebenarnya pemerintah mampu berperan serta dalam
harus ada pengawasan yang dilakukan menegakkan perlindungan konsumen.
oleh pemerintah, pengawasan ini Penulisan ini berkaitan dengan
dimaksudkan agar proses perizinannya perlindungan konsumen pada produk
berfungsi preventif serta tidak akan obat illegal. Dalam penulisan ini jenis
merugikan konsumen. Sekarang banyak penelitian yang digunakan adalah jenis
aparat penegak hukum yang berwenang penelitian yuridis normatif, yaitu
seakan tidak tahu atau pura-pura tidak penelitian yang dilakukan pada
tahu bahwa dalam dunia perdagangan peraturan-peraturan yang berkaitan
atau dunia pasar terlalu banyak para dengan masalah pemalsuan obat yang
pelaku usaha yang jelas-jelas telah illegal ditinjau dari Undang-Undang
melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 397


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

Ingredient). Contohnya: Obat


PEMBAHASAN Chloramfenicol diganti dengan gula
Lactose .
Berdasarkan Undang-Undang
2. Produk dengan kandungan zat aktif
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kurang dari yang tercantum pada
Kesehatan, maka obat adalah bahan atau label/etiket/kemasannya. Contohnya
: Chloramfenicol 250 mg isinya
paduan bahan, termasuk produk biologi
hanya 100 mg.
yang digunakan untuk mempengaruhi 3. Produk dengan zat aktif yang
atau menyelidiki sistem fisiologi atau berbeda. Contohnya : Obat
Chloramfenicol diganti dengan pil
keadaan patologi dalam rangka
kina.
penetapan diagnosis, pencegahan, 4. Produk yang diproduksi dengan
penyembuhan, pemulihan, peningkatan menjiplak produk milik pihak lain.
kesehatan dan kontrasepsi, untuk 5. Produk dengan kadar zat aktif yang
sama tetapi menggunakan label
manusia. dengan nama produsen atau negara
Obat illegal adalah obat impor asal berbeda.
yang tidak terdaftar di Badan POM
Di Indonesia beredar obat palsu
sehingga tidak mempunyai izin edar di
kelompok lain yaitu: Produknya produk
Indonesia. Informasi di labelnya harus
pabrik asli hanya saja produknya sudah
dalam Bahasa Indonesia, karena bila
expired (kadaluwarsa) dimana etiket/
dalam bahasa asing berarti
hologram dan lainnya, diganti, ditempel
illegal. Dalam obat illegal dilarang
dengan buatan etiket/ hologram yang
diedarkan dan diberikan kepada pasien.
baru dengan E.D. yang baru.
Menurut KepMenKes No. 1010 /
Perlu diketahui masyarakat
2000: Obat palsu adalah obat yang
tentang obat yang sering dipalsukan
diproduksi oleh yang tidak berhak
adalah obat yang paling laku dipasaran
berdasarkan peraturan per-undang
yaitu: Antibiotika-Analgetika-
undangan yang berlaku dengan
Antihistaminika dan obat-obat untuk
penandaan yang meniru identitas obat
penyakit degeneratif seperti, obat
lain yang telah memiliki izin edar. Obat
penyakit tekanan darah tinggi, obat
palsu menurut WHO (World Health
penyakit kencing manis.
Organization) terbagi dalam 5 kelompok,
Pada banyaknya kasus yang
yaitu :
terkait dengan pelanggaran terhadap
1. Produk obat tanpa zat aktif (API =
peredaran obat dan makanan di
Active Pharmaceutical

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 398


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

Indonesia, seperti pemakaian bahan mendorong konsumen untuk


pengawet formalin, susu formula mengkonsumsi secara berlebihan dan
berbakteri, kosmetika palsu, ataupun sering kali tidak rasional. Perubahan
peredaran obat (juga jamu) palsu. teknologi produksi, sistem perdagangan
Bahkan hanya 2% dari produk buatan internasional dan gaya hidup konsumen
China yg terdaftar. Berbagai kasus itu tersebut pada realitasnya meningkatkan
mengindikasikan bahwa masih lemahnya resiko dengan implikasi yang luas pada
sistem pengawasan obat dan makanan di kesehatan dan keselamatan konsumen.
Indonesia, padahal konsumsi masyarakat Masyarakat pada umumnya
terhadap produk obat, makanan, kurang memahami akibat yang bisa
kosmetika, alat kesehatan, dan obat asli ditimbulkan dari pemakaian atau
Indonesia cenderung meningkat. penggunaan obat illegal, hal ini
Sebagian konsumen tidak dikarenakan karena mereka tidak
memiliki pengetahuan yang memadai mengerti serta kurang memahami
tentang produk yang dikonsumsinya itu, kandungan yang terdapat dalam obat-
apakah sudah tepat, benar, dan aman. obatan illegal tersebut. Kerugian yang
Karena itu, Indonesia memerlukan ditimbulkan akibat pemakain obat
sistem pengawasan obat dan makanan illegal/palsu yaitu :
yang efektif dan mampu mendeteksi, 1. Bagi pasien yang memerlukan
mencegah serta mengawasi produk- pengobatan jangka panjang, obat
produk guna melindungi keamanan, illegal/palsu bisa berakibat
keselamatan, dan kesehatan konsumen. sasaran pengobatan tidak
Komsumsi masyarakat terhadap tercapai. Misalnya saja, suatu
produk obat dan makanan illegal obat dalam data statistik
cenderung meningkat, seiring dengan disebutkan bisa mengurangi
perubahan gaya hidup masyarakat serangan jantung sampai 25
termasuk pola komsumsinya. Sementara persen atau mengurangi
itu pengetahuan masyarakat masih kemungkinan stroke hingga 30
belum memadai untuk dapat memilih persen. Namun, karena adanya
dan menggunakan produk secara tepat, penggunaan obat palsu, rentang
benar dan aman tersebut. Di lain pihak persen tersebut tidak tercapai.
iklan dan promosi secara gencar

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 399


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

2. Pada kasus penggunaan importir/distributor secara komprehensif


antibiotika palsu menyebabkan mulai dari pembuatan, peredaran serta
terjadinya resistensi. distribusi, agar masyarakat terhindar dari
3. Obat palsu juga bisa penggunaan obat tradisional yang
menimbulkan penyakit lain pada berisiko bagi pemeliharaan kesehatan.
pasien, misalnya alergi. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan
4. Dan yang paling fatal, obat palsu POM dimulai sebelum produk beredar
juga bisa merenggut nyawa. yaitu dengan evaluasi produk pada saat
5. Menyebabkan kerugian materi pendaftaran (pre marketing
pada konsumen . evaluation/product safety evaluation),
inspeksi sarana produksi sampai kepada
Pemerintah melalui Keppres pengawasan produk di peredaran (post
Nomor 166 Tahun 2000 dan Nomor 103 marketing surveillance).
Tahun 2001 membentuk Badan Sebagai salah satu pilar Sistem
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pengawasan Obat dan Makanan
yang bertugas, antara lain memberi izin (SISPOM), pelaku usaha mempunyai
dan mengawasi peredaran obat serta peran yang sangat strategis. Pelaku
pengawasan industri farmasi. Karena usaha harus bertanggungjawab dalam
sejauh ini pendaftaran makanan dan pemenuhan standar dan persyaratan
minuman untuk seluruh wilayah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Indonesia ditangani langsung oleh terkait dengan produksi dan distribusi
Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Obat dan Makanan sehingga menjamin
Badan POM selaku badan yang Obat dan Makanan yang diproduksi dan
memiliki otoritas didalam pengawasan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat,
obat dan makanan di Indonesia, terus dan bermutu.4
berupaya untuk memenuhi keinginan Peredaran obat
masyarakat dengan meningkatkan illegal/palsu/substandard hingga kini
perannya didalam melindungi masih ada. Bahkan ada obat yang masuk
masyarakat dari peredaran obat secara jalur resmi seperti Toko Obat
tradisional yang tidak memenuhi syarat Berijin, PBF, Apotek, Rumah Sakit,
mutu dan keamanan. Disamping itu bahkan Pabrik Farmasi. Oleh karena itu
Badan POM juga berperan dalam
4
https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2019070
membina industri maupun 8/Direktorat_Pengamanan.pdf, 2020.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 400


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

tugas Pengawasan dan Pemberantasan yang dengan sengaja memproduksi atau


Obat Ilegal/palsu/substandar tidak hanya mengedarkan sediaan farmasi dan/atau
dibebankan oleh BPOM saja tetapi harus alat kesehatan yang tidak memenuhi
melibatkan seluruh institusi terkait dan standar dan/atau persyaratan keamanan,
masyarakat. khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
Pasal 98 dalam Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
Kesehatan terhadap peraturan pada pelaku ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan
usaha penyedia obat berkaitan dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
farmasi dan alat kesehatan harus aman,
tahun dan denda paling banyak
berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
terjangkau. Setiap orang yang tidak
Pasal 197, menyatakan bahwa
memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
Setiap orang yang dengan sengaja
mengadakan, menyimpan, mengolah,
mempromosikan, dan mengedarkan obat dan memproduksi atau mengedarkan sediaan
bahan yang berkhasiat obat. Ketentuan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
mengenai pengadaan, penyimpanan, tidak memiliki izin edar sebagaimana
pengolahan, promosi, pengedaran sediaan dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi dipidana dengan pidana penjara paling
standar mutu pelayanan farmasi yang lama 15 (lima belas) tahun dan denda
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
Pemerintah berkewajiban membina,
miliar lima ratus juta rupiah).
mengatur, mengendalikan, dan mengawasi
Pasal 198, bahwa Setiap orang
pengadaan, penyimpanan, promosi, dan
yang tidak memiliki keahlian dan
pengedaran sebagaimana dimaksud.
kewenangan untuk melakukan praktik
Sanksi pemalsuan obat menurut
kefarmasian sebagaimana dimaksud
pasal 62 Undang-undang Perlindungan
dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana
Konsumen Tahun 1999 cukup berat.
denda paling banyak Rp100.000.000,00
Pelaku usaha jika terkait obat ilegal
(seratus juta rupiah).
dapat diancam pidana maksimal lima
Peraturan Kepala Badan
tahun dan denda Rp 2 milyar.
Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Sedangkan sanksi pelaku dalam
Indonesia Nomor Hk.00.05.1.3459
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Pengawasan Pemasukan Obat
tentang Kesehatan adalah dalam Pasal
Impor:
196, menyatakan bahwa Setiap orang

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 401


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

1. Izin Edar adalah bentuk persetujuan 3. Hak atas informasi yang benar, jelas,
registrasi obat untuk dapat diedarkan dan jujur mengenai kondisi dan
di wilayah Indonesia. jaminan barang dan/atau jasa;
2. Obat Impor adalah obat produksi 4. Hak untuk didengar pendapat dan
industri farmasi luar negeri. keluhannya atas barang dan/atau jasa
3. Pemasukan obat impor adalah yang digunakan;
importasi obat impor ke dalam 5. Hak untuk diperlakukan atau
wilayah Indonesia baik melalui dilayani secara benar dan jujur serta
pelabuhan laut maupun bandar udara. tidak diskriminatif;
4. Pendaftar adalah Industri Farmasi atau 6. Hak untuk mendapatkan kompensasi,
Pedagang Besar Farmasi yang telah ganti rugi dan/atau penggantian,
mendapat izin usaha sesuai ketentuan apabila barang dan/atau jasa yang
perundang-undangan yang berlaku. diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana
Permenkes No.922/menkes/per/ mestinya.
x/1993 tentang ketentuan dan tata cara
Berdasarkan data perkara yang
pemberian izin apotik, khususnya pada
ditangani PPNS Badan POM periode
pasal 12 ayat 2 yang berbunyi: obat dan
tahun 2011 sampai 2017 dapat dikatakan
perbekalan farmasi lainnya yang karena
bahwa jumlah perkara, jenis temuan, dan
suatu hal tidak dapat digunakan lagi atau
nilai ekonomi temuan cenderung terus
dilarang digunakan, harus dimusnahkan
mengalami peningkatan. Hal tersebut
dengan cara dibakar atau ditanam atau
perlu menjadi perhatian yang serius
dengan cara lain yang ditetapkan
mengingat bahwa peredaran produk
Direktur Jenderal.
Obat dan Makanan tanpa jaminan
Dalam Undang-undang
keamanan, manfaat, dan mutu, selain
perlindungan konsumen, khususnya bab
aspek pelanggaran administratif juga
III pasal 4 mengenai hak konsumen,
dapat membahayakan kesehatan
yaitu :
masyarakat dan generasi penerus bangsa.
1. Hak atas kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan dalam Di samping itu produk ilegal juga juga
mengkonsumsi barang dan/atau jasa; berdampak terhadap ekonomi negara dan
2. Hak untuk memilih barang dan/atau melemahkan daya saing bangsa.5
jasa serta mendapatkan barang
Peredaran obat palsu hingga kini
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan masih terus terjadi, Yayasan Lembaga
yang dijanjikan;

5
https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2019070
8/Direktorat_Pengamanan.pdf, 2020.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 402


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

Konsumen Indonesia (YLKI) menilai Pada hubungan produsen dan


maraknya peredaran obat-obat ilegal di konsumen sejatinya merupakan
tengah masyarakat disebabkan hubungan timbal-balik, tetapi terkadang
penegakan hukum terhadap pelaku obat banyak sekali terjadi potensi akal-akalan
ilegal masih sebatas dari sisi hilir, oleh produsen yang akhirnya merugikan
sehingga belum mampu membuat efek pihak konsumen. Untuk itulah sebagai
jera bagi pelaku. 6 seorang konsumen yang cerdas dan
paham hukum, kita mempunyai hak dan
Perlindungan Konsumen Terhadap kewajiban yang sudah diatur dalam
Obat Illegal undang-undang, yaitu Undang undang
Dengan pesatnya perekonomian Perlindungan Konsumen.
saat ini, telah menghasilkan beragam Dalam perlindungan konsumen
jenis dan variasi barang dan/atau jasa, yang merupakan bagian dari kemajuan
termasuk juga pada barang-barang teknologi dan industri ternyata
produk obat-obatan. memperkuat perbedaan antara pola
Hal ini sangat menguntungkan masyarakat tradisional maupun
konsumen dengan berbagai ragam masyarakat modern. Sehingga
variatif barang dan/atau jasa yang masyarakat tradisional memproduksi
ditawarkan. Tetapi kondisi ini barang-barang kebutuhan konsumen
menempatkan kedudukan konsumen masih secara sederhana, dimana
terhadap produsen menjadi tidak konsumen dan produsen bisa bertatap
seimbang, dimana konsumen menjadi muka secara langsung, sedangkan
objek aktiviats bisnis untuk meraup masyarakat modern memproduksi
keuntungan yang besar. Dan barang-barang kebutuhan konsumen
ketidakberdayaan ini pada umumnnya secara massal, sehingga hubungan
karena produsen selalu berlindung di anatara konsumen dan produsen menjadi
balik standard contract atau perjanjian rumit, dimana konsumen tidak mengenal
baku yang telah disepakati oleh kedua siapa produsennya.
belah pihak. Perlindungan konsumen ini
memiliki hubungan yang erat dengan
globalisasi ekonomi, dengan
6
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57d konsekwensi bahwa semua barang yang
1345b3ed21/4-sebab-peredaran-obat-ilegal-
masih-marak/, 2020.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 403


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

berasal dari negara lain dapat masuk ke konsumen adalah setiap orang yang
Indonesia, dimana barang tersebut tidak memakai “barang dan/atau jasa” yang
saja berkualitas rendah akan tetapi juga tersedia dalam masyarakat” baik bagi
dapat membahayakan konsumen. kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
Padahal sesungguhnya setiap perusahaan lain maupun makhluk hidup lainnya dan
harus memiliki tanggung jawab sosial tidak untuk diperdagangkan.
(corporate social responsibility), yaitu Pengertian konsumen dapat
kepedulian moral perusahaan terhadap dibedakan dalam tiga batasan antara lain:
kepentingan masyarakat, terlepas dari 1. Konsumen komersial (commercial
untung atau rugi perusahaan. consummer), adalah setiap orang
yang mendapatkan barang dan
Dalam pengaturan perlindungan
/atau jasa yang digunakan untuk
konsumen tidak dimaksudkan untuk memproduksi barang dan /jasa
mematikan ataupun melemahkan usaha lain dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
dan aktivitas pelaku usaha, tetapi justru
2. Konsumen antara (intermediate
diharapkan dapat mendorong iklim dan consumer), adalah setiap orang
persaingan usaha yang sehat melalui yang mendapatkan barang
dan/jasa yang digunakan untuk
penyediaan barang dan/atau jasa yang
memperdagangkan kembali juga
berkualitas. Dan sebelum tahun 1999, dengan tujuan mencari
hukum positif Indonesia belum keuntungan.
mengenal istilah konsumen, kendati 3. Konsumen akhir (ultimate
consummer/end), adalah setiap
demikian beberapa istilah yang berkaitan orang yang mendapatkan dan
dengan konsumen tersebut mengacu menggunakan barang dan/jasa
kepada perlindungan konsumen, namun untuk tujuan memenuhi
kebutuhan kehidupan pribadi,
belum memiliki ketegasan dan kepastian
keluarga, orang lain dan makhluk
hukum tentang hak-hak konsumen. hidup lainnya dan tidak untuk
Istilah konsumen berasal dari kata diperdagangkan kembali atau
menarik keuntungan kembali.
“consumer” yaitu sebagai pemakai
barang-barang hasil industri, bahan Di Indonesia, untuk melindungi
makanan dan sebagainya.7 Undang- kepentingan konsumen dalam
undang Nomor 8 tahun 1999 tentang mengkonsumsi barang dan/atau jasa,
Perlindungan Konsumen menyebutkan pemerintah telah mengeluarkan
7
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
kebijakan tentang pengaturan hak-hak
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 404


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

konsumen melalui undang-undang. dilindungi. Dan Undang-undang ini


Pembentukan undang-undang ini bukan anti terhadap produsen tetapi
merupakan bagian dari Implementasi malah sebaliknya merupakan apresiasi
sebagai negara kesejahteraan, karena terhadap hak-hak konsumen secara
undang-undang Dasar 1945 di samping universal. Karena perlindungan
sebagai konstitusi politik juga sebagai konsumen adalah merupakan bagian dari
konstitusi ekonomi yang mengandung perlindungan hak asasi manusia.
ide bagi negara kesejahteraan. Perlindungan konsumen berlaku pada
Intervensi pemerintah sangat semua produk baik barang dan jasa,
dibutuhkan dalam pembangunan demi termasuk juga perlindungan dari
untuk menegakkan dan menetapkan peredaran obat illegal.
peraturan perundang-undangan dalam Dengan Undang-undang
bidang ekonomi. Hal ini pentingnya Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
intervensi pemerintah terkait dengan 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
perlindungan konsumen, yakni: bertujuan untuk mewujudkan suatu
1. Dalam masyarakat modern, produsen masyarakat adil dan makmur yang
menawarkan berbagai jenis produk merata materiil dan spiritual dalam era
yang diproduksi secara massal. demokrasi ekonomi berdasarkan
2. Hasil produksi dengan cara massal Pancasila dan Undang-Undang Dasar
dan teknologi canggih potensial bagi 1945. Pembangunan perekonomian
munculnya resiko produk cacat, dan nasional pada era globalisasi harus dapat
tidak memenuhi standar bahkan mendukung tumbuhnya dunia usaha
berbahaya yang dapat merugikan sehingga mampu menghasilkan beraneka
konsumen. barang dan/atau jasa yang memiliki
3. Hubungan antara konsumen dan kandungan teknologi yang dapat
produsen berada pada posisi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat
tidak seimbang. banyak dan sekaligus mendapatkan
4. Adanya persaingan yang sempurna. kepastian atas barang dan/atau jasa yang
Dalam Undang-undang Nomor 8 diperoleh dari perdagangan tanpa
Tahun 1999 tentang Perlindungan mengakibatkan kerugian konsumen.
Konsumen, Pemerintah Indonesia
mengatur hak-hak konsumen yang harus

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 405


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Hijawati, Peredaran Obat Illegal Ditinjau Dari Hukum Perlindungan Konsumen, Halaman 394-406

KESIMPULAN DAN berbahaya bila peredaran obat illegal


REKOMENDASI terus terjadi, bukan hanya merugikan
Obat merupakan obat yang masyarakat atas jaminan mutu obat
diproduksi oleh yang tidak berhak tersebut, tapi juga menyangkut kesehatan
berdasarkan peraturan per-undang dan keselamatan jiwa dari penggunannya
undangan yang berlaku dengan (konsumen).
penandaan yang meniru identitas obat
DAFTAR PUSTAKA
lain yang telah memiliki izin edar. Obat
illegal adalah obat impor yang tidak Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani.
Hukum Perlindungan Konsumen.
terdaftar di Badan POM sehingga tidak
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
mempunyai izin edar di Utama, 2003.
Indonesia. Undang-undang Nomor 8 https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2
0190708/Direktorat_Pengamanan
Tahun 1999 tentang Perlindungan
.pdf, 2020.
Konsumen, Pemerintah Indonesia https://www.pom.go.id/new/admin/dat/2
mengatur hak-hak konsumen yang harus 0190708/Direktorat_Pengamanan
.pdf, 2020.
dilindungi termasuk dalam perlindungan
https://www.hukumonline.com/berita/ba
terhadap peredaran obat palsu maupun ca/lt57d1345b3ed21/4-sebab-
obat illegal. Karena perlindungan peredaran-obat-ilegal-masih-
konsumen adalah merupakan bagian dari marak/, 2020.
Sri Praptianingsih. Kedudukan Hukum
perlindungan hak asasi manusia.
perawat Dalam Upaya
Pelayanan Kesehatan di Rumah
Pemerintah hendaknya
Sakit. Jakarta: Raja Grafindo
bersungguh-sungguh dalam mengatasi Persada, 2006.
setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Wila Chandrawila Supriadi, Hukum
Kedokteran. Bandung: Mandar
produsen yang tidak taat peraturan,
Maju, 2001..
terutama pada produk obat-obatan yang WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum
tidak memperhatikan atau Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
mempertimbangkan akibatnya. Sangat Pustaka, 1999.

Volume 18 Nomor 3, Bulan September 2020 406

Anda mungkin juga menyukai