Anda di halaman 1dari 16

PUSAT RISET

SISTEM PERADILAN PIDANA


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Mekanisme Akuntabilitas terhadap


Pelaksanaan Upaya Paksa dalam
rangka Terpenuhinya Hak-Hak
Tersangka/Terdakwa

Fachrizal Afandi
Disampaikan pada Webinar Series Peluncuran Penelitian Audit KUHAP
Rabu, 21 Desember 2022
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Fungsi Dasar Negara Hukum


(Bedner 2010, 50-51)

Mengekang penggunaan kekuasaan


negara yang sewenang-wenang dan
tidak adil

Melindungi properti warga negara dan


kehidupan mereka dari pelanggaran
atau penyerangan oleh sesama warga
negara
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

▪ Hukum acara pidana yang menempatkan terlalu banyak hambatan dalam upaya
paksa dalam rangka melindungi hak asasi masyarakat (Due process) akan
menyulitkan atau menggagalkan penangkapan dan penghukuman orang yang
bersalah.
▪ Sistem yang menempatkan terlalu sedikit hambatan untuk upaya paksa polisi dan
jaksa (crime control) dapat menyebabkan pemaksaan terhadap pengakuan,
penyitaan yang sewenang-wenang dan pembuktian palsu.
✓ Terdapat upaya untuk menciptakan sistem hukum acara pidana yang
menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dalam hal memberantas
kejahatan dengan menyelidiki dan mendeteksi kejahatan dan dalam menghukum
penjahat di satu sisi dan kepentingan untuk melindungi hak individu untuk bebas
dari gangguan ke dalam privasi dan kebebasan individu di sisi lain.
✓ Model penyeimbangan antara kepentingan terhadap keamanan dan hak asasi
individu warga ini secara historis bervariasi tergantung pada situasi tertentu.
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Arah KUHAP: Adversarial,


Inquisitorial atau Hybrid system?

• Adversarial mensyaratkan hak dan kewajiban yang sama dalam proses


pembuktian antar pihak yang besengketa di peradilan pidana

• Inquisitorial mensyaratkan imparsialitas aparat dan kontrol hakim


yang ketat terhadap upaya paksa serte keabsahan pengumpulan bukti

• Hybrid berarti tetap mempertahankan fitur dasar Inquisitorial dengan


beberapa tambahan fitur Adversarial
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Criminal law to affirmatively embodying human rights norms, also


acts as a barrier to the introduction of antihuman rights norms
(Delanay, 1978)

❑ Baik hukum pidana maupun hukum acara pidana harus terus mempromosikan
dan memelihara kemerdekaan/kebebasan (freedom) bagi mereka yang
ditangkap, bagi mereka yang akan ditangkap, atau mereka yang tidak pernah
ditangkap.
❑ Teori hukum pidana berdasarkan hak asasi manusia secara eksplisit
membenarkan pelestarian dan penguatan kemerdekaan (freedom) sebagai
tujuan utama dari proses hukum pidana.
❑ Dalam teori ini, negara hukum memiliki konten substantif dan prosedural yang
spesifik.
▪ Asas legalitas (no crime, no punishment, without law) diubah: no crime, no
punishment, without human rights law.
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Continuum Model of Criminal Process

Political Crime Due


Order Family
Family Crime
Control Due
Process
Political Model
Model Model Control
Model Process
Model
Order
Model Model
Model

(Afandi, 2021)
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA


Model Hukum Acara
Fungsi Sosial / Ideologi Fitur dalam Sistem Peradilan Pidana
Pidana
➢ Kesetaraan di antara para pihak
➢ Aturan yang jelas dan ketat untuk melindungi terdakwa dari
Due Process /
Keadilan kesalahan prosedur
Penghormatan HAM
➢ Pembataran kekuasaan agar tidak sewenang-wenang
➢ Praduga tidak bersalah
➢ Pengabaian terhadap kontrol hukum
Crime Control/ ➢ Praduga bersalah secara implisit
Penghukuman
Pengendalian Kejahatan ➢ Tingkat penghukuman yang tinggi
➢ Diskresi pada pembuat keputusan
➢ Penekanan pada Kepolisian
➢ Diskresi pada pembuat keputusan
Rehabilitasi Family / Kekeluargaan ➢ Keahlian pengambil keputusan
➢ Meminimalkan konflik
➢ Mengembalikan keseimbangan social
➢ Ketergantungan pada pertimbangan politik
Menjaga/melestarikan ➢ Diskresi sebagai aturan kebijakan
Ketertiban Politik
Dominasi Kekuatan Poltik ➢ Penguatan nilai-nilai rezim
➢ Pengasingan dan penindasan terhadap terdakwa
➢ Meminimalkan konflik
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Akuntabilitas Aparat Penegak Hukum dalam


Sistem Peradilan Pidana

UN Human Rights Standards and Practice for Law Enforcement, 2004


▪ Law enforcement agencies shall be accountable to the community as a whole
▪ Effective mechanisms shall be established to ensure internal discipline and external control as
well as the effective supervision of law enforcement officials
▪ Law enforcement officials who have reason to believe that a violation has occurred, or is about to
occur, shall report the matter
▪ Provisions shall be made for the receipt and processing of complaints against law enforcement
officials made by members of the public, and the existence of those provisions shall be publicized
▪ Investigations of violations shall be prompt, competent, thorough and impartial
▪ Investigations shall seek to identify victims; recover and preserve evidence; discover witnesses;
discover cause, manner, location and time of the violation; and identify and apprehend
perpetrators Crime scenes shall be carefully processed
▪ Superior officers shall be held responsible for abuses if they knew, or should have known, of
their occurrence, and did not take action
▪ Police are to receive immunity from prosecution or discipline for refusing unlawful superior
orders
▪ Obedience to superior orders shall not be a defence for violations committed by police
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Sistem Peradilan Pidana Indonesia


ADVOKAT

Delik Pelaku
Organisasi Delik Khusus Delik Ringan Delik Biasa KORUPSI
Anak (RJ)
Bantuan
Pelanggaran
Hukum HAM Berat Delik pajak, Penyidikan &
illegal logging Penyidikan & Penyidikan & Rumah
Penuntutan Penuntutan Penuntutan
KOMNAS HAM Illegal fishing dll Tahanan
(penyelidikan)
Pencucian Uang KEJAKSAAN RI Rumah
Komisi Komisi Pemberantasan Penyimpanan
Kepolisian Korupsi (KPK) Benda Sitaan
Kepolisian Pekerja sosial Negara
Nasional Pusat Pelaporan &
Analisis Transaksi Koordinasi KEPENTINGAN UMUM ?
Keuangan (PPATK) koordinasi Pembimbing Lembaga
Komisi Pidana di Laut Kemasyarakatan PENGHENTIAN
Pidana di Laut Penyidik KEPENTINGAN HUKUM/RJ ? Perlindungan
Kejaksaan Pegawai Negeri Pekerja PENUNTUTAN Saksi & Korban
Sipil (PPNS) Pendampingan
sosial
DIVERSI (RJ)
Angkatan Laut Pembimbing
kemasyarakatan Komisi
DIVERSI/RJ PENGADILAN DIVERSI (RJ) Yudisial
PENGHENTIAN Pendamping
PENYIDIKAN KEPENTINGAN HUKUM/RJ? LEMBAGA PEMASYARAKATAN
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Problem KUHAP 1981

❑ Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia didesain oleh Pemerintah Orde Baru

▪ Tidak ada akuntabilitas dan transparansi pada upaya paksa

▪ Tidak ada perhatian terhadap Korban

▪ Peran Penasehat hukum terbatas

❑ Prinsip Diferensiasi Fungsional

▪ Memperkuat peran penyidik polisi yang waktu itu bagian dari ABRI

▪ Dominus Litis Jaksa bergeser ke Polisi

▪ Tidak ada pengawasan upaya paksa secara aktid dari Hakim terhadap upaya
paksa (Pro Justitia)

▪ Police as Judge
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Potret Akuntabilitas Upaya Paksa dalam KUHAP

• Diferensiasi Fungsional KUHAP menempatkan Polisi


sebagai” Dominus Litis” di tahap Pra Adjudikasi
menggantikan Jaksa.
– 2012-2014 : 255.618 perkara yang tidak dikirim
SPDPnya ke Kejaksaan, 44.273 perkara yang
dikembalikan jaksa (P-19) tidak ditindak lanjut
(MaPPI FH UI, 2016)
• Kontrol lemah dari Pengadilan terhadap upaya paksa
– Pengaruh ketergantungan Hakim kepada fungsi
pengamanan Polisi membuat mereka enggan
berkonflik dengan Polisi
(Penelitian Komisi Yudisial, 2017, ICJR 2014 )
• Peran Advokat dan Organisasi Bantuan Hukum masih
terbatas dan tidak maksimal
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Problem Akuntabilitas dalam Sistem Peradilan


Pidana Indonesia

• Problem pengawasan Aparat dalam KUHAP built in control “tahu sama tahu”
• Built in control adopsi dari command system ala militer (Pemeriksaan melalui
ijin atasan)
• Peran Advokat belum maksimal mengawal akuntabilitas proses hukum acara
• Kualitas Advokat tidak merata bahkan mengalami penurunan akibat
perpecahan organisasi
• Desain kelembagaan Lembaga pengawasan yang terbatas
• Terbatas sebagai Kotak Pos
• Eksekusi untuk melakukan penindakan tetap digantungkan pada kepentingan
politik Rezim
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Problem Mekanisme Akuntabilitas Aparat


PENGAWASAN INTERNAL (UNITY OF COMMAND)
Pengawasan Eksternal (Rekomendasi
Pengawasan Melekat (Waskat)
• Komisi Yudisial
• Atasan Yang berhak menghukum (Polisi) • Komisi Kepolisian Nasional
• Jaksa Struktural (PP 15/1983) • Komisi Kejaksaan
• Ombudsman
Eksaminasi Perkara • Komnas HAM

• Biro Pengawasan Penyidik BARESKRIM


Pengawasan Eksternal (Rekomendasi
• JAMPIDUM
• Titik berat di Keputusan Atasan : mirip model ANKUM di
Disiplin dan Etik Peradilan Militer
• Hak veto” pimpinan terhadap hasil pemeriksaan
• Propam (Polisi) (PP 1/2003, PP 2/2003 dan pengawasan
PERKAP 14/2011) • Menentukan Pelanggaran Etika, Disiplin dan Pidana
• Kode Prilaku Jaksa oleh Jaksa bidang (Filtering)
Pengawasan (Perja 14/2012, Perja 22/2011) • Filter ini menjadikan sarana Impunitas
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Potret Praperadilan dalam KUHAP

▪ Praperadilan bertujuan menguji tindakan perampasan kebebasan sipil seseorang yang mungkin
dilakukan sewenang-wenang oleh penegak hukum.
✓ KUHAP membatasi kewenangan praperadilan hanya dalam hal memeriksa dan memutus sah
atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian
penyidikan atau penghentian penuntutan, dan permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi serta
sah atau tidaknya benda yang disita sebagai alat bukti, memeriksa dan memutus sah atau
tidaknya penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan.
▪ Studi yang dilakukan ICJR pada tahun 2010 menunjukkan jumlah praperadilan atas penahanan di
PN Medan dalam kurun waktu 2009-2011 hanya 70 perkara, sementara di PN Jaksel hanya 211
perkara, dan 12 perkara di PN Kupang dalam kurun waktu 2005-2010.
▪ Laporan Mahkamah Agung tahun 2018
✓ Total perkara praperadilan yang diajukan sebanyak 1412 kasus di 412 pengadilan negeri di
seluruh Indonesia dengan jumlah rata-rata gugatan yang diajukan per pengadilan hanya sekitar
3-4 gugatan saja.
▪ Angka gugatan praperadilan yang ditolak juga cukup tinggi dibandingkan yang diterima.
✓ Studi yang dilakukan oleh ICJR pada tahun 2014 : 80 putusan praperadilan hampir 85 persen (68
permohonan) gugatan praperadilan ditolak.
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

CATATAN PENUTUP

▪ Sistem hukum acara pidana mencerminkan keyakinan bahwa prosedur yang adil
akan menghasilkan hasil yang akurat.
✓ Jaminan kemanusiaan dalam hukum pidana paling baik dilindungi oleh aturan dan
prosedur yang terperinci.
✓ Sistem peradilan pidana harus berdasarkan prinsip Negara Hukum di mana
individu yang berkuasa diharuskan untuk mengikuti hukum daripada sistem di
mana mereka yang berkuasa bebas untuk bertindak sesuai keinginan mereka.
▪ Pentingnya jaminan due process dalam Konstitusi
▪ Revisi KUHAP sesuai prinsip Negara Hukum.
✓ Menata ulang desain Kejaksaan dan Kepolisian yang independen dan profesional
✓ Ratifikasi Statuta Roma
▪ Mendorong akuntabilitas dan transparansi kelembagaan APH
✓ Mengevaluasi tumpang tindih Lembaga pengawas beserta model pengawasannya
✓ Penataan ulang mekanisme pemeriksaan sidang etik/sidang disiplin agar tidak
menjadi menjadi wadah impunitas bagi aparat
▪ Perlu ada penguatan kontrol pengadilan (Judicial Scrutiny) dalam Upaya paksa yang
dilakukan oleh aparat negara
▪ Perlu dilakukan penataan Organisasi Advokat
PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PUSAT RISET
SISTEM PERADILAN PIDANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

fachrizal@ub.ac.id

persadaub persadaub persada_ub Persada UB PERSADA UB


persada@ub.ac.id www.persada.ub.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai